Penerapan PBI Pembelajaran Terpadu Tema Handsprayer Pembasmi Hama PENERAPAN MODEL PBI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADAA PEMBELAJARAN TERPADU TEMA HANDSPRAYER PEMBASMI HAMA DI SMP NEGERI PONOROGO Anik Sulistyorini ), Muchlis ), dan Ahmad Qosyim 3) ) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains FM UNESA, e-mail: Chaniq_teoryni@ yahoo.co.id ) Dosen Jurusan Kimia FM UNESA. e-mail: Muchlis_kimia@ @yahoo.co.id 3) Dosen Program Studi Pendidikan Sains FM UNESA. e-mail: Aqosyim_unesa@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaann, aktivitas siswa, hasil belajar dan respon siswa. Penelitian ini menggunakan rancangan One Shot Case Study dan analisis dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Sasaran penelitian ini adalahah siswa kelas VIII SMP Negeri Ponorogoo tahun ajaran - 3. Berdasarkan analisis data diperoleh rata-rata hasil pengamatan keterlaksanaan pertemuan I dan III masing-masing yaitu 3,; 3,37 sehingga rata-rata pertemuan I dan II yaitu 3,3 artinya keterlaksanaan model berdasarkan masalah terlaksana dengan baik. Aktivitas siswa paling dominan adalah bekerja dalam kelompok, yaitu mengerjakan LKS, berdiskusi dalam kelompok dan melakukan praktikum dalam kelompok dengann rata-rata persentase pertemuan sebesar 3,5% dan pertemuan sebesar 3,5%. Dari data di atas menunjukkan bahwa terpadu model PBI dapat meminimalkan aktivitas tidak relevan dengan kegiatan yaitu sebanyak,5%. Ketuntasan hasil belajar siswa secara kognitif 89% siswa tuntas. Berdasarkan hasil belajar siswa aspek afektif, persentase jumlah siswa mendapatkan kategori sangat baik dan baik pertemuan pertama 85,7% sedangkan pertemuan kedua 96,4%. Hasil belajar siswa aspek psikomotorik, persentase jumlah siswa mendapatkan kategori sangat baik dan baik pertemuan pertama % sedangkan pertemuan kedua 9,8%. Siswa memberikan respon sangat baik terhadap model PBI terpadu dengann tema Handsprayer pembasmi hama dengan persentasee keseluruhan sebesar 93,37% %. Kata kunci : Model PBI, terpadu, pembasmi hama, Hasil Belajar. Abstract This research goal to describe the implementationn of problem based instruction, student activity, leraning result and the response of students. The research using design One Shot Case Study, and done by quantitative descriptive analysis. Target of this research is all the student class VIII State Junior High School Ponorogo academic year -3. Based on the analysis of data obtained by the average of observation implementation learning result meetings I and II respectively are 3,; 3,37 so that the average meeting I and II are 3,3 which means implementation problem based instructionn performing well. The most dominant activity of students is working in a group, that is working on worksheets, group discussion and do lab work in a group with an average percentage of 3.5% as the first meeting and the second meeting by 3.5%. Student learning completeness by providing a test of the study result were obtained 89% of students has been completed. From the data above show that learning science can minimize the PBI model of integrated activities that are not relevant to the learning activity that is as much as.5%. Based on the affective aspects of student learning outcomes, the percentage of students who get the category of "very good" and good on first meeting 85,7% while 96, 4% in the second meeting. Student learning outcomes in the psychomotor aspect, the percentage of students who get the category of "very good" and good on first meeting % while 9,8% in the second meeting. Students respond very well to the problem based learning model integrated science with the themee of science learning handsprayer pesticides with overalll percentage of 93.37%. Keywords: PBI, integrated, pest exterminator, Student Learning Outcomes. PENDAHULU UAN Pendidikan selalu berubah menyesuaikan dengann perkembangan n zaman dan teknologi. Hal ini di tunjukkann dengan terus disempurnakan nnya kurikulum pendidikan di Indonesia. Kurikulum digunakan saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Menurut Mulyasa (7), KTSP berorientasi hasil dan dampak diharapkan muncul diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman bermakna. Pembelajaran di SMP atau MTs harus diajarkan secara terpadu sesuai dengan lampiran Permendiknas No. tahun 6 berisi standar isi (SI) untuk mata pelajaran di tingkat SMP atau MTs. Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan mempergunakan model terpadu, secara
