BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek

ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI. Estimasi dalam arti luas pada hakekatnya adalah upaya untuk menilai atau memperkirakan suatu nilai melalui

ESTIMASI BIAYA PROYEK ESTIMASI BIAYA PROYEK RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kaitannya dengan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang

Mata Kuliah : Manajemen Proyek Kode MK : TKS 4208 Pengampu : Achfas Zacoeb SESI 6 HARGA SATUAN. zacoeb.lecture.ub.ac.id

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS ARUS KAS PROYEK RUMAH TINGGAL. Theresita Herni Setiawan 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawir (2010:2) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. revisi (1994) dengan PSAK 34 sesudah revisi (2010). Kedua, pembahasan dilanjutkan

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. Ketatnya persaingan dalam bidang perekonomian dan bidang bisnis

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Santi Kumalasari (2008) yang berjudul Analisi Modal Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Martono dan Harjito (2014:51) analisis laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS CASH FLOW OPTIMAL PADA KONTRAKTOR PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Kontrak Pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau

Modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan investasi dalam kas, surat-surat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian laporan keuangan lainnya yang diungkapkan oleh Munawir

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh individu maupun suatu lembaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja dalam Meningkatkan Profitabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis Optimalisasi Modal Kerja pada CV. Dharma Utama Batu. Metode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PRAKTIK PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN KAS DAN PERENCANAAN ARUS KAS PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 PEMBAHASAN. Pada bab ini, pertama penulis akan membahas penerapan persentase

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 5 Manajemen Kas dan Surat Berharga Jangka Pendek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen keuangan dalam banyak hal berkaitan dengan pembuatan

LAPORAN KEUANGAN (Materi 2)

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK DAN KEMAJUAN PEKERJAAN. secara menyeluruh mulai dari perencanaan, pembangunan fisik sampai dengan

Bab 4 Manajemen Modal Kerja

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sehingga dapat tercapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien. menurut waktu yang telah ditetapkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN. Anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada

BAB VII TINJAUAN KHUSUS

Manajemen Modal Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan didalam melaksanakan kegiatannya mempunyai tujuan yang

BAB II BAHAN RUJUKAN. Laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat untuk mengetahui

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi Resimen IndukV/Brawijaya Malang tahun Tujuan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB IV. yang berhubungan dengan kontrak konstruksi pada PT. KLS dimana dibahas dalam

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. sangatlah kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik

Working Capital Management

PELATIHAN PELAKSANA BENDUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikarenakan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan makin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Motif Penahanan Kas John Maynard Keynes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk memenuhi kebutuhan tersebut ikut menentukan sampai seberapakah

Bab 11 Analisa Dana dan Aliran Kas

Modul Tujuh: ASPEK KEUANGAN

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Inggris Victory English School. Penulis ditempatkan pada bagian keuangan,

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan. Menurut Kasmir (2011) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Posisi Keuangan Posisi keuangan merupakan salah satu informasi yang disediakan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek Kegiatan proyek merupakan suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasaran dan tujuannya tersebut telah digariskan dengan jelas (Soeharto,1997). Dalam proses mencapai hasil akhir kegiatan proyek tersebut telah ditentukan batasan batasan yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, jadwal dan mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan tersebut dikenal dengan istilah tiga kendala (triple constrain). Jadi proyek harus dilaksanakan dalam kurun waktu yang telah ditentukan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran serta mutu yang telah ditentukan. Agar suatu proyek dapat berhasil perlu diperhatikan faktor- faktor spesifik yang penting yang disebut sebagai ciri ciri umum manajemen proyek, sebagai berikut (Dipohusodo,1996) 1. Tujuan, sasaran, harapan harapan, dan strategi proyek hendaknya dinyatakan secara jelas dan terperinci sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk mewujudkan dasar kesepakatan segenap individu dan satuan organisasi yang terlibat. 2. Diperlukan Rencana Kerja, Jadwal, dan Anggaran Belanja yang realistis. 3. Diperlukan peran dan tanggung jawab di antara semua satuan organisasi dan individu yang terlibat didalamnya. 4. Diperlukan mekanisme untuk memonitor, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pada berbagai strata organisasi. 5. Diperlukan mekanisme sistem evaluasi yang diharapkan dapat memberikan umpan balik bagi manajemen, yang digunakan sebagai pedoman di dalam peningkatan produktivitas proyek. 6. Sesuai dengan sifat dinamisnya suatu proyek, apabila diperlukan Tim Proyek atau satuan organisasi proyek dapat dimungkinkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang harus bergerak diluar kerangka 4

