ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BUKU SAKU KINERJA PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

Sumatera Selatan. Jembatan Ampera

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

PAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

Produk Domestik Bruto (PDB)

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

SAMBUTAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DALAM ACARA MUSRENBANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dalam proses pertumbuhan ekonomi tersebut. Salah satu indikasi yang

BAPPEDA Planning for a better Babel

BERITA RESMI STATISTIK

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

BAB II PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA TAHUN 2011

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

PERKEMBANGAN IPM 6.1 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA. Berdasarkan perhitungan dari keempat variabel yaitu:

RANCANGAN RKPD KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2018

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA PROV JATENG

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011

Jakarta, 10 Maret 2011

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Palangka Raya

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

PERAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TKPK) DALAM PENDATAAN PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL (PPLS) TAHUN 2011 BAPPEDA PROVINSI SUMATERA SELATAN

BERITA RESMI STATISTIK

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Notulensi Pertemuan. Pemaparan APN 2015 Kepala Bappeda Prov. Sulawesi Tenggara Kabid Ekonomi Kabid Fispra Kabid Pengemb Wilayah

PEMERINTAH KABUPATEN MAHAKAM ULU TEMA RKPD PROV KALTIM 2018 PENGUATAN EKONOMI MASYRAKAT MENUJU KESEJAHTERAAN YANG ADIL DAN MERATA

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

SAMBUTAN Pada Acara FORUM EKONOMI JAWA BARAT. Bandung, 8 Juni 2013

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

BAB III KERANGKA EKONOMI MAKRO

Boks 1 PELUANG DAN HAMBATAN INVESTASI DI PROPINSI RIAU. I. Latar Belakang

POTENSI BATUBARA DI SUMATERA SELATAN

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PADA PEMBUKAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) PROVINSI JAMBI TAHUN Jambi, 6 April 2011

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

RAPAT KOORDINASI PERENCANAAN

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB I PENDAHULUAN...I.

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Transkripsi:

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2015 disampaikan oleh : Kepala Bappeda Provinsi Sumatera Selatan pada acara : KONSULTASI PUBLIK DALAM RANGKA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2013-2018

PENYUSUNAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 2015 bappeda - 2

PENYUSUNAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 2015 BACKGROUND STUDY RPJMN 2015-2019 1. Posisi Strategis Sumatera Di Koridor Nasional, Regional dan Global : Secara geostrategis, Sumatera merupakan gerbang ekonomi nasional ke pasar Eropa, Afrika, Asia Selatan, Asia Timur dan Australia (MP3EI). Sumatera merupakan salah satu pintu gerbang Indonesia (ekspor-impor) untuk negara ASEAN. 70% lahan penghasil kelapa sawit Indonesia berada di Sumatera sehingga Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan memproduksi 43% CPO sejak tahun 2007. Sumatera menghasilkan 65% produksi karet Nasional sehingga memposisikan Indonesia sebagai negara kedua terbesar penghasil karet alami di dunia (28%). 85% karet di Sumatera merupakan komoditi ekspor Indonesia untuk dunia. Sumatera merupakan sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan Lumbung Energi Nasional. 52,4 miliar ton batubara berada di Sumatera, dengan 90% cadangannya berada di Sumatera Selatan. bappeda - 3

PENYUSUNAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 2015 2. Sumatera Selatan Dalam Koridor Sumatera MP3EI : Palembang merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Pusat Kegiatan Ekonomi Koridor Sumatera. 3 (tiga) kawasan pengembangan ekonomi di Sumatera Selatan adalah Kawasan Tanjung Api-Api/Tanjung Carat (batubara), Kawasan Muara Enim (kelapa sawit) dan Kawasan Pendopo (batubara). Sumatera Selatan adalah salah satu Klaster Industri, di samping Sumut dan Riau. Sumatera Selatan merupakan simpul perkebunan karet, di samping Sumatera Utara, Riau dan Jambi. Sumatera Selatan merupakan simpul perkebunan sawit, di samping Sumatera Utara, Riau, Jambi dan Lampung. Sumatera Selatan merupakan simpul pertambangan batubara. Pengembangan infrastruktur pelabuhan, listrik, kereta api dan infrastruktur pendukung lainnya. bappeda - 4

PENYUSUNAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 2015 3. Sumatera Selatan Dalam Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera : Pusat Kegiatan Nasional adalah Palembang, sementara Pusat Kegiatan Wilayah adalah Lubuk Linggau, Muara Enim, Lahat, Prabumulih, Sekayu, Kayuagung dan Baturaja. 4 (empat) Kawasan Andalan di Sumatera Selatan adalah : o Palembang dan sekitarnya: perikanan dan kelautan, industri, industri lanjutan, industri kreatif. o Muara Enim dan sekitarnya: perkebunan kelapa sawit, industri lanjutan, perikanan dan kelautan, pariwisata. o Lubuk Linggau dan sekitarnya: perkebunan kelapa sawit, perkebunan karet. o Danau Ranau dan sekitarnya: perikanan dan kelautan, perkebunan kopi, hortikultura, pariwisata, industri kreatif. o Pengembangan infrastruktur air, transportasi dan infrastruktur pendukung lainnya. bappeda - 5

PENYUSUNAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 2015 4. Permasalahan Pulau Sumatera : Ketimpangan tingkat perekonomian antar provinsi wilayah Pesisir Timur dan Barat. Ketimpangan nilai investasi di wilayah Pesisir Timur dan Pesisir Barat. Nilai tambah pertambangan non migas (batubara, bijih besi, timah) masih rendah. Hasil komoditas pertanian dan perkebunan (kelapa sawit, karet) masih rendah. Pemanfaatan potensi perikanan belum optimal. Belum optimalnya pengembangan potensi pariwisata Tingkat pengangguran masih cukup tinggi dan kualitas SDM yang tidak merata Ketidakmerataan infrastruktur, khususnya infrastruktur transportasi yang kurang merata dan memadai. Kapasitas dan kualitas pelayanan pelabuhan terutama untuk kegiatan pertambangan dan perkebunan. Minimnya pasokan tenaga listrik dan keterbatasan sumber daya air Meningkatnya potensi bencana alam. Berkurangnya lahan perkebunan, pertanian dan hutan. Semakin berkurangnya kualitas lingkungan pantai dan laut. bappeda - 6

PENYUSUNAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 2015 KONDISI SUMSEL PERTUMBUHAN EKONOMI PENINGKATAN PAD KEMISKINAN PENGANGGURAN DAN KESEMPATAN KERJA KESENJANGAN (ICOR) DAERAH GINI RATIO SDA : PERTANIAN (SAWAH, KARET, SAWIT) PERIKANAN BATUBARA PERLU DIOPTIMALKAN VS GRATIS INFRASTRUKTUR TEROBOSAN-TEROBOSAN FISIK bappeda - 7

PENYUSUNAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 2015 VISI PEMBANGUNAN DAERAH SUMATERA SELATAN 2013-2018 Visi : Sumatera Selatan Sejahtera, Lebih Maju dan Berdaya Saing Internasional Misi: 1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi (produktivitas). 2. Memantapkan stabilitas daerah (stabilitas). 3. Meningkatkan pemerataan yang berkeadilan (ekuitabilitas). 4. Meningkatkan pengelolaan lingkungan yang lestari dan penanggulangan bencana (sustainabilitas). bappeda - 8

PENYUSUNAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 2015 STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH 2013-2018 Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi (Produktivitas) : o Sisi pengeluaran dan sisi produksi Memantapkan Stabilitas Daerah (Stabilitas) : o Menjaga stabilitas harga dan nilai tukar o Mencegah konflik sosial o Stabilitas politik Meningkatkan Pemerataan Yang Berkeadilan (Ekuitabilitas) : o Peningkatan Partisipasi Dan Perluasan Pemanfaat o Peningkatan SDM Yang Berkualitas Berbasis Kompetensi o Penanggulangan kemiskinan Meningkatkan Pengelolaan Lingkungan Yang Lestari dan Penanggulangan Bencana (Sustainabilitas): o Pengelolaan Hutan dan Lahan Gambut o Mengendalikan Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan o Pengelolaan DAS Terpadu o Peningkatan Kemampuan Penanggulangan Bencana bappeda - 9

