BAB I PENDAHULUAN. manusia yang bermutu tinggi akan lebih maju dan mampu bersaing dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus ditempuh adalah dengan mengusai bahasa pengantar dalam matematika dan

HUBUNGAN GENDER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMP

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. Berdasarkan data dan analisis dengan uji statistika nonparametrik yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Data laporan pembangunan manusia yang dikeluarkan United Nation

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TEORI SELF-EFICACY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk mencapai tujuan pembangunan, karena sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik maupun mental yang sempurna. Namun pada kenyataannya tidak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan baik bagi anak maupun bagi masyarakat. 2. berupaya untuk mencetak individu-individu yang berkualitas, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, keluarga, masyarakat dan Negara. khususnya bagi masyarakat Indonesia. Kualitas pendidikan di Indonesia saat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. menguasai fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan

Hubungan Antara Self-efficacy Akademik Dengan Hasil Belajar Siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan unsur penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari akademik dan non akademik. Pendidikan. matematika merupakan salah satu pendidikan akademik.

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alvie Syarifah, Hubungan antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Komitmen

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

EFIKASI DIRI DAN METAKOGNISI SISWA KELAS X SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL GEOMETRI. Kata kunci: Efikasi, metakognisi dan penyelesaian masalah.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.

BAB V PEMBAHASAN. penelitian yang telah diuraikan dalam Bab II, maka diperoleh hal-hal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai individu yang hidup di tengah masyarakat, seseorang ingin diakui sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung berupaya mempengaruhi mengarahkan dan mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. Pendidikan Matematika menyatakan bahwa masalah merupakan soal (pertanyaan)

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), 64. 2

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfian Rizanurrasa Asikin, 2014 Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193

PENINGKATAN PEMAHAMAN DIRI MELALUI MODEL PERMAINAN JOHARI WINDOW SISWA KELAS X AK 3 SMK SORE KOTA MADIUN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar sampai perguruan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional tujuan pendidikan adalah agar siswa secara aktif. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

MOHAMAD YASIN SMA Negeri 1 Kauman Kab. Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. yang baru, seperti, pengambilan dalam keputusan dan penyesuaian. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. dari dalam maupun dari luar individu. Havighurst yang dikutip (Hurlock,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Dari hasil analisa utama bab 4 dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang

Amanda Luthfi Arumsari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan suatu jenjang pendidikan yang dapat dijalani

BAB I PENDAHULUAN. pada program jurusan Pendidikan Matematika. Seperti yang kita ketahui, Matematika

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puncak dari seluruh kegiatan akademik di bangku kuliah adalah menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG BEKERJA PADA SAAT PENYUSUNAN SKRIPSI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Konsep Teoritis. yang dikemukakan oleh Edwin Locke pada tahun Teori ini menegaskan bahwa

PENGUKURAN SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MTs N 2 CIAMIS

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang dan sebagai salah satu negara yang

BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau sekolah dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang di hadapi. Self efficacy (kemampuan diri) sendiri

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogiek. Pais artinya anak, gogos artinya

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dibandingkan dengan laki-laki 1. Fenomena ini terdapat juga pada

PENGGUNAAN STRATEGI GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK TENTANG STRUKTUR DAUN DAN FUNGSI DAUN PADA

BAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan tahap-tahap perkembangan, Papalia (Pinasti,2011,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia yang berkualitas merupkan salah satu modal penting untuk pembangunan suatu bangsa. Bangsa yang memiliki sumber daya manusia yang bermutu tinggi akan lebih maju dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Indikator yang dikenal untuk mengukur kualitas sumber daya manusia suatu negara adalah Human Development Index (HDI). Menurut Human Development Report (2008), HDI Indonesia menempati urutan yang rendah yaitu urutan ke 119 dari 179 negara. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia harus mampu mengejar ketertinggalannya dibandingkan negara lain di dunia. Sehubungan dengan hal tersebut, Indonesia perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar mampu menggerakkan roda pembangunan bangsa, sehingga bangsa Indonesia mampu bersaing ditingkat global. Salah satu aspek penting dalam pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas adalah aspek pendidikan. 1 Tanpa pendidikan yang baik sumber daya manusia tidak akan berkembang dan tidak akan mampu bersaing dengan bangsa lain. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk mengembangkan potensi sumber daya 1 Dinda Ayu N. dan Melly Latifah, 2012, Harga Diri, Efikasi Diri, Motivasi Belajar, dan Prestasi Akademik Siswa SMA pada Berbagai Model Pembelajaran, Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen Vol. 5, No. 1, hal 138 1

