KAJIAN PENGARUH GELOMBANG TERHADAP KERUSAKAN PANTAI MATANG DANAU KABUPATEN SAMBAS

dokumen-dokumen yang mirip
DINAMIKA PANTAI (Abrasi dan Sedimentasi) Makalah Gelombang Yudha Arie Wibowo

Kajian Hidro-Oseanografi untuk Deteksi Proses-Proses Dinamika Pantai (Abrasi dan Sedimentasi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 15 Mawar angin (a) dan histogram distribusi frekuensi (b) kecepatan angin dari angin bulanan rata-rata tahun

ANALISA PERUBAHAN GARIS PANTAI MANGGAR BARU

BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 : Definisi visual dari penampang pantai (Sumber : SPM volume 1, 1984) I-1

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PANTAI NIAMPAK UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Penjelasan mengenai

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2014), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

BAB VI PEMILIHAN ALTERNATIF BANGUNAN PELINDUNG MUARA KALI SILANDAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai

Studi Laju Sedimentasi Akibat Dampak Reklamasi Di Teluk Lamong Gresik

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMODELAN GENESIS. KL 4099 Tugas Akhir. Bab 5. Desain Pengamananan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara

BAB VI ALTERNATIF PELINDUNG PANTAI

BAB II STUDI PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

SIMULASI SEBARAN SEDIMEN TERHADAP KETINGGIAN GELOMBANG DAN SUDUT DATANG GELOMBANG PECAH DI PESISIR PANTAI. Dian Savitri *)

KAJIAN LAJU TRANSPOR SEDIMEN DI PANTAI AKKARENA

STUDI KARAKTERISTIK GELOMBANG PADA DAERAH PANTAI DESA KALINAUNG KAB. MINAHASA UTARA

KONDISI GELOMBANG DI WILAYAH PERAIRAN PANTAI LABUHAN HAJI The Wave Conditions in Labuhan Haji Beach Coastal Territory

PERENCANAAN JETTY DI MUARA SUNGAI RANOYAPO AMURANG

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI

DAFTAR ISI Hasil Uji Model Hidraulik UWS di Pelabuhan PT. Pertamina RU VI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB V ANALISIS PERAMALAN GARIS PANTAI

(a). Vektor kecepatan arus pada saat pasang, time-step 95.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pesisir Pantai. merupakan daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan laut dimulai dari

STUDI JUMLAH ANGKUTAN SEDIMEN SEPANJANG GARIS PANTAI PADA LOKASI PANTAI BERLUMPUR ( Studi Kasus Di Pantai Bunga Batubara, Sumatera Utara) TUGAS AKHIR

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di

EROSI MARIN SEBAGAI PENYEBAB KERUSAKAN LAHAN KEBUN DI KELURAHAN TAKOFI KOTA TERNATE

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembangkitan Gelombang oleh Angin

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 4 ANALISA HIDRO-OSEANOGRAFI

Untuk mengkaji perilaku sedimentasi di lokasi studi, maka dilakukanlah pemodelan

KAJIAN GELOMBANG RENCANA DI PERAIRAN PANTAI AMPENAN UNTUK PERENCANAAN BANGUNAN PANTAI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

Analisis Pengaruh Pola Arus dan Laju Sedimentasi Terhadap Perubahan

II. TINJAUAN PUSTAKA WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH BESAR GELOMBANG TERHADAP KERUSAKAN GARIS PANTAI

KAJIAN KERUSAKAN PANTAI AKIBAT EROSI MARIN DI WILAYAH PESISIR KELURAHAN KASTELA KECAMATAN PULAU TERNATE

BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Angin adalah massa udara yang bergerak. Angin dapat bergerak secara horizontal

TINJAUAN PUSTAKA Gelombang

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 5 SYSTEM PLANNING

Gambar 4.20 Lokasi Alo dominan terjadi crosshore sediment transport akibat gelombang dominan dari arah timur.

