PROSES PRODUKSI PROPELAN RX 550 MENUJU TERWUJUDNYA ROKET PENGORBIT SATELIT (RPS)

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANG BANGUN ROKET LAPAN DAN KINERJANYA

KEMAJUAN UJI TERBANG ROKET JUNI 2007

IGNITER ROKET LAPAN. Heru Supriyatno Peneliti Bidang Propelan, LAPAN

EVALUASI KINERJA SAMBUNGAN PROPELAN PADA MOTOR ROKET RX 550 [EVALUATION OF THE PROPELLANT JOINT PERFORMANCE IN ROCKET MOTOR RX 550]

PROPELAN DAN TEKNOLOGI PEMBUATANNYA

POTENSI PABRIKASI PROPELAN HOMOGEN DI INDONESIA

PENENTUAN GAYA HAMBAT UDARA PADA PELUNCURAN ROKET DENGAN SUDUT ELEVASI 65º

RANCANG BANGUN SISTEM PENAHAN PANAS PADA MOTOR ROKET CIGARETTE BURNING

ABSTRACT

KAJIAN TENTANG RANCANGAN MOTOR ROKET RX100 MENGGUNAKAN PENDEKATAN GAYA DORONG OPTIMAL

SISTEM PIROTEKNIK PADA ROKET

SELEKSI PEMILIHAN MATERIAL UNTUK TABUNG ROKET RX 420

KAJIAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI ROKET NASIONAL DALAM KAITANNYA DENGAN HAMBATAN ALIH TEKNOLOGI DARI MISSILE TECHNOLOGY CONTROL REGIME (MTCR)

ASPEK-ASPEK TERKAIT DALAM MENYIAPKAN UJI STATIK MOTOR ROKET BAHAN BAKAR CAIR PADA TAHAP AWAL

ANALISIS KARAKTERISTIK DINAMIK STRUKTUR ROKET BERTINGKAT RX-420/RX-250 PADA KONDISI FREE- FLYING DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

PROSES ADIABATIK PADA REAKSI PEMBAKARAN MOTOR ROKET PROPELAN

PERANCANGAN IGNITER UNTUK MOTOR ROKET PADAT RX 420/4000 Sukandi Nasir Rohlll Peneliti Pusat Teknologi Wahana Dirgantara, LAPAN

ANALISIS NOSEL BAHAN TUNGSTEN DIAMETER 200 mm HASIL PROSES PEMBENTUKAN

UPAYA KEMANDIRIAN AMMONIUM PERKHLORAT DALAM RANGKA MENUNJANG ROKET PELUNCUR SATELIT

KARAKTERISTIK DINAMIK STRUKTUR ROKET RKN BERTINGKAT PADA KONDISI TERBANG-BEBAS (FREE FLYING)

PENELITIAN PRESTASI TERBANG ROKET SONDA SATU TINGKAT RX-320

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PENGEMBANGAN MATERIAL PENYUSUN BLOK REM KOMPOSIT

PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN TERHADAP POROSITAS PADA CETAKAN LOGAM DENGAN BAHAN ALUMINIUM BEKAS

JET PUMP SEBAGAI POMPA HAMPA

H_43. PENINGKATAN Isp PROPELAN DENGAN PENGGUNAAN MATERIAL BARU DAN ADITIF

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

Wiwiek Utami Dewi Perekayasa Bidang Propelan, Pusat Teknologi Roket, Lapan ABSTRACK

PENGARUH LINGKUNGAN PADA TEKNOLOGI WAHANA ANTARIKSA

Novi Andria Peneliti Pusat Teknologi Roket, Lapan ABSTRACT

Diterima 27 Mei 2015; Direvisi 20 Oktober 2015; Disetujui 30 Oktober 2015 ABSTRACT

Uji Coba Peluncuran Motor Roket Tahun 2000

B T A CH C H R EAC EA T C OR

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc. mesin uji yang digunakan adalah sebagai berikut. : 4 langkah, SOHC, 4 klep

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

ANALISIS LAPISAN BATAS ALIRAN DALAM NOSEL STUDI KASUS: NOSEL RX 122

RANCANG BANGUN SISTEM MUATAN VIDEO SURVEILLANCE & TELEMETRI RUM-70. Kata Kunci : rancang bangun, video surveillance, telemetri, roket.