organisasi tradisional atau rutin, akan tetapi dengan tetap berorientasi pada tercapainya produktivitas. 7. Diperlukan pengertian dan pemahaman mengenai tata cara dan dasar dasar peraturan birokrasi, dan pengetahuan tentang cara cara mengatasi kendala birokrasi. 2.2 Kontrak Kontrak terbentuk ketika dua pihak atau lebih telah saling menyetujui untuk saling mengadakan transaksi barang ataupun jasa. Persetujuan dapat dilanjutkan dalam bentuk kontrak apabila persetujuan yang telah benar-benar disepakati tersebut harus mengikat,berlaku terhadap semua aspek prinsip yang menyangkut persetujuan tersebut. Persetujuan yang disepakati harus bebas dari semua terminology yang dapat mempunyai arti samar atau ganda (ambiguous) Suatu kesepakatan harus dilandasi pada asas keadilan, agar sesuatu terbentuk secara adil maka kedua belah pihak yang akan mengadakan transaksi harus bebas dan diberi kesempatan yang sama untuk melaksanakan penawaran dan penerimaan. 2.3 Bentuk-Bentuk Kontrak Konstruksi Dari kesepakatan-kesepakatan yang telah disetujui,dilihat dari aspek atau sisi pandang persetujuannya bentuk-bentuk kontrak konstruksi dapat dibedakan sebagai berikut: a. Aspek perhitungan biaya kontrak ini didasarkan kepada perhitungan biaya pekerjaan/harga borongan yang akan dicantumkan dalam kontrak. Berdasarkan aspek perhitungan biaya bentuk kontrak yang sering dipergunakan adalah; 1. Fixed/Lump Sum Price Fixed/lump sum price secara umum adalah suatu kontrak dimana volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak tidak boleh diukur ulang. Dalam peraturan pemerintah (PP) No 29/2000, Pasal 27 ayat 6, mengatakan bahwa kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan lump sum merupakan kontrak jasa atas 5

penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap serta semua resiko yang mungkin terjadi selama proses penyelesaian pekerjaan yang sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah. 2. Unit Price Unit price secara umum adalah suatu kontrak dimana volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak hanya merupakan perkiraan dan akan diukur ulang untuk menentukan volume pekerjaan yang benar-benar dilaksanakan. Dalam peraturan pemerintah (PP) No. 29/2000, pasal 21 ayat 2, mengatakan bahwa kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan harga satuan (unit price) merupakan kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu yang volume pekerjaannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar sudah dikerjakan oleh penyedia jasa. b. Aspek perhitungan jasa Kontrak ini didasarkan kepada cara pembayaran jasa yang akan dibayarkan oleh pengguna jasa kepada penyedia jasa. Terdapat 3 (tiga) macam bentuk kontrak yang sering dipergunakan dalam aspek perhitungan jasa, yaitu: 1. Biaya tanpa jasa (cost without fee) Adalah bentuk kontrak dimana penyedia jasa hanya dibayar pekerjaan yang dilaksanakan tanpa mendapat imbalan jasa. 2. Biaya ditambah jasa (cost plus fee) Dalam kontrak seperti ini penyedia jasa dibayar seluruh biaya untuk melaksanakan pekerjaan, ditambah dengan jasa yang biasanya dalam bentuk persentase dari biaya, misalnya 10%. 6

