Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

Pengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar

ANALISIS PENGARUH KECEPATAN FLUIDA PANAS ALIRAN SEARAH TERHADAP KARAKTERISTIK HEAT EXCHANGER SHELL AND TUBE. Nicolas Titahelu * ABSTRACT

Perbandingan Konfigurasi Pipa Paralel dan Unjuk Kerja Kolektor Surya Plat Datar

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA

PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP PROSES PENDINGINAN PADA MINI CHILLER

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KECEPATAN UDARA (V) TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PAKSA PELAT DATAR. Rikhardus Ufie * Abstract

Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

Pengaruh Tebal Plat Dan Jarak Antar Pipa Terhadap Performansi Kolektor Surya Plat Datar

Optimasi Kinerja Heat Exchanger Tabung Kosentris

Modifikasi Ruang Panggang Oven

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR

PENGARUH VARIASI KETEBALAN ISOLATOR TERHADAP LAJU KALOR DAN PENURUNAN TEMPERATUR PADA PERMUKAAN DINDING TUNGKU BIOMASSA

KARAKTERISTIK KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR DENGAN VARIASI JARAK (KAJIAN PUSTAKA)

PENGUJIAN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA HEAT SINK

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

PERCOBAAN PENENTUAN KONDUKTIVITAS TERMAL BERBAGAI LOGAM DENGAN METODE GANDENGAN

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW MIXED, TUBE NON FINNED FOUR PASS,UNTUK MENGERINGKAN EMPON-EMPON DENGAN VARIASI MASS FLOW RATE

BAB II LANDASAN TEORI

SATUAN ACARA PENGAJARAN

PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

KAJIAN TEORITIK PEMILIHAN HEAT PUMP DAN PERHITUNGAN SISTEM SALURAN PADA KANDANG PETERNAKAN AYAM BROILER SISTEM TERTUTUP

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

Perbandingan Distribusi Temperatur Pada Drum Brakes Standar dan Modifikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI PENELITIAN

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE FIN TIGA PASS SHELL SATU PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

EFEKTIVITAS PENUKAR KALOR TIPE WL 110 MODEL CONSENTRIS TUBE MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE NON FIN SATU PASS, SHELL TIGA PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON- EMPON

Performansi Kolektor Surya Pemanas Air dengan Penambahan External Helical Fins pada Pipa dengan Variasi Sudut Kemiringan Kolektor

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XI (SNTTM XI) & Thermofluid IV Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Oktober 2012

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN

RANCANG BANGUN TEMPORARY AIR CONDITIONER BERBASIS PENYIMPANAN ENERGI TERMAL ES

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

31 4. Menghitung perkiraan perpindahan panas, U f : a) Koefisien konveksi di dalam tube, hi b) Koefisien konveksi di sisi shell, ho c) Koefisien perpi

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT UNTUK MENENTUKAN KONDUKTIVITAS PLAT SENG, MULTIROOF DAN ASBES

Analisa pengaruh variasi laju aliran udara terhadap efektivitas heat exchanger memanfaatkan energi panas LPG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

PEMBUATAN ALAT UKUR KONDUKTIVITAS PANAS BAHAN PADAT UNTUK MEDIA PRAKTEK PEMBELAJARAN KEILMUAN FISIKA

Momentum, Vol. 9, No. 1, April 2013, Hal ISSN ANALISA KONDUKTIVITAS TERMAL BAJA ST-37 DAN KUNINGAN

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW UNMIXED, NON FINNED TUBE FOUR PASS,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL)

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48

BAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-575

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

Re-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi.

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

Analisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks

Analisa Pengaruh Konfigurasi Pipa Pemanas Air Surya Terhadap Efisiensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

KAJIAN EXPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI DENGAN NANOFLUIDA Al2SO4 PADA HEAT EXCHANGER TIPE COUNTER FLOW

Analisa performansi kolektor surya pelat bergelombang dengan variasi kecepatan udara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

Kaji Eksperimental Pengaruh Kecepatan Udara Masuk terhadap Distribusi Temperatur pada Lorong Udara Model dengan Panjang Lorong Udara Tetap

PENGANTAR PINDAH PANAS

9/17/ KALOR 1

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PERPINDAHAN PANAS (TKT 2503) Oleh: Ir. Murni Yuniwati, MT.

