BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Mengenali tanda-tanda awal penyakit diabetes mellitus menjadi sangat penting untuk mengetahui bagaimana melakukan tindakan. Disadari bahwa bila timbul komplikasi, umumnya diabetes tidak dapat diperbaiki lagi dan dapat menyebabkan kecacatan atau bahkan kematian. Kadar gula darah yang tinggi dianggap sebagai penyebab utama timbulnya komplikasi, seperti penyakit jantung koroner, stroke, gangren atau luka kaki, gagal ginjal, kebutaan, rasa kebas, kesemutan dan disfungsi ereksi (Subekti, 2006). Hasil laporan dari WHO menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-4 angka kesakitan diabetes mellitus di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Di Indonesia jumlah penderita diabetes mellitus pada tahun 2000 mencapai 8,4 juta dan diprediksi oleh WHO pada tahun 2030 akan menjadi 21,3 juta jiwa. Kasus baru yang didiagnosis pada tahun 2010 mencapai 1,9 juta kasus (Perkeni, 2006). Komplikasi jangka panjang dari diabetes mellitus salah satunya adalah luka diabetik. Kejadian luka diabetik akan meningkat mengingat angka kejadian diabetes mellitus setiap tahun meningkat yaitu sebanyak 15% (ADA, 2007 dalam Clayton, 2009) dan 85% merupakan penyebab terjadinya amputasi pada pasien diabetes mellitus (Clayton, 2009). Komplikasi kaki diabetik merupakan penyebab tersering dilakukannya amputasi yang didasari oleh kejadian non traumatik. Risiko amputasi 15-40 kali lebih sering pada penderita DM dibandingkan dengan
non-dm (Singh, 2005 dalam Decroli, dkk, 2008). RSCM pada tahun 2003 di ruang perawatan kelas 2 dan 3 didapatkan 119 kasus rawat inap kaki diabetik dan hanya 32,5 % kasus dapat diselamatkan tanpa amputasi (Lobmann, 2002 dalam Decroli, Karimi, Manaf, & Syahbuddin, 2008). Luka kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik diabetes melitus yang sering dijumpai dan ditakuti oleh karena pengelolaannya sering mengecewakan dan berakhir dengan amputasi, bahkan kematian. Luka kaki diabetes ini dapat dicegah dengan melakukan skrining dini serta edukasi pada kelompok berisiko tinggi, dan penanganan penyebab dasar seperti neuropati, penyakit arteri perifer dan deformitas (Langi, 2011). Berbagai teknik perawatan luka diabetik mellitus saat ini telah berkembang pesat. Perawatan luka lembab adalah inovasi baru yang sedang banyak dibicarakan. Pada teknik perawatan luka lembab ini menggunakan balutan sintetik seperti balutan alginat, balutan foam, balutan hidrofiber, balutan hidrokoloid, balutan hidrogel, balutan transparan film dan bahan absorben (Milne & Landry, 2003 dalam Nurachmah, Kristianto, & Gayatri, 2011). Persepsi masyarakat tentang perawatan luka selama ini adalah bahwa luka akan cepat sembuh jika luka dijaga agar tetap kering. Dan luka yang lembab adalah tempat berkembangnya kuman penyakit. Pendapat tersebut terbantahkan karena justru perawatan luka dengan metode lembab bertindak untuk mempertahankan kelembaban yang adekuat dalam luka, menyerap kelembaban yang berlebihan pada luka dan memberikan kelembaban pada jaringan-jaringan yang kering pada luka. Lingkungan lembab ini juga akan mempercepat proses
penyembuhan luka, mengurangi infeksi, mengurangi kemungkinan adanya luka baru pada saat penggantian balutan, mengurangi rasa nyeri dan menghemat biaya (Maryunani, 2013). Hasil penelitian Nurachmah, Kristianto, & Gayatri (2011) menyatakan bahwa Penurunan kadar kortisol pada kelompok yang menggunakan balutan modern lebih tinggi dibandingkan pada kelompok yang menggunakan balutan konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok perawatan modern lebih nyaman dibandingkan kelompok perawatan konvensional. Kortisol merupakan salah satu hormon yang akan dilepaskan dalam kondisi stress. Penurunan kortisol dapat berdampak terhadap proses penyembuhan luka, terutama dalam proses pembentukan sel-sel keratinosit dan proses re-epitelisasi. Dampak lebih lanjut bagi respon pasien adalah meningkatnya kerjasama pasien setiap dilakukan tindakan perawatan. Kondisi ini memberikan manfaat yang menguntungkan bagi pasien yaitu tidak hanya berpengaruh secara fisik, tetapi juga perubahan psikologis. Perawatan luka lembab sedikit banyak memberikan rasa nyaman pada pasien baik fisik, psikis dan sosial. Pasien dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa rasa khawatir terhadap luka yang bau dan tampilan luka yang tidak sedap dilihat. Perawatan luka lembab juga mengurangi biaya rawatan karena penggantian balutan hanya 1-2 kali dalam satu minggu. Dan juga tidak menimbulkan nyeri saat penggantian balutan. Berdasarkan hasil data di ASRI Wound Care Center (2013), Persepsi 5 orang pasien perawatan luka diabetik
terhadap perawatan luka lembab menyatakan sangat nyaman, bau luka hilang dan nyeri cepat berkurang. Penatalaksanaan perawatan luka yang baik sebenarnya dapat mencegah amputasi sekitar 50-75% (Morison, 2004). Karena itulah perlu dilakukan perawatan luka yang telah mempertimbangkan berbagai aspek seperti bagaimana cara balutan ideal, jenis balutan yang dipakai tanpa merusak jaringan yang sehat, tidak menimbulkan nyeri/trauma baru serta bagaimana agar dapat mempercepat proses penyembuhan luka hingga dapat menekan biaya perawatan tersebut, demi mencapai perawatan luka yang efektif, proses penyembuhan yang cepat, outcome yang berkualitas dan biaya yang lebih murah (Tarigan & Pemila, 2007). Perawatan luka diabetik secara efektif dapat mencegah terjadinya amputasi pada kaki itu sendiri, sehingga beban fisik dan psikologis pada pasien kaki diabetik dapat dikurangi. Berdasarkan uraian tersebut diatas peneliti tertarik mengangkat masalah tersebut untuk mengetahui bagaimana persepsi pasien luka diabetik tersebut terhadap perawatan luka lembab. 2. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka pertanyaan penelitian yang timbul adalah bagaimana persepsi pasien luka diabetik terhadap perawatan luka lembab?
3. Tujuan Penelitian 3.1 Tujuan Umum Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi persepsi pasien luka diabetik tentang perawatan luka lembab di ASRI Wound Care Center Medan. 3.2 Tujuan Khusus 3.2.1 Mengetahui persepsi pasien luka diabetik tentang konsep luka lembab. 3.2.2 Mengetahui persepsi pasien luka diabetik tentang pemilihan balutan pada perawatan luka lembab. 3.2.3 Mengetahui persepsi pasien luka diabetik tentang penyembuhan luka pada perawatan luka lembab. 4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat kepada berbagai Pihak, yaitu: 4.1. Bagi Pendidikan keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang berguna untuk meningkatkan mutu pendidikan keperawatan khususnya tentang teknik perawatan luka lembab terhadap pasien luka diabetik. 4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi untuk pengembangan keperawatan khususnya keperawatan luka
dan meningkatkan kualitas intervensi keperawatan dalam merawat pasien luka diabetik dengan perawatan luka lembab. 4.3 Bagi Penelitian Keperawatan Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan dan sebagai bahan referensi untuk penelitian berikutnya tentang perawatan luka lembab pada pasien luka diabetik.