BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

LAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version

BAB I PENDAHULUAN. menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara formal

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Institut dalam era globalisasi saat ini memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB I PENDAHULUAN. Semester (SKS). Dalam Sistem Kredit Semester terdapat satuan kredit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyelesaikan Tugas Akhir (TA) atau skripsi, skripsi merupakaan karya ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

Ecclesiastes 3 : 11a

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

ABSTRAK. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

A B S T R A K Solomon & Rothblum

DAFTAR ISI. Abstrak... i. Kata Pengantar... ii. Daftar Isi... vii. Daftar Bagan... x. Daftar Tabel... xi. Daftar Lampiran... xiii

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Festinger (1957, hal. 3) disonansi kognitif adalah ketidaksesuaian

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, pertumbuhan di bidang pendidikan kian

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK. S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu fakultas unggulan di Universitas

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BABI PENDAHULUAN. Dalam sebuah perguruan tinggi, perkuliahan merupakan kegiatan yang wajib

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan sumber daya manusia berkualitas dan

LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA. No. Pernyataan SS S N TS STS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

#### Selamat Mengerjakan ####

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi yang terjadi di seluruh dunia menyebabkan tingkat persaingan

BAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, terutama di kalangan mahasiswa. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

Nomor : Fakultas : Angkatan / Semester : Status : Bekerja / Tidak Bekerja (Lingkari yang sesuai) PETUNJUK PENGISIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang berkompetensi dalam berbagai bidang, salah satu indikator kompetensi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Inggris yaitu procrastination yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya ( Oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

Oleh : Abdul Aziz*) Pambudi Rahardjo**) Kata Kunci : Faktor-faktor Prokrastinasi Akademik, Mahasiswa Tingkat Akhir, dan Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri saat ini semakin tinggi. Tidak heran jika

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. yang kini lebih dikenal sebagai KKNI (Kurikulum Berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pendidikan tinggi saat ini terus-menerus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di Universitas X Bandung didirikan berdasarkan pertimbangan praktis, yakni melengkapi syarat untuk menjadi universitas dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan tenaga ahli Psikologi. Fakultas Psikologi Universitas X pun mengalami perkembangan kurikulum dari waktu ke waktu sesuai dengan kebutuhan saat ini (http://psikologi-maranatha.com/?mnu=010100). Untuk menjadi seorang sarjana Psikologi di Universitas X Bandung mahasiswa diwajibkan memeroleh IPK minimal 2.00 dan menempuh minimal 145 SKS yang terdiri atas 130 SKS mata kuliah wajib dan minimal 15 SKS mata kuliah pilihan. Sebagian besar mata kuliah wajib dan pilihan memiliki prasyarat yang harus dipenuhi. Mahasiswa dapat mengambil mata kuliah di semester selanjutnya dan tidak mengulang mata kuliah tersebut dengan harapan mahasiswa dapat lulus tepat waktu. Berdasarkan wawancara kepada Dekan Fakultas Psikologi Universitas X Bandung mahasiswa diharapkan dapat menyelesaikan program studinya 4-5 tahun, namun banyak pula mahasiswa yang menunjukkan pemanfaatan waktu yang kurang efektif dan ketidak-disiplinan sehingga masa studinya menjadi 6-10 tahun. 1

2 Di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung sebelum mahasiswa mengontrak skripsi dan lulus dari pendidikannya, terlebih dahulu mengontrak mata kuliah usulan penelitian kemudian seminar dan selanjutnya mengontrak skripsi dan sidang sebagai puncak dari penyelesaikan skripsi. Namun pada kenyataannya banyak mahasiswa yang melakukan penundaan dalam mengerjakan usulan penelitian, sehingga harus mengontrak kembali mata kuliah Usulan Penelitian (UP). Berdasarkan data yang diperoleh dari Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas X Bandung, dari 200 mahasiswa yang mengontrak usulan penelitian setiap semesternya, hanya 20% mahasiswa berhasil menempuh seminar pada semester yang sama, itu artinya sebanyak 80% mahasiswa harus mengontrak kembali usulan penelitian. Setelah dianalisis terlihat bahwa mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian setiap semester jumlahnya semakin meningkat. Apabila mahasiswa tersebut tidak dapat menyelesaikan kembali usulan penelitiannya dalam satu semester, itu artinya akan menunda mengontrak mata kuliah skripsi dan menunda kelulusannya. Berdasarkan wawancara terhadap 10 orang mahasiswa yang sedang mengontrak kembali mata kuliah usulan penelitian, diperoleh data bahwa 100% menyatakan tertundanya penyelesaian studi karena mengalami hambatan di usulan penelitian sehingga harus mengontrak kembali usulan penelitian di semester berikutnya. Berdasarkan hasil wawancara, mahasiswa yang sedang menempuh kembali usulan penelitian menyatakan malas untuk mengerjakan usulan penelitian hingga tuntas dengan berbagai alasan antara lain mereka malas karena 3 dari 10 mahasiswa masih aktif di kegiatan organisasi; waktu banyak terbuang untuk rapat