PENGHEMAT BAHAN BAKAR PADA KOMPOR GAS RUMAH TANGGA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

EVALUASI UNJUK KERJA SISTEM PROPULSI MOTOR ROKET RX-150/1200 DENGAN MENGGUNAKAN PIRANTI LUNAK PRODUK LAPAN

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol

PRODUKSI AMONIUM PERKLORAT (NH 4 ClO 4 ) SEBAGAI SIMBOL KEMAJUAN TEKNOLOGI ROKET DAN RUDAL

SQUIB SEBAGAI SUMBU PENYALA LISTRIK

Modifikasi Ruang Panggang Oven

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

Peninjauan... (Luthfia Hajar Abdillah dan Retno Ardianingsih)

11.1 Pemrosesan Material Plastik

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan

RANCANG BANGUN MESIN PENGADUK SERBUK KAYU DENGAN RESIN POLIMER MENGGUNAKAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK

ASPAL BUTON (ASBUTON) SEBAGAI BAHAN BAKAR ROKET PADAT

POLUSI UDARA DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG

Teori Koagulasi-Flokulasi

RANCANG BANGUN BAGIAN PENGADUK PADA MESIN PENCETAK PAKAN PELLET IKAN

3.1 Pendahuluan. 3.2 Deskripsi Roket Polyot

BAB 5 DASAR POMPA. pompa

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ALAT PENGADUK ADONAN WINGKO BABAT KAPASITAS 100 KG UNTUK USAHA PEMBUATAN WINGKO BABAT DI KOTA SEMARANG

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

PROSES MACHINING PEMBUATAN ZINC CAN BATTERY TYPE UM-1 DI PT. PANASONIC GOBEL ENERGI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lampung dan laboratorium uji material kampus baru Universitas Indonesia

. Pedoman Teknis Pengolahan Mi Sagu - 9

2.2.3 Persentil Konsep Perancangan dan Pengukuran Concept Scoring Hidrogen Karbon Monoksida 2-25

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus

SIMULASI DAN PERHITUNGAN SPIN ROKET FOLDED FIN BERDIAMETER 200 mm

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

PROGRAM DATA UJI ROKET RX LAPAN DENGAN DBASE III PLUS

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Juli 2015 dan tempat penelitian ini

PENINGKATAN KEKERASAN MATERIAL GYPSUM SETELAH MENCAPAI SUHU / TEMPERATUR PENGERINGAN

DESAIN DAN ANALISIS LINTAS TERBANG ROKET DENGAN SIMULASI OPENROCKET DAN JAVA NETBEANS UNTUK PERHITUNGAN GAYA PADA ROKET NASKAH PUBLIKASI

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

KAJIAN PENGGUNAAN SERAT PLASTIK TERHADAP KUAT TARIK BELAH DAN KUAT TEKAN PADA CAMPURAN BETON TANPA AGREGAT KASAR

ANALISIS LAJU ALIRAN PANAS PADA REAKTOR TANKI ALIR BERPENGADUK DENGAN HALF - COIL PIPE

I. PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam yang banyak digunakan dalam komponen

PERANCANGAN SISTEM PROPULSI FFAR DENGAN NOSEL TUNGGAL

Jenis - Jenis Detonator PT. Dahana, Orica, DNX, dan MNK

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan

PENGARUH JUMLAH KATALISATOR, WAKTU REAKSI, DAN WAKTU ALIR GAS BITADIEN TERHADAP PEMBENTUKAN HYDROXYL TERMINATED POLYBUTADIENE (HTPB)

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

Diterima 31 Mei 2016; Direvisi 21 Juni 2016; Disetujui 24 Juni 2016 ABSTRACT

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium material teknik, Jurusan Teknik Mesin,

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

PERANCANGAN MESIN PENEPUNG RUMPUT LAUT SKALA LABORATORIUM. Jl. PKH. Mustapha No. 23. Bandung, 40124

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder

Tugas Akhir Bidang Studi Desain SAMSU HIDAYAT Dosen Pembimbing Dr. Ir. AGUS SIGIT PRAMONO, DEA.

