BAB II IDENTIFIKASI DAERAH TERKENA BENCANA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan

IDENTIFIKASI MACAN TUTUL DENGAN METODE GREY LEVEL COOCURENT MATRIX ( GLCM) Zuly Budiarso Fakultas teknologi Informasi, Univesitas Stikubank Semarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TEORI DASAR. Beberapa definisi tentang tutupan lahan antara lain:

Model Citra (bag. 2)

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Metode GLCM ( Gray Level Co-Occurrence Matrix)

Model Citra (bag. I)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

Klasifikasi Mutu Telur Berdasarkan Kebersihan Kerabang Telur Menggunakan K-Nearest Neighbor

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

BAB II LANDASAN TEORI

KLASIFIKASI USIA MENGGUNAKAN CIRI ORDE DUA

EKSTRAKSI CIRI TEKSTUR CITRA WAJAH PENGGUNA NARKOTIKA MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL CO-OCCURANCE MATRIX. Abstrak

Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1) Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc

BAB I PENDAHULUAN. pada radius 4 kilometer dari bibir kawah. (

Journal of Control and Network Systems

BAB II CITRA DIGITAL

BAB IV IMPLEMENTASI DAN HASIL PENGUJIAN

SAMPLING DAN KUANTISASI

BAB II TI JAUA PUSTAKA

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA

APLIKASI IDENTIFIKASI CIRI TEKSTUR KAYU JATI MENGGUNAKAN METODA GRAY LEVEL CO OCCURRENCE MATRIX

BAB II LANDASAN TEORI. titiktitik penyusun citra itu sendiri. Titik-titik tersebut disebut dengan pixel. Banyaknya

Gambar IV-1. Perbandingan Nilai Korelasi Antar Induk Wavelet Pada Daerah Homogen Untuk Level Dekomposisi Pertama

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Wilayah lokasi penelitian tumpahan minyak berada di sekitar anjungan

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

ANALISA PERBANDINGAN METODE VEKTOR MEDIAN FILTERING DAN ADAPTIVE MEDIAN FILTER UNTUK PERBAIKAN CITRA DIGITAL

Ekstraksi Pola Iris Mata Berwarna Biru dan Cokelat dengan Metode GrayLevel Cooccurrence Matrix Yunia Mentari a, Nurhasanah a)*, Iklas Sanubary a)

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras. Perangkat Keras Spesifikasi Processor Intel Core i3. Sistem Operasi Windows 7

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma

Atthariq 1, Mai Amini 2

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah

BAB II LANDASAN TEORI

1.2 Tujuan. 1.3 Metodologi

KLASIFIKASI CITRA BERAS BERDASARKAN PENCIRIAN MATRIKS KO-OKURENSI ARAS KEABUAN MENGGUNAKAN k-nearest NEIGHBOUR

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

APLIKASI PENGOLAHAN CITRA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN MENTIMUN BERDASARKAN TEKSTUR KULIT BUAH MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI CIRI STATISTIK

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ekstraksi Ciri Citra Batik Berdasarkan Tekstur Menggunakan Metode Gray Level Co Occurrence Matrix

BAB 3 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

BAB I. Pendahuluan I.1 Latar Belakang

DAFTAR TABEL. No. Tabel Judul Tabel No. Hal.

Pembentukan Citra. Bab Model Citra

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENGANTAR LOKAKARYA MANAJEMEN KEDARURATAN DAN PERENCANAAN KONTINJENSI. Painan, 29 November 3 Desember 2005 BAKORNAS PBP KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS. Tabel IV-1 Perbandingan Nilai Korelasi Antar Induk Wavelet pada Daerah Homogen. Wavelet

KLASIFIKASI TUTUPAN LAHAN BERBASIS RONA DAN TEKSTUR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA ALOS PRISM KARJONO

BAB II. Computer vision. teknologi. yang. dapat. Vision : Gambar 2.1

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Bidang perindustrian merupakan salah satu bidang yang juga banyak menggunakan kecanggihan teknologi, walaupun pada beberapa bagian, mas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

DETEKSI ADANYA CACAT PADA KAYU MENGGUNAKAN METODE LOCAL BINARY PATTERN DETECTION OF THE EXISTENCE OF THE DEFECTS IN WOOD USING LOCAL BINARY PATTERN

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik

Pendekatan Statistik Pada Domain Spasial dan Frekuensi untuk Mengetahui Tampilan Citra Yustina Retno Wahyu Utami 1)

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Interpretasi Citra dan Foto Udara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengolahan Citra : Konsep Dasar

BAB 2 LANDASAN TEORI

Citra Digital. Petrus Paryono Erick Kurniawan Esther Wibowo

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

IDENTIFIKASI BIOMETRIK FINGER KNUCKLE PRINT MENGGUNAKAN FITUR EKSTRAKSI PCA DAN GLCM

Hasil klasifikasi citra ALOS PALSAR filterisasi Kuan. dengan ukuran kernel size 9x dengan ukuran kernel size 3x

Transkripsi:

BAB II IDENTIFIKASI DAERAH TERKENA BENCANA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH Teknologi penginderaan jauh merupakan teknologi yang memegang peranan yang sangat penting dalam manajemen bencana salah satunya adalah dalam melakukan identifikasi daerah yang terkena bencana. 2.1 Identifikasi Daerah Terkena Bencana Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa dampak dari suatu bencana memiliki sifat destruktif terhadap daerah yang terkena bencana tersebut, baik dalam skala lokal maupun regional. Gempa bumi merupakan bencana alam yang penyebaran dampaknya paling besar. Menyadari keberadaan dari bencana dan dampaknya tersebut, maka sangatlah penting adanya suatu manajemen bencana yang dapat memberikan informasiinformasi yang selalu tersedia saat dibutuhkan. Adapun aktifitas yang berkaitan dengan manajemen bencana ini adalah sebagai berikut : Persiapan (preparedness) Pencegahan (prevention) Penanganan (response) Pemulihan (recovery) Dimana pada keempat aktifitas tersebut, pengideraan jauh memegang peranan yang sangat penting karena penginderaan jauh dapat menghasilkan citra yang memiliki resolusi spasial yang baik yang dapat dipadukan dengan informasi lainnya yang dibutuhkan dalam manajemen bencana. Walaupun peranan penginderaan jauh yang terbesar adalah dalam aktifitas persiapan preparedness) dan pencegahan (prevention) karena citra satelit dapat digunakan untuk mengidentifikasi kemungkinan terjadinya bencana dan daerah mana saja yang rawan bencana sehingga dapat memprediksi lebih awal. Namun 7

yang dalam penelitian ini yang lebih ditekankan adalah dalam aktifitas pemulihan (recovery), dimana hasil identifikasi daerah terkena bencana dapay digunakan untuk tahapan yang terkait dalam aktifitas pemulihan (recovery) antara lain rehabilitasi, rekonstruksi, maupun perencanaan pasca bencana [Barret, Brown, dan Micallef, 1989]. Dalam penelitian ini, proses identifikasi daerah yang terkena bencana memerlukan adanya kombinasi antara aspek spektral dan tekstural dari citra penginderaan jauh untuk mengidentifikasi kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh gempa Yogya yang memberikan hasil identifikasi yang lebih baik dari pada hanya mempertimbangkan aspek spektral saja. 2.2 Aspek Spektral Penginderaan jauh memanfaatkan pantulan spektral cahaya pada jenis objek tertentu untuk mengamati penampakannya. Setiap objek yang berada di atas permukaan bumi akan memiliki pantulan spektral yang berbeda dengan rentang spektral tertentu. Pantulan spektral ini kemudian akan diterima oleh sensor satelit penginderaan jauh. Dengan demikian maka akan diperoleh informasi mengenai suatu objek tersebut, sehingga dapat dilakukan suatu identifikasi dan klasifikasi objek. 2.3 Aspek Tekstur Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra [Lillesand dan Kiefer, 1994]. Tekstur dapat beragam dari licin atau halus, medium sampai kasar. Dimana sifat licin atau halus, medium sampai kasar yang dimaksud merupakan nilai dari derajat keabuan (grey level) yang diperoleh melalui window yaitu kotak persegi yang mendefinisikan ukuran dari area dimana terjadi perubahan. Dalam penelitian ini, konsentrasi lebih ditekankan kepada informasi tekstur yang terdapat pada citra area urban terutama pada bangunan yang mengalami kerusakan 8

akibat gempa. Pendekatan tekstur yang digunakan adalah dengan GLCM (grey level co-occurrence matrix measures). 2.3.1 GLCM GLCM menunjukkan hubungan antara 2 piksel tetangga. Nilai dari hubungan derajat keabuan akan ditransformasikan ke matriks ko-okurasi dengan ukuran window 3x3, 5x5, 7x7, 9x9, dan seterusnya. Dari masing-masing windows yang terbentuk kemudian ditentukan nilai hubungan spasial antara setiap BV-nya, yang merupakan fungsi dari sudut dan jarak. Untuk ukuran windows 3x3 misalnya (terdiri atas 9 piksel), fungsi sudut dan jarak tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : 135 90 45 0 (piksel yang diamati adalah piksel yang berada di tengah). Gambar 2.1 Fungsi sudut dan jarak dari GLCM. Adapun pengukuran informasi tekstur menggunakan GLCM terbagi menjadi beberapa jenis metode pengukuran, antara lain : Correlation Dapat mengukur kebergantungan linear dari derajat keabuan dari piksel tetangga pada GLCM. 9

Entropy Dapat mengukur derajat kekacauan dari derajat keabuan pada GLCM. Mean Dapat mengukur nilai rata-rata probabilitas dari GLCM. Variance Dapat mengukur dispersi sekitar rata-rata dari kombinasi antara piksel referensi dan piksel tetangga pada GLCM. Dalam penelitian ini lebih difokuskan pada penggunaan metode entropy guna mengekstraks dan mengklasifikasi ciri penting tekstur tersebut. 2.3.2 Entropy Metode entropy dapat mengukur kekacauan dari suatu citra. Saat citra dari aspek tekstur tidak seragam, maka entropy menjadi sangat besar. Formula yang digunakan pada metode entropy ini adalah sebagai berikut : Ent I i J = j P ( i, j). Log( P( i, j) ) dimana : P(i,j) : Matriks kebergantungan derajat keabuan dari setiap piksel I, J : Jumlah baris dan jumlah kolom Berdasarkan algoritma perhitungan matriks kebergantungan derajat keabuan di atas, maka untuk setiap piksel pada citra akan diperoleh empat macam matriks kebergantungan derajat keabuan ( P(i,j) ). Dengan demikian, untuk setiap piksel tersebut juga akan diperoleh empat nilai entropy, yang kemudian nilainya dirataratakan sehingga hanya diperoleh satu parameter entropy saja. Parameter inilah 10

yang kemudian merepresentasikan ciri tekstur pada suatu kelas obyek tertentu pada citra, yang kemudian akan digunakan untuk proses pemisahan atau klasifikasi obyek atau area pada citra. 11