3. Biaya ditambah jasa pasti (cost plus fixed fee) Bentuk kontrak seperti ini pada dasarnya sama dengan bentuk kontrak biaya ditambah jasa (cost plus fee), perbedaannya terletak pada imbalan (fee). Untuk biaya ditambah jasa (cost plus fee) besarnya imbalan jasa bervariasi tergantung dari besarnya biaya yang dikeluarkan, sedangkan dalam kontrak cost plus fixed fee sejak awal sudah ditetapkan besarnya imbalan jasa penyedia jasa yang pasti dan tetap walaupun biaya berubah. c. Aspek cara pembayaran Kontrak berdasarkan aspek cara pembayaran didasarkan kepada cara pembayaran atas prestasi pekerjaan yang sudah dikerjakan penyedia jasa. Cara pembayaran prestasi pekerjaan penyedia jasa dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Cara pembayaran bulanan (monthly payment) Dalam sistem/cara pembayaran bulanan (monthly payment), prestasi penyedia jasa dihitung setiap akhir bulan.setelah prestasi tersebut diakui pengguna jasa maka penyedia jasa dibayar sesuai prestasi tersebut. 2. Cara pembayaran atas prestasi (progress/stage payment) Dalam bentuk kontrak cara pembayaran atas prestasi (progress/stage payment) pembayaran kepada penyedia jasa dilakukan atas dasar prestasi/kemajuan pekerjaan yang telah dicapai sesuai ketentuan dalam kontrak jadi tidak atas dasar prestasi yang dicapai dalam satu waktu. 3. Turnkey Dalam bentuk kontrak turnkey penyedia jasa harus mendanai dahulu seluruh pekerjaan sesuai dengan kontrak.setelah pekerjaan selesai 100% dan diterima dengan baik oleh pengguna jasa barulah penyedia jasa mendapatkan bayaran sekaligus. 7

d. Aspek pembagian tugas Kontrak menurut aspek pembagian tugas didasarkan kepada pembagian tugas kepada pihak-pihak yang terkontrak.kotrak konstruksi atas pembagian tugas dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Bentuk kontrak konvensional Merupakan kontrak yang paling tua yang dikenal di Indonesia dan masih banyak dipakai sampai dengan saat ini. Dalam kontrak seperti ini sedikitnya diperlukan 3 kontrak terpisah, yaitu: a. Kontrak antara pengguna jasa dan konsultan perencana b. Kontrak antara pengguna jasa dan konsultan pengawas c. Kontrak antara pengguna jasa dan penyedia jasa 2. Bentuk kontrak spesialis Dalam kontrak spesialis terdapat lebih dari satu kontrak konstruksi.pengguna jasa membagi kontrak menjadi beberapa buah berdasarkan bidang pekerjaan khusus/spesial, seperti pekerjaan pondasi, pekerjaan ME, pekerjaan super struktur dan sebagainya. 3. Bentuk kontrak rancang bangun (design construct/build) Dalam kontrak rancang bangun penyedia jasa memiliki tugas membuat suatu perencanaan proyek yang lengkap dan sekaligus melaksanakannya yang tertera dalam satu kontrak konstruksi. 2.4 Pengertian Modal Kerja Masalah modal kerja dalam perusahaan merupakan permasalahan yang tidak akan pernah berakhir. Setiap perusahaan baik itu perusahaan besar maupun perusahaan kecil akan selalu memerlukan modal kerja yang dipergunakan untuk membiayai operasinya sehari hari, misalnya untuk pembelian bahan baku, pembayaran gaji karyawan, pembayaran upah buruh, serta biaya biaya modal kerja yang telah dikeluarkan dalam waktu yang pendek, sebab uang tersebut akan dipergunakan lagi untuk membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Dengan 8

demikian maka dana tersebut akan terus berputar setiap periodenya selama perusahaan masih beroperasi. Munawir (1979) dalam Arimbawa (2010) mengemukakan tiga konsep modal kerja yang umum dipergunakan yaitu : 1. Konsep Kuantitatif Konsep ini menitik beratkan pada kuantum perusahaan yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana yang tersedia untuk operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah aktiva lancar (Gross Working Capital). 2. Konsep Kualitatif Konsep ini menitik beratkan pada kwalitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan modal kerja terhadap hutang jangka pendek (Net Working Capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari pemilik perusahaan. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari pada hutang lancarnya ( hutang jangka pendek) dan menunjukan pula margin of protectionnya atau tingkat keamanan bagi para kreditor jangka pendek, serta menjamin kelangsungan operasi di masa mendatang dan kemampuan perusahaan memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan aktiva lancarnya. 3. Konsep Fungsional Konsep ini menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana dipergunakan untuk menghasilkan laba pada periode ini (current income) ada sebagian dana yang dipergunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya modal kerja adalah seluruh harta lancar yang terdiri dari kas, piutang, dan persediaan yang dapat 9