2 manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Namun belajar adalah istilah yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam beberapa disiplin ilmu. 2 Berhasil atau tidaknya suatu pendidikan sangat ditentukan dari oleh berhasil atau tidaknya suatu proses belajar. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam menyelenggarakan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. 3 Belajar dapat diartikan sebagai sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. 4 Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang melibatkan aktivitas mental yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap, tanpa perubahan itu proses belajar dapat dikatakan gagal. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat dari hasil belajar dari tiap siswa setelah mengikuti kegiatan belajar. 2 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006). hal 59 3 Ibid, hal 63 4 Winkel WS, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1997), hal 193

3 Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah ia melakukan kegiatan belajar mengajar tertentu atau setelah ia menerima pengajaran dari seorang guru pada suatu saat. 5 Hasil belajar merupakan realisasi perkembangan dari kecakapan atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar dari seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun keterampilan motorik. 6 Menilai hasil belajar siswa dapat membantu guru dalam menilai kesiapan anak pada suatu mata pelajaran, mengetahui status anak dalam kelas. 7 Dengan hasil belajar kita mampu melihat sejauh mana perkembangan yang dimiliki dari masing-masing siswa di setiap matapelajaran. Termasuk pada ilmu matematika. Ilmu matematika berbeda dengan disiplin ilmu lainnya. Matematika memiliki bahasa sendiri yaitu bahasa yang terdiri atas simbol-simbol dan angka. Sehingga jika kita ingin belajar matematika dengan baik, maka langkah yang harus ditempuh adalah dengan mengusai bahasa pengantar dalam matematika dan harus berusaha memahami makna-makna dibalik simbol tertentu. Belajar matematika sama halnya dengan belajar logika, karena kedudukan matematika dalam ilmu pengetahuan sebagai ilmu dasar atau ilmu alat. Dalam proses belajar matematika juga terjadi proses berfikir, sebab seseorang dikatakan berfikir 5 Tabrani Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, 2000), hal 65 6 Nana Saudih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, 2003), hal 102-103. 7 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002), hal 300

4 apabila orang itu melakukan kegiatan mental. 8 Sering kali siswa kesulitan dalam mencapai hasil belajar matematika yang maksimal. Salah satu penyebabnya adalah karena mereka sering merasa tidak yakin bahwa dirinya akan mampu menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya, atau dengan kata lain kurangnya keyakinan siswa tersebut terhadap kemampuan dirinya untuk menyelesaikan tugas secara berhasil. Keyakinan tersebut biasa disebut dengan efikasi diri. Siswa dengan tingkat efikasi diri yang tinggi sangat yakin dalam kemampuan kinerja mereka. Akan tetapi, penting untuk menyadari bahwa efikasi diri cenderung bersifat spesifik, itu berarti bahwa keyakinan kita untuk dapat berkinerja dalam satu pekerjaan tidak dapat dipukul rata dengan kemampuan kita untuk berhasil dalam pekerjaan yang lain. 9 Efikasi diri adalah ekspektasi tentang kemampuan diri kita untuk melakukan tugas tertentu. Apakah diri kita akan melakukan aktivitas tertentu atau mengejar tujuan tertentu, itu nanti akan bergantung pada apakah kita yakin mampu untuk melakukan pekerjaan itu. Keyakian kecakapan diri (efikasi diri) adalah persepsi spesifik tentang kemampuan seseorang untuk melakukan perilaku tertentu. Keyakinan ini bukan perasaan umum. 10 Efikasi diri menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tujuan seseorang. Efikasi diri memberikan pengaruh terhadap pilihan, tingkat kesulitan dan komitmen dalam mencapai 8 Masykur dan Abdul, Mathematical Intelegence, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media Group 2007) hal 4 9 John M. Ivancevich dkk, Perilaku dan Manajemen Organisasi (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006) hal 97-99 10 Shelley E. Taylor, dkk, Psikologi Sosial, (Jakarta: Kencana, 2009) hal 135

5 tujuan. Efikasi diri memiliki hubungan yang sangat kuat dan berkelanjutan dengan pengaruhnya terhadap penetapan tujuan. Meningkatnya efikasi diri menyebabkan penetapan tujuan yang lebih menantang, sedangkan menurunnya efikasi diri menyebabkan penetapan tujuan yang lebih sederhana. 11 Dengan keyakinan yang tinggi siswa semakin berani untuk menentukan tujuan dan target tertentu yang ingin dicapainya. Menentukan tujuan adalah proses yang penting. Siswa dengan tujuan dan rasa efikasi diri untuk mencapai itu cenderung terlibat dalam berbagai kegiatan, mereka meyakini beberapa penyebab pencapaian tujuan antara lain: hadir untuk diskusi, mencari informasi yang akan diingat, berusaha, dan bertahan. Efikasi diri diperkuat untuk mengiringi perkembangan tujuan, yang membuat mereka menjadi terampil. Semakin tingginya efikasi diri menjadikan motivasi dan keterampilan membaik. Penetapan tujuan dan efikasi diri adalah pengaruh sangat kuat pada pencapaian akademis. 12 Semakin tinggi efikasi yang dimiliki siswa maka semakin tinggi juga tujuan yang ingin dicapai serta semakin kuat juga upayanya untuk mencapai tujuan tersebut. Keyakinan yang berkaitan dengan soal kompetensi (efikasi diri) yang dianut murid laki-laki dan perempuan berbeda-beda menurut konteks prestasi. Misalnya, murid lelaki lebih punya keyakinan kompetensi yang tinggi untuk 11 Steven H. Appelbaum, Alan Hare, 1996, Self Efficacy As A Mediator of Goal Setting and Performance, Journal of Managerial Psychologi Vol. 11, No. 3, hal 40 12 Dale H. Schunk, Paul R. Pintrich and Judith L. Meece,Motivation in Education Theory, Reseach and Application, (Canada: Pearson,2008). hal 142-143