3 dan mencari dana yang dibutuhkan untuk acara yang diselenggarakan, sehingga lupa untuk mengerjakan usulan penelitian, 5 dari 10 mahasiswa kuliah sambil bekerja, 2 dari 10 mahasiswa yang sudah menikah perlu membagi waktu untuk mengurus suami/istri/anak sehingga sering kali terbengkalai untuk mengerjakan usulan penelitian, kurang motivasi untuk mengerjakan usulan penelitian dan tidak ada dukungan moral dari keluarga/ teman/ pacar. Hal lain yang ditemukan adalah mereka yang sedang mengerjakan usulan penelitian merasa malas untuk melakukan bimbingan dengan dosen, apalagi bila hasil yang telah mereka kerjakan dengan susah payah dinilai kurang baik oleh dosen pembimbingnya. Mahasiswa yang menunda mengerjakan usulan penelitian mengalami kecemasan dalam dirinya apabila diingatkan akan usulan penelitiannya. Mereka menjadi tidak bersemangat dalam melakukan kegiatan sehari-harinya, mengalami sulit tidur dan makan, karena memikirkan usulan penelitiannya yang tidak kunjung selesai. Selain itu juga berdampak menjadi perasaan bersalah karena terus menerus dibandingkan oleh orang tuanya dengan saudara-saudaranya yang sudah lulus dan bekerja. Perilaku menunda yang menimbulkan kecemasan dan perasaan bersalah dalam bidang psikologi disebut prokrastinasi. Prokrastinasi adalah kecenderungan untuk menunda pengerjaan tugas yang bermanfaat dan penting bagi dirinya, termasuk tugas-tugas prioritas utama, hingga muncul perasaan cemas dan bersalah akan tetapi tindakan ini terus dilakukan berulang-ulang (Solomon & Rothblum, 1984, dalam Ferrari, 1995). Para prokrastinator pada dasarnya adalah orang yang ingin dan mampu mengerjakan tugas, mereka telah mencoba dan merencanakan dengan matang sesuai dengan

4 tuntutan tugas pada umunnya, tetapi tidak menyelesaikan tugas tersebut, atau menunda mengerjakan tugas untuk waktu yang lama (Silver & Sabini, dalam Ferrari, 1995). Hal ini juga terjadi pada mahasiswa yang telah merencanakan untuk mengerjakan usulan penelitian pada waktu tertentu, tetapi ketika waktunya datang mahasiswa tersebut menjadi malas untuk mengerjakannya dan lebih memilih untuk melakukan kegiatan lain yang sifatnya hiburan. Pada akhirnya, mahasiswa tersebut menunda secara terus menerus dan mahasiswa tersebut harus mengontrak kembali mata kuliah usuluan penelitian di semester berikutnya. Di dalam prokrastinasi akademik terdapat enam area perilaku menunda, yaitu menunda dalam tugas mengarang, belajar menghadapi ujian, membaca, kinerja administratif, menghadiri pertemuan dan kinerja akademik secara keseluruhan (Solomon & Rothblum, 1984, dalam Ferrari, 1995). Tugas mengarang seperti mahasiswa menunda dalam menentukan topik, judul, dan memulai mengerjakan Bab 1 sampai Bab 3. Belajar menghadapi ujian seperti mahasiswa melakukan penundaan belajar untuk bimbingan dengan dosen pembimbing. Membaca berarti mahasiswa melakukan penundaan membaca buku atau referensi yang berkaitan dengan topik usulan penelitan. Kinerja administratif seperti mahasiswa terlambat membayar uang kuliah usulan penelitian dan suratsurat izin yang berkenaan dengan usulan penelitian. Menghadiri pertemuan, mahasiswa melakukan penundaan untuk bimbingan dengan dosen dan menunda bertemu dengan responden maupun instansi terkait. Kinerja akademik secara keseluruhan merupakan mahasiswa menunda dalam menyelesaikan usulan penelitian yang semestinya diselesaikan dalam satu semester.