digerakkan pada satu periode tertentu untuk menunjang operasi perusahaan selama perusahaan masih memerlukannya. 2.5 Sumber Modal Kerja Pada dasarnya modal kerja bersifat fleksibel, berarti bahwa modal kerja dapat dengan mudah diperbesar ataupun diperkecil, sesuai dengan kebutuhan perusahaan.tetapi besar kecilnya modal kerja juga tergantung dari sumber modal kerja itu sendiri. Menurut Djahidin (1985) dalam Angga (2013)modal kerja perusahaan dapat bersumber dari : 1. Hasil kegiatan (usaha) pokok Yang dimaksud disini adalah laba bersih yang diperoleh dari usaha (operasi) perusahaan sehari- hari ditambah penyusutan atau amortisasi, sepanjang laba bersih dan penyusutan/ amortisasi ini tidak diambil oleh pemilik.penyusutan/ amortisasi ini dibebankan pada perhitungan rugi - laba bersih, tetapi tidak ada pengeluaran kas (penggunaan modal kerja). 2. Penjualan aktiva lancar Salah satu komponen aktiva lancar yang dapat dijual atau dijadikan uang kas adalah surat-surat berharga (investasi jangka pendek) dengan penjualan surat berharga ini (marketable securities) berarti akan terjadi pergeseran (perubahan) modal kerja dari surat berharga menjadi uang kas. Penjualan surat berharga ini mempunyai tiga kemungkinan yang juga akan menyebabkan perubahan dari modal kerja yaitu : a) Kalau penjualan itu mendatangkan keuntungan berarti akan menambah modal kerja. b) Kalau penjualan itu mendatangkan kerugian berarti akan mengurangi modal kerja. c) Kalau penjualan itu tidak untung atau tidak rugi berarti modal kerja tidak akan mengalami perubahan (tetap). 10

3. Penjualan aktiva tak lancar Walau aktiva dan investasi jangka panjang bukan merupakan komponen modal kerja, tetapi terhadap aktiva aktiva tetap dan investasi jangka panjang yang tidak terpakai lagi dijual, berarti akan menambah modal kerja. 4. Emisi saham dan penerbitan obligasi Apabila suatu waktu perusahaan memerlukan penambahan modal kerja, perusahaan dapat mengeluarkan/ menjual saham baru atau obligasi (hutang) jangka panjang. 5. Uang muka yang diterima costumer Pemesanan barang atau pembelian barang dari supplier secara kredit juga merupakan sumber modal jangka pendek. Sedangkan berkurangnya modal kerja disebabkan oleh penggunaan modal kerja itu untuk kegiatan operasi perusahaan sehari- hari misalnya : a) Pembayaran biaya biaya dalam menjalankan operasi perusahaan baik biaya penjualan ataupun biaya umum dan administrasi. b) Pembayaran hutang jangka panjang. c) Kerugian-kerugian yang diderita perusahaan dalam kegiatan rutin atau insidentil. d) Pembelian aktiva tetap baik karena pelunasan usaha atau pelunasan aktiva tetap. e) Adanya pembentukan dana yang menyebabkan perubahan posisi aktiva lancar menjadi aktiva tak lancar. Misalnya, pembentukan dana pensiun, dana ekspansi dan lain lain. f) Pembelian kembali saham saham yang telah dikeluarkan. 2.6 Besar Kecilnya Modal Kerja Untuk melaksanakan suatu proyek sampai dengan selesai, pasti memerlukan modal kerja. Besarnya modal kerja yang diperlukan dalam suatu proyek dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain : 11

1. Persyaratan pembayaran yang diatur dalam kontrak ( surat perjanjian) Semakin banyak frekuensi pembayaran maka modal kerja yang diperlukan semakin kecil, begitu juga sebaliknya jika frekuensi pembayaran sedikit maka akan memerlukan modal kerja yang besar. 2. Kebijakan Operasional Kebijakan operasional yang tidak berorientasi pada penyediaan modal kerja, cenderung memerlukan modal kerja yang lebih besar.kebijakan operasional disini menyangkut dua aspek, yaitu aspek penerimaan dan aspek pembiayaan. Kebijakan pelaksanaan yang tidak memikirkan aspek penerimaan dan pembiayaan yang terjadwal dengan baik (efisien) akan memerlukan modal kerja yang besar. Dengan demikian pengendalian modal kerja yang terjadi pada dua tahap, yaitu butir (1) diatas pada penyusunan kontrak dan butir (2) pada tahap pelaksanaan. Kontrak (surat perjanjian) yang telah ditandatangani, pada dasarnya telah tertutup kemungkinan untuk melakukan pengendalian modal kerja, kecuali terbuka peluang baru untuk melakukan negosiasi dalam memperbaiki cara pembayaran. Pada tahap pelaksanaan proyek, masih terbuka kesempatan untuk melakukan pengendalian modal kerja proyek.oleh karena itu para pelaksana proyek (terutama kepala proyek) harus memperhatikan hal ini untuk membantu tercapainya sasaran proyek, khususnya dalam melakukan pengendalian biaya dan waktu. Dari hal hal yang mempengaruhi besar kecilnya modal kerja seperti diuraikan diatas, berarti upaya upaya pengendalian modal kerja berkaitan dengan dua hal pokok, yaitu penerimaan dan pembiayaan. 2.7 Penerimaan Pada proyek konstruksi penerimaan sangat dipengaruhi oleh cara pembayaran yang telah ditetapkan dalam surat perjanjian atau kontrak kerja. Jadwal penerimaan harus dapat disusun secara tepat dan akurat, artinya jumlah penerimaan benar dan waktu cairnya tepat. 12

