yahoo.co.id 2) Dosen Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU TEMA KOROSI BESI UNTUK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BUNGAH GRESIK

BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi

Purnomo 2) , dan Martin. ni 3) UNTUK. Abstrak. pada guru (teacher. dilaksanakann. pembelajaran. kisi-kisi lembar. 87%, dan. Respon siswa.

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM

PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA TEMA MATA DI SMP NEGERI 1 MADURAN LAMONGAN. Alfin Nofi Rohmawati

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE WEBBED DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH TEMA JAJANAN ANAK SEKOLAH PADA SISWA SMP

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No.2 pp May 2013

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6 No. 1, pp January 2017

MODEL PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE WEBBED DENGAN TEMA BIOPESTISIDA

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK

PENERAPAN MODEL MASTERY LEARNING BERBANTUAN LKPD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK DI KELAS VIII.3 SMP NEGERI 4 KOTA BENGKULU

Penggunaan Modul Pembelajaran

STUDENT ACADEMIC SKILLS THROUGH PROJECT BASED LEARNING IN CLASS XI SENIOR HIGH SCHOOL BABUSSALAM

SISWA KELAS VIII SMP BELAJAR. no 3) UNESA. Abstrak. kooperatif tipe STAD. kelas VIII. hasil belajar. test dan. integrated science for High School.

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 2, pp May 2013

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 01 Tahun 2014, ISSN:

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh RANTI EFRIZAL NPM

SIKAP ILMIAH SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH PADA KONSEP PESAWAT SEDERHANA DIKELAS VIII. 6 SMPN 08 PEKANBARU

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOTITION) PADA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

PENGGUNAAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR FISIKA

Unesa Journal of Chemistry Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

Unesa Journal of Chemical Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH

Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5 No. 3. pp , September 2016

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Irmasuryani Abstract

Suliyanah. Abstrak. Abstract This research tried to. Jurnal 2013,8-12. Universitas Negeri Surabaya. pembelajaran. 2 Jombang. pembelajaran langsung.

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN FISIKA MATERI KALOR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA

Suparmi SMP Negeri 25 Pekanbaru

Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 2, Oktober 2016 p-issn: e-issn:

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI REDOKS

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta.

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERORIENTASI SETS PADA MATERI POKOK ZAT ADITIF MAKANAN

PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING. Info Artikel. Abstrak.

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau ABSTRACT

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI STRATEGI PAILKEM METODE GALLERY WALK

Penerapan IPA Terpadu Tipe Connected dengan Model Cooperative Learning

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 03, pp , September 2014

Kurnia Restu, Lazim N, Zariul Antosa

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN LABORATORIUM TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA PESERTA DIDIK SMPN 3 PALAKKA KABUPATEN BONE

M 2) Dosen Jurusan. Fisika FMIPA 3) .co.id. Abstrak. respon siswa. pembelajaran. penelitian. bersifat masalah. Abstract. research.

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE WEBBED TEMA TERCEMARKAH AIRKU DI KELAS VII SMP

IMPLEMENTASI MODUL FISIKA SMP MATERI POKOK GERAK DENGAN MENERAPKAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Oleh. Ni Wayan Purni Lestari,

ABSTRACT. Keyword : Active Learning, The Result of Cognitive, Affective and Psychomotor Learning Domains.

MODEL INQUIRY TRAINING DENGAN SETTING KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

Septi Lilis Suryani dan Eko Hariyono Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya. Key Words : academic skill, guided discovery, learning output, heat

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 2, pp , May 2014

Millathina Puji Utami et al., Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)...

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMP

Harun Nasrudin 1, Choirun Nisa 2.