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 6 PERENCANAAN LAYOUT STRUKTUR BREAKWATER

Gambar 2.1. Definisi Daerah Pantai Sumber: Triatmodjo (1999)

BAB III DATA DAN ANALISA

ESTIMASI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN GROIN UNTUK MENGATASI EROSI PADA KAWASAN PESISIR PANTAI UTARA TELUK BAGUALA AMBON. Tirza Jesica Kakisina * Abstract

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek

2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI

DESAIN STRUKTUR PELINDUNG PANTAI TIPE GROIN DI PANTAI CIWADAS KABUPATEN KARAWANG

STUDI PARAMETER OSEANOGRAFI DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada dua istilah tentang kepantaian dalam bahasa Indonesia yang sering rancu

PERENCANAAN SEAWALL ( TEMBOK LAUT ) DAN BREAK WATER ( PEMECAH GELOMBANG ) UNTUK PENGAMAN PANTAI TUBAN. Suyatno

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

BAB V ANALISIS PERAMALAN GARIS PANTAI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

Gambar 2.7 Foto di lokasi Mala.

Gambar 2.1. Definisi dan batasan pantai (Teknik Pantai, 1999).

Jurnal Gradien Vol.4 No. 2 Juli 2008 :

. PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PANTAI KENDAL (SHORE PROTECTION SYSTEM PLANNING OF KENDAL)

BAB I PENDAHULUAN I - 1

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Perubahan Garis Pantai Jasri, Kabupaten Karangasem Bali

KETIDAKSTABILAN PANTAI SEBAGAI KENDALA PENGEMBANGAN DAERAH PERUNTUKAN DI PERAIRAN LASEM JAWA TENGAH

Analisis Transformasi Gelombang Di Pantai Matani Satu Minahasa Selatan

STUDI ANGKUTAN SEDIMEN SEJAJAR PANTAI DI PANTAI PONDOK PERMAI SERDANG BEDAGAI SUMATERA UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP

Pengaruh Perubahan Layout Breakwater Terhadap Kondisi Tinggi Gelombang di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong

BAB IV ANALISIS DATA

Transkripsi:

Abstrak KAJIAN PENGARUH GELOMBANG TERHADAP KERUSAKAN PANTAI MATANG DANAU KABUPATEN SAMBAS Umar 1) Pantai Desa Matang Danau adalah pantai yang berhadapan langsung dengan Laut Natuna. Laut Natuna memang memiliki gelombang yang cukup besar yang merambat dengan arah dominan dari barat. Pantai Matang danau bermaterial berupa pasir bercampur lempung. Pantai ini sudah cukup lama mengalami aberasi akibat gelombang dan arus sejajar pantai. Pada penelitian ini dicoba melakukan perhitungan dan simulasi model CGWAVE untuk memperkirakan arah datang dan besarnya gelombang dari laut dalam menuju pantai. Dari pemodelan tersebut diketahui bahwa arah datang gelombang tidak tegak lurus dengan pantai sehingga timbul arus sejajar pantai yang akan mempengaruhi pergerakan sedimen sepanjang pantai. Gelombang pecah juga cukup dekat dengan garis pantai sehingga mengakibatkan rawan terhadap abersi. Kata-kata kunci: pantai, gelombang, abrasi 1. PENDAHULUAN Gelombang laut dalam perjalanannya menuju ke pantai akan mengalami proses deformasi yaitu refraksi, difraksi, serta refleksi. Refraksi terjadi akibat adanya pengaruh perubahan kedalaman laut dalam menuju pantai yang semakin dangkal. Defraksi terjadi akibat gelombang terhalang oleh rintangan seperti pemecah gelombang atau pulau. Sedangkan refleksi adalah proses pemantulan gelombang oleh dinding atau bentuk garis pantai tertentu. Gelombang yang sampai ke pantai setelah mengalami proses deformasi tersebut akan menimbulkan perubahan marfologi pantai (abrasi atau akresi). Abrasi pantai disebabkan adanya arus sepanjang pantai (long shore current) yang dibangkitkan oleh gelombang pecah di sekitar pantai. Arah arus sejajar pantai (long shore current) tergantung dari sudut datang gelombang sampai ke pantai. Arah arus sejajar pantai (long shore current) akan mempengaruhi perpindahan sedimen (litoral transport) pada zona gelombang pecah. Litoral transport dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu transport sepanjang pantai (longshore transport) dan transport tegak lurus pantai (onshoreoffshore transport). Maksud pekerjaan ini adalah mengidentifikasi, meneliti dan mengkaji pengaruh gelombang terhadap kerusakan pantai di Kabupaten Sambas. Tujuan pekerjaan ini adalah mendapatkan gambaran penyebab kerusakan pantai Matang Danau di Kabupaten Sambas. 2. LANDASAN TEORI Menurut Triatmodjo (1999), ada dua istilah tentang kepantaian dalam bahasa 1) Staf pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura 93

