ANALISA TERBENTUKNYA TEGANGAN SISA DAN DEFORMASI PADA PENGELASAN PIPA BEDA JENIS MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-351

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: G-10

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN PIPA YANG MENEMBUS PELAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Analisis Pengaruh Ukuran Stopper Pada Sambungan Pelat Kapal Terhadap Tegangan Sisa Dan Deformasi Menggunakan Metode Elemen Hingga

Analisis Pengaruh Ukuran Stopper Pada Sambungan Pelat Kapal Terhadap Tegangan Sisa Dan Deformasi Menggunakan Metode Elemen Hingga

Tugas Akhir ANALISA PENGARUH LAS TITIK DAN URUTAN PENGELASAN TERHADAP DISTORSI DAN TEGANGAN SISA PADA PENGELASAN SAMBUNGAN PIPA ELBOW DENGAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: G-40

BAB II KERANGKA TEORI

ANALISA PENGARUH TEGANGAN SISA DAN DISTORSI PADA PENGELASAN BUTT JOINT DAN T JOINT DENGAN VARIASI TEBAL PLAT

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS

ANALISA TEGANGAN SISA DAN DISTORSI PADA PENGELASAN FILLET T-JOINT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

PENGARUH HEAT TREATMENT

KEKUATAN TARIK DAN BENDING SAMBUNGAN LAS PADA MATERIAL BAJA SM 490 DENGAN METODE PENGELASAN SMAW DAN SAW

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

JURNAL KAJIAN TEKNIK MESIN

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENENTUAN PERBANDINGAN DIAMETER NOZZLE TERHADAP DIAMETER SHELL MAKSIMUM PADA AIR RECEIVER TANK HORISONTAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.

ANALISA PENGARUH LAS TITIK DAN URUTAN PENGELASAN TERHADAP DISTORSI DAN TEGANGAN SISA PADA PENGELASAN SAMBUNGAN PIPA ELBOW DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

SUBMARGED ARC WELDING (SAW)

ANALISA PENGARUH VARIASI TREATMENT PADA PROSES PENGELASAN SMAW TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS BAJA

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl

Pengaruh Jeda Waktu Antar Sequence Sambungan T-Joint dengan MIG Robotic Welding terhadap Distorsi pada Mild Steel

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan dan pembuatan

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Dimas Hardjo Subowo NRP

Persentasi Tugas Akhir

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

PENGARUH SUHU PREHEAT DAN VARIASI ARUS PADA HASIL LAS TIG ALUMINIUM PADUAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN

BAB II LANDASAN TEORI

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

ANALISA KEKUATAN TARIK PENYAMBUNGAN PELAT DENGAN KETEBALAN BERBEDA PADA TYPE SAMBUNGAN BUTT JOINT

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Sumber :

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

PERENCANAAN PENGELASAN UPPER DRUM KAPASITAS 3500 KG/JAM DENGAN TEKANAN 33 KG/CM² TUGAS AKHIR

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

ANALISIS PENGARUH HASIL PENGELASAN BIMETAL BAJA S45C DAN STAINLESS STEELS 304 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

Gambar 4.1. Hasil pengamatan struktur mikro.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN PRESSURE VESSEL KAPASITAS 0,017 M 3 TEKANAN 1 MPa UNTUK MENAMPUNG AIR KONDENSASI BOGE SCREW COMPRESSOR ABSTRAK

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

Ir. Hari Subiyanto, MSc

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

III. METODE PENELITIAN

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

II. TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya suatu sistem pemipaan yang memiliki kualitas yang baik. dan efisien. Pada industri yang menggunakan pipa sebagai bagian

DASAR-DASAR PENGELASAN

JURNAL PENGARUH VARIASI SUDUT PENGELASAN, KUAT ARUS, DAN MEREK ELEKTRODA TERHADAP KEKUATAN TARIK MEKANIK SAMBUNGAN PADA BAJA ST 37