Jurnal Pendidikan Sains e-pensa. Volume Nomor Tahun 3, -6 psikologik, peserta didik digiring berpikir secara luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan- hubungan konsep konseptual disajikan guru. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh menyeluruh, sistematik, dan analitik (Depdiknas, 6). Berdasarkan hasil wawancara dengann guru bidang studi di SMPN Ponorogo tanggal 5 Oktober, pelaksanaan masih belum terpadu. Belum terlaksananya terpadu di SMP Negeri Ponorogo karena kurikulum dipakai belum sesuai dengan krikulum Terpadu secara mum, sehingga kurikulum digunakann saat ini menyesuaikann penerapan penjelasan dari MGMP Ponorogo. Prosess di sekolah sudah menerapkan model seperti model kooperatif. Guru juga sudah menerapkan beberapa metodee diantaranya metode ceramah, diskusi, dan eksperimen, tetapi metode paling sering diterapkan adalah metode ceramah sehingga masih banyak tidak melibatkan siswa sehingga siswa kurang aktif dan kreatif. Sikap kurang bergairah, kurang aktif, kelas kurang berpusat a siswa, dan kadang-kadang ada bermain-main sendiri di dalam kelas, merupakan masalah dihadapi siswa kelas VIII-E SMP Negeri Ponorogo, khususnya untuk mata pelajaran. Dampak buruknya adalah penguasaan konsep dan ketuntasann belajar mereka 75% seharusnya ketuntasan klasikal mencapai 85% %. Kondisi seperti ini tentunya sangat tidak diharapkan dalam proses belajar mengajar. Selain permasalahan di atas juga ada fakta menunjukkann ada beberapa materi belum tuntas sebagaimana hasil pra penelitian dan wawancara guru SMP Negeri Ponorogo bahwasannya selain belum menerapkan Terpadu, siswa kelas VIII-E SMP Negeri Ponorogoo menganggap bahwa adalah pelajaran sulit (9,3%). Alasanya karena mata pelajaran dianggap memiliki banyak hafalan (6,5%) dan kurangnyaa praktikum (,5%), serta kurang menarik (6,9%). Sedangkan materi dianggap sulit adalah materi hama dan penyakit tumbuhan (38,4%), kegunaan dan efek samping bahan kimia dalam kehidupan (6,9%), tekanan zat cair (34,6%). Berdasarkan analisis Kompetensi Dasar, materi hamaa dan penyakit tumbuhan (Biologi) ada di kelas VIII semester dapat dipadukan dengan materi kegunaann dan efek samping bahan kimia dalam kehidupan (kimia) ada dikelas VIII semester dan materi materi tekanan zat cair (Fisika) adaa dikelas VIIII semester secara tematik (webbed). Karakteristik ketiga materi ini bersifat interdisipliner sehingga memungkinkan n siswa untuk terlibat secara aktif menginstruksi pengetahuannya. Hal ini dimaksudkan agar siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah autentik dalam menelaah pengaruh Handsprayerr pembasmi hama terhadap lingkungan melalui aktifitas antar siswa untuk saling membantu dan bekerjasamaa dalam menyelesaikan suatu tugas. Salah satu model memberikan kesempatan ke siswa untuk terlibat secara aktif menginstruksi pengetahuannya adalah PBI atau dikenal sebagai PBI (Problem Based Instruction). Menurut Ibrahim (5), PBI didefinisikan sebagai suatu model menggunakan masalah sebagai titik awal untuk mengakuisi pengetahuan baru. PBI ini penting karena bertujuan untuk memecahkan masalah autentik dekat dengan situasi nyata sehari- mengajukan masalah, membimbing, dan memfasilitasi penyelidikan serta mendukung proses belajar mengajar siswa. PBI ini dapat diterapkan untuk hari siswa. Dalam model PBI, guru hanya berperan Terpadu. Siswa tidak hanya menghafal konsep-konsep serta materi diajarkan tapi juga secara aktif menemukan sendiri konsep-konsepp dipelajari. Selain itu, efisiensi waktu dapat tercapai dan ketumpang tindihan materi dapat dikurangi bahkan dihindari. Melalui model PBI siswa dapat memecahkan berbagai persoalan selama ini belum terpecahkan. Tema Handsprayer pembasmi hama memiliki banyak masalah otentik berhubungan dengan kehidupan sehari-hari sehingga sangat cocok jika diterapkan