Indonesia SCM Summit 2015: Stimulus Iklim Investasi Bagi Peningkatan Kapasitas Nasional

dokumen-dokumen yang mirip
Account Representative

PERATURAN MENTERI KEUANGAN tentang PEMBERIAN FASILITAS PERPAJAKAN DAN KEPABEANAN UNTUK KEGIATAN PEMANFAATAN SUMBER ENERGI TERBARUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FASILITAS PPh Energi Terbarukan

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

Direktorat Pelayanan Fasilitas Penanaman Modal

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang terdiri dari pulau. Dan dengan luas wilayah ,32

2011, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999); 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 te

BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PRESS CONFERENCE TENTANG KEBIJAKAN TAX HOLIDAY PMK 159/PMK.010/2015 JAKARTA, 27 AGUSTUS 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.011/2010 TENTANG

BAB VII PERPAJAKAN. Tahun 8 10: pengurangan pajak penghasilan badan dan perorangan sebesar 50%

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

PERHITUNGAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2015

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108/PMK.011/2013 TENTANG

1 of 5 21/12/ :18

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.011/2012 TENTANG

2 Ayat (2) Huruf a Huruf b Huruf c Fasilitas pengurangan penghasilan neto diberikan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak saat mulai berproduksi komer

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.011/2012 TENTANG

PEDOMAN DAN TATA CARA PEMBERIAN FASILITAS TAX HOLIDAY DAN TAX ALLOWANCE. Mei 2018

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 31A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 te

Lampiran 2. Realisasi investasi industri pionir 2009-k1 2012

1 P a g e. Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PEDOMAN DAN TATA CARA PERMOHONAN FASILITAS IMPOR MESIN, BARANG & BAHAN, TAX ALLOWANCE DAN TAX HOLIDAY DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL

Menperin Sebut Fasilitas Fiskal Tax Holiday Terbukti Mampu Tingkatkan Investasi Dalam Negeri

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PMK.010/2018 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal langsung baik melalui penanaman modal asing maupun

Insentif Perpajakan Sebagai Pendukung Tercapainya Revolusi Industri 4.0 Indonesia

2011, No Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republi

Kebijakan Perpajakan Terkait Importasi Barang Migas KKKS

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008

Bab 11 JOINT VENTURES (USAHA BERSAMA)

PEMBERIAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA TERTENTU DAN/ATAU DI DAERAH-DAERAH TERTENTU

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.17, 2010 Kementerian Keuangan. Bea Masuk. Impor. Kepentingan Umum.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

2013, No bejana tekan dan tangki dari logam, serta pembuatan mesin pertanian dan kehutanan telah memenuhi kriteria penilaian dan ketentuan baran

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.011/2008 TENTANG

2011, No Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republi

BAB I PENDAHULUAN. negara. Negara sebagai wadah bangsa untuk mencapai cita-cita dan tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Jakarta, 31 Januari

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DUKUNGAN FISKAL BAGI PENGEMBANGAN TRANSPORTASI PUBLIK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PEMBAHASAN. a) Sejarah Badan Kordinasi Penanaman Modal

-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal I Angka 1 Pasal 1 Angka 2 Pasal 3 Dalam hal kontrak kerja sama di bidang usaha hulu Minyak dan Gas Bumi, Pemerintah men

KEBIJAKAN INSENTIF PAJAK DAN DUKUNGAN FISKAL UNTUK R&D DI BEBERAPA NEGARA: INDIA

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Sekretariat Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus

Kebijakan Fiskal untuk Mendukung Akselerasi Sektor Industri yang Berdaya Saing

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan;

RINGKASAN PAKET KEBIJAKAN PEREKONOMIAN TAHAP II TGL. 29 SEPTEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah Rp ,00 (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Sektor Industri. Muhamad Yunanto

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan;

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 248/PMK.011/2014 TENTANG

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

BADAN KEBIJAKAN FISKAL KEMENTERIAN KEUANGAN RI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dampak penerapan Tax Holiday (pembebasan pajak) pada penanaman modal asing di

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi

MUC BLITZ. Updating Your Knowledge

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SIARAN PERS. 1 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK: Paket Kebijakan Ekonomi, Bangkitkan Kepercayaan Pasar

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2015 TENTANG FASILITAS DAN KEMUDAHAN DI KAWASAN EKONOMI KHUSUS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.101, 2010 Kementerian Keuangan. Bea Masuk. Impor. Sorbitol.

PERLAKUAN DAN FASILITAS PERPAJAKAN UNTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN SKEMA TERTENTU (KIK-DIRE)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak. dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).