PERENCANAAN MESIN PENGADUK, DAN PENCETAK ADONAN MIE

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4-langkah

Transkripsi:

Proses Produksi Propelan RX 550 Menuju Terwujudnya...(Sutrisno) PROSES PRODUKSI PROPELAN RX 550 MENUJU TERWUJUDNYA ROKET PENGORBIT SATELIT (RPS) Sutrisno Peneliti Pusat Teknologi Wahana Dirgantara, LAPAN e-mail: strn.tyb@gmail.com RINGKASAN RX 550 merupakan komponen tingkat pertama dan kedua dari Roket Pengorbit Satelit (RPS). Propelan yang digunakan pada motor roket ini mempunyai bobot kurang lebih 1600 kg dengan panjang 5769 mm. Guna mewujudkan propelan tersebut telah dilakukan proses produksi propelan sebanyak delapan kali menghasilkan propelan sebanyak delapan segmen. Satu segmen propelan yang dihasilkan dalam sekali produksi mempunyai bobot 230 kg dengan panjang 80 cm. Proses produksi propelan RX550 dilakukan dengan metode freestanding dan memerlukan waktu 32 hari.... 1 PENDAHULUAN Negara Indonesia merupakan negara kepulauan dan memiliki aset sangat lengkap berupa daratan, lautan dan udara serta terletak di daerah katulistiwa. Posisi geografis yang demikian menjadikan negara ini mempunyai nilai yang sangat strategis. Guna memantau dan mengamankan seluruh wilayah dan aset tersebut diperlukan peralatan dan teknologi canggih yang mendukung seperti teknologi komunikasi, serta teknologi pertahanan dan keamanan. Salah satu teknologi yang mendukung tersebut adalah roket dan satelit. Satelit mampu memantau kondisi alam dengan cakupan wilayah dan akurasi yang memadai serta efektif. Adapun roket selain dapat membawa satelit ke orbitnya teknologi ini juga dapat digunakan sebagai sarana pertahanan dan keamanan yang sangat efektif dibandingkan dengan teknologi senjata lain. Oleh karena itu penguasaan teknologi roket menjadi sangat penting. Sementara itu LAPAN telah berhasil mengembangkan satelit bernama LAPAN-TUBSAT atau LAPAN-A1 yang sudah diluncurkan menggunakan kendaraan peluncur PSLV dari negara India dan telah beroperasi hingga saat ini. Satelit generasi selanjutnya yaitu LAPAN-A2 dan LAPAN-ORARI juga sudah dikembangkan oleh LAPAN. Dalam rangka mengupayakan kemandirian teknologi roket dan satelit maka LAPAN juga telah merencanakan kendaraan peluncur satelit sendiri yang dinamakan Roket Pengorbit Satelit (RPS). Roket ini dirancang menggunakan empat tingkat motor roket berbahan bakar padat. Roket ini terdiri dari motor roket yang berdiamater 550 mm (tingkat pertama dan kedua), 420 mm (tingkat ketiga) dan 320 mm (tingkat keempat) seperti ditunjukkan pada Gambar 1-1. Berbeda dengan teknologi satelit maka alih teknologi untuk penguasaan teknologi roket dari luar negeri lebih sulit diperoleh. Beberapa negara maju yang telah menguasai teknologi roket telah semakin ketat menerapkan sistem pengawasan Missile Technology Controll Regime (MTCR) terhadap negara-negara berkembang. Komponen-komponen penting dari suatu roket sangat sulit diperoleh walaupun mempunyai anggaran yang mencukupi. Perolehan teknologi roket yang sangat dibatasi ini meliputi bahan baku dan sarana produksi propelan, material struktur motor roket, komponen muatan roket dan lain-lain. Oleh karena itu upaya penguasaan teknologi roket di Indonesia lebih banyak dilakukan secara mandiri (learning by doing). 127