dengan model masalah. Melihat kondisi di atas, maka perlu dilakukan penyusunan suatu pembaharuan metode efektif yakni melalui penelitiann Penerapann Model PBI untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pembelajaran Terpadu Tema Handsprayer Pembasmi Hamaa di SMP Negeri Ponorogo. Diharapkan melalui penelitian ini siswa dapat memahami keterkaitan antar konsep sains dengan teknologi, lingkungan, dan masyarakat dengan baik sehingga motivasi belajar dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. METODE Penelitiann ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan, aktivitas siswa, hasil belajar dan respon siswa. Jenis penelitian dilakukan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian ini, subjek penelitian yaitu kelas VIII E SMP Negeri Ponorogo. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri Ponorogo. Waktu penelitian dilaksanakan semester genap tahun ajaran /3 bulan Januari dengan kali pertemuan. Rancangan penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah One Shot Case Study, adalah penelitian mendeskripsikan suatu kelompok dikenai perlakuan tertentu, yaitu model berdasarkan masalah. Dalam penelitian ini instrumenn digunakan untuk mengunpulkan n data yaitu lembar pengamatan keterlaksanaan, lembar pengamatan aktivitas siswa, lembar pengamatan afektif dan psikomotorik, lembar tes hasil belajar, dan angket respon siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembelajaran berdasarkan masalah terpadu tipe webbed dengan tema handsprayer pembasmi hama di SMP Negeri Ponorogo terlaksana dengan baik. Secara keseluruhan dapat diketahui bahwa keterlaksanaan sintak baik a pertemuan I dan II adalah % terlaksana. Sehingga diperoleh rata-rata kemampuan guru dalam mengelola memiliki nilai rata-rata
Penerapan PBI Pembelajaran Terpadu Tema Handsprayer Pembasmi Hama total pertemuan I adalah 3, dan pertemuan III adalah 3,37 serta rata-rata dari keseluruhan pertemuan adalah 3,3 dengan kategori baik. Peneliti juga mengarahkan siswa untuk menemukan masalah autentik dalam lingkungan sekitar mereka, mengorganisasi kelompok-kelo ompok belajar, membantu siswa mengumpulkan n informasi dalam memecahkan masalah. Namun guru masih perlu melakukan perbaikan lagi dalam mengelola waktu terpadu agar pengelolaan waktu dapat sesuai dengan direncanakan, sehingga dapat lebih efektiff dan efisien sesuai dengan tujuan terpadu yaitu meningkatkan efisiensi dan efektivitas (Puskur, 6). Tiap skor tiap tahap dapat dilihat Gambar di bawah ini Skor Skor Rata rata Keterlaksanaan Pembelajaran 4 3 I II III IV V Kegiatan ke- Keterangan : I. Pendahuluan II. Kegiatan inti III. Penutup IV. Pengelolaan kelas V. Suasana kelas Gambar Grafik Keterlaksanaan Pembelajaran Aktivitas siswa menunjukkan kegiatan PBI setiap pertemuan adalah bekerja dalam kelompok, yaitu mengerjakan LKS, berdiskusi dalam kelompok dan melakukan praktikum dalam kelompok dengan rata-rataa persentase pertemuan sebanyak 3,,5% dan a pertemuan sebanyak 3,5%. Peningkatan persentasee aktivitas tersebut menunjukkan siswa lebih aktif dalam. Hal ini sesuai dengann karakteristikk terpadu yaitu otentik, siswa dapat aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip- prinsip dari suatu pengetahuan harus dikuasainya. Siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep ingin dipelajari melalui kegiatan belajar secaraa langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnyaa sendiri, bukan sekedar pemberiatahuan guru. Informasi dan pengetahuan diperoleh sifatnyaa lebih otentik. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan katalisator, sedangkan siswa bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pengetahuan. (Depdiknas, 6). Persentase Aktivitas siswa dapat dilihat Gambar. Persentase (%) 5 5 5 Aspek ke- Persentase Aktivitas Siswa 3 4 5 6 7 8 9 Keterangan :. Mendengarkan n dan memperhatikan penjelasan guru. Menyampaikan n pendapat atau penjelasan. 