ANALISIS PENGARUH UKURAN STOPPER PADA SAMBUNGAN PELAT KAPAL TERHADAP TEGANGAN SISA DAN DEFORMASI MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP KETANGGUHAN SAMBUNGAN BAJA A36 PADA PENGELASAN SMAW

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

Transkripsi:

ANALISA TERBENTUKNYA TEGANGAN SISA DAN DEFORMASI PADA PENGELASAN PIPA BEDA JENIS MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Moh. Zaed Morna S*, Ir. Budie Santosa, M.T.** * Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan ** Staf Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Sukolilo Surabaya (60111) Telp. : 085730431341 Email : noc_g@yahoo.com ABSTRAK Proses pengelasan sambungan pipa pada industri perkapalan adalah salah satu bagian yang sangat penting. Pemanasan lokal pada pipa hingga temperatur lebur dan proses pendinginan yang cepat dapat menghasilkan tegangan sisa akibat adanya distribusi panas yang tidak merata. Tegangan akibat panas lasan ini dapat menyebabkan deformasi dan akan berpengaruh pada proses pengerjaan selanjutnya. Untuk itu perlu untuk melakukan pemodelan dengan metode elemen hingga untuk mengetahui perilaku deformasi dan tegangan sisa yang terjadi pada proses pengelasan pipa. Pada penelitian ini dilakukan simulasi pengelasan sambungan pipa beda jenis dengan tipe sambungan butt-joint. Pipa yang digunakan adalah Stainless Steel 304L dan Carbon Steel A36 dengan filler metal 309L Filler Wire. Simulasi dilakukan dengan menggunakan software ANSYS 11 dengan membandingkan variasi posisi pemasangan tanggem dan akan dipilih hasil yang paling baik. Dari simulasi didapatkan hasil yang terbaik terdapat pada variasi pemasangan empat buah tanggem dengan jarak antar tanggem 90 0 yang menghasilkan tegangan sisa maksimum pada stainless steel sebesar 210.84 MPa dan pada carbon steel sebesar 33.2 MPa. Sedangkan deformasi total maksimum yang terjadi pada stainless steel sebesar 2.35 mm dan pada carbon steel sebesar 2.19 mm. Kata Kunci : pipa beda jenis, stainless steel 304L, carbon steel A36, 309L filler metal, deformasi, tegangan sisa, pemasangan tanggem. Pada sistem perpipaan yang bekerja pada 1. PENDAHULUAN temperatur dan tekanan yang tinggi Penggunaan teknik pengelasan sampai seringkali diperlukan penyambungan pipapipa yang mempunyai perbedaan material saat ini memiliki peranan yang sangat penting dalam bidang konstruksi. Salah satu propertis dan sifat fisiknya. Sebagai contoh jenis pengelasan yang dipakai adalah pada kapal yang memiliki boiler, sistem pengelasan antar pipa yang sering digunakan perpipaan pada boiler kapal tersebut pada bidang perkapalan, offshore structure, seringkali merupakan penyambungan pipa konstruksi jembatan, pressure vessel, boiler beda jenis. Perbedaan sifat dari pipa-pipa ini serta berbagai macam pipa saluran dan sistem akan menyebabkan distribusi tegangan sisa perpipaan lainnya. hasil pengelasan menjadi tidak merata untuk Di antara elemen elemen pipa serta setiap jenis material pipa yang dilas. Adanya simpul-simpul penyambungan pipa hampir tegangan sisa yang tidak merata ini dapat semuanya dilakukan dengan pengelasan, menyebabkan distorsi pada hasil lasan yang maka sudah barang tentu salah satu masalah berpengaruh pada proses pengerjaan yang sangat penting dan dapat menentukan selanjutnya. sifat dan kekuatan sambungan las adalah Untuk itulah perlu dilakukan simulasi adanya tegangan sisa yang terjadi baik elemen hingga (finite element) pada hasil selama proses lasan ataupun sejak material proses pengelasan pipa beda jenis diproses / akibat pengerjaan mesin pada menggunakan sambungan tumpul (but-joint) material tersebut. atau tepatnya pengelasan melingkar/keliling pipa. Selain itu juga dirasa perlu dilakukan analisa untuk mengetahui distribusi

