BAB I PENDAHULUAN. (KPS) (Ramli, 2011). Selain itu, menurut Rustaman (2003) KPS. proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizma Yuansih, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.edu

2015 PENGEMBANGAN ASSESMEN KINERJA UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM

BAB III METODE PENELITIAN. siswa, kesulitan belajar, dan Keterampilan Proses Sains (KPS). Secara

BAB I PENDAHULUAN. Penilaian atau asesmen dalam pembelajaran memiliki kedudukan yang

2015 PENERAPAN LEARNING LOG UNTUK MENDIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR SISWA SMA PADA MATERI ECHINODERMATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat belajar IPA adalah sebagai produk dan sebagai proses, maka

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

I. PENDAHULUAN. Secara umum, asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi

PENGARUH PENERAPAN QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi dan teknologi informasi. Pendidikan merupakan sarana penting untuk

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang terkait dengan kemampuan kimia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada tingkat sekolah dasar adalah merupakan pondasi bagi

I. PENDAHULUAN. Dahar (1986) mengungkapkan bahwa hakekat IPA mencakup dua hal, yaitu IPA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ahmad Mulkani, 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan bukti-bukti atau karya-karya hasil belajar siswa meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devi Esti Anggraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu. kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan sepanjang hayat (Rustaman, 2006: 1). Sistem

Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Plantae Di Kelas X SMAN Aceh Besar

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah

Unit 5 INSTRUMEN NON TES. Yuni Pantiwati Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

Inisiasi III ASESMEN PEMBELJARAN SD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. curriculum) ke kurikulum berbasis kompetensi (competency based. menuntut siswa untuk menerapkan langsung konsep yang di dapat dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mulai dari (kurikulum tahun 1994) yang menggunakan cara belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rachmi Fitria Mustari, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Neneng Anisah, 2013

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tabiat (behavior) manusia. Yang dimaksud dengan behavior adalah setiap

I. PENDAHULUAN. mengajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Hasil survey PISA tahun 2012 pada aspek sains, Indonesia mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersedia tidak memadai, kurang dana, keterbatasan keterampilan guru dalam

1. PERSOALAN PENILAIAN BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang

BAB I. Pendahuluan. Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa

BAB V PEMBAHASAN. yang ada dalam penelitian ini sebagai berikut : A. Peningkatan penguasaan Konsep Dasar IPA

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekedar penguasaan. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian tersebut mencakup di dalamnya terjadi perubahan tingkah laku peserta

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak boleh ditinggalkan yaitu pengetahuan (cognitive, intelectual), keterampilan

I. PENDAHULUAN. Salah satu Standar Kompetensi (SK) pada bidang studi kimia kelas XI IPA

I. PENDAHULUAN. dibandingkan secara rutin sebagai mana dilakukan melalui TIMSS (the Trends in

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran biologi penguasaan konsep-konsep biologi sangat

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional variabel yang terlibat di dalam penelitian ini

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM PEMBELAJARAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS MELALUI PRAKTIKUM SKALA MIKRO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan pendekatan

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN RANAH PSIKOMOTOR PADA MATERI TITRASI ASAM BASA KELAS XI-MIA SMAN 4 KOTA JAMBI

I. PENDAHULUAN. seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan. (Kusaeri dan Suprananto, 2012). Dalam Permendiknas Nomor 20 tahun

Penilaian Proses dan Hasil Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan belajar siswa. Belajar yang efektif dapat membantu siswa

Gamaliel Septian Airlanda Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adelia Alfama Zamista, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

I.PENDAHULUAN. produk, proses dan sikap. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 di seluruh SMA Negeri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum merupakan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS KELAS UNTUK MENGUKUR KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA PEMBELAJARAN KIMIA di SMA DENGAN MODEL CTL