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 1 MARABAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 2, pp May 2014

SAMPAH. , Winarsih 2 ) dan Martini 3) Abstrak. Abstract. and the positive UAN PENDAHULU. aktif. mengajar. yang. yang diperoleh

Penerapan Model Problem Based Learning dengan Pendekatan Scientific untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing disertai diskusi dalam Pembelajaran Fisika Kelas VII di SMP

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

Muhammad Habibi Rio Andika*,Hendar sudrajat**, M. Rahmad** ABSTRACT

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SDN 09 SUNGAI GERINGGING

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENALAR DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

Nilna Himawati Mahasiswa Program

is "One Shot average value Kurikulum

ARTIKEL PENELITIAN OLEH: HELMI SUSANTI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA BIOLOGI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI METODE DEMONSTRASI

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

PENINGKATAN PEMBELAJARAN DENGAN METODE EKSPERIMEN IPA DI KELAS IV SDN 20 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT

Keywords: inquiry learning, science process skills, learning outcomes, the light

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 3 LINGSAR PADA MATERI SEGIEMPAT MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN TENTANG KEBEBASAN BERORGANISASI

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

THE APPLICATION OF ACTIVE LEARNING STRATEGY INSTANT ASSESSMENT

Pendidikan Biologi, FITK, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2) MTsN II Pamulang koresponden: Abstrak

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES SISWA KELAS II B

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, AND SATISFACTION)

Unesa Journal of Chemical Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI

PENINGKATAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DIPADU TALKING STICK

MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PSIKOMOTOR SISWA MTs SUNAN AMPEL SIMAN KEPUNG KELAS IX DALAM AKTIVITAS PRAKTIKUM IPA

Penerapan Pendekatan Auditory Intellectually Repetition (AIR) pada Materi Pertidaksamaan Di Kelas X-C SMAN 1 Kauman Tulungagung Anisa Fatmawati

Oleh. I Putu Budhi Sentosa, NIM

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) TERINTEGRASI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS IIC SDN 91 PEKANBARU

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No. 3 pp September 2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN MEDIA PHYSICROUND PADA MATERI CAHAYA

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) IPA TERPADU BERBASIS PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH TEMA POLUSI CAHAYA KELAS VIII MTs NEGERI NGRONGGOT NGANJUK

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI

ABSTRACT. PBI s model subject material of rigid body balance on class XI Science of Senior

Transkripsi:

Penerapan PBI Pembelajaran Terpadu Tema Handsprayer Pembasmi Hama PENERAPAN MODEL PBI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADAA PEMBELAJARAN TERPADU TEMA HANDSPRAYER PEMBASMI HAMA DI SMP NEGERI PONOROGO Anik Sulistyorini ), Muchlis ), dan Ahmad Qosyim 3) ) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains FM UNESA, e-mail: Chaniq_teoryni@ yahoo.co.id ) Dosen Jurusan Kimia FM UNESA. e-mail: Muchlis_kimia@ @yahoo.co.id 3) Dosen Program Studi Pendidikan Sains FM UNESA. e-mail: Aqosyim_unesa@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaann, aktivitas siswa, hasil belajar dan respon siswa. Penelitian ini menggunakan rancangan One Shot Case Study dan analisis dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Sasaran penelitian ini adalahah siswa kelas VIII SMP Negeri Ponorogoo tahun ajaran - 3. Berdasarkan analisis data diperoleh rata-rata hasil pengamatan keterlaksanaan pertemuan I dan III masing-masing yaitu 3,; 3,37 sehingga rata-rata pertemuan I dan II yaitu 3,3 artinya keterlaksanaan model berdasarkan masalah terlaksana dengan baik. Aktivitas siswa paling dominan adalah bekerja dalam kelompok, yaitu mengerjakan LKS, berdiskusi dalam kelompok dan melakukan praktikum dalam kelompok dengann rata-rata persentase pertemuan sebesar 3,5% dan pertemuan sebesar 3,5%. Dari data di atas menunjukkan bahwa terpadu model PBI dapat meminimalkan aktivitas tidak relevan dengan kegiatan yaitu sebanyak,5%. Ketuntasan hasil belajar siswa secara kognitif 89% siswa tuntas. Berdasarkan hasil belajar siswa aspek afektif, persentase jumlah siswa mendapatkan kategori sangat baik dan baik pertemuan pertama 85,7% sedangkan pertemuan kedua 96,4%. Hasil belajar siswa aspek psikomotorik, persentase jumlah siswa mendapatkan kategori sangat baik dan baik pertemuan pertama % sedangkan pertemuan kedua 9,8%. Siswa memberikan respon sangat baik terhadap model PBI terpadu dengann tema Handsprayer pembasmi hama dengan persentasee keseluruhan sebesar 93,37% %. Kata kunci : Model PBI, terpadu, pembasmi hama, Hasil Belajar. Abstract This research goal to describe the implementationn of problem based instruction, student activity, leraning result and the response of students. The research using design One Shot Case Study, and done by quantitative descriptive analysis. Target of this research is all the student class VIII State Junior High School Ponorogo academic year -3. Based on the analysis of data obtained by the average of observation implementation learning result meetings I and II respectively are 3,; 3,37 so that the average meeting I and II are 3,3 which means implementation problem based instructionn performing well. The most dominant activity of students is working in a group, that is working on worksheets, group discussion and do lab work in a group with an average percentage of 3.5% as the first meeting and the second meeting by 3.5%. Student learning completeness by providing a test of the study result were obtained 89% of students has been completed. From the data above show that learning science can minimize the PBI model of integrated activities that are not relevant to the learning activity that is as much as.5%. Based on the affective aspects of student learning outcomes, the percentage of students who get the category of "very good" and good on first meeting 85,7% while 96, 4% in the second meeting. Student learning outcomes in the psychomotor aspect, the percentage of students who get the category of "very good" and good on first meeting % while 9,8% in the second meeting. Students respond very well to the problem based learning model integrated science with the themee of science learning handsprayer pesticides with overalll percentage of 93.37%. Keywords: PBI, integrated, pest exterminator, Student Learning Outcomes. PENDAHULU UAN Pendidikan selalu berubah menyesuaikan dengann perkembangan n zaman dan teknologi. Hal ini di tunjukkann dengan terus disempurnakan nnya kurikulum pendidikan di Indonesia. Kurikulum digunakan saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Menurut Mulyasa (7), KTSP berorientasi hasil dan dampak diharapkan muncul diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman bermakna. Pembelajaran di SMP atau MTs harus diajarkan secara terpadu sesuai dengan lampiran Permendiknas No. tahun 6 berisi standar isi (SI) untuk mata pelajaran di tingkat SMP atau MTs. Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan mempergunakan model terpadu, secara