tegangan sisa dan distorsi. Simulasi yang akan dilakukan adalah dengan membandingkan variasi posisi pemasangan tanggem dan akan dipilih hasil yang paling baik. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Termal Las Pada proses pengelasan perubahan temperatur pada daerah yang mengalami kontak langsung dengan busur las berlangsung dengan sangat cepat sehingga menciptakan perbedaan temperatur dengan daerah di dekatnya. Segera setelah perbedaan temperatur terjadi panas mulai mengalir ke sekitar daerah pengelasan yang mempunyai temperatur lebih rendah sehingga terjadi distribusi panas ke daerah sekitar alur las. Distribusi temperatur yang terjadi pada saat proses pemanasan maupun pendinginan tidak merata pada seluruh material. Distribusi yang tidak merata ini terjadi baik dalam hal tempatnya pada material maupun bila ditinjau dari segi waktu terjadinya. Ketidakmerataan distribusi temperatur inilah yang menjadi penyebab timbulnya deformasi pada struktur las. Sehingga untuk dapat menyelesaikan berbagai persoalan dari tegangan dan deformasi hasil pengelasan harus diketahui dahulu bagaimana distribusi dari temperatur yang dihasilkan terhadap material las. 2.2 Tegangan Sisa Tegangan yang muncul pada material selama proses pengerjaan biasa disebut tegangan dalam, tegangan sisa atau tegangan yang terjebak dalam material, proses pengerjaan ini bisa berupa proses pemotongan, bending maupun pengelasan. Tegangan dalam atau tegangan sisa adalah tegangan yang bekerja pada material meskipun tidak ada gaya luar yang bekerja pada benda tersebut dan tegangan ini bersifat tetap selama tidak ada proses stress relieving. Tegangan sisa yang terjadi karena pengelasan ini dibagi dalam 2 kelompok, yaitu : Pertama adalah tegangan sisa oleh karena adanya Dimensi pipa yang digunakan untuk pemodelan pengelasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Diameter luar pipa = 203 mm halangan dalam yang terjadi karena pemanasan dan pendinginan setempat pada bagian kontruksi yang bebas dan kedua adalah tegangan sisa oleh adanya halangan luar, yang terjadi karena perubahan bentuk dan penyusutan dari konstruksi. Tegangan sisa dan perubahan bentuk yang terjadi sangat mempengaruhi sifat dan kekuatan dari sambungan, karena itu usaha untuk mengatur dan mengurangi tegangan sisa dan perubahan bentuk harus mendapatkan perhatian utama. 2.3 Deformasi Pada Pengelasan Faktor-faktor yang mempengaruhi deformasi selama pengelasan dapat dibagi dua. Yang pertama sangat erat hubungannya dengan masukan panas pengelasan antara lain tegangan listrik, arus listrik, kecepatan pengelasan, tebal material, ukuran dan jenis elektroda. Faktor yang kedua disebabkan adanya penahan atau penghalang pada sambungan las antara lain bentuk, ukuran serta susunan dari batang-batang penahan (stopper) dan welding sequence atau urutan pengelasan. 2.4 Metode Elemen Hingga Metode elemen hingga merupakan metode numerik yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam bidang rekayasa seperti geometri, pembebanan dan sifat-sifat dari material yang sangat rumit. Hal ini sulit diselesaikan dengan solusi analisa matematis. Pendekatan metode element hingga adalah menggunakan informasi-informasi pada titik simpul (node). Dalam proses penentuan titik simpul yang di sebut dengan pendeskritan (discretization), suatu sistem di bagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, kemudian penyelesaian masalah dilakukan pada bagian-bagian tersebut dan selanjutnya digabung kembali sehingga diperoleh solusi secara menyeluruh. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Data Ukuran Material Panjang pipa (LOA) = 350 mm Tebal pipa = 8.8 mm