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 11 NOMOR 1 JUNI 2011 Indonesia yang sering rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air laut. Sedang pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi. Bentuk profil pantai sangat dipengaruhi oleh serangan gelombang, sifat-sifat sedimen seperti rapat massa dan tahanan terhadap erosi, ukuran dan bentuk partikel, kondisi gelombang dan arus serta bathimetri pantai. Ditinjau dari profil pantai, daerah ke arah pantai dari garis gelombang pecah dibagi menjadi tiga daerah yaitu inshore, foreshore dan backshore. Perbatasan antara inshore dan foreshore adalah batas antara air laut pada saat muka air rendah dan permukaan pantai. Proses gelombang pecah di daerah inshore sering menyebabkan terbentuknya longshore bar, yaitu gumuk pasir yang memanjang dan kira-kira sejajar dengan garis pantai. Foreshore adalah daerah yang terbentang dari garis pantai pada saat muka air rendah sampai batas atas dari uprush pada saat air pasang tinggi. Profil pantai di daerah ini mempunyai kemiringan yang lebih curam daripada profil di daerah inshore dan backshore. Backshore adalah daerah yang dibatasi oleh foreshore dan garis pantai yang terbentuk pada saat terjadi gelombang badai bersamaan dengan muka air tinggi. Menurut Danial (2008), gelombang di laut dapat dibedakan menjadi gelombang yang dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut dan gelombang pasang surut yang dibangkitkan oleh gaya tarik menarik benda langit terutama matahari dan bulan terhadap bumi. Dalam bahasan penelitian ini gelombang yang ditinjau adalah akibat angin, untuk selanjutnya disebut gelombang. Gelombang dapat menimbulkan energi untuk membentuk pantai, menimbulkan arus dan transport sediment dalam arah tegak lurus dan sepanjang pantai, serta menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai. Gelombang merupakan faktor utama dalam penentuan tata letak pelabuhan, alur pelayaran, perencanaan bangunan pantai, dsb. Gelombang yang merambat dari laut dalam menuju pantai mengalami perubahan bentuk karena pengaruh perubahan kedalaman laut. Berkurangnya kedalaman laut menyebabkan semakin berkurangnya panjang gelombang dan bertambahnya tinggi gelombang. Pada saat kemiringan gelombang (perbandingan antara tinggi dan panjang gelombang) mencapai batas maksimum, gelombang akan pecah. Karakteristik gelombang setelah pecah berbeda dengan sebelum pecah. Gelombang yang telah pecah tersebut merambat terus ke arah pantai sampai akhirnya gelombang bergerak naik dan turun pada permukaan pantai. Berdasarkan pada kecepatan angin, lama hembusan angin dan fetch, dapat dilakukan peramalan gelombang dengan menggunakan grafik peramalan gelombang. Dari grafik tersebut apabila panjang fetch (F), faktor tegangan angin (UA) dan durasi diketahui maka tinggi dan periode gelombang signifikan dapat dihitung. 94