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kajian kuikulum pada pelajaran IPA, materi kelistrikan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku (tingkah laku) yang diakibatkan oleh pengalaman (Dahar, 1989). Pengalaman belajar dapat menghasilkan kemampuan-kemampuan peserta didik yang disebut dengan hasil belajar. Secara garis besar Benyamin Bloom membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar (Muslich, 2011). Salah satu penilaian hasil belajar terhadap aspek psikomotor dilakukan selama berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar. Tipe hasil belajar ranah psikomotor berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak siswa setelah menerima pengalaman belajar tertentu (Muslich, 2011). Pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan komptensi dan menumbuhkan kemampuan berpikir dapat dilakukan melalui pembelajaran sains. Pembentukan sikap ilmiah seperti ditunjukkan oleh para ilmuan sains dapat dikembangkan melalui Keterampilan Proses Sains (KPS) (Ramli, 2011). Selain itu, menurut Rustaman (2003) KPS merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang berorientasi kepada proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

2 Trisnawati (2009) menemukan bahwa keterampilan proses yang dimunculkan melalui kegiatan praktikum dengan pendekatan free inquiry pada subkonsep pencemaran air, rata-rata kemampuan siswa pada masingmasing jenis keterampilan proses mempunyai persentase penguasaan yang cukup yaitu sebesar 73%. Persentase setiap jenis keterampilan proses yang dijaring menggunakan soal keterampilan proses yaitu merencanakan percobaan (64,41%), klasifikasi (60,16%), interpretasi (71,87%), prediksi (81,25%), menerapkan konsep (68,75%), berhipotesis (64,06), berkomunikasi (74,65%), mengajukan pertanyaan (92,19%), dan menggunakan alat dan bahan (79,68%). Sedangkan keterampilan proses yang diungkap menggunakan lembar observasi menunjukan rata-rata yang cukup yaitu sebesar 81,43%. Persentase setiap jenis keterampilan proses yaitu observasi (90,48), merencanakan percobaan (88,57%), klasifikasi dan menggunakan alat dan bahan (85,71%), interpretasi dan mengajukan pertanyaan (78,57%), berhipotesis dan prediksi (71,43%), melaksanakan percobaan (80,95%), berkomunikasi (64,29%), dan menerapkan konsep (100%). Kemudian Sukmadiputri (2008) melaporkan bahwa keterampilan proses interpretasi siswa melalui e-learning dengan menggunakan instrumen soal menunjukkan hasil yang berbeda dari setiap indikator. Keterampilan interpretasi siswa dalam menghubungkan data hasil pengamatan termasuk kategori kurang (50.77%). Keterampilan interpretasi siswa dalam menemukan pola atau keteraturan dari satu seri pengamatan

3 termasuk kategori cukup (74.71%). Keterampilan interpretasi siswa dalam menyimpulkan juga termasuk kategori cukup (59.53%). Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa keterampilan interpretasi siswa termasuk pada kategori cukup (58.13%). Temuan-temuan itu menunjukkan bahwa telah banyak upaya untuk meningkatkan keterampilan proses siswa meskipun hasilnya bervariasi, secara umum menunjukkan penguasaan siswa terhadap keterampilan proses berada dalam katagori cukup, dan beberapa dalam katagori kurang sehingga masih perlu ditingkatkan. Hasil-hasil penelitian yang mengungkap keadaan kemampuan keterampilan proses siswa tersebut dijaring menggunakan alat evaluasi berupa tes dan non tes. Akan tetapi, penyebab dari kesulitan siswa dalam melakukan keterampilan proses belum terungkap melalui alat evaluasi dalam rangkaian penelitian tersebut. dengan demikian diperlukan suatu asesmen yang dapat mendiagnosis kesulitan siswa tersebut. Asesmen alternatif dipandang tepat untuk melakukan fungsi diagnosis tersebut. Menurut Poerwanti (2008) asesmen alternatif merupakan upaya memperbaiki dan melengkapi tes, sehingga penilaian hasil belajar tidak hanya berhubungan dengan hasil akhir (end product) tetapi yang lebih penting merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Asesmen alternatif tidak dipersiapkan sebagai pengganti tes obyektif buatan guru tetapi diharapkan dapat membantu meningkatkan efektifitas proses