Jurnal Pendidikan Sains e-pensa. Volume Nomor Tahun 3, -6 psikologik, peserta didik digiring berpikir secara luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan- hubungan konsep konseptual disajikan guru. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh menyeluruh, sistematik, dan analitik (Depdiknas, 6). Berdasarkan hasil wawancara dengann guru bidang studi di SMPN Ponorogo tanggal 5 Oktober, pelaksanaan masih belum terpadu. Belum terlaksananya terpadu di SMP Negeri Ponorogo karena kurikulum dipakai belum sesuai dengan krikulum Terpadu secara mum, sehingga kurikulum digunakann saat ini menyesuaikann penerapan penjelasan dari MGMP Ponorogo. Prosess di sekolah sudah menerapkan model seperti model kooperatif. Guru juga sudah menerapkan beberapa metodee diantaranya metode ceramah, diskusi, dan eksperimen, tetapi metode paling sering diterapkan adalah metode ceramah sehingga masih banyak tidak melibatkan siswa sehingga siswa kurang aktif dan kreatif. Sikap kurang bergairah, kurang aktif, kelas kurang berpusat a siswa, dan kadang-kadang ada bermain-main sendiri di dalam kelas, merupakan masalah dihadapi siswa kelas VIII-E SMP Negeri Ponorogo, khususnya untuk mata pelajaran. Dampak buruknya adalah penguasaan konsep dan ketuntasann belajar mereka 75% seharusnya ketuntasan klasikal mencapai 85% %. Kondisi seperti ini tentunya sangat tidak diharapkan dalam proses belajar mengajar. Selain permasalahan di atas juga ada fakta menunjukkann ada beberapa materi belum tuntas sebagaimana hasil pra penelitian dan wawancara guru SMP Negeri Ponorogo bahwasannya selain belum menerapkan Terpadu, siswa kelas VIII-E SMP Negeri Ponorogoo menganggap bahwa adalah pelajaran sulit (9,3%). Alasanya karena mata pelajaran dianggap memiliki banyak hafalan (6,5%) dan kurangnyaa praktikum (,5%), serta kurang menarik (6,9%). Sedangkan materi dianggap sulit adalah materi hama dan penyakit tumbuhan (38,4%), kegunaan dan efek samping bahan kimia dalam kehidupan (6,9%), tekanan zat cair (34,6%). Berdasarkan analisis Kompetensi Dasar, materi hamaa dan penyakit tumbuhan (Biologi) ada di kelas VIII semester dapat dipadukan dengan materi kegunaann dan efek samping bahan kimia dalam kehidupan (kimia) ada dikelas VIII semester dan materi materi tekanan zat cair (Fisika) adaa dikelas VIIII semester secara tematik (webbed). Karakteristik ketiga materi ini bersifat interdisipliner sehingga memungkinkan n siswa untuk terlibat secara aktif menginstruksi pengetahuannya. Hal ini dimaksudkan agar siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah autentik dalam menelaah pengaruh Handsprayerr pembasmi hama terhadap lingkungan melalui aktifitas antar siswa untuk saling membantu dan bekerjasamaa dalam menyelesaikan suatu tugas. Salah satu model memberikan kesempatan ke siswa untuk terlibat secara aktif menginstruksi pengetahuannya adalah PBI atau dikenal sebagai PBI (Problem Based Instruction). Menurut Ibrahim (5), PBI didefinisikan sebagai suatu model menggunakan masalah sebagai titik awal untuk mengakuisi pengetahuan baru. PBI ini penting karena bertujuan untuk memecahkan masalah autentik dekat dengan situasi nyata sehari- mengajukan masalah, membimbing, dan memfasilitasi penyelidikan serta mendukung proses belajar mengajar siswa. PBI ini dapat diterapkan untuk hari siswa. Dalam model PBI, guru hanya berperan Terpadu. Siswa tidak hanya menghafal konsep-konsep serta materi diajarkan tapi juga secara aktif menemukan sendiri konsep-konsepp dipelajari. Selain itu, efisiensi waktu dapat tercapai dan ketumpang tindihan materi dapat dikurangi bahkan dihindari. Melalui model PBI siswa dapat memecahkan berbagai persoalan selama ini belum terpecahkan. Tema Handsprayer pembasmi hama memiliki banyak masalah otentik berhubungan dengan kehidupan sehari-hari sehingga sangat cocok jika diterapkan dengan model masalah. Melihat kondisi di atas, maka perlu dilakukan penyusunan suatu pembaharuan metode efektif yakni melalui penelitiann Penerapann Model PBI untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pembelajaran Terpadu Tema Handsprayer Pembasmi Hamaa di SMP Negeri Ponorogo. Diharapkan melalui penelitian ini siswa dapat memahami keterkaitan antar konsep sains dengan teknologi, lingkungan, dan masyarakat dengan baik sehingga motivasi belajar dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. METODE Penelitiann ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan, aktivitas siswa, hasil belajar dan respon siswa. Jenis penelitian dilakukan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian ini, subjek penelitian yaitu kelas VIII E SMP Negeri Ponorogo. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri Ponorogo. Waktu penelitian dilaksanakan semester genap tahun ajaran /3 bulan Januari dengan kali pertemuan. Rancangan penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah One Shot Case Study, adalah penelitian mendeskripsikan suatu kelompok dikenai perlakuan tertentu, yaitu model berdasarkan masalah. Dalam penelitian ini instrumenn digunakan untuk mengunpulkan n data yaitu lembar pengamatan keterlaksanaan, lembar pengamatan aktivitas siswa, lembar pengamatan afektif dan psikomotorik, lembar tes hasil belajar, dan angket respon siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembelajaran berdasarkan masalah terpadu tipe webbed dengan tema handsprayer pembasmi hama di SMP Negeri Ponorogo terlaksana dengan baik. Secara keseluruhan dapat diketahui bahwa keterlaksanaan sintak baik a pertemuan I dan II adalah % terlaksana. Sehingga diperoleh rata-rata kemampuan guru dalam mengelola memiliki nilai rata-rata