5 Berdasarkan hasil dari survei awal terhadap sepuluh mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian diperoleh informasi bahwa: Delapan dari sepuluh mahasiswa mengatakan cenderung mengalami kesulitan dalam area tugas mengarang. Kecenderungan ini terlihat pada dua dari delapan mahasiswa yang kesulitan menentukan judul penelitian karena mereka ingin menemukan judul yang berbeda dari orang lain (perfectionism). Enam dari delapan mahasiswa mengatakan melakukan penundaan dalam mengerjakan latar belakang masalah dikarenakan mereka merasa tidak mampu menulis dengan baik, tidak menguasai teknik penulisan, dan tidak terbiasa menulis. Hal tersebut membuat mahasiswa melakukan penundaan dalam tugas mengarang. Selebihnya, dua dari sepuluh mahasiswa yang tidak melakukan penundaan dalam area ini sudah melakukan survei awal sebelum mengaitkan dengan teori penelitian. Mahasiswa mengatakan dosen pembimbing juga berperan membantu mahasiswa mencari teori untuk penelitian. Enam dari sepuluh mahasiswa mengatakan cenderung mengalami kesulitan dalam area belajar dalam rangka menghadapi ujian. Kecenderungan ini terlihat pada dua dari enam mahasiswa mengatakan cemas ketika mengingat akan bimbingan, ditunjukkan dengan kesulitan untuk tidur dan mulai merevisi tugas yang diberikan dosen ketika H-1. Lima dari enam mahasiswa ini menyatakan merasa tidak mampu untuk mengerjakan tugas dengan baik dan cemas akan dievaluasi oleh dosen, seperti takut dianggap bodoh oleh dosen. Selebihnya, empat dari sepuluh mahasiswa yang tidak melakukan penundaan dalam area ini mengatakan dengan mempersiapkan diri membuat mereka lebih yakin dalam

6 menjawab pertanyaan dosen untuk menjelaskan tentang penelitian mereka. Mereka memandang bertemu dosen pembimbing membantu mereka dalam memahami pengerjaan usulan penelitian. Tujuh dari sepuluh mahasiswa mengatakan cenderung mengalami kesulitan dalam area membaca. Kecenderungan ini terlihat pada lima dari tujuh mahasiswa mengatakan kurang suka membaca. Mereka menyatakan malas untuk memulai membaca teori karena teori yang digunakannya masih tergolong baru dan bukunya masih sulit didapatkan. Ketika buku sudah didapatkan, mereka masih malas membacanya karena teori tersebut ditulis dalam bahasa Inggris. Dua dari tujuh mahasiswa ini menunda untuk mencari referensi yang relevan dengan penelitian, seperti jurnal psikologi. Ketika memiliki niat untuk mencari jurnal, namun ketika dihadapkan dengan komputer, mereka menjadi malas dan lebih tertarik bermain game dan social networking. Sebaliknya, tiga dari sepuluh mahasiswa tidak malas membaca karena teori yang digunakan sama dengan teman-temannya, jadi mahasiswa bisa bertukar pikiran dan berbagi jurnal dengan teman-temannya. Hal ini membantu mahasiswa mengerjakan usulan penelitian. Enam dari sepuluh mahasiswa mengatakan cenderung mengalami kesulitan dalam area kinerja tugas administratif. Kecenderungan ini terlihat pada satu dari enam mahasiswa yang memiliki dana terbatas sehingga kesulitan membayar uang kuliah tepat waktu. Hal ini terkait dengan kondisinya yang harus bekerja untuk membiayai, akibatnya ia lebih fokus bekerja untuk menghasilkan uang daripada mengerjakan usulan penelitian. Lima dari enam mahasiswa kesulitan untuk mengikuti prosedur dari pihak instansi dan ini membutuhkan