Gambar 1. Dimensi model pipa 3.2 Data Parameter Pengelasan Jenis pengelasan yang digunakan pada penelitian ini adalah SMAW (Shielded Metal Arc Welding). Data parameter pengelasan yang lebih spesifik adalah sebagai berikut : Kecepatan pengelasan = 5 mm/detik Kuat arus = 180 A Voltage = 24 V Efisiensi pengelasan = 85% Diameter elektroda = 2.6 mm 3.3 Simulasi Pengelasan Pada program ANSYS 11.0 simulasi pengelasan dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah pemodelan termal dimana input yang digunakan berhubungan dengan suhu pengelasan seperti thermal properties material dan heat flux. Sedangkan tahap kedua adalah pemodelan struktural dimana input yang digunakan berhubungan dengan mechanical properties material seperti modulus elastisitas dan poisson s ratio. A1 q 1 = q e A f dimana, Q = heat input bersih ή = efisiensi pengelasan U = voltase I = kuat arus A f = luas area pembebanan b = lebar kampuh v = kecepatan pengelasan t = waktu pengelasan per elemen A e = luas penampang elektroda D = diameter elektroda A 1 = luas satu elemen p = panjang satu elemen l = lebar satu elemen q 1 = heat flux dari hasil perhitungan diperoleh besarnya heat flux untuk masing-masing layer adalah Layer 1 = 1,59 x 10 8 Watt/ m 2 Layer 2 = 1,51 x 10 8 Watt/ m 2 Layer 3 = 2,03 x 10 8 Watt/ m 2 4.2 Validasi Model Pemodelan pada penelitian ini akan divalidasi dengan hasil penelitian S. Nadimi. Tujuan dari validasi ini adalah untuk melihat apakah model dalam penelitian ini sudah benar (valid) atau belum, model dikatakan sudah valid bila hasilnya mendekati hasil dari penelitian S. Nadimi. Ada dua hal yang digunakan sebagai validasi yaitu kurva hoop stress dan kurva axial stress. 200 150 4. PEMODELAN ANSYS 4.1 Perhitungan Heat Flux Untuk perhitungan heat flux digunakan beberapa persamaan sebagai berikut : Stress (MPa) 100 50 0-0.03-0.02-0.01 0 0.01 0.02 0.03-50 -100 ANSYS Tugas Akhir Penelitian S. Nadimi Q = ή U I A f = b x v x t 1 2 A e = π D 4 A 1 = p x l Q q e = A e -150-200 Jarak dari Weld Center (m) Gambar 2. Kurva Hoop Stress

300 Variasi 1 (pemasangan tanggem 180º) 200 100 Stress (MPa) 0-0.03-0.02-0.01 0 0.01 0.02 0.03-100 ANSYS Tugas Akhir Penelitian S. Nadimi -200-300 -400 Jarak dari Weld Center (m) Gambar 3. Kurva Axial Stress Dari kedua kurva tersebut terlihat bahwa hasil dari penelitian memiliki trend yang sama dengan hasil S. Nadimi, selain itu nilainya juga tidak terlalu besar perbedaannya. Maka dapat disimpulkan bahwa pemodelan dalam penelitian ini sudah benar. Gambar 5. Tegangan sisa variasi tanggem 180º 4.3 Pemodelan Dengan Variasi Tanggem Setelah pemodelan dinyatakan benar (valid) maka pemodelan dilanjutkan dengan pemberian tanggem (stopper) pada model dengan variasi posisi pemasangan tanggem. Variasi yang digunakan adalah posisi pemasangan tanggem dengan jarak antar tanggem 180º, 120º, 90º. Kemudian untuk tiap variasi tersebut didapatkan tegangan sisa dan deformasi yang terjadi akibat proses pengelasan. Gambar 6. Deformasi variasi tanggem 180º Variasi 2 (pemasangan tanggem 120º) Gambar 4. Variasi pemasangan tanggem Gambar 7. Tegangan sisa variasi tanggem 120º