Preparasi pengukuran suhu kolektor surya dan fluida kerja dengan Datapaq Easytrack2 System

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE NON FIN SATU PASS, SHELL TIGA PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Transkripsi:

Pengaruh Tebal Isolasi Thermal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen Petra Abstrak Dalam suatu heat exchanger selalu terjadi perpindahan panas ke atau dari lingkungan yang tidak diharapkan. Untuk mengurangi perpindahan panas ini digunakan isolator termal. Efektivitas heat exchanger akan meningkat jika panas yang hilang ke atau dari lingkungan dapat dikurangi. Secara teoritis untuk heat exchanger berbentuk kotak semakin tebal isolator termal yang digunakan semakin kecil panas mengalir ke atau dari lingkungan. Dalam penelitian ini dicari pengaruh ketebalan isolator termal terhadap efektivitas suatu plate heat exchanger. Percobaan dilakukan untuk 2 jenis isolator, yaitu glasswool dan rockwool. Hasil yang didapat adalah efektivitas akan meningkat sampai harga tertentu dan kemudian akan berkurang dengan penambahan ketebalan isolator termal. Kata kunci: isolator termal, efektivitas, plate heat exchanger. Abstract In a heat exchanger, there is heat transferred either from the surrounding or to the surrounding, which is not expected. A thermal insulator is used to reduce this heat transfer. The effectiveness of a heat exchanger will increase if the heat loss to surrounding can be reduced. Theoretically, the thicker the insulator the smaller the heat loss in a plate heat exchanger. A research is carried on to study the effect of an insulator thickness on heat exchanger effectiveness. The insulators used are glasswool and rockwool. It turns out that the effectiveness is increasing until a maximum point, and then decreasing when the thickness of the insulator is increasing. Keywords: thermal insulator, effectiveness, plate heat exchanger. 1. Pendahuluan Heat exchanger merupakan alat yang digunakan untuk proses perpindahan panas antara dua atau lebih fluida yang berbeda temperaturnya. Di dalam heat exchanger terjadi perpindahan panas dari fluida yang temperaturnya lebih tinggi ke fluida lain yang temperaturnya lebih rendah. Di samping itu juga terjadi perpindahan panas ke atau dari lingkungan. Perpindahan panas ke atau dari lingkungan umumnya tidak diharapkan terjadi karena akan mengurangi efektivitas heat exchanger. Untuk mengurangi besar perpindahan panas ini, suatu heat exchanger dilengkapi dengan isolator termal. Pada suatu heat exchanger yang berbentuk silinder dikenal tebal isolator kritis. Pada ketebalan kritis tersebut, perpindahan panas dari atau ke lingkungan yang terjadi adalah maksimum. Sedang pada heat exchanger yang berbentuk kotak tidak dijumpai adanya tebal isolator kritis. Hal ini berarti secara teori semakin tebal isolator yang digunakan semakin kecil perpindahan panas ke atau dari lingkungan. Maka, pertimbangan dalam menentukan tebal isolator yang digunakan adalah faktor biaya. Semakin tebal isolator yang digunakan berarti semakin besar biaya yang harus disediakan. Meskipun tidak dijumpai tebal isolator kritis pada heat exchanger yang berbentuk kotak, namun diduga perpindahan panas ke atau dari lingkungan tidak akan linier terhadap ketebalan isolator. Karena itu, dilakukan penelitian pada suatu plate heat exchanger (berbentuk kotak untuk mengetahui bagaimana pengaruh ketebalan isolator terhadap efektivitas heat exchanger. Catatan : Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1 Februari 21. Diskusi yang layak muat akan diterbitkan pada Jurnal Teknik Mesin Volume 3 Nomor 1 April 21. 73