Kajian Pengaruh Gelombang terhadap Kerusakan Pantai Matang Danau Kabupaten Sambas (Umar) Dean (1994) mendifinisikan tinggi gelombang signifikan (H s atau H 1 / 3 ) adalah rata-tata tinggi dari tiga gelombang tertinggi dari suatu pengamatan. Sedangkan periode gelombang signifikan biasanya diperoleh dari observasi visual yang pada umumnya mempunyai periode rata-rata dari 10-15 gelombang 3. KONDISI FISIK TEKNIS 3.1 Topografi dan Batimetri Dari hasil pengukuran topografi dilapangan diketahui bahwa kondisi pantai relatif datar dengan variasi kemiringan antara 0,00% sampai 2,00%. Dataran rendah yang memiliki elevasi antara 0,50 1,50 meter dari muka air laut. Dataran rendah ini didominasi oleh pasir yang bercampur dengan tanah lempung. Sedangkan untuk dataran topografi yang agak tinggi digunakan oleh masyarakat sekitar sebagai sarana permukiman serta perkebunan. 3.2 Morfologi Pantai Dari Hasil pengamatan di lokasi pekerjaan dan dari hasil pengukuran topografi diketahui bahwa morfologi pantai ini relatif lurus. Dengan kondisi pantai yang berupa hamparan pasir dan bercampur lumpur dengan kemiringan topografi yang relatif datar serta kelandaian pantai yang relatif dekat. 3.3 Pasang Surut Pasang surut di lokasi cukup tinggi yaitu mencapai 1,75 m pada spring tide dan 1,25 m pada neap tide. Pada saat pasang tinggi (spring tide) garis pantai jauh masuk ke darat bila dibandingkan dengan pasang rendah (neap tide). 3.4 Arus Hasil pengamatan arus yang dilakukan di peroleh bahwa pola arus yang terjadi pada lokasi kajian merupakan arus yang dibangkitkan oleh kombinasi pasang surut dan gelombang. Hal ini dapat dilihat bahwa pola arus di lokasi offshore masih didominasi oleh arus akibat pasang surut dan angin, sedangkan pada lokasi dekat pantai arus cenderung bolak balik sejajar pantai yang merupakan ciri khas arus yang dibangkitkan oleh gelombang. Gambar 1 Topografi dan Batimetri 3.5 Sedimen Dari hasil pengamatan di lokasi pekerjaan dan dari hasil pemeriksaan laboratorium diketahui bahwa lokasi daerah pantai ini memiliki warna air laut berupa coklat keabu-abuan serta dengan 95

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 11 NOMOR 1 JUNI 2011 Mawar Angin Tahun 1986-2005 N NW NE W E Kecepatan Angin (knot) Gambar 2 Kondisi morfologi pantai SW SE S dasar permukaan pantai yang berupa pasir bercampur lumpur. Lihat Gambar 2. Gambar 3 Mawar angin Dari hasil pantauan sementara diperoleh bahwa sedimen dasar yang ada pada lokasi kajian berupa pasir halus yang berdiameter 0,001 mm 0.1 mm. 3.6 Angin Sesuai dengan data kecepatan angin maksimum bulanan yang ditransfer dalam prosentase kejadian menghasilkan berupa distribusi prosentase kejadian angin pada semua arah seperti pada Tabel 1. Dari Tabel 1 ini distribusi persentase kejadian angin ini kemudian dibuat gambar grafis yang disebut mawar angin seperti terlihat pada Gambar 3. Dari gambar mawar angin ini dapat dilihat bahwa jumlah angin dominan di Pantai dari arah Barat. Maka parameter gelombang dihitung dengan angin maksimum untuk arah tersebut. 3.7 Kondisi Gelombang Hasil hindcasting memberikan kejadian gelombang yang dapat digambarkan dalam bentuk tabel dan mawar gelombang (waverose) seperti terlihat pada Gambar 4. Gambar 4. Arah gelombang 96

Kajian Pengaruh Gelombang terhadap Kerusakan Pantai Matang Danau Kabupaten Sambas (Umar) Tabel 1 Distribusi prosentase kejadian angin No Arah Kecepatan Angin (Knots) Total Calm >10-20 >20-30 >30-40 >40 Total % 1 N 1 5 1 0 0 7 2,92 2 NE 3 1 3 2 1 10 4,17 3 E 1 3 1 1 2 8 3,33 4 SE 3 2 3 1 1 10 4,17 5 S 0 2 3 0 0 5 2,08 6 SW 13 20 8 5 1 47 19,58 7 W 52 48 11 4 0 115 47,92 8 NW 12 16 5 4 1 38 15,83 TOTAL 85 97 35 17 6 240 100,00 No Arah Kecepatan Angin (Knots) Total Calm >10-20 >20-30 >30-40 >40 % 1 N 0,42 2,08 0,42 0,00 0,00 2,92 2 NE 1,25 0,42 1,25 0,83 0,42 4,17 3 E 0,42 1,25 0,42 0,42 0,83 3,33 4 SE 1,25 0,83 1,25 0,42 0,42 4,17 5 S 0,00 0,83 1,25 0,00 0,00 2,08 6 SW 5,42 8,33 3,33 2,08 0,42 19,58 7 W 21,67 20,00 4,58 1,67 0,00 47,92 8 NW 5,00 6,67 2,08 1,67 0,42 15,83 TOTAL 35,42 40,42 14,58 7,08 2,50 100,00 3.8 Kondisi Lapisan Tanah Dari hasil pengamatan pada titik-titik pengeboran, kondisi tanah di bawah permukaan sampai kedalaman 2,00 memiliki sifat dan jenis yang sama, dikarenakan lokasi pantai terletak dalam satu kawasan dan satu garis pantai yang sama, yaitu: Pada titik 1 dari permukaan tanah sampai kedalaman 0,20 m berupa Pasir. Dari kedalaman 0,20 m sampai 1,60 m berupa Lanau Abu-abu Tua Berpasir. Pada titik 2 dari permukaan tanah sampai kedalaman 0,20 m berupa Pasir. Dari kedalaman 0,20 m sampai 1,60 m berupa Lanau Abu-abu Tua Berpasir. Pada titik 3 dari permukaan tanah sampai kedalaman 0,20 m berupa Pasir. Dari kedalaman 0,20 m sampai 1,60 m berupa Lanau Abu-abu Tua Berpasir. Pada titik 4 dari permukaan tanah sampai kedalaman 0,20 m berupa Pasir. Dari kedalaman 0,20 m sampai 1,60 m berupa Lanau Abu-abu Tua Berpasir. 97

