Materi Inti 3 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter DESKRIPSI SINGKAT

dokumen-dokumen yang mirip
MATERI INTI 3 PENGENDALIAN KEJADIAN PENYAKIT DI KLOTER DESKRIPSI SINGKAT

VISITASI KE KLOTER I. DESKRIPSI SINGKAT

RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dalam lingkungan matra yang serba berubah. Matra adalah

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular

Frequent Ask & Questions (FAQ) MERS CoV untuk Masyarakat Umum

BAB III MEKANISME PEMBERIAN VAKSIN MENINGITIS BAGI CALON JEMAAH HAJI OLEH DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita

HASIL PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PENYELENGGARAAN ISTITHA AH KESEHATAN HAJI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROSEDUR TETAP (PROTAP) PEMERIKSAAN AKHIR KESEHATAN CALON JAMAAH HAJI I. PROSEDUR TETAP PENERIMAAN CJH

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 442/MENKES/SK/VI/2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI INDONESIA

SISTEM KOMPUTERISASI HAJI TERPADU BIDANG KESEHATAN

TETAP SEHAT saat IBADAH HAJI :1

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

HAJI SEHAT TETAP SAAT IBADAH


BAB I PENDAHULUAN. Ibadah haji merupakan ritual tahunan umat muslim yang dilaksanakan

ANALISIS POTENSI KESEHATAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI TAHUN 2016 PUSAT KESEHATAN HAJI SEKRETARIS JENDERAL - KEMENTERIAN KESEHATAN RI Disampaikan pada : Pembekalan

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR

Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/405/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

Penanggulangan Penyakit Menular

Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae.

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 TENTANG

BAB IV IMPLEMENTASI RANCANGAN LAYAR

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan nasional dapat

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU

PENCATATAN DAN PELAPORAN

LAPORAN KINERJA PUSAT KESEHATAN HAJI TAHUN ANGGARAN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

KEJADIAN LUAR BIASA. Sri Handayani

MAKALAH DENDA (DAM) HAJI DAN UMROH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Administrasi Haji dan Umrah. Dosen: Dr. H. Aden Rosadi. M.

2016, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor190, Tamba

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) : Siswa-siswa sekolah dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela Mampang, Mampang Prapatan

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR : 03 TAHUN 2018 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru

ISTITHAAH KESEHATAN DALAM PENYEMPURNAAN IBADAH HAJI

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

KESIAPSIAGAAN MENGAHADAPI MERS-CoV

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM HAJI TAHUN 2016 PUSKESMAS WONODADI

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT PUSKESMAS JURANGOMBO KOTA MAGELANG BAB I PENDAHULUAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.

IMPLEMENTASI APLIKASI TUNTUNAN IBADAH HAJI BERBASIS ANIMASI

TIPS & KESEHATAN HAJI-UMRAH. Oleh: dr. Trio Taufik

PEDOMAN KEWASPADAAN UNIVERSAL BAGI PETUGAS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini

BAB IV PELAYANAN JAMA AH HAJI PT. FATIMAH ZAHRA SEMARANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN

KLB Penyakit. Penyelidikan Epidemiologi. Sistem Pelaporan. Program Penanggulangan

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT KESEHATAN HAJI TAHUN 1436 H / 2015 M

Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa balita adalah masa emas tumbuh kembang anak. Peran orang tua dalam membesarkan anak menjadi bagian

Transkripsi:

DESKRIPSI SINGKAT Haji merupakan ibadah yang wajib dikerjakan sekali seumur hidup bagi setiap muslim dewasa yang mampu dipandang baik dari sisi ilmu, kesehatan fisik dan ataupun keuangan. Ibadah haji merupakan rukun Islam yang memerlukan suatu persyaratan (istitho ah). Hal ini berhubungan dengan kemungkinan jemaah haji menghadapi berbagai risiko sehingga perlu diketahui manajemen terhadap faktor-faktor risiko bagi jemaah haji di kloter. Salah satu tugas TKHI adalah melakukan pengelolaan faktor risiko jemaah haji di kloternya, mulai dari proses identifikasi faktor risiko, pemetaan, pemantauan, sampai ke pengendalian faktor risiko. Faktor risiko dapat berasal dari jemaah sendiri (internal), yaitu kondisi kesehatan/penyakit yang melekat pada jemaah yang dapat menjadi berat selama perjalanan ibadah haji. Dapat juga berasal dari lingkungan di luar jemaah (eksternal), seperti kemungkinan tertular penyakit, terpapar aktifitas fisik yang padat, kepadatan orang, iklim di Arab Saudi, dan lain sebagainya. Faktor risiko ini harus diwaspadai dan dikelola sebaik mungkin agar tidak muncul dan mengganggu kelancaran ibadah haji atau menyebabkan kematian. Dengan mempelajari modul ini peserta akan lebih memahami mengenai pengendalian kejadian penyakit (terutama penyakit menular), pengelolaan faktor risiko kesehatan secara terpadu dan Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 93

deteksi dini, tindakan segera serta langkah-langkah antisipasi yang diperlukan. Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 94

TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah sesi pembelajaran, peserta mampu memahami pengendalian kejadian penyakit di kloter. Tujuan Pembelajaran Khusus : Setelah mengikuti sesi ini peserta latih mampu menjelaskan : 1. Pengendalian kejadian penyakit (terutama penyakit menular). 2. Pengelolaan faktor risiko kesehatan secara terpadu. 3. Deteksi dini dan tindakan segera serta langkah-langkah antisipasi yang diperlukan. Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 95

POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN 1. Pengendalian kejadian penyakit (terutama penyakit menular) di kloter a. Penyakit Menular. b. Penyakit Degeneratif. 2. Pengelolaan faktor risiko kesehatan secara terpadu a. Faktor Risiko Internal. b. Faktor Risiko Eksternal. 3. Deteksi dini, dan tindakan segera serta langkah-langkah antisipasi yang diperlukan a. Deteksi dini. b. Tindakan segera. c. Langkah-langkah antisipasi. Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 96

BAHAN BELAJAR 1. Modul pengendalian kejadian penyakit di kloter. 2. Pedoman diskusi. 3. Tayangan cuplikan film. Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 97

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN Pengkondisian dan Apersepsi (10 menit) Langkah 1 : Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam serta memperkenalkan diri. Apabila diperlukan fasilitator dapat mengajak peserta melakukan kegiatan untuk penyegaran dan membangun suasana siap untuk belajar. Langkah 2 : Tampilkan atau sajikan suatu gambar atau keadaan atau apa saja yang berhubungan dengan topik materi dan kaitannya dengan pelatihan (apersepsi). Hal ini untuk memfokuskan perhatian peserta untuk terlibat menebak dan memahami apa sebenarnya yang akan di pelajari pada materi ini. Langkah 3 : Jelaskan pada peserta tentang topik-topik yang akan dibicarakan dalam sesi ini. Tanyakan pada peserta mengapa topiktopik ini penting untuk dibicarakan dan didiskusikan dan apa kaitannya dengan tugas dan fungsi keseharian peserta di tempat tugas. Jelaskan tujuan sesi dengan menggunakan slide presentasi. Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 98

Langkah 4 : POKOK BAHASAN 1 Jelaskan langkah-langkah dan aturan main proses pembelajaran materi ini (transaksi). Tanyakan pada peserta apakah setuju dengan transaksi tersebut atau ada usulan lain. Pengendalian Kejadian Penyakit (Terutama Penyakit Menular) Di Kloter Langkah 1 : Menjelaskan secara singkat tentang perlunya memahami tentang pengendalian kejadian penyakit di kloter (terutama penyakit menular) bagi petugas TKHI. Langkah 2 : Menjelaskan penyakit menular dan penyakit degeneratif. Langkah 3 : Meminta peserta melakukan diskusi kelompok sesuai pedoman diskusi yang ada. Langkah 4 : Merefleksikan hasil penugasan: Meminta pendapat dari beberapa peserta. Menyimpulkan refleksi dari hasil diskusi kelompok. Langkah 5 : Merangkum materi Pokok Bahasan 1. Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 99