7 waktu yang cukup lama. Mereka berpikir harus memiliki orang dalam agar segera mendapat izin melakukan penelitian dilembaga tersebut dan hal ini membuat mahasiswa jadi menunda-nunda dalam mengurus izin penelitian. Sebaliknya, empat dari sepuluh mahasiswa tidak mengalami kesulitan dalam membayar uang kuliah tepat waktu karena masih dibiayai orang tua. Mereka tidak mengalami kesulitan dalam mengurus izin penelitian karena penelitian dilakukan di kantor dan kampus sendiri. Enam dari sepuluh mahasiswa mengatakan cenderung mengalami kesulitan dalam area menghadapi pertemuan. Kecenderungan ini terlihat pada empat dari enam mahasiswa kurang yakin bisa mengerjakan tugas dengan baik dan cemas akan dievaluasi oleh dosen seperti takut dianggap bodoh, sehingga mereka menunda untuk bertemu dengan dosen pembimbing. Sebanyak dua dari enam mahasiswa ini kesulitan untuk melakukan pertemuan dengan sampel; jarak rumah yang jauh dengan tempat penelitian membuat mahasiswa malas untuk bertemu dengan sampel, sampel sibuk bekerja, dan sampel kurang kooperatif. Sebaliknya, empat dari sepuluh mahasiswa tidak melakukan penundaan dalam area ini. Hal ini terlihat pada dua dari empat mahasiswa yang mengatakan mereka tidak mengalami kesulitan untuk bimbingan karena bimbingan memberikan mereka insight sehingga dapat mengerjakan lebih baik lagi usulan penelitiannya. Mereka juga selalu berusaha untuk memperhatikan feedback yang diberikan oleh dosen pembimbing, sehingga mereka dapat mengerjakan lebih baik lagi ketika revisi usulan penelitiannya akan dikumpulkan. Dua dari empat mahasiswa ini

8 tidak mengalami kesulitan untuk bertemu dengan sampel karena sampel penelitian mereka teman-teman sendiri. Sebanyak enam dari sepuluh mahasiswa cenderung tidak yakin mampu untuk menyelesaikan kembali usulan penelitian dalam satu semester. Hal ini terlihat pada dua dari enam mahasiswa ini menyatakan mereka sulit dalam menentukan target dan pembagian waktu karena masih mengontrak mata kuliah praktikum. Sebaliknya empat dari enam ini mahasiswa sibuk bekerja membuat tidak bisa membagi waktu untuk survei awal dan bimbingan sehingga mereka kurang yakin dan menunda mengerjakan usulan penelitian. Hal ini menunjukkan mahasiswa cenderung melakukan penundaan kinerja akademik secara keseluruhan. Sebaliknya, empat dari sepuluh mahasiswa merasa yakin dan mampu untuk menyelesaikan usulan penelitian dalam satu semester karena merasa usulan penelitian sudah terbengkalai dalam waktu satu semester bahkan lebih. Mereka menyusun strategi penyelesaian usulan penelitian dan melaksanakan strategi belajar yang telah disusunnya, ini membantu mereka tidak membuang-buang waktu dengan percuma lagi. Hal ini menunjukkan mahasiswa cenderung tidak melakukan penundaan kinerja akademik secara keseluruhan. Dari sepuluh mahasiswa yang diwawancara, 100% mahasiswa mengetahui bahwa penundaan tugas akademik yang mereka lakukan bisa mengakibatkan banyak hal buruk, misalnya harus mengontrak kembali usulan penelitian di semester berikutnya, hasil pengerjaan usulan penelitian yang tidak maksimal, stress dan panik mengetahui teman-temannya sudah lulus. Fenomena di atas menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian di

9 Fakultas Psikologi Universitas X Bandung melakukan prokrastinasi sehingga penulis menganggap hal ini sebagai sesuatu yang menarik untuk diteliti. Penelitian studi deskriptif ini diperlukan untuk mengetahui derajat prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang mengontrak Kembali Usulan Penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui derajat prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk memeroleh gambaran mengenai derajat prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung. 1.3.2. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran prokrastinasi akademik secara keseluruhan dan mengetahui derajat prokrastinasi akademik pada enam area akademik, yaitu tugas mengarang, belajar menghadapi ujian, membaca, kinerja administratif, menghadapi pertemuan dan kinerja akademik secara

