BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke 21 perkembangan masyarakat di dunia menunjukkan adanya perubahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) sudah sangat popular di masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. tercatat sebesar 237 juta jiwa dan diperkirakan bertambah 2 kali lipat jumlahnya. ayam sebagai salah satu sumber protein hewani.

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan air tawar yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

I. PENDAHULUAN. Pakan ikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu usaha budidaya

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selain pakan alami diperlukan juga pakan buatan. Soesono(1984) dalam Herawati (2005),

I. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

I PENDAHULUAN. bentuk daun-daunan termasuk di dalamnya rumput dan leguminosa. peternak masih bergantung pada hijauan yang berada di lapang.

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai sumber energi utama yang menjaga pertumbuhan, dan perkembangbiakan.

Uji Fisik dan Kimiawi Pakan Ikan yang Menggunakan Bahan Perekat Alami

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. seluas seluas hektar dan perairan kolam seluas hektar (Cahyono,

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

I. PENDAHULUAN. pakan ternak. Produksi limbah perkebunan berlimpah, harganya murah, serta tidak

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya lele dumbo tergolong mudah dan pertumbuhannya relatif cepat.

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan pada tiap tahunnya dari ekor pada tahun

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

1. PENDAHULUAN. digemari masyarakat Indonesia dan luar negeri. Rasa daging yang enak dan

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini

PENGANTAR. Latar Belakang. Sebagian komponen dalam industri pakan unggas terutama sumber energi

I. PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap peningkatan produksi ternak. Namun biaya pakan

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketela pohon merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi

I. PENDAHULUAN. lkan nila merupakan salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan nila

Pengaruh penggunaan tepung azolla microphylla dalam ransum terhadap. jantan. Disusun Oleh : Sigit Anggara W.P H I.

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan alam semesta dengan sebaik-baik ciptaan. Langit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pemecahan masalah biaya tinggi pada industri peternakan. Kelayakan limbah pertanian

PENDAHULUAN. yang berasal dari bagian biji pada kebanyakan tanaman lebih banyak. diantaranya adalah daun singkong (Manihot utilisima).

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

I. PENDAHULUAN. Ikan lele Masamo (Clarias sp.) merupakan salah satu ikan yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT TAPIOKA ( ONGGOK ) SEBAGAI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian rakyat Indonesia, namun dilain pihak dampak

KUALITAS BIOETANOL LIMBAH PADAT BASAH TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peternakan puyuh merupakan suatu kegiatan usaha di bidang budidaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Limbah Penetasan dan Pemanfatannya sebagai Pakan

PENGGUNAAN ONGGOK SEBAGAI BAHAN PEREKAT YANG DIGUNAKAN PADA PEMBUATAN PAKAN IKAN DENGAN BAHAN DASAR TEPUNG BULU AYAM, IKAN RUCAH, DAN AMPAS TAHU

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur an surat Al-Mu minun ayat 21 yang

I. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan problema sampai saat ini. Di musim kemarau hijauan makanan ternak

UJI FISIK DAN ORGANOLEPTIK PAKAN IKAN YANG MENGGUNAKAN TEPUNG GAPLEK SEBAGAI BAHAN PEREKAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai 60%-80% dari biaya produksi (Rasyaf, 2003). Tinggi rendahnya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan utama pembuatan biskuit pada umumnya adalah dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

TINJAUAN PUSTAKA Daun Rami dan Pemanfaatannya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ke 21 perkembangan masyarakat di dunia menunjukkan adanya perubahan perilaku dan gaya hidup serta pola konsumsi ke produk perikanan. Adanya keterbatasan kemampuan pasokan ikan di dunia, ikan menjadi komoditas yang penting dan strategis untuk kebutuhan masyarakat (Sukadi, 2002). Salah satu faktor penting pembudidayaan ikan adalah pakan. Menurut Lestari (2001), faktor penting dalam pembudidayaan ikan antara lain ketersediannya pakan dalam jumlah yang cukup, tepat waktu, dan mempunyai nilai gizi yang baik. Menurut Sutikno (2011), tingginya harga pakan buatan pabrik merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi petani ikan karena mempengaruhi biaya produksi sekitar 50 70 %. Petani ikan di Indonesia sebagian besar menggunakan pakan buatan pabrik sebagai pakan utama ikan, dan bahan baku utama yang berupa tepung ikan masih merupakan hasil impor dan harganya relatif mahal. Penggunaan pakan tersebut akan menyebabkan biaya operasional petani ikan menjadi tinggi, tetapi kenyataannya harga ikan masih relatif rendah, menyebabkan pendapatan petani ikan menjadi rendah. Bahan baku utama penyusun pelet ikan adalah tepung ikan. Tepung ikan mempunyai kandungan protein yang tinggi, tetapi hargnya cukup mahal yaitu Rp 3000 6000/kg, sehingga mempengaruhi biaya produksi yang tinggi. Sehubungan