3. Membaca bahan ajar 4. Membaca LKS, dan berdiskusi dalam kelompok belajar 5. Melakukan kegiatan praktikum dalam kelompok 6. Mempresentas sikan hasil kelompok belajar 7. Mengajukan pertanyaan 8. Menyimpulkan n materi 9. Tidak berada dalam tugas. Perilaku tidak relevandengan KBM Gambar Grafik Aktivitas Siswa dan Menurut Good dalam Sukardi (8) domain kognitif merupakan proses pengetahuan lebih banyak didasarkan perkembangannya dari persepsi, introspeksi atau memori siswa sehingga tes hasil belajar dibuat dengan mempertimbangkan proses pengetahuan siswa dihubungkan dengan taxonomy bloom. Hasil belajar kognitif diukur dengan posttest. Hasil posttest siswa kemudian dibanding gkan dengan KKM sekolah. Siswa dikatakan tuntas jika telah mencapai nilai uji kompetensi 76 sehingga diperoleh 3 siswa tidak tuntas dari 8 siswa, sedangkan untuk ketuntasan klasikal suatu kelas dikatakan tuntas jika 85% siswa mencapai nilai uji kompetensi 76 (Depdiknas, 7). Jumlah siswa tuntas belajarnya setelah mengikuti terpadu dengan model berdasarkan masalah tema handsprayer pembasmi hama sebanyak 5 siswa sedangkan tidak tuntas sebanyak 3 siswa, sehingga ketuntasan klasikal diperoleh sebesar 89%. Tidak tuntas % Tuntas 89% Gambar 3 Ketuntasan Tes Hasil Belajar 3
Jurnal Pendidikan Sains e-pensa. Volume Nomor Tahun 3, -6 Tercapainya ketuntasan hasil belajar kognitif siswa baik baik secara individu maupun secara klasikal ini dikarenakan dilakukan menggunakann tema dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari. Selain itu dengan diterapkannya model PBI, dapat membantu siswa untuk memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan salah satu ciri-ciri dari model berdasarkan masalah, yaitu penyelidikann masalah autentik. Sedangkan untuk siswa belum tuntas sebesar % yakni terdapat 3 siswa medapatkan nilai <76, ketiga siswa tersebut yaitu siswa dengan nomor absen, 6, 3. Hal tersebut disebabkan karena saat kegiatan berlangsungg menurut pengamatan aktivitas siswa, siswa tersebut tidak berada dalam tugas dan berperilaku tidak relevan seperti ramai sendiri dan bercanda dengann temannya. Sukardi (8) menyatakan bahwa aspek afektiff merupakan proses pengetahuan lebih banyak didasarkan pengembangan aspek-aspek perasaan dan emosi. Dalam pengembangannya pendidikan afektiff semula hanya mencakup perasaan dan emosi telah berkembang luas yakni menkut moral, nilai-nilai, budaya dan keagamaan. Hal ini sesuai aspek afektif meliputi perilaku berkarakter dan keterampilan sosial. Hasil belajar ranah afektif berkategori sangat baik a pertemuan pertama masih rendah, karena pertemuan pertama siswa masih kurang percaya diri serta masih takut dan malu-malu untuk bertanya maupun mengungkapka an ide tau pendapat. Sedangkan hasil belajar ranah afektif berkategori sangat baik a pertemuan kedua cukup tingi, siswa semakin lamaa semakin senang dan antusias mengikuti diberikan sehingga dapat menumbuhkan rasaa percaya diri siswa untuk bertanya dan memberikan pendapat. Keaktifan siswa dalam baik secara fisik, mental, intelektual maupun emosional guna tercapainya hasil belajar optimal dengann mempertimban ngkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga termotivasi untuk terus menerus belajar (Depdiknas, 6). Persentase hasil Afektif siswa dapat dilihat Gambar 4. Persentase Nilai Afektif Menurut Sukardi (8) menyatakan bahwa domain psikomotor merupakan proses pengetahuann lebih didasarkan a pengembangan proses mental melalui aspek-aspek otot dan membentuk keterampilan siswa. Hasil belajar siswa aspek psikomotor penelitiann ini meliputi mengukur jarak semprot air menggunakan mistar dan mengukur volume air menggunakan gelas ukur. Hasil penilain psikomotorik pertemuan (mengukur jarak semprot air menggunakan mistar) tidak ada siswa mendapat nilai dengan kategori cukup hal ini menunjukkan bahwa siswa menguasai dalam melakukan percobaan mengukur jarak terjauh pancaran air dengan menggunakan mistar. Sedangkan hasil penilaiann psikomotorikk pertemuan II (mengukur volume air menggunakan gelas ukur) sebanyak 7,% siswa mendapat nilai dengan kategori cukup. Hal ini menunjukkan ada beberapa siswa belum menguasai dalam melakukan percobaan mengukur volume ekstrak menggunakan gelas ukur memang membutuhkan ketelitian dan kehati-hatian lebih. Persentasee hasil Psikomotorik siswa dapat dilihat a Gambar 5. Persentasee Nilai Psikomotorik Persentase (%) 8 6 4 SB B C Kategori Nilai : Mengukur jarak semprot air menggunakan mistar : Mengukur volume air menggunkaan gelas ukur Gambar 5 Grafik Psikomotorik Persentase (%) 8 6 4 SB B Kategori Nilai C Angket respon siswa merupakan tanggapan siswa setelah mengikuti berdasarkan masalah telah diterapkan oleh guru diukur dengan menggunakan instrumen lembar angket repon siswa. Data respon siswa terhadap model berdasarkan masalah disajikan dalam Tabel berikut. Gambar 4 Grafik Afektif Siswa 4