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 11 NOMOR 1 JUNI 2011 4. PERMASALAHAN YANG ADA Dari hasil wawancara dengan masyarakat disekitar pekerjaan SID Pantai ini diketahui bahwa Abrasi pantai yang terbesar sering terjadi antara 2 3 tahun, lokasi yang terabrasi bisa mencapai sekitar 4 6 meter dalam satu musim. Apabila bulan oktober hingga bulan januari imbas dari hempasan gelombang dapat mencapai perumahan penduduk yang menyebabkan bahan bahan yang terbuat dari logam menjadi berkarat, serta gelombang pasang yang terjadi dapat mencapai jalan di sekitar lokasi pekerjaan. 4.1 Morfologi dan Kondisi Pantai yang Ada Detail lokasi pantai yang menjadi kajian pengaman pantainya berada di Kecamatan Paloh, khususnya meliputi desa Kalimantan, Matang danau dan desa Tanah Hitam. Lihat Gambar 5. Kondisi morfologi pantai, mulai dari desa Kalimantan di bagian barat sampai dengan Desa Tanah Hitam di bagian timur dapat dijelaskan sebagai berikut: Pantai pada daerah Desa Kalimantan. Profil pantai ini terletak di desa Kalimantan kecamatan Paloh, pantai ini merupakan satu hamparan dengan pantai matang danau dan tanah hitam. Pantai ini memiliki hamparan pasir putih dan bercampur lumpur. Letak posisi bibir pantai dengan permukiman penduduk sudah relatif dekat dan juga terdapat sarana dan prasarana infrastruktur seperti jalan dan jembatan serta permukiman penduduk yang harus segera ditangani, karena kondisi pantai yang sudah terabrasi. Pantai ini masuk kedalam kategori pantai dengan kondisi pantai yang sangat kritis, terdapat permukiman serta infrastuktur pemerintah hanya berjarak sekitar 10 hingga 20 meter dari bibir pantai. Pantai pada daerah Desa Matang Danau. Profil pantai ini terletak di desa Matang Danau kecamatan Paloh, pantai ini merupakan satu hamparan dengan pantai tanah hitam, pantai memiliki hamparan pasir putuih dan bercampur lumpur. Letak posisi bibir pantai dengan permmukiman penduduk sudah relatif dekat dan juga terdapat saran dan saran infrastruktur seperti jalan dan jembatan serta permukiman penduduk yang masih relatif aman untuk jangka pendek. Pantai ini Gambar 5. Kondisi pantai pada lokasi kajian 98