Berita Dirgantara Vol. 11 No. 4 Desember 2010:127-135 Gambar 1-1:Rancangan Roket RPS (Sumber: Tim Engineering Pustekwagan) Salah satu komponen penting dari motor roket adalah propelan. Komponen ini merupakan sumber penghasil gaya dorong roket. Karakteristik dari propelan digunakan sebagai data masukan untuk merancang suatu motor roket. Propelan dengan kualitas yang tinggi akan menghasilkan motor roket yang berkualitas tinggi pula. Oleh karena itu upaya menghasilkan propelan yang berkualitas menjadi sangat penting untuk dilakukan. Selama ini LAPAN telah memproduksi propelan yang digunakan pada roket-roket berdiameter 70 mm, 80 mm, 100 mm, 200 mm, 250 mm, 320 mm, dan 420 mm. Dalam rangka mewujudkan roket RPS maka telah dilakukan pembuatan propelan untuk motor roket RX 550. Roket ini merupakan roket terbesar yang dikembangkan LAPAN selama ini. Tulisan ini membahas tentang proses produksi propelan untuk roket RX 550 menggunakan peralatan dan teknologi yang dimiliki LAPAN. 2 DISAIN ROKET RX 550 Kedua motor roket ini direncanakan untuk digunakan sebagai motor roket tingkat ketiga dan keempat dari Roket Pengorbit Satelit (RPS). Selanjutnya motor roket RX 550 yang akan digunakan sebagai motor roket tingkat pertama dan kedua harus segera diwujudkan guna menuju terwujudnya RPS. Dalam rangka mewujudkan motor roket RPS tingkat pertama dan kedua ini maka akan dilakukan pengujian roket RX 550 melalui uji statik maupun uji terbang. Roket RX 550 dirancang memiliki panjang 8056 mm dengan panjang motor 6000 mm. Motor roket ini akan membutuhkan kurang lebih 1600 kg propelan padat HTPB yang akan menghasilkan gaya dorong sebesar 25 ton gaya dengan waktu pembakaran propelan 14 detik. Propelan yang digunakan pada motor roket ini mempunyai konfigurasi bintang delapan dengan panjang 5769 mm. Rancangan roket RX 550 ini diperlihatkan pada Gambar 2-1. Roket RX 320 dan RX 420 telah berhasil diuji statik dan uji terbang. 128

Proses Produksi Propelan RX 550 Menuju Terwujudnya...(Sutrisno) Gambar 2-1: Rancangan Roket RX 550 (Sumber: Tim Engineering Pustekwagan) 3 PROSES PRODUKSI PROPELAN Propelan adalah komponen utama dari motor roket sebagai penghasil sumber tenaga gaya dorong. Pada dasarnya propelan adalah campuran yang terdiri dari fuel (bahan bakar) dan oksidator (sebagai sumber oksigen). Berdasarkan wujudnya propelan dibedakan menjadi propelan cair dan propelan padat. Pada propelan cair baik fuel maupun oksidator berupa cairan sedangkan propelan padat merupakan campuran antara fuel (cair) dan oksidator serta beberapa aditif (padat) yang dapat dimatangkan menjadi bentuk padat (grain). Apabila propelan terbakar akan menghasilkan gas dalam jumlah yang sangat besar dengan temperatur yang tinggi. Gas ini akan diekspansikan keluar melalui bagian nosel sehingga menghasilkan gaya dorong pada roket tersebut. Tulisan ini hanya membahas propelan padat yang berupa propelan padat komposit HTPB. Proses pembuatan propelan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu free standing dan case bonded. Pada proses free standing propelan dicetak menggunakan tabung cetakan di dalam vacuum chamber dan dimatangkan ke dalam curing chamber. Selanjunya propelan yang sudah memadat (matang) dikeluarkan dari cetakan tersebut. Pada proses propelan case bonded propelan langsung dicetak ke dalam tabung motor roket dan dimatangkan kedalam curing chamber. Adapun proses pembuatan propelan yang dilakukan oleh LAPAN menggunakan metode free standing. Satu kali proses dihasilkan satu batang propelan dengan panjang sesuai dengan panjang tabung cetakan. 3.1 Peralatan Utama Peralatan utama yang digunakan pada proses produksi propelan free standing terdiri dari mixer, tabung cetakan, mandrel, casting chamber dan curing chamber. Mixer Pada proses produksi propelan RX 550 ini dilakukan menggunakan Planetary Mixer model YC DPM-300. Mixer ini mempunyai tiga macam pisau pengaduk (blade), dimana pisau yang di tengah berotasi dengan kecepatan 42 rpm sedangkan dua pisau yang di pinggir bergerak mengitari pisau yang di tengah dengan kecepatan 8,5 rpm. Mixer ini sebenarnya bukan diperuntukkan khusus untuk propelan karena kekuatan mekaniknya tidak mampu mengaduk slurry propelan yang mempunyai viskositas tinggi (70.000 90.000 poise). Hasil percobaan untuk mengaduk material dengan jumlah tinggi (kurang lebih 40 % dari kapasitas maksimumnya) telah mengakibatkan kerusakan mixer. Agar dapat digunakan untuk memproduksi propelan, mixer ini telah dimodifikasi dan jumlah material yang diaduk dibatasi. Gambar 3-1 memperlihatkan mixer dan tiga pisau pengaduk yang digunakan. 129

