BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih cepat kelompok usia lainnya. Antara tahun 1970 dan 2025 pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) di dunia diperkirakan sekitar 694 juta jiwa atau 223 %. Pada tahun 2025 terdapat sekitar 1,2 miliar orang penduduk usia lanjut dan memasuki tahun 2050 diperkirakan akan mencapai angka 2 miliar orang seperti disampaikan PBB pada tahun 2001 (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan sensus penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun 2000. Artinya, disetiap tahun selama periode 2000 2010 jumlah penduduk bertambah 3,25 juta jiwa. Penambahan jumlah penduduk di Indonesia ini diimbangi dengan perkembangan penambahan jumlah penduduk lansia. Dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Menurut Kantor Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA), jika tahun 1980 Usia Harapan Hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,43%) maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 jumlah lansia di Indonesia 18,04 juta jiwa atau mencapai 9,6% dengan UHH 66,9 tahun. 10 tahun 1
2 kemudian atau pada 2020 diperkirakan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11, 34% dengan UHH sekitar 71, 1 tahun. Semakin meningkat UHH seseorang berarti semakin meningkat pula jumlah penduduk lansia. Hal ini menunjukan bahwa penduduk lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Di sisi lain, jumlah penduduk lansia yang semakin banyak justru menjadi permasalahan tersendiri yang dapat memberi dampak terhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam pemerintah. Selain itu meningkatnya UHH tentunya berdampak lebih banyak terjadi gangguan atau penyakit pada lansia. Gangguan mental yang sering diderita para lanjut usia adalah gangguan depresi, gangguan kognitif, fobia dan gangguan pemakaian alkohol (Kaplan, 2010). Umumnya lansia yang mengalami penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Hal ini berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus kepada lansia. Depresi menjadi salah satu problem gangguan mental yang sering ditemukan pada lansia. Prevalensinya diperkirakan 30%-40% dari populasi lansia dan diduga sekitar 60% dari pasien di unit Geriatri menderita depresi, sehingga gejala depresi yang muncul seringkali dianggap sebagai bagian dari proses menua (Soejono, 2000). Kejadian depresi pada lanjut usia di Indonesia pada wanita diperkirakan 10-25% dan laki-laki 5-12%. Faktor penyebab depresi pada lansia antara lain
3 adalah faktor biologi, psikologi, stres kronis, dan penggunaan obat. Adapun faktor biologi antara lain adalah genetik, perubahan struktural otak, risiko vaskular, dan kelemahan fisik (Kaplan, 2010). Penduduk lansia dengan masalah kesehatan yang banyak menunjukan gejala depresi juga berdampak pada aktivitas fisik pada lansia yang dapat menurunkan kualitas hidup lansia. Gangguan depresi pada lansia bisa terjadi dengan berbagai gejala, paling banyak dilaporkan adalah adanya gejala-gejala fisik. Insomnia atau sulit tidur, nyeri otot dan sendi, gangguan cemas dan kurang nafsu makan adalah gejala-gejala depresi yang sering timbul pada lansia. Akibat dari proses penuaan tadi akibatnya dapat dipastikan sebagian penduduk lansia mengalami hambatan mobilitas fisik yang akan membatasi kemampuannya dalam melakukan kegiatan sehari hari (Halis, 2008). Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan masalah baik secara fisik, biologis, mental, maupun sosial ekonomi. Semakin lanjut usia, mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik yang berakibat dapat meningkatkan ketergantungan untuk memerlukan bantuan orang lain (Tamher & Noorkasiani, 2012). Keberadaan lansia yang sebagian ada ditengah tengah keluarga menjadi kendala tersendiri. Kondisi yang demikian ini akan dapat mempengaruhi kondisi psikologis yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kegiatan Activity Daily Living (ADL) pada lansia (Halis, 2008).