Kajian Pengaruh Gelombang terhadap Kerusakan Pantai Matang Danau Kabupaten Sambas (Umar) Gambar 6. Tingkat abrasi pantai pada lokasi kajian masuk kedalam kategori pantai dengan kondisi pantai yang yang tidak terlalu kritis, hal ini dikarenakan abrasi yang terjadi tidak separah di desa Kalimantan. Pantai pada daerah Desa Tanah Hitam. Profil pantai ini terletak di desa Tanah Hitam kecamatan Paloh, merupakan satu kesatuan hamparan pantai yang membentang dari desa tanah hitam hingga desa kalimantan, pantai ini berupa hamparan pasir putih yang landai. Pantai ini menjadi tempat rekreasi yang dikarenakan hamparan pasir putihnya yang begitu landai. Pantai ini masuk kedalam kategori pantai dengan kondisi pantai kritis sedang. 5. REVIEW KONDISI EKSISTING DAN ANALISIS PERMASALAHAN Dari informasi yang diperoleh, dalam 5 tahun terakhir pantai pada lokasi kajian terancam abrasi yang dikhawatirkan dapat menggangu infrastruktur yang ada pada lokasi tersebut. Berdasarkan kajian yang ada, proses abrasi diperkirakan akan terjadi akibat makin bertambah mundurnya garis pantai ke arah daratan, terutama pada sisi utara-timur. Bertambah mundurnya garis pantai ke arah daratan disebabkan oleh adanya proses penetrasi gelombang dari barat langsung ke daerah tersebut. Lihat Gambar 6. Sedimen di sepanjang pantai tersebut terbawa arus akibat aktivitas pasang surut dan gelombang menuju selatan. Potensi sedimen yang bergerak (kapasitas transpor sedimen) tergantung kepada besar dan orientasi arah arus yang timbul terhadap garis pantai. Keberadaan sungai kecil tidak banyak pengaruhnya terhadap suplai sedimen ke arah pantai. Abrasi yang terjadi terus menerus di sisi utaratimur ini akan menyebabkan pengikisan pantai secara sangat signifikan. Untuk menjelaskan proses yang terjadi maka perlu dilakukan analisis dengan bantuan beberapa pemodelan pola gelombang dan pergerakan sedimen di daerah lokasi kajian. 6. MODEL GERAKAN GELOMBANG DAN SEDIMEN DI SEKITAR LOKASI KAJIAN 6.1 Domain Model Analisis gelombang yang dapat membangkitkan arus dan menggerakan sedimen selain dikaji berdasarkan 99

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 11 NOMOR 1 JUNI 2011 data/tinjauan lapangan, juga dilakukan berdasarkan hasil pemodelan matematik. Domoin model di atas berukuran 5000 6500 m dengan batas-batas sebagai berikut : Sisi utara dengan perairan terbuka Sisi barat dengan perairan terbuka Sisi selatan dengan daratan (Desa Matang Danau) Sisi timur dengan perairan terbuka. Batimetri domain model tersebut dapat dilihat pada Gambar 7. Syarat batas yang digunakan dalam model tersebut adalah parameter gelombang, berupa arah dominan, tinggi dan periode gelombang laut dalam. Sedangkan untuk pergerakan sedimen digunakan model GENESIS, yaitu model perubahan garis pantai. Domain model yang digunakan adalah garis pantai sisi selatan yang membentang dari timur ke barat. 6.2 Konsep Model Model CGWAVE ini digunakan untuk mempelajari perilaku gelombang yang merambat dari laut dalam ke perairan dangkal. Parameter yang dipelajari adalah pergerakan gelombang dalam konteks refraksi-difraksi dari perairan dalam ke perairan dangkal. Input model ini berupa batimetri, arah, tinggi dan periode gelombang datang serta beberapa parameter lain. Dari simulasi ini dapat diketahui perilaku gelombang pada lokasi tinjauan di sekitar daerah studi. 6.3 Model Perubahan Garis Pantai Evaluasi perubahan garis pantai, baik untuk kondisi eksisting maupun usulan penanganan digunakan model Generalized Model For Simulating Shoreline Change (GENESIS) Program GENESIS ini, dengan data-data masukan di atas dapat memberikan perkiraan nilai longshore transport rate serta perubahan garis pantai akibat angkutan sedimen tersebut tanpa maupun dengan adanya perubahan struktur pada pantai untuk jangka waktu tertentu. 6.4 Permodelan Gelombang Untuk Kondisi Eksisting Gambar 7. Batimetri domain model Sesuai dengan tujuan yang telah dikemukakan sebelumnya, untuk mengetahui kondisi gelombang disekitar lokasi kajian dilakukan dengan bantuan model. Untuk pemodelan kondisi eksisting ini dilakukan dengan menggunakan domain model seperti yang sudah dijelaskan di atas, menuju pantai dari berbagai arah 100