CONTOH PENERAPAN DAN PENGHITUNGAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN

Pelayanan Nonperizinan

BAB II PELAYANAN PENANAMAN MODAL BERDASARKAN UU NO.25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Indonesia SCM Summit 2015: Stimulus Iklim Investasi Bagi Peningkatan Kapasitas Nasional Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI Jakarta, 14 April 2015 1

Outline Peran Kementerian Keuangan Dalam Perekonomian Nasional : Hubungan Kebijakan Investasi dengan Kebijakan Fiskal Kerangka Kebijakan Pemberian Insentif Fiskal Dukungan Insentif dan Protektif Fiskal Insentif Fiskal: Investment Allowance Insentif Fiskal: Tax Holiday Insentif Fiskal: Pembebasan PPN Impor Insentif Fiskal: Pembebasan BM dalam Rangka Penanaman Modal Insentif Fiskal: BMDTP Untuk Sektor Industri Tertentu Protektif Fiskal: BMTP untuk Impor Produk Casing dan Tubing 2

Peran Kementerian Keuangan dalam Perekonomian Nasional Hubungan Kebijakan Investasi dengan Kebijakan Fiskal Arah Dan Kebijakan Investasi Sinkronisasi Kebutuhan Akan Kebijakan Fiskal Yang Bersifat : Insentif Untuk Investasi Proteksi sektor dalam rangka peningkatan Investasi Alat Kebijakan Fiskal Kebijakan Penerimaan Negara Kebijakan Belanja Negara Tercapainya Kepentingan Nasional Dan Sinergi Antar Sektor Ekonomi Arah dan Kebijakan Industri/Sektor 3

Peran Kementerian Keuangan dalam Perekonomian Nasional Kerangka Kebijakan Pemberian Insentif Fiskal PERTIMBANGAN EKSTERNAL International best practice Intensitas persaingan. Komitmen Internasional KRITERIA INDUSTRI/BIDANG USAHA Pionir Prioritas Tinggi INSENTIF MENURUT PROYEK Pionir Prioritas Tinggi Penetapan Kebijakan Pemberian Insentif Bagi Penanaman Modal PRINSIP DASAR Prinsip keadilan dan netralitas perpajakan. Dampak ekonomi (analisis Cost-Benefit). Efisiensi administratif. Kelayakan secara komersial. POLA UMUM PEMBERIAN INSENTIF KOMBINASI PERTIMBANGAN INTERNAL Strategi /kebijakan pembangunan ekonomi dan sektoral. Kepentingan pengembangan wilayah. Tujuan pemberian insentif. Pengaruh (importance) dari sektor ybs keterkaitan dengan sektor lain, besaran sektor secara ekonomi, penyerapan tenaga kerja, dsb. Sinkronisasi dengan kebijakan lain yang terkait. KLASIFIKASI WILAYAH Wilayah Maju Wilayah Berkembang Wilayah Tertinggal INSENTIF MENURUT WILAYAH Wilayah Maju Wilayah Berkembang Wilayah Tertinggal 4

Dukungan Insentif dan Protektif Fiskal Insentif Fiskal Dukungan insentif fiskal & Protektif fiskal Pajak Penghasilan: a. Tax Allowance Ref: PP 52 Tahun 2011 (PP tersebut sudah direvisi dan ditandatangani oleh Presiden tapi belum mendapatkan update nomor PPnya) b. Tax Holiday Ref PMK No 130/PMK.011/2011 sttd PMK No 192/PMK.011/2014 PPN Pembebasan PPN atas impor dan/atau pengalihan BKP Strategis (ref: PP31/2007) Bea Masuk: a. Pembebasan Bea Masuk Impor Barang Modal untuk Kegiatan Penanaman Modal (Ref: PMK 76/PMK.011/2012) b. Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) Sektor Industri Tertentu Tahun anggaran 2015, al. Untuk Sektor Industri Pembuatan dan/atau Perbaikan Kapal (Ref: PMK 249/PMK.011/2014) Protektif Fiskal Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Terhadap Produk Casing dan Tubing (Ref: PMK 108/PMK.011/2013) 5

Insentif Fiskal: Tax Allowance Dasar Hukum: Pasal 31A UU 36/2008 - UU Pajak Penghasilan PP 1/2007 jo. PP 62/2008 jo. PP 52/2011* PMK 144/PMK.011/2012 tanggal 3 September 2012** Bentuk Fasilitas: 1. Tambahan pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari jumlah penanaman modal, dibebankan selama 6 tahun, masing-masing sebesar 5% per tahun. 2. Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat menjadi setengah dari jangka waktu penyusutan dan amortisasi yang berlaku normal. 3. Pengurangan tarif Pajak Penghasilan atas penghasilan dividen yang dibayarkan kepada subjek pajak luar negeri menjadi 10% atau tarif yang lebih rendah menurut tax treaty. 4. Perpanjangan masa kompensasi kerugian dari 5 tahun menjadi paling lama 10 tahun dengan persyaratan tertentu. Keterangan: PP 52 saat ini sudah direvisi dan ditandatangani oleh Presiden. Revisi PP tersebut sedang menunggu penomoran oleh Sekretariat Negara ** PMK tersebut sedang dilakukan revisi final dan rencananya Bulan April -Mei ini, Revisi PMK tersebut akan terbit. 6