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 2, No. 2, Oktober 2: 73 78 2. Teori Dasar Perpindahan panas terjadi oleh karena adanya perbedaan temperatur, dimana panas mengalir dari benda bertemperatur tinggi ke benda bertemperatur lebih rendah. Perpindahan panas terjadi dengan tiga cara yaitu: konduksi, konveksi dan radiasi. Konduksi dapat didefinisikan sebagai perpindahan panas yang terjadi melalui medium yang diam, misalnya perpindahan panas di dalam benda padat. Sedang konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi antara suatu permukaan dengan fluida yang bergerak karena adanya gradien temperatur yang disebabkan perbedaan rapat massa, misalnya dari plat ke udara. Radiasi didefinisikan sebagai perpindahan panas antara dua benda lewat pancaran gelombang elektromagnetik dan tidak membutuhkan medium perantara, misalnya panas dari sinar matahari yang sampai ke bumi. Dalam kenyataan, perpindahan panas yang terjadi merupakan gabungan antara ketiganya. Gambar 1. Distribusi Temperatur pada Bidang Datar Pada bidang datar yang terdiri dari beberapa bahan (composite wall seperti pada Gambar 1, besar perpindahan panas dari fluida yang mengalir di sebelah kiri ke fluida yang mengalir di sebelah kanan adalah: q = 1 h 1 T,1 T,4 LA LB LC 1 + + + + A k A k A k A h A A B Pada gambar di atas, bidang B atau C dapat berupa isolator termal. Semakin tebal isolator yang digunakan maka semakin besar LB atau LC. Dari persamaan (1 di atas terlihat bahwa semakin besar LB atau LC, maka panas yang hilang dari fluida di kiri ke lingkungan (fluida di kanan, q, akan semakin kecil. C 4 (1 Menurut Incropera dan Dewitt (1981, efektivitas suatu heat exchanger didefinisikan sebagai perbandingan antara perpindahan panas yang diharapkan (nyata dengan perpindahan panas maksimum yang mungkin terjadi dalam heat exchanger tersebut. perpindahan panas yang diharapkan å = perpindahan panas maksimum yang mungkin Perpindahan panas yang diharapkan dalam penelitian ini adalah perpindahan panas yang diterima udara dingin: Q udara dingin = (m.cp udara dingin (Tc,o Tc,i (2 Sedang perpindahan panas maksimum yang mungkin terjadi dalam heat exchanger ditentukan sebagai berikut: - Jika (m.cp udara dingin > (m.cp udara panas, maka Qmax = (m.cp udara panas (Th,i Tc,i (3 - Jika (m.cp udara dingin < (m.cp udara panas, maka Qmax = (m.cp udara dingin (Th,i Tc,i (4 Perpindahan panas maksimum mungkin terjadi bila salah satu fluida mengalami perbedaan suhu sebesar beda suhu maksimum yang terdapat dalam heat exchanger tersebut, yaitu selisih antara suhu masuk fluida panas dan fluida dingin. Fluida yang mungkin mengalami perbedaan suhu maksimum ini ialah fluida yang mempunyai nilai kapasitas panas (m.cp minimum. Dengan demikian efektivitas heat exchanger dalam penelitian ini adalah: å (m.c (m.c p min (T (T h,i T T p udara dingin c,o c,i = (5 c,i Pada penelitian ini, laju aliran massa udara panas dibuat sama dengan laju aliran massa udara dingin. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh laju aliran massa dalam perpindahan panas antara udara panas dan udara dingin, mengingat panas jenis (cp udara panas hampir sama dengan panas jenis udara dingin. Dengan membuat laju aliran massa keduanya sama, kenaikan atau penurunan suhu benar-benar disebabkan perpindahan panas di antaranya. Laju aliran massa dapat ditentukan dengan mengetahui kecepatan dan kerapatan fluida serta luas penampang aliran, yaitu: m o = ñva (6 74

Pengaruh Tebal Isolasi Thermal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo 3. Alat Percobaan Heat exchanger yang diuji: Tipe plate heat exchanger skala kecil dengan konstruksi seperti pada Gambar 2. Heat exchanger ini dirancang dengan batasan: - Kerangka luar terbuat dari besi dengan tebal 3 mm. - Plat yang digunakan aluminium dengan tebal 1 mm.. - Penampang tempat aliran udara panas dan dingin: lebar 5 mm, tinggi 15 mm. - Dimensi heat exchanger: lebar 56 mm, tinggi 53 cm. - Temperatur udara panas masuk, Th,i = 11 o C - Temperatur udara dingin masuk, Tc,i = 27 o C - Kondisi udara sekitar: temperatur, T = 27 o C - Udara dingin diasumsikan keluar pada temperatur, Tc,o = 39 o C - Dari perhitungan yang dilakukan oleh Edymin (1999, panjang heat exchanger adalah 6 cm. Isolator termal yang dipakai: - Glasswool tipe INS 1625 dengan ketebalan: 2,5 cm, 5 cm, 7,5 cm, 1 cm, 12,5 cm. - Rockwool tipe M.G. Mighty Roll dengan ketebalan: 2,5 cm, 5 cm, 7,5 cm. Peralatan lain: - 3 buah blower Nidec Gamma 32, model D12F-24PLMCIX (Nippon Denso Corporation, 2 untuk mengalirkan udara dingin dan 1 untuk udara panas. - 1 buah elemen pemanas 667 Watt (AC untuk menghasilkan udara panas 11 o C. - 3 buah DC Regulator Power Supply 3V untuk mengatur tegangan input ke blower sehingga kecepatan aliran udara masuk heat exchanger dapat dijaga konstan. - 1 buah Deluxe Slide Regulator 1 Watt untuk mengatur tegangan input ke elemen pemanas sehingga temperatur udara panas masuk heat exchanger dapat dijaga konstan. - 2 buah thermocouple atau thermometer untuk mengukur temperatur udara dingin dan udara panas saat keluar dari heat exchanger. - 1 buah velometer tipe ALNOR untuk mengukur kecepatan aliran udara panas dan udara dingin. - 1 buah Multimeter untuk mengukur tegangan input ke blower. Gambar 2. Konstruksi Plate Heat Exchanger 4. Prosedur Percobaan - Membungkus heat exchanger dengan isolator termal. - Mengatur DC regulator pada tegangan tertentu, kemudian dihubungkan ke blower yang dihubungkan dengan elemen pemanas, sehingga blower menghasilkan udara dengan kecepatan tertentu. - Mengatur AC regulator pada tegangan tertentu sehingga udara panas keluar elemen pemanas pada temperatur 11 o C. - Mengukur temperatur udara yang keluar dari elemen pemanas dengan thermocouple. 75