dengan hal tersebut maka dibutuhkan bahan baku alternatif lain pengganti tepung ikan. Menurut Mudjiman (2004), suatu bahan yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pakan harus sesuai persyaratan tertentu, yakni mempunyai nilai gizi yang tinggi, tersedia dalam jumlah melimpah dan kontinu, secara ekonomi tidak menjadikan harga pakan tinggi. Berdasarkan keadaan tersebut perlu dicari sumber pakan yang memiliki kandungan protein yang tinggi, mudah dalam mendapatkannya, tidak berkompetisi dengan kebutuhan manusia, tersedia setiap waktu dan dalam jumlah yang banyak, serta mempunyai kandungan nutrisi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan ikan. Salah satu alternatif pakan ikan buatan sebagai sumber nutrisi yang bernilai ekonomis yaitu, tepung bulu ayam, ampas tahu, dan ikan rucah. Bahan dasar tersebut mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi dan tidak berkompetisi dengan kebutuhan manusia. Kandungan protein pada bahan dasar tersebut antara lain (i) bulu ayam 81% (Achmad, 2001); (ii) ampas tahu 35-45% (Maulida, 2010); dan ikan rucah 60-70% (Sutikno, 2011). Bulu ayam merupakan limbah atau produk sampingan dari rumah pemotongan ayam yang memiliki jumlah yang berlimpah, seiring dengan jumlah populasi ayam dan tingkat pemotongan akibat dari naiknya tingkat permintaan daging ayam. Dewasa ini bulu ayam dimanfaatkan hanya untuk kebutuhan manusia, misalnya dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kemoceng, asesoris, dan lain - lain. Selain digunakan untuk kebutuhan manusia, pemanfaatan

bulu ayam dapat dikembangkan sebagai pakan ternak (Imansyah, 2006). Hal tersebut telah dilaporkan oleh Tarmizi (2001), pemakaian tepung bulu ayam sebagai ransum ayam boiler. Hasilnya menunjukkan penggunaan tepung bulu ayam terfermentasi sebesar 5% dan 10% berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi ransum, dan konversi ransum. Bulu ayam mempunyai kandungan protein kasar yang tinggi yaitu 85 95% (Supriyati, 2000). Tingginya kandungan protein pada bulu ayam dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pakan ikan, sebagai pendukung pertumbuhan dan perkembangan ikan. Bulu ayam sulit untuk dihidrolisis dalam usus halus karena merupakan protein serat / fiborus. Protein serat pada bulu ayam adalah keratin. Keratin merupakan senyawa yang kaya dengan asam amino yaitu sistin. Ikatan antar asan amino sistin melalui gugus SH nya, sehingga membentuk ikan disulfida. Ikatan disulfida merupakan penyebab dari sulitnya bulu ayam untuk dicerna dalam sistem pencernaan. Tanpa diolah, kecernaan bahan kering dan bahan organik bulu ayam masing masing hanya sebesar 5,8% dan 0,7% (Achmad, 2001). Sulitnya untuk dicerna, maka tepung bulu ayam perlu difermentasikan terlebih dahulu dengan bakteri atau yang lainnya untuk dapat dengan mudah dicerna dalam sistem pencernaan. Fermentasi dengan bakteri Bacillus licheniformis merupakan alternatif untuk memecahkan unsur unsur nutrisi ataupun memecah protein fiborus yang sukar dicerna. Bahan alternatif selanjutnya yang dapat dijadikan bahan pakan ikan yaitu ampas tahu. Ampas tahu dapat dijadikan sebagai bahan pakan sumber protein karena mengandung protein kasar 28,36% dan nutrisi lainnya adalah lemak