10 keseluruhan yang dilakukan Mahasiswa yang Mengontrak Kembali Usulan Penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung. 1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoretis Secara teoretis kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Menambah pengetahuan dalam bidang psikologi pendidikan, khususnya tentang prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang mengontrak usulan penelitian. 2) Memberikan bahan pertimbangan bagi penelitian lain bila tertarik pada pokok bahasan yang sama. 1.4.2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan dan diterapkan secara praktis khususnya bagi pihak-pihak yang bersinggungan dengan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas X Bandung. Berikut ini adalah paparan keguaan praktis penelitian ini, yaitu: 1) Memberikan informasi mengenai prokrastinasi akademik kepada para mahasiswa yang sedang mengontrak usulan penelitian agar dapat menentukan cara-cara menanggulangi penundaan dan menumbuhkan rasa minta membaca. 2) Memberikan informasi kepada dosen di Universitas X untuk memberikan time management kepada mahasiswa bimbingan.

11 3) Memberikan informasi kepada Fakultas Psikologi Universitas X Bandung untuk melakukan tindak lanjut atas hasil penelitian seperti dengan mengadakan seminar-seminar atau pelatihan cara menulis ilmiah, membuat batas waktu kelulusan dan penelitian secara berkelompok. Dengan demikian, alasan-alasan prokrastinasi tersebut tidak lagi dimiliki oleh mahasiswa sehingga penyelesaian usulan penelitian oleh mahasiswa dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat. 1.5. Kerangka Pemikiran Di Fakultas Psikologi Universitas X, sebelum menempuh mata kuliah skripsi, mahasiswa terlebih dahulu menempuh mata kuliah usulan penelitian. Usulan penelitian merupakan tulisan ilmiah yang diharapkan dapat diselesaikan oleh mahasiswa kemudian menempu seminar dalam semester yang sama, kemudian mengontrak skripsi dan lulus siding akhir untuk mendapat gelar sarjana. Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas X yang sedang mengerjakan usulan penelitian pada umunnya berada pada tahap perkembangan dewasa awal. Dalam rentang perkembangan dewasa awal, mahasiswa mulai meninggalkan ketergantungan yang terdapat pada masa remaja, dan menunjukkan tanggung jawab yang merupakan ciri khas orang dewasa awal. Pada masa ini, individu telah mencapai apa yang oleh Piaget disebut dengan tahap pelaksanaan formal dalam kemampuan kognitif. Dalam dewasa awal, mahasiswa dapat memandang masalah

12 dari beberapa sudut pandang dan menyelesaikan masalah dengan mengambil banyak faktor sebagai dasar pertimbangan. (Santrock, 2002). Mereka memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan usulan penelitian dan dapat mengontrak skripsi di semester berikutnya. Dalam mengerjakan usulan penelitian, mahasiswa diharapkan bertanggung jawab menyelesaikan mata kuliah tersebut namun sebagian besar Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas X kurang menunjukkan upaya untuk mandiri, bertanggung jawab dalam mengatur dan memanfaatkan waktunya sebaik mungkin dalam menyelesaikan usulan penelitian, bahkan sering mengalamai kesulitan dalam mengerjakan usulan penelitian. Kesulitan ini berpengaruh juga terhadap penyelesaian usulan penelitian yaitu mahasiswa cenderung akan menunda-nunda dalam penyusunan usulan penelitian sehingga mahasiswa harus mengontrak kembali usulan penelitian pada semester berikutnya. Perilaku mahasiswa menunda-nunda tugas-tugas yang bermanfaat dan penting bagi dirinya, termasuk tugas-tugas prioritas utama, meskipun menimbulkan perasaan cemas dan bersalah akan tetapi tindakan ini dilakukan berulang-ulang, dalam psikologi disebut Prokrastinasi (Solomon & Rothblum, 1984, dalam Ferrari, 1995). Prokrastinasi yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Psikologi merupakan bentuk prokrastinasi dalam bidang pendidikan yang disebut sebagai prokrastinasi akademik. Pada dasarnya, prokrastinator mampu untuk menyelesaikan tugasnya, memiliki perencanaan matang, namun tidak diselesaikan atau ditunda pengerjannya dalam waktu yang lama (Silver & Sabini, 1982, dalam Ferrari 1995).