kearah manapun karena tanggem berfungsi sebagai penegar yang mengikat kedua pipa agar tidak bergerak ketika dilas. Selain itu dari gambar-gambar diatas juga terlihat pola penyebaran deformasi cenderung terjadi pada daerah yang tidak terpasang tanggem, hal ini terjadi karena pada waktu pengelasan daerah tersebut tidak ada yang menahan ketika terjadi deformasi. Gambar 8. Deformasi variasi tanggem 120º Variasi 3 (pemasangan tanggem 90º) 5. ANALISIS HASIL PEMODELAN ANSYS Hasil tegangan sisa dan deformasi dari tiap variasi pemasangan tanggem ditunjukkan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 1. Deformasi kearah tiap sumbu Variasi Tanggem Stainless Steel Carbon Steel Deformasi UX (+/-) 3.18 mm (+/-) 2.91 mm 180 o Deformasi UY (+/-) 2.82 mm (+/-) 0.965 mm Deformasi UZ (+) 3.13 mm (-) 0.212 Deformasi UX (+/-) 2.38 mm (+/-) 2.14 mm 120 o Deformasi UY (-) 2.62 mm (-) 2.33 mm Deformasi UZ (+) 2.18 mm (-) 0.29 mm Deformasi UX (+/-) 1.68 mm (+/-) 1.45 mm 90 o Deformasi UY (+/-) 1.62 mm (+/-) 1.48 mm Deformasi UZ (+) 1.77 mm (-) 0.308 mm Gambar 9. Tegangan sisa variasi tanggem 90º Tabel 2. Deformasi Total dan Tegangan sisa Variasi Tanggem Stainless Steel Carbon Steel 180 o Tegangan Sisa (Max) 260.91 MPa 48.3 MPa Deformasi Total (Max) 3.35 mm 3.08 mm 120 o Tegangan Sisa (Max) 234.79 MPa 37.5 MPa Deformasi Total (Max) 2,71 mm 2.49 mm 90 o Tegangan Sisa (Max) 210,84 MPa 33.2 MPa Deformasi Total (Max) 2.35 mm 2.19 mm Gambar 10. Deformasi variasi tanggem 90º Dari gambar-gambar di atas terlihat bahwa tegangan sisa yang terjadi pada tiap variasi terkonsentrasi pada daerah-daerah disekitar tanggem, hal ini terjadi karena daerah tersebut diasumsikan tidak bergerak Dari tabel di atas terlihat bahwa tegangan sisa pada carbon steel yang terjadi tiap variasi tidak melebihi nilai yield strengthnya yaitu sebesar 369 MPa. Akan tetapi pada variasi pertama (180 o ), besarnya tegangan sisa maksimum yang terjadi ternyata melebihi nilai yield strength dari stainless steel, dimana tegangan sisa yang terjadi sebesar 260,91 MPa dan nilai yield dari stainless steel adalah sebesar 246 MPa. Pada variasi kedua dan ketiga (120 o dan 90 o ), tegangan sisa yang terjadi tidak melebihi nilai yield strength dari stainless steel.