Berita Dirgantara Vol. 11 No. 4 Desember 2010:127-135 Gambar 3-1: Mixer model YC DPM-300 Mixer yang mempunyai kapasitas maksimum 425 liter ini digunakan untuk membuat propelan dengan jumlah material propelan 242 kg untuk menghasilkan 230 kg produk akhir propelan dalam sekali produksi. Pembatasan material yang diproduksi dengan jumah tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan kekuatan sistem mekanik dari mixer dan kemampuan pelepasan mandrel. Tabung Cetakan Propelan Propelan RX 550 ini mempunyai diameter luar 530 mm dengan panjang 80 cm dalam sekali produksi. Guna menghasilkan propelan dengan dimensi tersebut dibuat suatu cetakan propelan yang terdiri dari tabung utama, dudukan tabung cetakan dan cap bagian atas. Cetakan propelan RX 550 ditunjukkan pada Gambar 3-2. Casting Chamber Guna menghasilkan propelan, adonan propelan (slurry) hasil pencampuran bahan baku propelan dimasukkan ke dalam tabung cetakan propelan. Suatu propelan harus dijamin tidak keropos maupun retak serta mempunyai kepadatan tinggi. Kekeroposan propelan bisa terjadi jika terdapat udara yang terjebak. Proses pencetakan propelan harus dilakukan dalam tabung hampa udara (vakum). Oleh karena itu diperlukan ruangan pencetakan propelan yang vakum (casting chamber). Alat ini terdiri dari suatu ruangan (chamber) yang udaranya dapat dipompa keluar menggunakan pompa vakum sehingga tekanan udara dalam ruang tersebut jauh di bawah tekanan udara luar (0-10 cm Hg). Bagian atas dari alat ini terdapat hoper sebagai tempat untuk memasukkan slurry propelan. Proses pemasukan slurry propelan ke dalam tabung cetakan dilakukan dengan cara dihisap menggunakan bantuan tekanan vakum dari casting chamber. Alat casting chamber yang digunakan pada proses produksi propelan RX 550 diperlihatkan pada Gambar 3-3. Mandrel Propelan RX 550 mempunyai konfigurasi bintang delapan yang direncanakan untuk pembakaran secara radial. Guna membuat konfigurasi tersebut maka propelan harus dicetak dengan memasukkan suatu core (mandrel ) di dalamnya. Apabila mandrel ini dicabut maka akan dihasilkan propelan dengan konfigurasi yang diinginkan. Gambar 3-5 memperlihatkan mandrel propelan RX 550. 130

Proses Produksi Propelan RX 550 Menuju Terwujudnya...(Sutrisno) Gambar 3-2: Cetakan Propelan RX 550 Gambar 3-3: Casting chamber Gambar 3-4: Curing chamber 131