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 2, No. 2, Oktober 2: 73 78 - Setelah temperatur udara panas mencapai harga yang ditentukan yaitu 11 o C, blower dihubungkan dengan heat exchanger. - Mengatur DC regulator pada tegangan tertentu dan dihubungkan dengan blower untuk menghasilkan udara dengan suhu 27 o C yang mengalir dengan kecepatan tertentu. - Mengatur peralatan seperti pada Gambar 3. - Memasang thermocouple pada ujung keluaran udara panas dan udara digin pada heat exchanger. - Menunggu sampai temperatur udara panas dan udara dingin keluar dari heat exchanger pada harga konstan. - Mencatat temperatur keluar udara panas dan udara dingin. - Mematikan elemen pemanas dan mengeluarkannya dari heat exchanger. - Menunggu heat exchanger menjadi dingin dan kembali ke kondisi semula - Mengulangi percobaan untuk kecepatan yang berbeda. Percobaan dilakukan 2 kali masing-masing untuk isolator glasswool dan rockwool. 7 6 5 4 T dingin, out 3 Tpanas, out 2 1 2.5 5 7.5 1 12.5 15 (a 7 6 5 4 3 2 1 2.5 5 7.5 1 12.5 15 (b 7 6 5 4 3 2 1 2.5 5 7.5 1 12.5 15 (c Gambar 3. Susunan Percobaan pada Plate Heat Exchanger 5. Hasil Percobaan dan Analisa Temperatur Udara (C 8 7 6 5 4 3 2 1 2.5 5 7.5 1 12.5 15 (d A. Isolator glasswool, ketebalan: 2,5 cm, 5 cm, 7,5 cm, 1 cm, dan 12,5 cm. Dengan mengatur agar temperatur udara dingin masuk heat exchanger pada 27 o C dan udara panas masuk pada 11 o C, didapat data seperti pada Gambar 4 di bawah. Gambar 4. Data Rata-rata Hasil Percobaan dengan Isolator Glasswool: a. Kecepatan udara panas = kecepatan udara dingin = 1 m/s b. Kecepatan udara panas = kecepatan udara dingin = 2,5 m/s c. Kecepatan udara panas = 2,5 m/s; kecepatan udara dingin = 3 m/s d. Kecepatan udara panas = 3 m/s; kecepatan udara dingin = 2 m/s 76