4 pembelajaran. Jadi, asesmen alternatif harus mampu menghilangkan berbagai kelemahan tes dan perlu dilakukan. Ada banyak jenis asesmen alternatif, menurut McGraw-Hill School Division (dalam Poerwanti, 2008), macam asesmen alternatif antara lain adalah: (1) asesmen kinerja (performance assessment); (2) observasi dan pertanyaan (observation and questioning); (3) presentasi dan diskusi (presentation and discussion); (4) proyek dan investigasi; (5) portofolio dan jurnal (6) wawancara (interview) dan konferensi; (7) evaluasi diri oleh siswa; (8) tes buatan siswa; dan (9) pekerjaan rumah. Guru mempunyai banyak pilihan dalam mengases kemajuan belajar siswa. Salah satu cara yang dapat digunakan yaitu menggunakan jurnal belajar. Menurut Susilo (2004) dalam Poerwanti (2008) jurnal belajar adalah tulisan yang dibuat siswa untuk mencatat apa yang telah dipelajarinya. Pendapat lain menyatakan jurnal adalah rekaman tertulis tentang apa yang dibuat siswa terhadap apa yang telah dipelajari oleh siswa. Jurnal belajar dapat digunakan untuk merekam atau meringkas aspekaspek yang berhubungan dengan topik-topik kunci yang dipelajari, misalnya perasaan siswa terhadap sains, kesulitan yang dialami, atau keberhasilan di dalam memecahkan masalah atau topik tertentu atau berbagai macam catatan lain, komentar yang dibuat oleh siswa. Membuat jurnal adalah cara yang paling baik untuk siswa berpraktik dan meningkatkan kemampuan menulis mereka karena jurnal membantu siswa

5 memiliki sikap selalu memuliskan apa yang dikerjakan (Poerwanti, 2008). Hal tersebut akan membuat waktu dalam pembelajaran berkualitas dan efisien. Karena dalam belajar siswa sering mengalami kelupaan, bahkan terkadang mengalami kejenuhan (learning plateau) (Syah, 2002). Siswa terkadang melakukan aktifitas yang kurang bermanfaat seperti menulis dairy, memainkan kuku, menggunakan handphone, membaca novel, dan aktifitas lainnya yang menggangu keberlangsungan belajar untuk mengurangi kejenuhannya. Penelitian mengenai pengaruh penggunaan jurnal belajar terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem reproduksi manusia telah dilakukan. Anggraeni (2009) melaporkan bahwa penggunaan jurnal belajar berpengaruh signifikan (signifikansi 0,05) terhadap hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif siswa. Berdasarkan hasil angket yang diberikan pada siswa menunjukkan bahwa 45,7% siswa menyatakan tertarik dengan penggunaan jurnal belajar tersebut. sebanyak 54,3% siswa menganggap biasa saja dengan penggunaan jurnal belajar tersebut, hal ini disebabkan karena belum ditumbuhkannya ketertarikan siswa dalam membuat jurnal belajar. Jurnal belajar ini dibuat oleh siswa setelah pembelajaran selesai, jadi setelah pembelajaran selesai maka siswa terlepas dari konsep-konsep yang dipelajarinya. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah pada umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang terabaikan.

