BAB I PENDAHULUAN. relawan yang nantinya akan diterjunkan ketika Indonesia memasuki masa tanggap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Tahun demi tahun negeri ini tidak lepas dari bencana. Indonesia sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadikannya sebagai insal kamil, manusia utuh atau kaffah. Hal ini dapat terwujud

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN, DAN IMPLIKASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB II KAJIAN TEORI. Self Regulation merupakan salah satu komponen penggerak kepribadian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi ganda. Penelitian korelasi

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tes psikologi merupakan alat yang digunakan oleh Psikolog dalam

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai

BAB I PENDAHULUAN. respon terhadap penanggulangan bencana sangat berperan penting.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Penelitian ini pada dasarnya adalah membuktikan secara empiris hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. moral dan sebaliknya mengarah kepada nilai-nilai modernitas yang sarat dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri, yaitu merupakan penyakit AIDS,

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini setiap individu pasti pernah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 menjelaskan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan efektivitas kinerja organisasi. Kepemimpinan seorang

BAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

penanggulangan bencana penanggulangan bencana penanggulangan bencana 1. Mengidentifikasi strategi perencanaan bencana lokal yang ada

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ini bisa dilihat dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA. BUBUNGAN TIIB.,G FlVB FACTOIlSTERBADAP TINGKAT KEPUASAN. PERAWAT RUANGAN PADA PEKERJAANNYA DI RUMAH SAKIT

Siaran Pers BNPB: BNPB Menginisiasi Pencanangan Hari Kesiapsiagaan Bencana Selasa, 25 April 2017

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Palang Merah Indonesia (PMI) merupakan organisasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar di kalangan masyarakat luas, PT.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

Disaster Management. Transkrip Minggu 2: Manajemen Bencana, Tanggap Darurat dan Business Continuity Management

BAB I PENDAHULUAN. Internet telah mengubah bisnis organisasi dengan cepat, dengan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. alam (natural disaster) maupun bencana karena ulah manusia (manmade disaster).

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga, lingkungan teman sebaya sampai lingkungan masyarakat.

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN DARURAT BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB I PENDAHULUAN. penyajian laporan keuangan suatu perusahaan. Jasa audit akuntan. publik dibutuhkan oleh pihak perusahaan untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai suami dan istri dengan tugasnya masing-masing. Pada keluarga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap ancaman bahaya kebakaran (Kidokoro, 2008; Sufianto dan Green, 2011). Kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

Powered by TCPDF (

2016 PREDIKSI TINGKAT KEMATANGAN EMOSIONAL SESEORANG MELALUI AKTIVITAS DI MEDIA SOSIAL TWITTER MENGGUNAKAN ALGORITMA C4.5

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo termasuk salah satu kabupaten yang sering

Insidensial. Bencana Alam

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Emosi tidak dapat dipisahkan dari kegiatan sehari-hari setiap individu,

DAFTAR ISI i. DAFTAR TABEL.vii. DAFTAR BAGAN...ix. A. Latar Belakang Masalah 1. B. Rumusan Masalah...8. C. Tujuan Penelitian...8

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. manusia meskipun dalam kadar yang berbeda. Manusia dimotivasi oleh dorongan

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 43 Tahun : 2014

BAB I PENDAHULUAN. kerugian terjadi ketika dua belah pihak yang terlibat tidak dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