Selain tegangan sisa, deformasi total maksimum untuk tiap variasi juga terdapat pada material stainlesss steel, walaupun perbedaan besarnya tidak terlalu signifikan. Hal ini terjadi karena pada material stainless steel daerah yang terdapat tumpuan hanya disekitar tanggem, berbeda dengan material carbon steel dimana selain daerah sekitar tanggem ujung pipa carbon steel juga diberi tumpuan sesuai asumsi bahwa waktu pengelasan posisi pipa ditegakkan dengan pipa carbon steel berada di bawah. Inilah yang menyebabkan kenapa pada tiap variasi deformasi pada stainless steel selalu lebih besar dibandingkan pada carbon steel, karena pada stainless steel daerah yang menahan struktur ketika mengalami perubahan bentuk (deformasi) lebih sedikit dibandingkan dengan carbon steel. Dimana tegangan sisa maksimum yang terjadi pada stainless steel sebesar 210,84 MPa dan pada carbon steel sebesar 33,2 MPa. Sedangkan deformasi total yang terjadi pada stainless steel sebesar 2,35 mm dan pada carbon steel sebesar 2,19 mm. 6. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pemodelan dan analisis penelitian ini maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Bahwa semakin banyak tanggem yang digunakan maka deformasi yang terjadi semakin kecil dan tegangan sisa yang terjadi lebih merata tersebar pada daerahdaerah yang terpasang tanggem. 2. Dari hasil analisa dan pembahasan dapat diketahui bahwa pada variasi 1 untuk pemasangan dua buah tanggem dengan jarak antar tanggem 180 0, hasilnya masih belum memenuhi karena tegangan sisa maksimum yang terjadi pada stainless steel melebihi yield strengthnya, dimana σ max = 260,91 MPa > σ yield = 246 MPa. 3. Pada variasi 2 dan 3 hasilnya memenuhi karena tegangan sisa maksimum yang terjadi tidak melebihi yield strength kedua material baik stainless steel maupun carbon steel, selain itu perbedaan deformasi yang terjadi dari kedua variasi tersebut tidak terlalu besar. 4. Pemilihan posisi pemasangan tanggem terbaik dipilih berdasarkan tegangan sisa yang terjadi adalah yang paling kecil baik pada material stainless steel maupun carbon steel. Berdasarkan hasil analisa dipilih variasi 3 sebagai yang terbaik karena nilai tegangan sisa pada stainless steel dan carbon steel paling kecil dibandingkan dengan variasi 1 dan 2.

7. DAFTAR PUSTAKA Amarna, L. 1988. Pengaruh Residual Stress Pada Pengelasan Pipa. Tugas Akhir. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. ANSYS 11 Documentation, ANSYS Theory Reference Bandriyana, B. 2006. Perhitungan Distribusi Tegangan Sisa Dalam Pengelasan Sambungan T Pada Sistem Pemipaan. Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir. Batan Dike J.J, Ortega A.R, Cadden C.H. 1998, Finite Element Modelling and Validation of Residual Stress in 304L Girth Welds. Sandia National Laboratories. Livemore. Gourd, L.M. 1980. Principles of Welding Technology. Edward Arnold Ltd. London Mohr, William C, Michaleris, Panagiotis, T.Kirk, Mark 1996. An Improved Treatment of Residual Stress in Flaw Assesment of Pipes and Pressure Vessels Fabricated from ferritic Stells. edison Welding Institute. Colombus. Nadimi, S., Khoushehmehr, R.J., Rohani, B., dan Mostafapour, A. 2008. Investigation and Analysis of Weld Induced Residual Stresses in Two Dissimilar Pipes by Finite Element Modelling. Journal of Applied Sciences 8, 6:1014-1020. Pilipenko, A. 2001. Computer simulation of residual stress and distortion of thick plates in multi-electrode submerged arc welding_their mitigation techniques. Thesis. Department of Machine Design and Materials Technology Norwegian University of Science and Technology N-7491 Trondheim. Norway. Purwanto, S. 2007. Analisa Distorsi, Tegangan Sisa, dan Distribusi Panas Dengan Metode Elemen Hingga Pada Pengelasan Sambungan Pipa. Tugas Akhir. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.. Rampaul, Hoobasar. 2003. Pipe Welding Procedures. Industrial Press. New York. Wiryosumarto, H dan Okumura, T 1996. Teknologi Pengelasan Logam. Pradnya Paramita. Jakarta.