Penerapan PBI Pembelajaran Terpadu Tema Handsprayer Pembasmi Hama Tabel Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Berdasarka an Masalah No Pernyataan Proses belajar mengajar TERPADU Model PBI dengan tema Handsprayer pembasmi hama menarik dan menyenangkan Pembelajaran diajarkan secara terpadu merupakan hal baru bagi saya 3 Dengan menggunakan model PBI ini, saya mendapat untuk kesempatan menunjukkan kemampuan saya dalam menemukan hubungan hamaa dan penyakit tanaman dengan tekanan zat cair terdapat handsprayer. 4 Saya senang jika terpadu SMP. diterapkan di 5 Masalah dimunculkan kehidupan dalam sehari-hari merupakan hal menarik bagi saya. 6 Materi diajarkan 86 jelas 7 Dengan Terpadu model PBI, saya lebih termotivasi untuk belajar. 8 Tes diberikan berhubungan masalah dengan dalam kehidupan sehari-hari Tanggapan Ya Tidak 86 93 93 89 4 7 4 7 Respon siswa tertinggi menjawab iya adalah % pernyataan, dan 4. Hal ini berarti proses kegiatan belajar mengajar terpadu disajikan secara menyenangkan dan sistematis dalam memecahkan masalah. Pernyataan ini sesuai dengan penelitiann Jose (4) menemukan bahwa berdasarkan masalah ini berhasil mengintegrasikan konten dengan kemampuan memecahkan masalah. PENUTUP Simpulan Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:. Keterlaksanaan proses Terpadu tema handsprayer pembasmi hama dengan menerapkan model PBI mendapatkan skor rata-rata keseluruhan yaitu 3,3 dengan kategori baik. Aktivitas siswa menunjukkann kegiatan PBI setiap pertemuan adalah bekerja dalam kelompok, yaitu mengerjakan LKS, berdiskusi dalam kelompok dan melakukan praktikum dalam kelompok dengan rata-rata persentase pertemuan sebanyak 3,5 dan pertemuan sebanyak 3,5. Peningkatan persentase aktivitas tersebut menunjukkan siswa lebih aktif dalam. 3. Hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif tercapai sebanyak 89% siswa telah tuntas secara klasikal. Hasil belajar siswa aspek afektif, persentase jumlah siswa mendapatkan kategori sangat baik dan baik pertemuan pertama 85,7% sedangkan pertemuan kedua 96,4%. Hasil belajar siswa aspek psikomotorik, persentase jumlah siswa mendapatkan kategori sangat baik dan baik pertemuan pertama % sedangkan pertemuan kedua 9,8%. 4. Respon siswa terhadap penerapann terpadu model PBI tema handsprayer pembasmi hama menunjukkann respon positif. Hal ini ditunjukkan dengann 93% siswa lebih termotivasi dengan Terpadu model PBI. Saran Berdasarkan hasil penilitian didapat, maka peneliti dapat memberikan saran bahwa dari data hasil aktivitas siswa, siswa mendapat nilai aktivitas rendah ternyata nilai hasil belajar mereka juga rendah. Oleh karena itu, guru sebaiknya lebih aktif dalam proses sehingga siswa tidak cenderung untuk berperilaku tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar. 5
Jurnal Pendidikan Sains e-pensa. Volume Nomor Tahun 3, -6 DAFTAR PUSTAKA Amador, Jose A., Josef H. Gorres. 4. A Problem Based Learning Approach to Teaching Introductory Soil Science. Journal of Natural Resources and Life Sciences Education 33: - 7. Depdiknas. 6. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikann Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 7. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikann Dasar dan Menengah. Surabaya: Badan Standar Nasional Pendidikan. Ibrahim, Muslimin. 5. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Unesa University Press. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor tahun 6. Mulyasa, E. 7. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Pusat Kurikulum, Balitbang, Depdiknas. 6. Panduann Pengembanagn Pembelajaran Terpadu, SMP/ /MTs. Sukardi. 8. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. 6