Kajian Pengaruh Gelombang terhadap Kerusakan Pantai Matang Danau Kabupaten Sambas (Umar) dominan (barat dan barat laut) menunjukkan bahwa tinggi gelombang di lokasi tersebut berkisar 0,5 1,5 m. Berdasarkan analisis hasil model di atas, maka ditinjau dari aspek gelombang, pantai perlu dilindungi sedemikian hingga agak terlindung dari penetrasi gelombang yang terjadi. Aksi gelombang ini pada prinsipnya menimbulkan arus karena posisi surfzone relatif jauh dari dari pantai, yang berpotensi mengadukaduk sedimen akibat efek refraksi dan gelombang pecah yang selanjutnya oleh arus pasut dan gelombang akan dibawa ke arah yang lain. Dari hasil pemodelan dan gambaran hasil analisis mawar gelombang diatas, dapat disimpulkan bahwa potensi terjadinya abrasi akibat efek refraksi dan gelombang pecah disekitar pantai pada lokasi kajian sangat memungkin membesar. Gambar 8. Medan gelombang dengan gelombang datang dari barat Gambar 9. Medan gelombang dengan gelombang datang dari barat-barat laut 6.5 Permodelan Pergerakan Sedimen Analisis proses pergerakan sedimen dilakukan berdasarkan data pengukuran dan hasil pacu (running) model GENESIS sesuai dengan domain model seperti gambar di atas. Model ini dipacu dengan input posisi garis pantai, generalisasi batimetri, gelombang dan parameter lainnya. Skenario pacu model GENESIS dilakukan dengan kondisi gelombang dalam dua musim, yaitu untuk gelombang dari arah barat, barat laut dan utara. Tinggi gelombang rata-rata yang terjadi pada musim tersebut masih di Gambar 10. Medan gelombang dengan gelombang datang dari barat laut-utara bawah 1,00 m (bukan skenario gelombang ekstrem). Dari hasil permodelan dapat terlihat bahwa garis pantai pada sisi timur untuk kondisi eksisting cenderung terjadi abrasi 101

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 11 NOMOR 1 JUNI 2011 7. KESIMPULAN Gambar 11. Pola perubahan garis pantai akibat gelombang Sedangkan pada kedua ujung juga mengikuti trend bagian timur dengan terkoreksi mundur garis pantainya. Untuk sisi barat, juga dinamika garis pantai cenderung mengikuti perubahan maju, dimana sedimen yang bertambah di ujung tersebut terbawa ke arah dalam mendekati garis pantai. Perlu dicatat bahwa dalam pemodelan ini arah gelombang difraki menuju garis pantai sisi barat dianggap sama. Dari hasil permodelan eksisting ini dapat dikatakan garis pantai sisi timur cenderung mundur (abrasi), sedangkan sisi barat cenderung dalam kondisi seimbang dinamik (dengan potensi abrasi). Berdasarkan analisis di atas, masalah abrasi di pantai Sambas ditimbulkan oleh berbagai sebab dan sumber sedimen. Dari hasil analisis diketahui aberasi (perubahan garis pantai) terjadi akibat adanya pergerakan sedimen yang disebabkan oleh arus sejajar pantai (long shore current) yang dibangkitkan oleh gelombang datang dan gelomang pecah yang tidak tegak lurus dengan garis pantai. (gelombang datang dominan dari arah barat). Sedimen di sepanjang pantai tersebut terbawa arus akibat aktivitas pasang surut dan gelombang. Potensi sedimen yang bergerak (kapasitas transpor sedimen) tergantung kepada besar dan orientasi arah arus yang timbul terhadap garis pantai. Keberadaan sungai kecil tidak banyak pengaruhnya terhadap suplai sedimen ke arah pantai. Abrasi yang terjadi terus menerus di sisi utara-timur ini akan menyebabkan pengikisan pantai secara sangat signifikan. Daftar Pustaka Triatmojo, Bambang. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta: Beta Offset. Danial, Meddy. 2008. Rekayasa Pantai. Bandung: Alfa Beta. Dean, Robert G. 1994. Water Wave Mechanics for Engineer and Scientists. Word Scientific. 102