4 Berdasarkan sumber Buku Pemutakiran Data Keluarga Tahun 2012 Desa Adikarto Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen, didapatkan data bahwa penduduk lansia di desa ini berjumlah 244 jiwa. Terdiri dari 119 jiwa penduduk lansia laki laki, dan 125 jiwa penduduk lansia perempuan. Dari studi pendahuluan secara wawancara menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS) dan Indeks Katz didapatkan hasil 9 diantara 13 lansia mengatakan sering tiba tiba merasa khawatir dan kehilangan minat sehingga aktifitas sehari hari seperti mencuci, berbelanja dan melakukan pekerjaan rumah banyak yang terbengkalai, sedangkan pada hasil pengukuran GDS 5 lansia depresi ringan, 3 lansia depresi sedang, dan 1 lansia depresi berat. Pada pemeriksaan Indeks Katz 10 lansia menunjukan hasil Ketergantungan pada kegiatan Activity Daily Living (ADL). Berdasarkan fenomena tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang tingkat depresi dengan Activity Daily Living (ADL) pada lanjut usia. Penelitian ini penting dilakukan untuk dapat meningkatkan kualitas hidup lansia dan juga untuk mengevaluasi hubungan yang terjadi antara tingkat depresi dalam melakukan kegiatan Activity Daily Living (ADL) pada lansia, yaitu dengan mengidentifikasi tingkat kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalahnya adalah Apakah ada hubungan tingkat depresi dengan Activity Daily Living (ADL) pada lanjut usia di Desa Adikarto Kecamatan Adimulyo Kebumen? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat depresi dengan Activity Daily Living (ADL) pada lanjut usia di Desa Adikarto Kecamatan Adimulyo Kebumen. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui tingkat depresi pada lanjut usia di Desa Adikarto Kecamatan Adimulyo Kebumen. b. Mengetahui kegiatan Activity Daily Living (ADL) pada lanjut usia di Desa Adikarto Kecamatan Adimulyo Kebumen. D. Manfaat penelitian 1. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan penulisan dan pengalaman serta menerapkan ilmu ilmu kesehatan yang telah diterapkan. 2. Bagi Institusi Pendidikan Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan di perpustakaan sekaligus bahan masukan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya mengenai lansia dan permasalahnnya.
6 3. Bagi Masyarakat dan Lansia Sebagai bahan masukan dan sumber informasi bagi masyarakat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang depresi dan kegiatan sehari hari pada lansia agar dapat meningkatkan kualitas hidup lansia itu sendiri khususnya bagi masyarakat yang hidup bersama anggota lansia. E. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis belum ada penelitian yang berjudul hubungan tingkat depresi dengan kegiatan Activity Daily Living (ADL) pada penduduk lanjut usia. Penelitian yang berhubungan antara lain: 1. Husada (2010), Sindroma Depresif pada Lanjut Usia di Puskesmas Padang Bulan Kota Medan. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan pendekatan cross sectional untuk menilai apakah terdapat sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan dan apakah sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan tersebut berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, suku, pekerjaan, dan penyakit medis penyerta. Penelitian ini mendapati hasil bahwa proporsi sindroma depresif cukup tinggi dijumpai pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan Kota Medan, yaitu sebesar 28,9 persen. Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilaksanakan yaitu meneliti mengenai depresif pada lansia dan menggunakan pedekatan cross sectional. Sedangkan perbedaannya
7 terletak pada tujuan, tempat penelitian, waktu penelitian, dan sampel penelitian. 2. Saragih (2010), Gambaran Depresi pada Lanjut Usia. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif cross sectional, yaitu peneliti melakukan observasi mengenai depresi pada lansia hanya satu kali dan pengukuran pada subyek dilakukan saat pemeriksaan tersebut. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah: a. Proporsi depresi pada lansia di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Sumatera Utara pada tahun 2010 cukup tinggi, yaitu 26%. b. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi depresi pada lansia lakilaki lebih tinggi (33, 3%) daripada lansia perempuan (20, 7%). c. Berdasarkan usia, proporsi depresi pada lansia old-old (27, 8%) lebih tinggi daripada lansia young-old (25%). Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilaksanakan yaitu meneliti mengenai depresi pada lansia dan menggunakan pedekatan cross sectional. Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel, tujuan, tempat, waktu dilakukan penelitian, dan sampel penelitian. 3. Napitupulu (2010), Tingkat Kemampuan Aktivitas Sehari-Hari Pada Lansia Dengan Penyakit Kronis Di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Medan. Penelitian ini merupakan
8 penelitian dengan metode deskriptif. Dalam penelitian ini peneliti mengidentifikasi kemampuan lansia dengan penyakit kronis dalam melakukan aktivitas sehari-hari Perbedaan penelitian ini yaitu terdapat pada metode penelitian yang digunakan, tempat dan waktu serta instrument dalam penelitian ini. Instrumen pada penelitian ini menggunakan Indeks Barthel. Sedangkan persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian ini terdapat pada objek yang akan diteliti yaitu kegiatan Activity Daily Living (ADL) pada Lansia. Hasil penelitian tentang ADL menggunakan Indeks Barthel yaitu: Dari tabel 2 dapat dilihat sekitar 56,2% lansia memiliki ketergantungan sedang dalam melakukan aktivitas. Dari tabel 3 dapat dilihat 82,8% lansia dapat melakukan transfer secara mandiri, 67,2% dapat berjalan dengan dibantu 1 orang atau dengan walker, 54,7% membutuhkan pertolongan dalam toileting, 64,1% mandiri membersihkan diri, 54,7% lansia kadang-kadang inkontinen BAB, 78,1% lansia kadang-kadang inkontinen BAK, 76,6% tergantung pada orang lain dalam hal mandi, 64,1% sebagian dibantu dalam berpakaian, 76,6% membutuhkan pertolongan saat makan, dan 70,3% tidak mampu untuk naik turun tangga.