6 pelajaran matematika dan olah raga, sedangkan keyakianan murid perempuan lebih tinggi untuk pelajaran bahasa inggris, membaca, dan aktifitas sosial. 13 Perbedaan gender dalam penalaran matematika dapat pula terbentuk kerena faktor situasional. Ketika perempuan dengan motivasi berprestasi yang tinggi dalam metematika terlibat dalam tugas pemecahan masalah pada kelompok berjenis kelamin campur, kemampuan mereka lebih buruk dibanding kemampuan mereka saat dalam kelompok dimana semua anggotanya adalah perempuan, sedangkan performa laki-laki tidak terpengaruh. Para peneliti ini menyatakan bahwa stereotip gender tentang kemampuan, membuat situasi dimana anggota kelompok bergender berbeda menjadi lebih mengancam bagi wanita. 14 Ada beberapa area dimana kita dapat menemukan perbedaan gender yang reliabel berkaitan dengan kemampuan psikologis, khususnya dalam area-area yang menyangkut kemampuan berpikir, persepsi, dan memori. Pada umumnya, kaum pria (sejak kecil hingga dewasa) memperlihatkan kemampuan spasial yang lebih baik, laki-laki lebih mahir dalam mengerjakan tugas-tugas dan tes-tes yang mengukur kemampuan spasial, mengetahui lebih banyak mengenai geografi dan politik, dan sejak SMA memiliki kemampuan matematika yang lebih baik, meskipun perbedaannya kecil. 15 Namun, secara keseluruhan, perbedaan gender dalam soal keahlian matematika ini cenderung kecil. Selain itu, jika ada 13 John W. Santrock, Psikologi Pendidikan Edisi Dua, (Jakarta: Kencana, 2008), hal 538 14 Robert A. Baron dan Donn Byrne, Psikologi Sosial jilid 1, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004). hal 191 15 Howard S. Friedman dan Miriam W. Schustack, Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern jilid 2, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008). hal 5

7 perbedaan gender dalam kemampuan metematika, perbedaan itu tidak sama dalam semua konteks siswa laki-laki lebih bagus perhitungan pengukuran, sains dan olahraga. Siswa perempuan lebih bagus dalam perhitungan yang berhubungan dengan tugas-tugas tradisional perempuan, seperti memasak dan menjahit. Salah satu area yang diteliti kemungkinan perbedaan gendernya adalah keahlian visuospasial, yang mencakup kemampuan untuk memutar objek secara mental dan mengetahui seperti apa objek itu diputar. Tipe keahlian ini sangat penting dalam pelajaran bidang dan geometri. Beberapa pakar mengatakan bahwa jika ada perbedaan gender dalam keahlian visuospasial, maka perbedaan ini sangat kecil. 16 Gender yang dimaksud disini adalah dimensi sosiokultural dan psikologis dari pria dan wanita. Peran gender adalah ekspektasi sosial yang merumuskan bagaimana pria dan wanita seharusnya berpikir, merasa dan berbuat. Ada beragam cara untuk memandang perkembangan gender. Beberapa diantaranya lebih menitik beratkan pada faktor-faktor dalam perilaku pria dan wanita, sedangkan yang lainnya lebih menitik beratkan pada faktor sosial atau kognitif. 17 Istilah jenis kelamin dan gender sering kali digunakan bergantian, yang membedakan keduanya sebagai berikut. Jenis kelamin (sex) didefinisikan sebagai istilah biologis berdasarkan beberapa anatomi dan fisik antara laki-laki dan perempuan. Gender merujuk pada segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis 16 John W. Santrock, op.cit, hal 198 17 Ibid, hal 194