STRATEGI 3R 1. Reorientasi : Penguatan Tugas Pelayanan Melalui Penguatan SDM Aparat Pemerintah Yang Bersih, Berwibawa dan PEDE (Professional, Entrepreneurship, Discipline, Entity) dengan mengoptimalkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi 2. Reposisi : Merubah Paradigma Pemerintah Daerah Dari Pelaksana Menjadi Perencana, Pelaksana, dan Pembiaya Pembangunan Pemda Harus Mampu Mengambil Alih Peran dan Fungsi Pusat di Daerah Secara Bijak dan Bertanggung Jawab Pemda Harus Mampu Membangun Jejaring Yang Luas Dengan Seluruh Stakeholder 3. Revitalisasi : Pemda Sebagai Perencana, Pelaksana, dan Pengendali Pembangunan Harus Membuat Peta Jalan (Road Map) Pembangunan.

PENYUSUNAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 2015 PRIORITAS PEMBANGUNAN : 1) Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik, Keamanan dan Ketertiban Masyarakat. 2) Pendidikan, Kesehatan dan Sosial Budaya. 3) Penanggulangan Kemiskinan. 4) Pembangunan Pertanian. 5) Infrastruktur dan Energi. 6) Investasi dan Pengembangan Usaha. 7) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana. 8) Pengembangan Wilayah. bappeda - 11

PENYUSUNAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 2015 SASARAN PEMBANGUNAN : 1) Pertumbuhan ekonomi 6-7 % per tahun, menurunkan tingkat pengangguran terbuka hingga sekitar 2-3 persen pada akhir 2018, penurunan angka kemiskinan menjadi sekitar 6-8 persen, tingkat inflasi yang terkendali berkisar 3-4 persen. 2) Pendidikan : meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan dan meningkatkan mutu dan kompetensi pendidikan. 3) Kesehatan : peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan 4) Pangan : meningkatnya ketahanan pangan 5) Infrastruktur : semakin mantapnya jalan provinsi, angkutan kereta api, sungai, laut dan udara yang lancar dan aman, terbangunnya kawasan Tanjung Api-Api, pasokan listrik dan air bersih, pengelolaan persampahan, sanitasi dan telekomunikasi. 6) Energi : ketahanan energi melalui diversifikasi energi, penggunaan energi terbarukan, dan meningkatnya efisiensi konsumsi energi. 7) Lingkungan hidup : pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan, perbaikan mutu lingkungan hidup, turunnya laju kerusakan lingkungan, meningkatnya kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. bappeda - 12

TEMA RKPD PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2015 Unsur-unsur Pokok Tema RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 1. Pemantapan Ekonomi Daerah : Peningkatan nilai tambah produksi daerah; Peningkatan ketahanan ekonomi; Mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif; Pemantapan infrastruktur. 2. Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Yang Berkeadilan : Pembangunan SDM; Penurunan kemiskinan dan pengangguran; Mitigasi bencana; Peningkatan kesejahteraan rakyat lainnya. 3. Pemeliharaan Stabilitas Sosial dan Politik : Membaiknya kinerja birokrasi dan pemberantasan korupsi; Memantapkan penegakan hukum, pertahanan, dan pelaksanaan Pemilukada 2015. bappeda - 13

TEMA RKPD PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2015 Tema : MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN NILAI TAMBAH POTENSI DAERAH Sub Tema : MEWUJUDKAN HILIRISASI PRODUKSI PERTANIAN DAN ENERGI bappeda - 14