Rencana jumlah penerimaan umumnya berkaitan dengan besarnya prestasi pekerjaan, oleh karena itu prestasi pekerjaan pada waktu tertentu, misalnya tiap akhir bulan, harus diperkirakan secara cermat. 2.8 Biaya Menurut Soeharto (1995), biaya adalah segala usaha dan pengeluaran yang dilakukan dalam mengembangkan, memproduksi dan aplikasi produk. Penghasilan produk selalu memikirkan akibat dari adanya biaya terhadap kualitas, reabilitas dan maintainability karena ini akan berpengaruh terhdap biaya bagi pemakai. Biaya ini terdiri dari : a) Biaya langsung (Direct cost) Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang langsung berhubungan dengan konstruksi / bangunan.biaya langsung didapat dengan mengalikan volume/ kwantitas suatu pos pekerjaan dengan harga satuan (unit cost) pekerjaan tersebut. Hal hal yang mempengaruhi dan perlu diperhatikan pada perhitungan biaya langsung adalah sebagai berikut : 1. Material Yang mempengaruhi biaya langsung mengenai material ada beberapa hal : - Bahan sisa/ yang terbuang (waste) - Harga yang terbaik yang masih memenuhi syarat bestek - Cara penjualan kepada penjual (supplier) 2. Upah Buruh - Untuk upah buruh dibedakan menjadi upah harian, borongan per unit volume, atau borongan keseluruhan (borong dol) untuk daerah daerah tertentu 13

- Selain upah perlu diperhatikan faktor faktor kemampuan dan kapasitas kerjanya. - Undang undang perburuhan yang berlaku juga perlu diperhatikan. 3. Peralatan - Untuk peralatan yang disewa perlu diperhatikan ongkos keluar masuk garasi, ongkos buruh untuk menjalankan alat, bahan baku dan biaya reparasi kecil. - Untuk alat yang disewa perlu diperhatikan bunga investasi, depresiasi, reparasi besar, pemeliharaan dan ongkos mobilisasi. b) Biaya Tak Langsung (Indirect Cost) Biaya Tak Langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi, tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut (Sutjipto, 1985). Yang termasuk dalam biaya tak langsung adalah : 1. Biaya Overhead Biaya Overhead dapat digolongkan menjadi 2 (dua) jenis biaya sebagai berikut : - Overhead Proyek (di lapangan) a. Biaya personil lapangan b. Fasilitas sementara di proyek : gudang, kantor, penerangan, pagar, komunikasi, transportasi dan sebagainya. c. Bank garansi, bunga bank, ijin bangunan, pajak dan sebagainya. d. Peralatan kecil kecil yang umumnya habis/ terbuang setelah proyek selesai. e. Foto dan gambar jadi ( As-bilt Draawing) f. Kontrol kwalitas ( Quality control) seperti test kubus beton, baja, sondir, dan sebagainya. 14