Pengaruh Tebal Isolasi Thermal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Dari data di atas, dengan menggunakan persamaan (5 dapat dicari efektivitas heat exchanger seperti pada Gambar 5. Efektivitas.6.5.4.3.2.1 2.5 5 7.5 1 12.5 15 Vdingin=Vpanas=1 m/s Vdingin=Vpanas=2,5m/s Vdingin=3m/s; Vpanas=2,5m/s Vdingin=2m/s; Vpanas=3m/s Gambar 5. Efektivitas Heat Exchanger dengan Isolator Glasswool. B. Isolator rockwool, ketebalan 2,5 cm, 5 cm, dan 7,5 cm. Temperatur Udara (C Temperatur Udara (C 7 6 5 4 3 2 1 8 6 4 2 2.5 5 7.5 1 (c 2.5 5 7.5 1 Karena rockwool lebih padat dibanding glasswool, maka variasi ketebalan yang bisa dicoba hanya 3 macam, yaitu 2,5 cm, 5 cm, dan 7,5 cm. Dengan kondisi yang sama, yaitu temperatur udara dingin masuk heat exchanger pada 27 o C dan udara panas masuk pada 11 o C, didapat data hasil percobaan rata-rata seperti pada Gambar 6 di bawah. (d Gambar 6. Data Rata-rata Hasil Percobaan dengan Isolator Rockwool: a. Kecepatan udara panas = kecepatan udara dingin = 1 m/s b. Kecepatan udara panas = kecepatan udara dingin = 2,5 m/s c. Kecepatan udara panas = 2,5 m/s; kecepatan udara dingin = 3 m/s d. Kecepatan udara panas = 3 m/s; kecepatan udara dingin = 2 m/s 7 6 5 4 3 2 1 2.5 5 7.5 1 Tpanas, out Tdingin, out Dengan menggunakan persamaan (5 dapat dicari efektivitas heat exchanger jika isolator yang digunakan rockwool seperti pada Gambar 7..6.5 (a 7 6 5 4 3 2 1 2.5 5 7.5 1 (b Efektivitas.4.3.2.1 2.5 5 7.5 1 Vdingin=Vpanas= 1m/s Vdingin=Vpanas= 2,5m/s Vdingin=3m/s; Vpanas=2,5m/s Vdingin=2m/s; Vpanas=3m/s Gambar 7. Efektivitas Heat Exchanger dengan Isolator Rockwool. Dari Gambar 4 dan Gambar 6 di atas dapat dilihat bahwa temperatur keluar udara dingin maupun udara panas meningkat seiring dengan 77

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 2, No. 2, Oktober 2: 73 78 kenaikan kecepatan udara panas dan dingin. Hal ini bersesuaian dengan teori yang menyatakan bahwa kecepatan aliran yang tinggi membuat bilangan Reynold meningkat. Kenaikan bilangan Reynold membuat bilangan Nusselt meningkat dan hal ini membuat koefisien perpindahan panas konveksi meningkat. Kenaikan koefisien konveksi membuat perpindahan panas di antara udara panas dan dingin semakin baik, dimana hal ini teramati melalui kenaikan temperatur. Dari Gambar 5 dan Gambar 7 dapat dilihat bahwa efektivitas heat exchanger meningkat dengan bertambahnya ketebalan isolator termal yang dipakai, baik dengan glasswool maupun rockwool. Namun, peningkatan tersebut tidak terjadi terus. Setelah mencapai efektivitas maksimum, meskipun tebal isolator ditambah efektivitas menurun. Hal ini menunjukkan bahwa ada ketebalan isolator termal yang optimum untuk suatu heat exchanger. Dari penelitian yang dilakukan, didapat bahwa untuk isolator glasswool, ketebalan optimum untuk plate heat exchanger yang dipakai adalah 7,5 cm. Sedang untuk isolator rockwool, ketebalan optimum adalah 5 cm. Dari Gambar 5 dan Gambar 7 untuk kecepatan udara masuk yang sama (misal Vpanas = Vdingin = 1 m/s atau 2,5 m/s didapat bahwa untuk ketebalan yang sama, efektivitas heat exchanger yang diberi isolator termal rockwool lebih tinggi dibanding yang diberi isolator termal glasswool. Misal saat Vpanas = Vdingin = 1 m/s, untuk ketebalan 5 cm, efektivitas dengan glasswool =,358 sedang efektivitas dengan rockwool =,434. Kemungkinan hal ini karena rockwool lebih padat, dimana kerapatannya 6 kg/m 3, dibanding glasswool yang mempunyai kerapatan 16 kg/m 3. Daftar Pustaka 1. Edymin, Pengaruh Kecepatan Aliran Fluida Masuk Terhadap Efektivitas Heat Exchanger Plat Paralel, Tugas Akhir no. 99.54.352, Jurusan Teknik Mesin UK Petra, 1999 2. Alamsyah, A., Pengaruh Tebal Isolasi Terhadap Efektivitas Heat exchanger Model Plat Paralel dan Tabung Konsentris, Tugas Akhir no. 99.54.353, Jurusan Teknik Mesin UK Petra, 1999 3. Cengel, Y.A., Introduction to Thermodynamics and Heat Transfer, New York: McGraw Hill, 1997. 4. Incropera, F.P. and D.P. DeWitt, Fundamentals of Heat Transfer, New York: John Wiley & Sons, 1981. 6. Kesimpulan - Efektivitas plate heat exchanger meningkat jika ketebalan isolator termal bertambah hingga suatu harga maksimum dan kemudian akan berkurang. - Efektivitas plate heat exchanger dengan isolator rockwool lebih tinggi dibanding dengan isolator glasswool untuk ketebalan yang sama. 78