8 kelamin individu, termasuk peran, tingkah laku, kecenderungan dan atribut lain yang mendefinisikan arti menjadi seorang laki-laki atau perempuan dalam kebudayaan yang ada. 18 Dari beberapa hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Efikasi Diri dalam Perspektif Gender dengan Hasil Belajar Siswa Kelas X di SMA Al-Azhar Menganti Gresik. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang diatas, dapat dihasilkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara efikasi diri siswa laki-laki dan perempuan kelas X di SMA Al-Azhar Menganti Gresik? 2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri siswa laki-laki dengan hasil belajar matematika kelas X di SMA Al-Azhar Menganti Gresik? 3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri siswa perempuan dengan hasil belajar matematika kelas X di SMA Al-Azhar Menganti Gresik? 4. Apakah ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri dalam perspektif gender dengan hasil belajar matematika kelas X di SMA Al-Azhar Menganti Gresik? 18 Robert A. Baron dan Donn Byrne, op.cit, hal 187

9 C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui ada atau tidak ada perbedaan yang signifikan antara efikasi diri antara siswa laki-laki dan perempuan kelas X di SMA Al-Azhar Menganti Gresik. 2. Untuk mengetahui ada atau tidak ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri siswa laki-laki dengan hasil belajar matematika kelas X di SMA Al-Azhar Menganti Gresik. 3. Untuk mengetahui ada atau tidak ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri siswa perempuan dengan hasil belajar matematika kelas X di SMA Al-Azhar Menganti Gresik. 4. Untuk mengetahui ada atau tidak ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri dalam perspektif gender dengan hasil belajar matematika kelas X di SMA Al-Azhar Menganti Gresik. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan peneliti dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi tentang hubungan efikasi diri dalam perspektif gender dengan hasil belajar matematika kelas X di SMA Al-Azhar Menganti. Penelitian ini

10 juga dapat digunakan sebagai tambahan wacana pengetahuan bagi yang membacanya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pendidik (Guru) Dapat memberikan gambaran tentang pentingnya penanaman dan pengembangan efikasi diri siswa dalam proses pembelajaran. b. Bagi Mahasiswa 1) Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan introspeksi diri dalam mengikuti proses belajar dan sebagai masukan bahwa penting untuk mengedepankan efikasi diri dalam golongan gender apapun. 2) Memberikan sumbangan baru tentang informasi-informasi mengenai faktor-faktor yang bisa dijadikan titik tolak untuk meningkatkan hasil belajar. c. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan, serta sebagai latihan untuk menambah kesiapan saat terjun di dunia pendidikan kelak.

11 E. Definisi Operasional Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu diberikan istilah yang harus didefinisikan, istilah-istilah tersebut adalah: 1. Efikasi diri : merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk memobilisasi motivasi, sumber daya kognitif dan tindakan tindakan yang diperlukan atas situasi-situasi yang dihadapi 2. Gender : merujuk pada segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin individu, termasuk peran, tingkah laku, kecenderungan dan atribut lain yang mendefinisikan arti menjadi seorang laki-laki atau perempuan dalam kebudayaan yang ada 3. Hasil belajar matematika: Gambaran mengenai tingkat penguasaan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar pada mata pelajaran matematika. F. Batasan Penelitian Agar simpulan penelitian ini terfokus, maka penulis perlu memberikan batasan pada penelitian ini: a. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa SMA Al-Azhar Menganti Gresik kelas X (X-reguler, X-intensif, X-unggulan) tahun ajaran 2013/2014. b. Peneliti mengambil subjek penelitian sebanyak 5 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan, dari tiap kelasnya.

12 c. Pengukuran tingkat efikasi diri siswa berdasarkan hasil pengisian skala efikasi diri yang telah diberikan kepada siswa. G. Sistematika Pembahasan Agar penelitian ini dapat dipahami secara keseluruhan dan berkesinambungan maka penulis perlu menyusun sistematika pembahasan sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Dalam bab ini berisi tentang hal-hal berkaitan dengan landasan berfikir berdasarkan fenomena dan kajian pendahuluan sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian. Pembahasan dalam bab ini meliputi latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, asumsi dan batasan penelitian, dan sistematika pembahasan. BAB II Kajian Pustaka Pada bab ini bersisi tentang dasar teori yang mendukung penelitian serta membahas tentang kajian beberapa hal yang berkaitan dengan tinjauan tentang matematika, hasil belajar, gender, efikasi diri, efikasi diri dalam perspektif gender.

13 BAB III Metode Penelitian Bab yang memuat metode penelitian serta cara pengolahan datanya yang meliputi: jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian, variable penelitian, rancangan penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV Hasil Penelitian dan Analisis Data Penelitian Bab yang memaparkan hasil dari penelitian dan analisis data yang diperoleh. BAB V Pembahasan Penelitian Bab yang berisi tentang pembahasan dan hasil penelitian. BAB VI Penutup Bab yang berisi tentang simpulan dan saran. Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka dan lampiran.