g. Rapat rapat lapangan (Site Meeting) h. Biaya biaya pengukuran. i. Dan lain lain. - Overhead Kantor Adalah biaya untuk menjalankan suatu usaha. Termasuk di dalamnya adalah biaya sewa kantor, dan fasilitasnya, honor pegawai kantor, ijin ijin usaha, prakualifikasi, referensi bank, anggota asosiasi asosiasi, dan sebagainya. 2. Biaya Tak Terduga (Contingencies) Biaya Tak Terduga (Contingencies) adalah salah satu dari biaya yang tidak langsung.contingencies adalah biaya untuk kejadian kejadian yang mungkin bisa terjadi, ataupun tidak.misalnya naiknya muka tanah, banjir, longsornya tanah dan sebagainya. Pada umumnya biaya ini diperkirakn antara 0,5 sampai 5% dari biaya total. Yang termasuk dalam Contingencies adalah : - Kesalahan Kelalaian pemborong dalam memasukkan beberapa pos pekerjaan. - Ketidakpastian yang subyektif Ketidakpastian yang subyektif timbul karena interprestasi subyektif terhadap bestek, misalnya tercanrum dalam KRS Bahan dengan merk ex A atau yang disetujui oleh direksi - Ketidakpastian yang Obyektif Ketidakpastian Obyektif adalah ketidakpastian tentang perlu tidaknya suatu pekerjaan dilakukan atau tidak, dimana ketidakpastian itu ditentukan oleh obyek diluar kemampuan manusia, misalnya : perlu tidaknya memasang Sheet pile untuk pembuatan pondasi. 15

- Variasi Efisiensi (Chance Variation) Chance Variation adalah variasi efisiensi dari sumber sumber daya, yaitu efisiensi dari buruh, peralatan, dan material. 3. Keuntungan Untuk inilah seseorang mau mengambil resiko menjadi rekanan/ kontraktor. Keuntungan tidak sama dengan gaji. Keuntungan adalah hasil jerih payah dari keahlian, ditambah hasil dari faktor resiko. 2.9 Rencana Anggaran Biaya Setelah kita memahami apa apa yang dilakukan oleh orang yang ingin mendirikan suatu bangunan dan siapa siapa yang terkait didalamnya, maka kita dapat menyusun suatu anggaran-anggaran mana yang merupakan harga dari bangunan yang kita buat itu.pada dasarnya rencana anggaran biaya ini merupakan bagian terpenting dalam menyelenggarakan pembuatan bangunan. Rencana anggaran biaya adalah besarnya biaya yang diperkirakan dalam pekerjaan proyek yang disusun berdasarkan volume dari setiap item pekerjaan pada gambar atau bestek. RAB diajukan oleh kontraktor untuk mengajukan penawaran. Biaya ini disamping tergantung pada volume, juga sangat tergantung pada upah tenaga kerja dan karyawan, harga material yang dibutuhkan dan jasa kontraktor serta pajak. Maksud dan tujuan penyusunan RAB bangunan adalah untuk menghitung biaya-biaya yang diperlukan dari suatu bangunan dan dengan biaya ini bangunan tersebut dapat terwujud sesuai dengan yang direncanakan. Ada tiga faktor penting yang berpengaruh dalam penyusunan RAB, yaitu : 1. Ketentuan ketentuan dan persyaratan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pembuatan bangunan serta gambar gambar konstruksi bangunan. 2. Harga bahan bahan dan upah tenaga kerja. 3. Koefisien koefisien yang telah ada. 16

Dalam RAB itu disusun banyaknya tiap bagian dari pekerjaan itu sebagaimana disebutkan dalam bestek, secara berurutan dari setiap item bagian pekerjaan.misal, jumlah satuan sudah dapat, kemudian jumlah ini dikalikan dengan harga satuan dari setiap macam pekerjaan itu.selanjutnya jumlah semua bagian bagian itu adalah rencana anggaran biaya bangunan itu. 1985): Sebagai contoh pada tabel 2.1 yaitu Rencana Anggaran Biaya (Mukomo Tabel 2.1 Rencana Anggaran Biaya No Uraian Pekerjaan Volume (a) Satuan Harga (b) Jumlah (axb) Jumlah Harga 1 Pembersihan Taksir m3/m2.. 2 Galian tanah.... 3 Pondasi.... 4 Pas. Bata.... 5 Pek. Plesteran.... 6 Pek. Atap.... 7 Pek. Lantai.... 8 Pek. Plafond.... 9 Pek.Cat.... 10 Pek. Lain lain.... Jumlah Rp. Biaya Tak terduga PPN + Pajak Penjualan/ jasa 5% Rp. Besarnya Anggaran Biaya adalah Terbilang (..) Rp Rp. 2.10 Bar Chart dan Kurva S Bar Chart merupakan suatu bentuk bagan rencana kerja yang dibuat oleh seseorang yang bernama Henry Grant.Oleh karena itu disebut sebagai Grant Chart. Bar Chart merupakan bagan yang memuat suatu daftar kegiatan kegiatan yang akan dilaksanakan, yang disusun secara berbaris ke bawah dimana masing masing kegiatan memilki waktu pelaksanaan yang diperlukan (durasi) yang ditunjukkan dalam bentuk garis berskala waktu (umumnya garis dipertebal sehingga menyerupai balok). Panjang setiap garis/ balok menunjukan lamanya waktu yang diperlukan untuk masing masing kegiatan serta saat untuk memulai dan mengakhiri 17