Insentif Fiskal: Tax Allowance Penerima Fasilitas: Wajib Pajak yang berhak menerima insentif investment allowance : Wajib Pajak badan dalam negeri; Berbentuk perseroan terbatas atau koperasi; dan Melakukan penanaman modal pada bidang usaha atau daerah yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional, yaitu: a. Bidang-bidang usaha tertentu sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I (52 bidang usaha); atau b. Bidang-bidang usaha tertentu di daerah-daerah tertentu sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II (77 bidang usaha). 7

Insentif Fiskal: Tax Holiday Dasar Hukum: UU 25/2007 - UU Penanaman Modal PMK 130/PMK.011/2011 sttd PMK 192/PMK.011/2014 Bentuk Fasilitas: 1. Pembebasan Pajak Penghasilan badan dalam jangka waktu 5 s.d. 10 tahun, terhitung sejak tahun pajak dimulainya produksi komersial. 2. Tambahan fasilitas berupa pengurangan Pajak Penghasilan badan sebesar 50% dari Pajak Penghasilan terutang selama 2 tahun pajak sejak berakhirnya fasilitas pembebasan pajak penghasilan badan sebagai masa transisi sebelum melaksanakan kewajiban perpajakan secara penuh. Penerima Fasilitas: WP badan baru yang termasuk industri pionir. Mempunyai rencana penanaman modal baru paling sedikit sebesar Rp1 Triliun. Menempatkan dana di perbankan di Indonesia paling sedikit 10% dari total penanaman modal. Berstatus badan hukum Indonesia yang pengesahannya dilakukan 12 bulan sebelum PMK ini mulai berlaku. 8

Insentif Fiskal: Tax Holiday Cakupan Industri Pionir: Industri logam dasar; Industri pengilangan minyak bumi dan/atau kimia dasar organik yang bersumber dari minyak bumi dan gas alam (petrokimia); Industri permesinan; Industri di bidang sumberdaya terbarukan; dan/atau Industri peralatan komunikasi. 9

Insentif Fiskal: Pembebasan PPN Impor Dasar Hukum: Pasal 16B UU 8/1983 j.o. UU 42/2009 - UU PPN PP 12/2001 j.o. PP 31/2007 - Impor dan atau Penyerahan BKP Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan PPN Bentuk Fasilitas: o Pembebasan PPN atas impor dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) strategis, baik untuk sementara waktu maupun selamanya. o Termasuk dalam kriteria BKP strategis yang atas impor dan/atau penyerahannya dibebaskan dari pengenaan PPN adalah: Barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaan yang terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang. 10

Insentif Fiskal: Bea Masuk Dalam Rangka Penanaman Modal Dasar Hukum: PMK 176/PMK.011/2009 jo 76/PMK.011/2012 Bentuk Fasilitas: Pembebasan Bea Masuk atas impor mesin serta barang dan bahan dalam rangka penanaman modal. Pemberian Fasilitas terkait: Pembangunan Pengembangan Pembangunan atau Pengembangan dengan pertimbangan penggunaan TKDN min 30% Obyek Fasilitas: Mesin: setiap mesin, permesinan, alat perlengkapan instalasi pabrik, peralatan atau perkakas, dalam keadaan terpasang maupun terlepas yang digunakan untuk pembangunan atau pengembangan industri Barang dan Bahan: semua barang atau bahan, tidak melihat jenis dan komposisinya, yang digunakan sebagai bahan atau komponen untuk menghasilkan barang jadi. 11

Insentif Fiskal: BMDTP Untuk Sektor Industri Tertentu Dasar Hukum: PMK 249/PMK.011/2014 Bentuk Fasilitas: Pemberian Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) diberikan kepada sektor industri tertentu, antara lain Sektor Pembuatan dan/atau Perbaikan Kapal yang beralku sampai dengan 31 Desember 2015. 12

Protektif Fiskal: Bea Masuk Tindak Pengamanan (BMTP) Impor Casing dan Tubing Dasar Hukum: PMK 108/PMK.011/2013 Bentuk Protektif Fiskal: Pengenaan Bea Masuk Tindak Pengamanan (BMTP) terhadap impor produk berupa casing dan tubing dari besi atau baja tanpa kampuh, dengan ukuran diameter 2 3/8 inci sampai dengan 14 inci, dengan yield strength PSI atau lebih, yang ujungnya belum atau sudah dikerjakan dengan pos tarif ex 7304.29.00.90. Pengenaan BMTP: No Periode Tarif Bea Masuk Tindak Pengamanan 1 Tahun Pertama, dengan periode 1 tahun sejak tanggal diundangkannya Peraturan Menteri ini 2 Tahun Kedua, dengan periode 1 tahun sejak tanggal berakhirnya periode Tahun Pertama 3 Tahun Ketiga, dengan periode 1 tahun sejak tanggal berakhirnya periode Tahun Kedua 4 Tahun Keempat, dengan periode 1 tahun sejak tanggal berakhirnya periode Tahun Ketiga Rp. 28.439 per kilogram Rp. 28.001 per kilogram Rp. 27.564 per kilogram Rp. 27.126 per kilogram 13

Terima Kasih 14