AGENDA RKPD PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2015 1. Pemantapan pengembangan sumber daya manusia, meliputi : Peningkatan Kualitas SDM Aparatur; Pemerataan Tenaga Kesehatan dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan; Peningkatan Kualitas dan Relevansi Pendidikan Menengah (Kejuruan); Perluasan Akses Ke Pendidikan Menengah Dan Tinggi. 2. Penanggulangan Kemiskinan dan Pengurangan Pengangguran, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat perdesaan, meliputi : Optimalisasi implementasi 4 (empat) Klaster Penanggulangan Kemiskinan secara terpadu dan menggunakan single data yang melibatkan pemerintah dan seluruh pihak terkait (misalnya memanfaatkan CSR); Efektivitas Pengalokasian Anggaran Pembangunan berbasis kewilayahan; Pemberdayaan dan Penguatan UMKMK (modal, kualitas produk, pemasaran); bappeda - 15

AGENDA RKPD PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2015 3. Peningkatan produktivitas dan nilai tambah pertanian dan energi melalui hilirisasi industri pengolahan yang berwawasan lingkungan, meliputi : Peningkatan Produksi melalui Intensifikasi Pertanian yang berwawasan lingkungan; Kontinuitas ketersediaan bahan mentah (baku); Tindaklanjut atas implementasi UU Minerba tentang larangan ekspor bahan mentah di tingkat daerah; 4. Optimalisasi hasil kajian pusat-pusat inovasi dan pengembangan daerah dalam menghasilkan keunggulan daerah yang sesuai dengan potensi khas daerah, meliputi : Peningkatan implementasi hasil kajian inovasi yang mempunyai daya ungkit peningkatan perekonomian; Peningkatan kualitas dan optimalisasi hasil kajian pusat-pusat inovasi yang berbasis SD lokal; bappeda - 16

AGENDA RKPD PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2015 5. Percepatan penanganan konflik lahan dan batas wilayah, meliputi : Optimalisasi pelaksanaan RAD Gangguan Keamanan Sumatera Selatan untuk penyelesaian konflik lahan; Penanganan Batas Wilayah BATAS WILAYAH YANG SUDAH DISELESAIKAN s.d. TAHUN 2013 No Segmen Panjang Jumlah (Km) Pilar 1 Ogan Ilir dengan Palembang 27 27 2 Muara Enim dengan Palembang 6 6 3 Banyuasin dengan Palembang 54 54 4 OKU dengan OKU Timur 105 105 5 Lahat dengan Empat Lawang 70 70 6 Musi Banyuasin dengan Musi Rawas 82 82 7 Musi Banyuasin dengan Musi Rawas Utara 83 83 8 Banyuasin dengan PALI 10 10 9 Prabumulih dengan PALI 10 10 bappeda - 17

BATAS WILAYAH YANG MASIH HARUS DISELESAIKAN No Segmen Panjang Sudah Belum Batas (Km) Selesai (Km) Selesai (Km) 1 Ogan Ilir dng Muara Enim 128 38 90 2 Ogan Ilir dng Banyuasin 27 7 20 3 OKI dng Banyuasin 214 202 12 4 Muara Enim dng Lahat 183 138 45 5 Muara Enim dng Prabumulih 117 20 97 6 Muara Enim dng Ogan Komering Ulu 143 113 30 7 Muara Enim dng Musi Rawas 35 0 35 8 Musi Banyuasin dng Banyuasin 299 198 101 9 Musi Rawas dng Empat Lawang 30 25 5 10 Lahat dng Musi Rawas 54 10 44 11 Lahat dng Pagar Alam 90 30 60 12 Lubuklinggau dng Musi Rawas 52 45 7 13 Ogan Ilir dng Ogan Komering Ulu 27 23 4 14 Ogan Ilir dng Ogan Komering Ilir 92 10 82 15 Ogan Ilir dng Prabumulih 7 0 7 16 Ogan Komering Ulu dng OKU Selatan 93 38 55 17 Banyuasin dng Muara Enim 70 10 60 18 OKU Timur dng OKU Selatan 28 26 2 19 Ogan Ilir dng OKU Timur 45 22 23 bappeda - 18