kegiatan tersebut. Sedangkan satuan waktu dapat berupa hari, minggu, bulan atau interval waktu tertentu. Dalam hal perhitungan melalui bobot masing masing jenis kegiatan maka Bar Chart dapat dilengkapi dengan suatu kurva yang dikenal sebagai kurva S, yang merupakan fungsi waktu dan presentasi bobot pekerjaan. Untuk memperhitungkan presentase bobot masing masing jenis kegiatan haruslah diketahui baik biaya masing masing kegiatan maupun jumlah biaya keseluruhan pekerjaan. Perhitungan presentase bobot masing masing jenis kegiatan adalah sebagai berikut (Soeharto, 1997) : Bobot Kegiatan = Biaya kegiatan A x 100%.(2.2) Biaya total seluruh pekerjaan 2.11 Rencana Anggaran Pelaksanaan Rencana Anggaran Pelaksanaa (RAP) adalah salah satu dokumen sebagai kelengkapan yang dibutuhkan dalam suatu operasional pelaksanaan proyek, sebagai acuan/pedoman operasional pelaksanaan proyek.khususnya dalam pengelolahan yang berhubungan dengan hasil usaha proyek yaitu sebagai pedoman dalam mencapai pendapatan proyek dan mengendalikan biaya proyek, sehingga target minimal yang direncanakan dapat tercapai dan diperlukan sebagai acuan untuk menyusun rencana cash-flow proyek. RAP disusun untuk memenuhi kebutuhan internal kontraktor berdasarkan volume real dan harga pasar yang mekanisme penyusunannya sama seperti penyusunan RAB. RAP proyek yang dibuat meliputi seluruh biaya yang diperlukan untuk merealisasikan konstruksi yang direncanakan, disusun dengan memperhitungakan beberapa hal, yaitu : a. Pengalaman atau referensi dari realisasi pengelolaan proyek proyek yang lalu. b. Hasil observasi ulang atas data sumber daya yang diperlukan (bahan, alat, dan tenaga kerja), biaya transportasi dan lokasi/ medan kerja proyek. c. Kebijaksanaan perusahaan. 18

d. Kesepakatan atau komitmen manajer proyek dengan direksi perusahaan Sebagai contoh dibawah ini Rencana Anggaran Pelaksanaan sederhana : Tabel 2.2 Rencana Anggaran Pelaksanaan Sederhana No JENIS PEK. VOLUME (a) HARGA SAT. BAHAN (Rp) (b) HARGA SAT. UPAH (Rp) (c) JUMLAH BAHAN (Rp) (d) JUMLAH UPAH (Rp) (e) TOT. HARGA (Rp) (f) 1 2 (a x b) (a x c) (d + e) 3. Jumlah total Rp 2.12 Penggunaan Modal Kerja Untuk mengetahui seberapa besar penggunaan modal kerja yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menyeleasikan suatu proyek dapat dilihat pada persamaan akuntansi. Dalam persamaan akuntansi pencatatan suatu transaksi atau sekelompok transaksi yang sama, harus didasari oleh tanda bukti berupa dokumen dokumen transaksi seperti : kwitansi dan sebagainya. Dimana pengertian transaksi adalah peristiwa peristiwa atau kejadian kejadian yang bersifat keuangan yang terjadi pada suatu pekerjaan. Apabila modal kerja dari uang muka proyek tidak mencukupi untuk pelaksanaan proyek, dan permintaan pembayaran belum dapat terealisasi, kontraktor akan menggunakan modal kerja dari pinjaman bank. Modal kerja yang dipinjam akan menimbulkan bunga yang harus dibayar. 2.13 Bunga Bank Bunga adalah imbalan jasa atas pinjaman uang. Imbalan ini merupakan suatu kompensasi kepada pemberi pinjaman atas manfaat kedepan dari uang pinjaman tersebut. Jumlah pinjaman tersebut disebut pokok dan bunga dinyatakan dalam bentuk persentase dari pokok. Jenis-jenis bunga yang sering diterapkan adalah sebagai berikut: a. Bunga tetap Dalam sistem ini tingkat suku bunga tidak akan berubah selama periode tertentu sesuai kesepakatan. Jika tingkat suku bunga pasar 19