Penerapan PBI Pembelajaran Terpadu Tema Handsprayer Pembasmi Hama total pertemuan I adalah 3, dan pertemuan III adalah 3,37 serta rata-rata dari keseluruhan pertemuan adalah 3,3 dengan kategori baik. Peneliti juga mengarahkan siswa untuk menemukan masalah autentik dalam lingkungan sekitar mereka, mengorganisasi kelompok-kelo ompok belajar, membantu siswa mengumpulkan n informasi dalam memecahkan masalah. Namun guru masih perlu melakukan perbaikan lagi dalam mengelola waktu terpadu agar pengelolaan waktu dapat sesuai dengan direncanakan, sehingga dapat lebih efektiff dan efisien sesuai dengan tujuan terpadu yaitu meningkatkan efisiensi dan efektivitas (Puskur, 6). Tiap skor tiap tahap dapat dilihat Gambar di bawah ini Skor Skor Rata rata Keterlaksanaan Pembelajaran 4 3 I II III IV V Kegiatan ke- Keterangan : I. Pendahuluan II. Kegiatan inti III. Penutup IV. Pengelolaan kelas V. Suasana kelas Gambar Grafik Keterlaksanaan Pembelajaran Aktivitas siswa menunjukkan kegiatan PBI setiap pertemuan adalah bekerja dalam kelompok, yaitu mengerjakan LKS, berdiskusi dalam kelompok dan melakukan praktikum dalam kelompok dengan rata-rataa persentase pertemuan sebanyak 3,,5% dan a pertemuan sebanyak 3,5%. Peningkatan persentasee aktivitas tersebut menunjukkan siswa lebih aktif dalam. Hal ini sesuai dengann karakteristikk terpadu yaitu otentik, siswa dapat aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip- prinsip dari suatu pengetahuan harus dikuasainya. Siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep ingin dipelajari melalui kegiatan belajar secaraa langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnyaa sendiri, bukan sekedar pemberiatahuan guru. Informasi dan pengetahuan diperoleh sifatnyaa lebih otentik. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan katalisator, sedangkan siswa bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pengetahuan. (Depdiknas, 6). Persentase Aktivitas siswa dapat dilihat Gambar. Persentase (%) 5 5 5 Aspek ke- Persentase Aktivitas Siswa 3 4 5 6 7 8 9 Keterangan :. Mendengarkan n dan memperhatikan penjelasan guru. Menyampaikan n pendapat atau penjelasan. 3. Membaca bahan ajar 4. Membaca LKS, dan berdiskusi dalam kelompok belajar 5. Melakukan kegiatan praktikum dalam kelompok 6. Mempresentas sikan hasil kelompok belajar 7. Mengajukan pertanyaan 8. Menyimpulkan n materi 9. Tidak berada dalam tugas. Perilaku tidak relevandengan KBM Gambar Grafik Aktivitas Siswa dan Menurut Good dalam Sukardi (8) domain kognitif merupakan proses pengetahuan lebih banyak didasarkan perkembangannya dari persepsi, introspeksi atau memori siswa sehingga tes hasil belajar dibuat dengan mempertimbangkan proses pengetahuan siswa dihubungkan dengan taxonomy bloom. Hasil belajar kognitif diukur dengan posttest. Hasil posttest siswa kemudian dibanding gkan dengan KKM sekolah. Siswa dikatakan tuntas jika telah mencapai nilai uji kompetensi 76 sehingga diperoleh 3 siswa tidak tuntas dari 8 siswa, sedangkan untuk ketuntasan klasikal suatu kelas dikatakan tuntas jika 85% siswa mencapai nilai uji kompetensi 76 (Depdiknas, 7). Jumlah siswa tuntas belajarnya setelah mengikuti terpadu dengan model berdasarkan masalah tema handsprayer pembasmi hama sebanyak 5 siswa sedangkan tidak tuntas sebanyak 3 siswa, sehingga ketuntasan klasikal diperoleh sebesar 89%. Tidak tuntas % Tuntas 89% Gambar 3 Ketuntasan Tes Hasil Belajar 3