Sekolah Petra (Penanganan Trauma) Bagi Anak Korban Bencana Alam

BAB I PENDAHULUAN. adanya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat membuat pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. kelalaian manusia. Tanah longsor, gempa bumi, puting beliung, tsunami, banjir dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA MEI 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Palang Merah Indonesia adalah organisasi kemanusiaan yang bergerak dalam bidang penanggulangan dan mitigasi bencana alam di Indonesia. Selain itu, Palang Merah Indonesia juga berperan aktif dalam kegiatan sosial dan perekrutan relawan yang nantinya akan diterjunkan ketika Indonesia memasuki masa tanggap darurat bencana. Berdasarkan data yang dikemukakan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sejak 2002 hingga awal 2014 tercatat telah terjadi 1.093 bencana alam, baik bencana hidrometeorologi maupun non hidrometeorologi dengan korban meninggal dunia 190.375 jiwa tidak termasuk warga yang hilang baik karena tsunami, lonsor maupun banjir yang terjadi (Antara Sumbar, 2014). Kemudian data terbaru BNPB setidaknya terjadi 282 bencana alam diawal tahun 2014 hingga februari 2014. Bencana alam tersebut mengakibatkan 197 orang meninggal, 64 orang luka luka, 1,6 juta jiwa mengungsi dan menderita, puluhan rumah rusak dan sebagainya. Berdasarkan data diatas 40 % dari bencana alam tersebut merupakan bencana banjir, 26 % merupakan bencana longsor, 25 % bencana puting beliung, dan 3 % bencana banjir dan longsor (Savitri, 2014). Namun khusus daerah Nangroe Aceh Darusalam yang terkena tsunami 10 tahun lalu mengakibatkan 229.826 orang hilang dan 186.983 tewas serta hampir 50 % bangunan di wilayah tersebut hancur tekena dampak gempa bumi 1

yang diikuti oleh gelombang tsunami yangketinggiannya mencapai 9 meter (Azila, 2014). Berkaitan dengan bencana alam tersebut Palang Merah Indonesia melakukan penganggulangan dan mitigasi bencana seperti mendirikan tenda darurat untuk pengungsi, mendirikan dapur umum dilokasi bencana guna membantu dari segi logistik terutama makanan, melakukan evakuasi korban baik korban meninggal, korban luka luka dan penduduk lainnya disekitar lokasi bencana. Kegiatan Palang Merah Indonesia di lokasi bencana tersebut semuanya dilakukan oleh relawan yang tergabung dalam organisasi Palang Merah Indonesia. Relawan menjadi tulang punggung kegiatan Palang Merah Indonesia mulai dari yang masih muda dan belum memiliki pengetahuan sampai mereka yang sudah memiliki keahlian khusus dan sangat berpengalangan (Susilo, 2008). Selain memiliki keahlian dan pengalaman dalam melakukan setiap kegiatannya relawan juga diharapkan memiliki self regulation yang baik dalam dirinya. Self Regulation adalah kapasitas diri untuk mengubah perilakunya. Self Regulation juga dapat meningkatkan fleksibilitas dan adaptasi dari perilaku seseorang yang memungkinkannya untuk menyesuaikan tindakannya dalam berbagai tuntutan sosial dan situasional. Self Regulation merupakan dasar yang penting untuk sebuah konsepsi kebebasan berkehendak dalam diri seseorang dan memunculkan perilaku sosial yang diinginkannya. Selain itu, Self Regulation juga memberikan manfaat kepada individu maupun masyarakat dan memang self control juga memberikan kontribusi yang besar dalam memberikan hasil yang diinginkan. Termasuk pekerjaan, sekolah, kesuksesan, popularitas, kesehatan 2

mental, penyesuaian diri dan hubungan interpersonal yang baik (Baumeister & Vohs, 2007) Self Regulation penting dimiliki oleh seorang relawan karena dalam melakukan kegiatan kemanusiaannya dilokasi bencana dapat menimbulkan dampak negatif dalam diri mereka seperti menjadi sulit tidur, terus terbayang dengan kondisi lokasi bencana dan kondisi korban yang membuat para relawan tersebut mengalami gangguan mood, munculnya kecemasan dalam diri mereka terhadap kejadian bencana alam yang dapat menimpa mereka. Self Regulation yang dimiliki oleh seorang relawan dapat membantunya dalam menanggulangi dampak yang muncul setelah melakukan kegiatan kemanuisaanya karena Self Regulation juga dapat mengontrol keadaan lingkungan dan impuls emosional yang sekiranya dapat mengganggu perkembangan seseorang sehingga individu yang ingin berkembang akan berusaha untuk meregulasi dirinya semaksimal mungkin dalam mencapai tahapan perkembangan yang dinginkannya (Alfiana, 2013). Self regulation juga memiliki hubungan dengan kepribadian seseorang. Salah satu teori kepribadian yang memiliki hubungan dengan self regulation adalah 5 dimensi kepribadian atau biasa disebut big 5 personality atau five factor model. Big Five Personality adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam ilmu psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima traits kepribadian tersebut adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuoriticism, openness to experiences (Nurhayati, 2010). 3