13 Solomon dan Rothblum (1984), membagi penundaan terhadap tugas-tugas akademik ke dalam 6 area yaitu: Area pertama tugas mengarang; meliputi penundaan melaksanakan kewajiban menulis makalah, rangkuman text book, laporan kelompok, laporan praktikum, membuat latihan soal-soal, tugas menerjemahkan text book. Mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung yang melakukan penundaan pada area tugas mengarang meliputi penundaan menentukan judul penelitian membuat latar belakang masalah dan kerangka pikir. Area kedua belajar menghadapi ujian; mencakup penundaan belajar untuk menghadapi ujian tengah semester, ujian akhir semester atau kuis-kuis lain. Pada area yang kedua Mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung melakukan melakukan penundaan belajar untuk melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing. Area ketiga membaca; menunda membaca buku atau referensi yang berkaitan dengan tugas akademik yang diwajibkan. Pada area ini Mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung melakukan penundaan membaca buku atau referensi yang berkaitan dengan topik usulan penelitan lanjutan. Area keempat kinerja administratif; penundaan mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas administratif. Seperti melakukan pembayaran uang kuliah, menyalin catatan kuliah, melakukan perwalian, mengembalikan barangbarang yang dipinjam dari fakultas. Pada area ini Mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung

14 melakukan penundaan mengurus pembayaran uang kuliah dan surat-surat izin yang berkenaan dengan usulan penelitian lanjutan. Area kelima menghadapi pertemuan; penundaan atau keterlambatan menghadiri kuliah, praktikum dan pertemuan-pertemuan dengan dosen. Mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung melakukan penundaan untuk bimbingan dengan dosen pembimbing pertama dan kedua, dan menunda untuk bertemu dengan responden maupun instansi terkait. Area keenam, kinerja akademik secara keseluruhan; menunda kewajiban menyelesaikan studi sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan. Pada area ini Mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung menunda kewajiban studi. Perilaku ini ditunjukkan secara terus menerus dalam mengerjakan usulan penelitian, sehingga tidak dapat mengontrak mata kuliah skripsi, sidang dan lulus tepat waktu. Faktor-faktor yang memengaruhi seseorang melakukan prokrastinasi menurut Solomon & Rothblum (1984) diturunkan menjadi dua belas alasan seseorang melakukan prokrastinasi yaitu: kecemasaan akan dievaluasi, perfeksionis, rendahnya kepercayaan diri, aversif terhadap tugas, kemalasan, kesulitan dalam membuat keputusan, ketergantungan kepada orang lain dan banyak membutuhkan bantuan, lack of assertion, tidak dapat mengatur waktu, tidak mengikuti aturan, pengambilan resiko dan pengaruh teman sebaya. Kecemasan akan suatu evaluasi merupakan bentuk kecemasan yang muncul ketika menghadapi situasi yang bisa menghasilkan kegagalan; Mahasiswa

15 yang mengontrak kembali usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung kawatir dosen akan tidak menyukai hasil kerja yang telah dibuatnya. Perfeksionis; Mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung yang perfeksionis merasa harus melakukan sesuatu dengan sempurna, menetapkan standar yang terlalu tinggi untuk penyusunan usulan penelitian sehingga proses pengerjaan usulan penelitian menjadi lebih lama dari seharusnya. Rendahnya kepercayaan diri; Mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung merasa dirinya tidak mampu membuat tugasnya dengan baik, seperti yang dilakukan orang lain maupun seperti yang diharapkan dosen pembimbing, tidak yakin bahwa dirinya bisa mengerjakan usulan penelitian dengan baik, selalu berpikir apa yang dibuatnya tidak sebaik orang lain. Prokrastinasi dilakukan karena mahasiswa selalu merasa ragu-ragu ketika mengerjakan tugas dan tidak mampu berbuat apa-apa untuk menghasilan tugas yang baik (evaluation anxiety, perfectionism, lack of self-confidence kemudian dikelompokkan oleh Solomon & Rothblum, 1984 menjadi satu alasan utama dalam penundaan tugas, yaitu: fear of failure (faktor takut gagal). Takut gagal atau motif menolak kegagalan adalah suatu kecenderungan mengalami rasa bersalah karena tidak dapat menggapai suatu tujuan atau gagal). Aversif terhadap tugas merupakan keenganan dalam mengerjakan tugas yang menjadi rutinitas; mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung sering merasa bosan mengerjakan usulan penelitian karena dikerjakan berulang-ulang. Kemalasan; mahasiswa yang