6 seringkali siswa-siswa yang berkemampuan rendah kurang mendapat kesempatan yang memadai sesuai dengan kapasitasnya. Kemudian timbullah apa yang disebut dengan kesulitan belajar (learning difficulity) yang tidak hanya menimpa siswa yang berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi (Syah, 2002). Penelitian penilaian untuk diagnostik kesulitan belajar telah dilakukan, bahwa untuk penilaian diagnostik kesulitan belajar dapat digunakan tes. Padahal banyak aspek terkait kesulitan belajar siswa yang tidak dapat diakses melalui tes. Jadi kesulitan belajar siswa yang sesungguhnya hanya bisa digali melalui penilaian yang dilakukan pada kondisi siswa alamiah belajar. Salah satu bentuk asesmen alternatif yang dapat mengetahui kondisi alamiah belajar siswa adalah menggunakan jurnal kegiatan yang merupakan bagian dari jurnal belajar. Jurnal kegiatan adalah catatan tertulis berupa jurnal tentang bagaimana seseorang menghabiskan waktunya (Graham, 2011). Dalam dunia pendidikan disebut dengan jurnal kegiatan siswa, adalah sebuah catatan siswa yang berisi aktifitas siswa selama mempelajari sub konsep yang diajarkan oleh guru. Menurut Poerwanti (2008) dengan menggunakan jurnal kegiatan siswa tersebut selain dapat menuliskan aktivitas selama pembelajaran di kelas dan di luar kelas, siswa juga dapat menuliskan beberapa kesulitan yang ditemukan ketika mempelajari sub bab yang sedang diajarkan. Untuk itu, penelitian mengenai penggunaan jurnal kegiatan siswa sebagai asesmen

7 alternatif untuk mendiagnostik kesulitan belajar siswa SMA dalam melakukan KPS perlu dilakukan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dikemukakan, maka masalah dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana penerapan jurnal kegiatan siswa sebagai asesmen alternatif untuk mendiagnostik kesulitan belajar siswa SMA dalam melakukan Keterampilan Proses Sains (KPS)?. Untuk lebih memperjelas apa yang diperoleh maka permasalahan tersebut dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pengembangan perangkat jurnal kegiatan siswa untuk mendiagnostik kesulitan belajar siswa SMA dalam melakukan KPS? 2. Bagaimana penerapan jurnal kegiatan siswa untuk mendiagnostik kesulitan belajar siswa SMA dalam melakukan KPS? 3. Kelebihan dan kelemahan apa sajakah yang ditemukan pada perangkat penilaian yang dikembangkan? 4. Kendala apa sajakah yang ditemukan dalam penggunaan jurnal kegiatan siswa untuk mendiagnostik kesulitan belajar siswa? 5. Apa kesulitan yang dihadapi siswa ketika melakukan keterampilan proses sains yang terungkap melalui asesmen yang dikembangkan?

8 C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diungkapkan, dan agar penelitian ini lebih terarah, maka permasalahannya dibatasi sebagai berikut: 1. Kesulitan belajar yang dimaksud adalah kesulitan belajar yang dialami siswa SMA dalam melakukan Keterampilan Proses Sains (KPS) ketika melakukan praktikum mengenai pencemaran air. 2. Keterampilan Proses Sains (KPS) yang dilihat dalam penelitian ini adalah beberapa jenis KPS dari total 11 jenis KPS digunakan 7 jenis KPS yaitu mengelompokkan, menafsirkan, meramalkan, melakukan komunikasi, mengajukan pertanyaan, mengajukan hipotesis, dan menerapkan konsep. D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiagnostik kesulitan belajar siswa SMA dalam melakukan KPS, berdasarkan tujuan penelitian diatas dapat dijabarkan menjadi tujuan khusus sebagai berikut: 1. Menguji perangkat asesmen untuk mendiagnostik kesulitan belajar siswa SMA dalam melakukan KPS. 2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan berdasarkan analisis uji coba dan penerapan dari perangkat yang dikembangkan.

9 E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya: 1. Bagi guru, (a) perangkat jurnal kegiatan siswa yang telah dikembangkan dapat digunakan oleh guru untuk mendiagnostik kesulitan siswa pada materi lain, dan (b) hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai kesulitan siswa dalam melaksanakan KPS. 2. Bagi siswa, terlibat secara aktif dalam penilaian KPS melalui self assessment.