Berita Dirgantara Vol. 11 No. 4 Desember 2010:127-135 Gambar 3-5: Mandrell Pencetak Propelan RX 550 Curing Chamber Setelah slurry propelan diisikan ke dalam tabung cetakan propelan maka harus dimatangkan dengan jalan dipanaskan pada temperatur 60ºC di dalam suatu ruang pemanas (proses curing). Ruangan ini dialiri udara panas yang dapat dikontrol pada temperatur selama waktu tertentu. Peralatan untuk mematangkan propelan ini dinamakan curing chamber seperti ditunjukkan pada Gambar 3-4. 3.2 Tahap Proses Pembuatan Propelan Proses pembuatan propelan komposit HTPB yang dilakukan LAPAN terdiri dari beberapa tahap yaitu preparation, pre-mixing, mixing, casting, coring, curing, decoring dan finishing seperti ditunjukkan pada Gambar 3-6. Preparation merupakan proses penyiapan bahan baku berupa penghalusan oksidator (ginding process), pengayakan dan penimbangan. Pre-mixing merupakan proses pencampuran fuel dan curing agent agar terjadi reaksi polimerisasi membentuk rantai polimer yang lebih panjang. Mixing adalah proses pencampuran komponen padat berupa oksidator dan additives ke dalam fuel binder sehingga terbentuk slurry. Casting merupakan proses pencetakan slurry propelan ke dalam tabung cetakan /motor case. Coring merupakan proses pembentukan konfigurasi propelan dengan cara memasukkan mandrel ke dalam cetakan propelan. Curing adalah proses pemanasan propelan pada temperatur 60 0 C, sehingga terjadi pematangan propelan dimana terjadi perubahan slurry menjadi fase padat. Decoring yaitu pencabutan mandrel dari propelan sehingga terbentuk konfigurasi grain sesuai dengan yang diinginkan. Finishing, adalah proses akhir setelah propelan tercetak sehingga siap untuk digunakan. Proses preparation, mixing dan casting ditunjukkan pada Gambar 3-6 sedangkan proses coring, curing, dan decoring ditunjukkan pada Gambar 3-7. 132

Proses Produksi Propelan RX 550 Menuju Terwujudnya...(Sutrisno) preparation preparation fuel fuel binder pre-mixing pre-mixing curing curing agent oksidator oksidator mixing additives additives casting casting curing curing coring coring decoring decoring finishing finishing Gambar 3-6: Proses pembuatan propelan komposit (a) (b) (c) Gambar 3-6: Proses: preparation (a), mixing (b) dan casting (c) a c b Gambar 3-7: Proses: coring (a), curing (b) dan decoring (c) 133

Berita Dirgantara Vol. 11 No. 4 Desember 2010:127-135 Guna memproduksi sebuah propelan ini diperlukan waktu total empat hari yang terdiri dari satu hari untuk penyiapan bahan oksidator (penimbanan, grinding dan pemanasan oksidator), satu hari untuk penimbangan bahan baku yang lain, mixing, casting, coring dan curing, satu hari untuk decoring dan finishing, serta satu hari untuk kegiatan penyiapan peralatannya. Roket RX 550 membutuhkan propelan sepanjang 5769 mm sehingga diperlukan 8 (delapan) kali proses produksi. Hasil akhir propelan yang akan digunakan pada roket RX 550 ini ditunjukkan pada Gambar 3-8. Proses produksi propelan adalah pekerjaan yang banyak mengandung resiko kecelakaan. Selama proses pembuatan propelan telah diterapkan standar pengamanan terhadap bahaya baik terhadap personil maupun lingkungan. Pengamanan terhadap kemungkinan bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan aspek bahan kimia beracun maupun timbulnya panas, friksi dan arus listrik yang tidak diinginkan yang mengenai material propelan. Gambar 3-8: Propelan untuk roket RX 550 134 4 PEMBAHASAN Propelan roket RX 550 mempunyai diameter luar 530 mm dengan panjang 5769 mm yang mempunyai bobot kurang lebih 1600 kg. Hal ini berarti harus dibuat propelan dengan beberapa kali proses produksi tergantung dimensi cetakan propelan yang digunakan. Dimensi tabung cetakan propelan dibuat dengan mempertimbangkan kemampuan mixer dalam mengaduk slurry propelan dan kesulitan dalam mencabut mandrel (decoring). Hasil pencampuran material propelan (proses mixing) adalah slurry dengan viskositas tinggi 40.000 90.000 poise. Guna mengaduk slurry ini diperlukan mixer yang mempunyai kekuatan mekanik tinggi. Saat ini LAPAN hanya memiliki sebuah mixer yang khusus untuk propelan dengan kapasitas 100 liter yang mempunyai tipe horizontal dan mempunyai kekuatan mekanik tinggi. Mixer ini hanya mampu untuk memproduksi propelan hingga roket RX 250. Adapun untuk memproduksi propelan dengan jumlah yang lebih besar (RX 320, RX 420 dan RX 550) digunakan mixer vertikal Planetary Mixer YC DPM 300 yang kekuatan mekaniknya lebih rendah dari tipe horizontal. Seperti telah diuraikan di atas bahwa mixer ini sebenarnya bukan diperuntukkan khusus untuk propelan sehingga perlu modifikasi agar dapat digunakan dan jumlah material propelan dibatasi. Selain itu pada proses pencabutan mandrel (decoring) diperlukan gaya yang cukup besar. Semakin luas bidang kontak antara mandrel dengan permukaan propelan maka gaya yang diperlukan akan makin besar pula. Selanjutnya makin besar gaya yang dibutuhkan untuk mencabut mandrel akan terjadi gaya gesek (friksi) antara permukaan propelan dengan permukaan mandrel yang makin besar pula. Hal ini akan menimbulkan panas yang dapat membakar propelan. Proses pencabutan mandrel ini termasuk