Seseorang yang memiliki dimensi kepribadian tinggi pada conscientiousness dan extraversion dan rendah pada neuroticism dapat mengatur diri mereka lebih tertantang dalam mencapai tujuannya seperti pada konteks tugas dan prestasi kerja (Hoyle, 2010). Kemudian neurotic cenderung lebih stress dan tidak memiliki makna dalam hidupnya dan merasa kurang berhasil kemajuan dirinya pada masa sekarang dan yang akan datang, sebaliknya seorang yang extravert dan conscientious lebih berhasil dalam melakukan pekerjaannya (Hoyle, 2010). Sedangkan konsisten dengan fokus mereka pada harmoni interpersonal, dimensi kepribadian agreeableness juga fokus dalam bekerja sama untuk mencapai tujuannya dan mengatur diri mereka untuk mengurangi tantangan dalam pencapaian tujuan ketika mengerjakan pekerjaannya dan unjuk kerjanya. Dimensi kepribadian Openness, pada gilirannya tidak terkait dengan tujuan spesifiknya tapi memprediksi jumlah dari tugas pribadinya dicapai tepat pada waktu yang diberikan (Hoyle, 2010). Secara spesifik, Neuroticism berhubungan dengan ruminasi seperti ketidakadilan, kekalahan, dan ancaman. Sedangkan Openness berkatian dengan lebih banyak refleksi di tandai dengan rasa ingin tahu motivasi epistemik. Seseorang yang tinggi pada Openess lebih akurat dalam menilai penampilan mereka sendiri (Hoyle, 2010).. Dimensi kepribadian Extraversion dan Neuroticism masing - masing dengan pengalaman keadaan emosi yang positif dan negatif (Hoyle, 2010). 4

Karena keadaan emosi dapat mempengaruhi penilaian evaluasi keadaan mood seseorang. Seseorang yang extravert akan memiliki estimasi yang tinggi dalam hasrat pencapaian tujuannya. Sedangkan seorang yang neurotik, cenderung memiliki estimasi yang rendah pada statusnya (Hoyle, 2010). Dimensi kepribadian conscientiousness yang rendah menunjukkan assosiasi yang kuat dengan penundaan yang berlebihan (Steel, 2007). Sedangkan orang yang neurotic juga lebih mungkin melakukan penundaan, terutama disebabkan oleh tingkat impulsifitas yang tinggi (Steel, 2007). Dari uraian diatas maka peneliti merasa perlu adanya penelitian yang dapat menjelaskan hubungan antara 5 dimensi kepribadian atau Big 5 Personality dengan Self Regulation pada relawan Palang Merah Indonesia dalam kaitannya dengan kegiatan kemanusiaan yang dilakukan oleh para relawan dilokasi bencana alam yang kondisinya memperihatinkan. 1.2. Perumusan Masalah Dari uraian diatas maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara 5 dimensi kepribadian dengan Self Regulation pada relawan Palang Merah Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara 5 dimensi kepribadian dengan Self Regulation pada relawan Palang Merah Indonesia. 5

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti kepribadian dan regulasi diri pada relawan kemanusiaan. Selain itu, manfaat teoritis lain dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai hubungan antara 5 dimensi kepribadian dengan Self Regulation pada relawan Palang Merah Indonesia. 1.4.2. Manfaat Praktis Terdapat 2 manfaat praktik dalam penelitian ini yakni : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai tipe kepribadian pada relawan yang bertugas di Palang Merah Indonesia serta mengenai regulasi diri mereka sehingga Palang Merah Indonesi dapat memberikan pelatihan khusus pada relawan berkaitan dengan tipe kepribadian para relawan jika ditinjau dari teori 5 dimensi kepribadian serta memberikan pelatihan untuk mengembangkan Self Regulation pada relawan. Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada para relawan tentang tipe kepribadian mereka ditinjau dari teori 5 dimensi kepribadian serta pengetahuan mengenai Self Regulation yang akan selalu berguna dalam kehidupannya. 6