Jurnal Pendidikan Sains e-pensa. Volume Nomor Tahun 3, -6 Tercapainya ketuntasan hasil belajar kognitif siswa baik baik secara individu maupun secara klasikal ini dikarenakan dilakukan menggunakann tema dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari. Selain itu dengan diterapkannya model PBI, dapat membantu siswa untuk memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan salah satu ciri-ciri dari model berdasarkan masalah, yaitu penyelidikann masalah autentik. Sedangkan untuk siswa belum tuntas sebesar % yakni terdapat 3 siswa medapatkan nilai <76, ketiga siswa tersebut yaitu siswa dengan nomor absen, 6, 3. Hal tersebut disebabkan karena saat kegiatan berlangsungg menurut pengamatan aktivitas siswa, siswa tersebut tidak berada dalam tugas dan berperilaku tidak relevan seperti ramai sendiri dan bercanda dengann temannya. Sukardi (8) menyatakan bahwa aspek afektiff merupakan proses pengetahuan lebih banyak didasarkan pengembangan aspek-aspek perasaan dan emosi. Dalam pengembangannya pendidikan afektiff semula hanya mencakup perasaan dan emosi telah berkembang luas yakni menkut moral, nilai-nilai, budaya dan keagamaan. Hal ini sesuai aspek afektif meliputi perilaku berkarakter dan keterampilan sosial. Hasil belajar ranah afektif berkategori sangat baik a pertemuan pertama masih rendah, karena pertemuan pertama siswa masih kurang percaya diri serta masih takut dan malu-malu untuk bertanya maupun mengungkapka an ide tau pendapat. Sedangkan hasil belajar ranah afektif berkategori sangat baik a pertemuan kedua cukup tingi, siswa semakin lamaa semakin senang dan antusias mengikuti diberikan sehingga dapat menumbuhkan rasaa percaya diri siswa untuk bertanya dan memberikan pendapat. Keaktifan siswa dalam baik secara fisik, mental, intelektual maupun emosional guna tercapainya hasil belajar optimal dengann mempertimban ngkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga termotivasi untuk terus menerus belajar (Depdiknas, 6). Persentase hasil Afektif siswa dapat dilihat Gambar 4. Persentase Nilai Afektif Menurut Sukardi (8) menyatakan bahwa domain psikomotor merupakan proses pengetahuann lebih didasarkan a pengembangan proses mental melalui aspek-aspek otot dan membentuk keterampilan siswa. Hasil belajar siswa aspek psikomotor penelitiann ini meliputi mengukur jarak semprot air menggunakan mistar dan mengukur volume air menggunakan gelas ukur. Hasil penilain psikomotorik pertemuan (mengukur jarak semprot air menggunakan mistar) tidak ada siswa mendapat nilai dengan kategori cukup hal ini menunjukkan bahwa siswa menguasai dalam melakukan percobaan mengukur jarak terjauh pancaran air dengan menggunakan mistar. Sedangkan hasil penilaiann psikomotorikk pertemuan II (mengukur volume air menggunakan gelas ukur) sebanyak 7,% siswa mendapat nilai dengan kategori cukup. Hal ini menunjukkan ada beberapa siswa belum menguasai dalam melakukan percobaan mengukur volume ekstrak menggunakan gelas ukur memang membutuhkan ketelitian dan kehati-hatian lebih. Persentasee hasil Psikomotorik siswa dapat dilihat a Gambar 5. Persentasee Nilai Psikomotorik Persentase (%) 8 6 4 SB B C Kategori Nilai : Mengukur jarak semprot air menggunakan mistar : Mengukur volume air menggunkaan gelas ukur Gambar 5 Grafik Psikomotorik Persentase (%) 8 6 4 SB B Kategori Nilai C Angket respon siswa merupakan tanggapan siswa setelah mengikuti berdasarkan masalah telah diterapkan oleh guru diukur dengan menggunakan instrumen lembar angket repon siswa. Data respon siswa terhadap model berdasarkan masalah disajikan dalam Tabel berikut. Gambar 4 Grafik Afektif Siswa 4