16 mengontrak kembali usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung merasa tidak suka untuk mengerjakan usulan penelitian karena tugas tersebut dianggap membosankan dan monoton. Pengerjaan usulan penelitian yang harus berulang kareng dosen pembimbing terus menerus merevisi apa yang dikerjakan mahasiswa. (Task aversiveness dan laziness juga dikelompokkan Solomon & Rothblum, 1984 dalam satu alasan yang disebut sebagai Aversiveness of the task (faktor tidak menyukai tugas). Faktor ini berhubungan dengan perasaan negatif terhadap usulan penelitian, sehingga mahasiswa menunda dan harus mengontrak kembali usulan penelitian disemester berikutnya. Kesulitan dalam membuat keputusan; mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung yang mengalami kesulitan dalam membuat menentukan prioritas yang harus dikerjakan terutama ketika diperhadapkan dengan banyak tugas yang harus dikerjakan. Ketergantungan dengan orang lain dan banyak membutuhkan bantuan; mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung merasa tidak percaya diri dan lebih baik baginya untuk mengandalkan bantuan orang lain dari pada mengerjakan usulan penelitian dengan kemampuannya sendiri, sehingga pengerjaan usulan penelitian ditunda karena harus menunggu sampai ada orang lain yang membantunya. Lack of assertion; mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung tidak mampu untuk mengungkapkan ide atau kebenaran ketika menemukan sesuatu yang dianggap salah. Tidak dapat mengatur waktu; mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian di Fakultas Psikologi

17 Universitas X Bandung yang merasa mendapatkan terlalu banyak tugas selain mengerjakan usulan penelitian, seperti: masih aktif dalam kegiatan organisasi; mahasiswa kuliah sambil bekerja; mahasiswa yang sudah menikah perlu membagi waktu untuk mengurus suami/istri/anak, sehingga kesulitan dalam membagi waktu. Mahasiswa tidak mampu menangani situasi seperti ini sehingga mahasiswa melakukan penundaan. Tidak mengikuti aturan yang ada; mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung enggan mengerjakan apa yang ditugaskan oleh dosen. Pengambilan resiko; mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung mengerjakan/mempersiapkan usulan penelitian lanjutan pada 1-2 jam terakhir sebelum bertemu dengan dosen. Pengaruh teman sebaya; mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung mengetahui bahwa ada teman yang menunda mengerjakan usulan penelitian dan melakukan hal-hal yang lebih menyenangkan.

18 Penjelasan dari uraian di atas, dapat dilihat dari bagan kerangka pikir sebagai berikut: Tiga yang mempengaruhi 1. Faktor takut gagal (Fear of failure) 2. Faktor tidak menyukai tugas (Aversive of the task) 3. Faktor lain : kesulitan dalam membuat keputusan, ketergantungan kepada orang lain dan banyak membutuhkan bantuan, lack of assertion, sikap yang kurang tegas dalam mengatur waktu, tidak mengikuti aturan yang ada, risk taking dan peer influences. Mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian di fakultas Psikologi Universitas X Bandung Prokrastinasi Akademik Tinggi Rendah Enam Area Prokrastinasi Akademik: 1. Tugas Mengarang 2. Belajar Menghadapai Ujian 3. Membaca 4. Kinerja Administratif 5. Menghadapi pertemuan 6. Kinerja Akademik Secara Keseluruhan Bagan 1.1 Kerangka Pikir

19 1.6. Asumsi 1) Mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung memiliki derajat prokrastinasi akademik yang tinggi. 2) Mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung memiliki derajat prokrastinasi akademik yang rendah. 3) Prokrastinasi akademik mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: faktor takut gagal (fear of failure), faktor tidak menyukai tugas (aversive of the task), dan faktor lain: kesulitan dalam membuat keputusan, ketergantungan dengan orang lain dan banyak membutuhkan bantuan, lack of assertion, tidak dapat mengatur waktu, tidak mengikuti aturan, pengambilan resiko, pengaruh teman sebaya. 4) Derajat prokrastinasi akademik mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung dilihat dari enam area prokrastinasi akademik yaitu: tugas mengarang, belajar menghadapi ujian, membaca, kinerja administratif, menghadapi pertemuan dan kinerja akademik secara keseluruhan.