berubah (naik atau turun), bank akan tetap konsisten pada suku bunga yang telah ditepapkan selama jangka waktu yang disepakati. b. Bunga mengambang Dalam sistem ini tingkat suku bunga akan mengikuti naik atau turunnya suku bunga pasar. c. Bunga flat Pembayaran pokok dan bunga kredit pada sistem bunga flat jumlahnya tetap sampai akhir masa kredit. d. Bunga efektif Pada sistem ini jumlah bunga yang dibayarkan berdasarkan jumlah saldo pokok terakhir. Beban bunga akan semakin menurun setiap bulan karena pokok utang juga berkurang seiring cicilan. 2.14 Aliran Kas (Cash flow) Aliran kas dapat dilukiskan sebagai suatu realisasi atau taksiran dari pemasukan uang (inflow) maupun pengeluaran (outflow) yang terjadi pada suatu investasi dalam jangka waktu tertentu. Aliran kas terbentuk dari perkiraan biaya pertama, modal kerja, biaya operasi, biaya produksi dan revenue (Soeharto,1999). Aliran kas terdiri dari : 1. Aliran Kas Permulaan (Initial Cash flow) Adalah pengeluaran untuk merealisasikan gagasan sampai menjadi kenyataan fisik, termasuk didalamnya adalah biaya pembebasan lahan, penyiapan lahan, pembuatan bangunan sipil dan perlengkapannya, pembayaran mesin-mesin, dan termasuk penyediaan modal kerja. 2. Aliran Kas Operasional (Operational Cash flow) Pada aliran kas operasional, aliran kas yang masuk diperhitungkan dari penjualan produk, sedangkan aliran kas keluar terdiri dari biaya produksi, pemeliharaan, dan pajak. Untuk mengurangi pendapatan kena pajak (tax deductible), depresiasi dikurangkan dari angka pendapatan sebelum pajak, kemudian ditambahkan kembali untuk menghitung jumlah total aliran kas periode operasi. 3. Aliran Kas Akhir (Terminal Cash flow) 20

Aliran kas akhir menunjukkan aliran kas pada akhir umur ekonomi proyek.aliran kas ini berasal dari pengembalian modal kerja dan penjualan aktiva tetap yang sudah habis umur ekonomisnya.bila terjadi penjualan barang sisa, harus pula diperhitungkan pajak penjualannya. Aliran kas ini akan digabung dengan aliran kas operasional sebagai aliran kas masuk dalam rangka penentuan kelayakan investasi. Menurut Blank dan Tarquin (1998) dalam Angga (2013), rumus yang dipakai untuk menghitungcash flow adalah : NCF = pemasukan pegeluaran = pendapatan biaya operasional pinjaman pajak Tabel 2.3 Contoh Cash flow sistem Pembayaran Monthly payment No. Uraian Bulan 1 2 3 4 A Kas Awal 266.885.978,2 478.736.293,1 107.184.740 3528.070.72.3 B Kas Masuk Penerimaan Termin 0,00 200.164.483,7 533772017,4 333.607.472,8 Pinjaman 500.000.000 0,00 0,00 0,00 TOTAL 766.885.978,2 678.900.776.8 640.956.757,4 686.414.545.1 C D Kas Keluar - Biaya Material 184.318.128,7 453.706.162.8 212.674.763,90 0,00 - Biaya Upah 99.248.223,1 113.426.540.7 70.891.587.95 0,00 TOTAL C 283.566.351,8 567.132.703,5 283.566.351,8 0,00 Finansial - Pengembalian 0,00 0,00 0,00 500.000.000 - Bunga Pinjaman (11% p.a) 4.583.333,3 4.583.333,3 4.583.333.3 4.583.333,3 E Kas Akhir 478.736.293,1 107.184.740 3528.070.72.3 181.831.211,8 A1 A2 A3 A4 Q1 Q3 Q2 Q4 Gambar 2.1 Diagram Cash flow Sistem Pembayaran Monthly payment Keterangan : A = Aliran Kas Masuk Penerimaan termin Q = Aliran Kas Keluar Kas keluar dan biaya operasional 21