Penerapan PBI Pembelajaran Terpadu Tema Handsprayer Pembasmi Hama Tabel Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Berdasarka an Masalah No Pernyataan Proses belajar mengajar TERPADU Model PBI dengan tema Handsprayer pembasmi hama menarik dan menyenangkan Pembelajaran diajarkan secara terpadu merupakan hal baru bagi saya 3 Dengan menggunakan model PBI ini, saya mendapat untuk kesempatan menunjukkan kemampuan saya dalam menemukan hubungan hamaa dan penyakit tanaman dengan tekanan zat cair terdapat handsprayer. 4 Saya senang jika terpadu SMP. diterapkan di 5 Masalah dimunculkan kehidupan dalam sehari-hari merupakan hal menarik bagi saya. 6 Materi diajarkan 86 jelas 7 Dengan Terpadu model PBI, saya lebih termotivasi untuk belajar. 8 Tes diberikan berhubungan masalah dengan dalam kehidupan sehari-hari Tanggapan Ya Tidak 86 93 93 89 4 7 4 7 Respon siswa tertinggi menjawab iya adalah % pernyataan, dan 4. Hal ini berarti proses kegiatan belajar mengajar terpadu disajikan secara menyenangkan dan sistematis dalam memecahkan masalah. Pernyataan ini sesuai dengan penelitiann Jose (4) menemukan bahwa berdasarkan masalah ini berhasil mengintegrasikan konten dengan kemampuan memecahkan masalah. PENUTUP Simpulan Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:. Keterlaksanaan proses Terpadu tema handsprayer pembasmi hama dengan menerapkan model PBI mendapatkan skor rata-rata keseluruhan yaitu 3,3 dengan kategori baik. Aktivitas siswa menunjukkann kegiatan PBI setiap pertemuan adalah bekerja dalam kelompok, yaitu mengerjakan LKS, berdiskusi dalam kelompok dan melakukan praktikum dalam kelompok dengan rata-rata persentase pertemuan sebanyak 3,5 dan pertemuan sebanyak 3,5. Peningkatan persentase aktivitas tersebut menunjukkan siswa lebih aktif dalam. 3. Hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif tercapai sebanyak 89% siswa telah tuntas secara klasikal. Hasil belajar siswa aspek afektif, persentase jumlah siswa mendapatkan kategori sangat baik dan baik pertemuan pertama 85,7% sedangkan pertemuan kedua 96,4%. Hasil belajar siswa aspek psikomotorik, persentase jumlah siswa mendapatkan kategori sangat baik dan baik pertemuan pertama % sedangkan pertemuan kedua 9,8%. 4. Respon siswa terhadap penerapann terpadu model PBI tema handsprayer pembasmi hama menunjukkann respon positif. Hal ini ditunjukkan dengann 93% siswa lebih termotivasi dengan Terpadu model PBI. Saran Berdasarkan hasil penilitian didapat, maka peneliti dapat memberikan saran bahwa dari data hasil aktivitas siswa, siswa mendapat nilai aktivitas rendah ternyata nilai hasil belajar mereka juga rendah. Oleh karena itu, guru sebaiknya lebih aktif dalam proses sehingga siswa tidak cenderung untuk berperilaku tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar. 5

Jurnal Pendidikan Sains e-pensa. Volume Nomor Tahun 3, -6 DAFTAR PUSTAKA Amador, Jose A., Josef H. Gorres. 4. A Problem Based Learning Approach to Teaching Introductory Soil Science. Journal of Natural Resources and Life Sciences Education 33: - 7. Depdiknas. 6. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikann Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 7. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikann Dasar dan Menengah. Surabaya: Badan Standar Nasional Pendidikan. Ibrahim, Muslimin. 5. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Unesa University Press. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor tahun 6. Mulyasa, E. 7. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Pusat Kurikulum, Balitbang, Depdiknas. 6. Panduann Pengembanagn Pembelajaran Terpadu, SMP/ /MTs. Sukardi. 8. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. 6