Proses Produksi Propelan RX 550 Menuju Terwujudnya...(Sutrisno) bagian kritis yang dapat menimbulkan bahaya kecelakaan akibat terbakarnya propelan. Oleh karena itu panjang tabung cetakan dan mandrel dibatasi agar gaya gesek yang terjadi tidak tinggi. Berdasarkan hal ini maka dibuat mandrel dan tabung cetakan propelan dengan panjang 800 mm. Oleh karena itu untuk mewujudkan propelan pada RX 550 ini dilakukan proses produksi propelan sebanyak delapan kali menghasilkan propelan dengan panjang 6400 mm. Sekali proses produksi propelan memerlukan waktu total empat hari. Lama waktu tersebut terdiri dari satu hari untuk menyiapkan bahan baku (penimbangan bahan baku, grinding dan pemanasan oksidator), satu hari untuk mixing, curing, dan coring serta satu hari untuk proses decoring dan finishing. Selanjutnya setelah digunakan proses produksi semua mesin harus dicek dan dipersiapkan agar dapat digunakan lagi. Kegiatan penyiapan peralatan ini memerlukan waktu satu hari. Oleh karena itu untuk memproduksi propelan RX 550 sebanyak delapan segmen diperlukan waktu 32 hari. 5 PENUTUP Motor roket RX 550 mempunyai propelan dengan diameter luar 530 mm dengan panjang 5769 mm. Propelan ini terdiri dari delapan segmen yang dibuat secara free standing. Dalam satu kali proses produksi dihasilkan propelan dengan panjang 800 mm. Panjang cetakan propelan dan mandrel dibuat dengan mempertimbangkan kemampuan mixer dalam mengaduk slurry propelan dan kesulitan dalam mencabut mandrel (decoring). Proses produksi propelan RX 550 ini dilakukan untuk menghasilkan propelan berkualitas dengan mempertimbangkan bahaya kecelakaan yang dapat terjadi. Guna mewujudkan roket RX 550 telah dilakukan proses produksi propelan sebanyak delapan kali dengan memakan waktu 32 hari. DAFTAR RUJUKAN Davenas, Alain, 1993. Solid Rocket Propulsion Technology, 1 st edition, Pergamon Press, Oxford. Fordam, S, 1980. High Explosives and Propellants, 2 nd edition, Pergamon Press, Oxford. Sasser, Kirt N and Speed, Thaddeus C, 2005. In-Process Hazard Classification of Explosives, http://smsink.com, download Nopember 2010. Shumacher, JC, 1969. Decomposition and Combaustion of Ammonium Perchlorates, http://pubs.acs.org, download Nopember 2010. Sutton, George P and Ross, Donald M, 1976. Rocket Propulsion Elements, An Introduction to The Engineering of Rockets, 4 th ed, John Wiley and Sons, New York. 135