5,52%, serat kasar 17,06%, dan BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen) 45,44% (Nuraini et al., 2011). Ampas tahu merupakan hasil indusrti pembuatan tahu yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan karena mempunyai kandungan protein dan karbohidrat yang cukup tinggi (Nasution, 2006). Ampas tahu dapat diperoleh dengan mudah dan harganya sangat murah. Ampas tahu mempunyai sifat mudah basi jika tidak ditangani dengan segera. Ampas tahu akan menghasilkan bau yang kurang sedap setelah 12 jam ampas tahu dihasilkan (Suprapti, 2005). Namun, untuk meningkatkan kualitas bahan pakan perlu dilakukan fermentasi. Proses fermentasi ampas tahu dapat menggunakan mikroorganisme. Menurut Lestari (2001), fermentasi dapat mengawetkan, menghilangkan bau yang tidak diinginkan, meningkatkan daya cerna, menghilangkan daya racun yang terdapat pada bahan mentahnya dan menghasilkan warna yang diinginkan. Mikroorganisme yang dapat digunakan dalam proses fermentasi ampas tahu adalah Aspergillus niger. Menurut Melawati et al. (2010), penggunaan A. niger dalam fermentasi 75% ampas tahu dan 25% tepung tapioka memberikan hasil kenaikan protein yang lebih baik yaitu dari 15,40% menjadi 35,36%, dalam formulasi pakan ikan patin. A. niger merupakan kapang yang tidak berbahaya karena tidak menghasilkan mikotoksin. Pemanfaatan mikroba A. niger pada proses fermentasi dapat meningkatkan tingkat protein dan meningkatkan daya cerna bahan (Mirwandono & Siregar, 2004).

Bahan selanjutnya yang dapat dijadikan alternatif bahan baku pakan ikan sebagai pengganti pelet produksi pabrik adalah ikan rucah. Ikan rucah merupakan ikan yang tidak layak untuk dikonsumsi dan memiliki nilai ekonomis yang rendah. Ikan rucah merupakan ikan kecil yang ikut terjaring oleh para nelayan. Ikan rucah memiliki kandungan gizi cukup lengkap sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan atau produk olahan yang dapat meningkatkan nilai jualnya (Subagio et al., 2003). Selama ini dalam pembuatan pakan buatan terdapat kendala yaitu lemahnya struktur fisik pakan, sehingga mengurangi kualitas pakan tersebut. Faktor faktor yang mempengaruhi sifat fisik pakan adalah kandungan pati, lemak, serat kasar, kadar air, dan ukuran partikel bahan pakan penyusun ransum (Balagopalan et al., 1988). Pati dalam bahan pakan merupakan bahan perekat. Ketersediannya bahan perekat tidak berpengaruh terhadap sifat fisik kualitas pakan selama masa penyimpanan (Ciptadi & Nasution, 1979). Perekat merupakan bahan yang berfungsi sebagai pengikat komponen komponen pakan dalam bentuk pelet sehingga struktur fisiknya kompak. Pelet yang diproduksi oleh pabrik biasanya menggunakan bahan perekat sintetis yang relatif mahal seperti, Carbocsil Metil Cellulosa (CMC), bentonit, dan lignosulfanot (Retnani et al., 2009). Berdasarkan hal tersebut dicari bahan perekat alternatif yang dapat mempertahankan kualitas fisik pakan. Salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai perekat pakan ikan adalah onggok. Onggok merupakan hasil sampingan industri tapioka yang

berbentuk padat. Komponen yang penting pada onggok adalah pati dan serat kasar. Onggok memiliki kandungan pati sekitar 69,9%, sehingga onggok berpotensi dijadikan sebagai bahan perekat. Setiap 100 kg umbi segar dihasilkan 5 10 kg onggok. Onggok dijadikan bahan perekat dalam pembuatan pelet dengan taraf 2% dapat menghasilkan pelet yang kokoh karena memiliki nilai ketahanan benturan 97,06% (Siregar, 2012). Penggunaan onggok sebagai bahan perekat pakan ikan dari tepung bulu ayam, ampas tahu, dan ikan rucah sampai saat ini belum pernah dilakukan, maka perlu dilakukan penelitian mengenai alternatif pakan ikan yang disusun dari, bulu ayam, ikan rucah, dan ampas tahu dengan onggok sebagai bahan perekat sehingga diharapkan memiliki daya apung yang tinggi dan harga relatif murah. 1.2 Peurumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka ditetapkan rumusan masalah, apakah onggok sebagai bahan perekat yang digunakan pada pembuatan pakan ikan dengan bahan dasar tepung bulu ayam fermentasi, ikan rucah, dan ampas tahu fermentasi dapat meningkatkan kualitas fisik pakan ikan. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka dapat ditetapkan tujuan penelitian ini yaitu mengkaji pengaruh penggunaan onggok sebagai bahan perekat pada pembuatan pakan ikan dengan bahan dasar tepung bulu ayam, ikan rucah, dan ampas tahu dalam meningkatkan kualitas fisik pakan ikan.

1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat, mengenai penggunaan onggok sebagai bahan perekat dan pemanfaatan limbah bulu ayam, ampas tahu serta ikan rucah yang dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ikan yang mempunyai kualitas yang baik dan harga yang relatif murah.