Permasalahan Pengembangan Industri Hilir KONTRIBUSI SEKTOR TERHADAP PEMBENTUKAN PDRB SUMATERA SELATAN (%) Lapangan Usaha 2010 2011 2012 1 Pertanian 17,7 17,2 16,6 2 Pertambangan dan Penggalian 21,7 22,5 21,3 3 Industri Pengolahan 22,0 20,6 20,1 1. Industri Migas 9,50 8,28 8,08 a. Pengilangan minyak bumi 9,50 8,28 8,08 b. Gas alam cair 0 0 0 2. Industri Bukan Migas 12,50 12,3 12,03 a. Makanan, minuman & tembakau 6,15 6,18 6,08 b. Tekstil, barang kulit & alas kaki 0.09 0,09 0,09 c. Barang kayu & hasil hutan lainnya 1,11 1,03 1,03 d. Kertas dan barang cetakan 0,01 0,01 0,01 e. Pupuk, kimia & barang dari karet 4,62 4,52 4,32 f. Semen & barang galian non logam 0,31 0,31 0,31 g. Logam dasar besi & baja 0,07 0,07 0,07 h. Alat angkutan, mesin & peralatannya 0,13 0,12 0,12 i. Barang lainnya 0 0 0 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,5 0,5 0,5 5 Bangunan 6,9 7,7 8,1 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 12,9 13,0 13,6 7 Pengangkutan dan Komunikasi 4,6 4,7 5,0 8 Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan 3,5 3,6 3,7 9 Jasa-Jasa 10,2 10,3 11,1 Total 100 100 100 bappeda - 19

Permasalahan Pengembangan Industri Hilir PERSOALAN KHUSUS HILIRISASI INDUSTRI Industri Berbasis Hasil Tambang Memerlukan teknologi tinggi dan energi besar (padat energi) Diperlukan skala besar agar dapat berproduksi lebih efisien Investasi di sektor pengolahan hasil tambang perlu biaya besar Perlu pasokan bahan baku jangka panjang Pemain baru sulit bersaing di pasar global yang bersifat captive Industri Pengolahan Hasil Pertanian Kebutuhan domestik untuk produk turunan relatif kecil terhadap ketersediaan bahan baku Pasar ekspor produk hilir lebih kompetitif Negara importir mengenakan tarif lebih tinggi pada produk hasil industri Margin laba pengolahan biasanya lebih rendah dari sektor hulu Industri Berbasis SDM & Pasar Domestik Kualitas SDM perlu ditingkatkan Mesin dan alat produksi relatif tertinggal Kemampuan product development sangat rendah sehingga tidak mampu menciptakan merk handal Ketergantungan tinggi pada bahan baku & bahan penolong impor. bappeda - 20

RAPAT KOORDINASI TEKNIS SKPD SESUAI DENGAN RANCANGAN RKP DAN RENSTRA K/L MENGACU PADA FOKUS DAN PRIORITAS ADA BERITA ACARA YANG DITANDATANGANI SKPD TEKNIS DAN BAPPEDA BAIK PROVINSI MAUPUN KAB/KOTA MENYEPAKATI : 1. KEPASTIAN DAN KETEPATAN JENIS DAN LOKASI KEGIATAN; 2. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN DENGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH 3. SHARING PEMBIAYAAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA 4. KEGIATAN YANG DIDANAI APBN 5. KEGIATAN YANG DIDUKUNG PIHAK KE-3 BAIK SWADAYA MASYARAKAT MAUPUN CSR bappeda - 21

OPTIMALISASI RAPAT KOORDINASI TEKNIS SKPD RAKORNIS KESEIMBANGAN WILAYAH PENGEMBANGAN POTENSI KHAS DAERAH KONSUMSI RT (UMKM) PERDAGANGAN ANTAR DAERAH INVESTASI GOVERNMENT SPENDING PERTUMBUHAN EKONOMI bappeda - 22

MENDONGKRAK PERTUMBUHAN EKONOMI Government Spending vs Daya Serap APBD bappeda - 23

Terima Kasih