POKOK BAHASAN 2 Pengelolaan Faktor Risiko Kesehatan Secara Terpadu Langkah 1 : Menjelaskan pengelolaan faktor risiko kesehatan secara terpadu. Langkah 2 : Meminta peserta melakukan diskusi tentang faktor-faktor risiko internal dan eksternal. Langkah 3 : Merefleksikan tiap kali selesai penugasan : Meminta pendapat dari beberapa peserta Menyimpulkan poin pembelajaran dari tugas-tugas tersebut Langkah 4 Merangkum materi Pokok Bahasan 2 POKOK BAHASAN 3 Deteksi Dini, Dan Tindakan Segera Serta Langkah-Langkah Antisipasi Yang Diperlukan Langkah 1 : Menjelaskan deteksi dini, dan tindakan segera serta langkah-langkah antisipasi yang diperlukan Langkah 2 : Meminta peserta melakukan diskusi tentang deteksi dini, tindakan segera dan langkahlangkah antisipasi. Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 100

Langkah 3 : Merefleksikan hasil penugasan: Meminta pendapat dari beberapa peserta. Menyimpulkan dari tugas tersebut. Langkah 4 Merangkum materi Pokok Bahasan 3. Menutup Proses Pembelajaran Langkah 1 : Melakukan evaluasi dengan cara memberikan beberapa pertanyaan untuk dijawab peserta. Langkah 2 : Meminta peserta menanyakan hal-hal yang kurang jelas sebelum menutup proses pembelajaran. Langkah 3 : Langkah 4 : Merangkum seluruh pokok bahasan dengan cara membandingkan seluruh tujuan pembelajaran khusus dengan hasil pokok bahasan. Menutup acara proses pembelajaran dengan memberikan apresiasi pada peserta dan mendoakan agar peserta dapat bertugas dengan sebaik-baiknya. Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 101

POKOK BAHASAN Pengendalian Kejadian Penyakit (Terutama Penyakit Menular) Di Kloter A. Penyakit Menular Penyakit menular menjadi salah satu masalah kesehatan bagi para calon jamaah haji. Penyakit tersebut terutama yang berkaitan dengan penularan melalui saluran pernafasan dalam bentuk droplet antara lain tuberkulosis, meningitis, influenza, flu burung, flu babi dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang ditularkan melalui saluran pencernaan antara lain kolera, tifus abdominalis, disentri, hepatitis dan poliomielitis. Selain itu perlu diwaspadai penyakit menular dari Afrika yang mungkin terbawa oleh jamaah Afrika melalui vektor, seperti demam kuning dan tifus bercak wabah. Beberapa penyakit infeksi yang mempunyai potensi tinggi terinfeksi dan berbahaya selama menunaikan ibadah haji antara lain adalah : 1) Meningitis Meningokokus Adanya calon jamaah haji yang berasal dari daerah yang endemis meningitis meningokokus merupakan sumber rantai penularan penyakit ini. Kepadatan yang terjadi selama menunaikan haji merupakan faktor risiko meningkatkan penularan penyakit meningitis meningokokus. Pemerintah Arab Saudi sejak tahun 1987 mewajibkan setiap calon jamaah haji atau yang melakukan umroh harus mendapatkan vaksinasi meningitis meningokokus. Namun pada musim haji 2000 dan 2001 terjadi KLB meningitis meningokokus dengan jumlah penderita masing-masing Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 102

1300 dan 1109 orang. Lebih dari 50% penderita di atas disebabkan oleh karena N. meningitidis serogroup W135. Terjadi perubahan pola penyebab penyakit. Sejak tahun 2001 pemerintah Arab Saudi sudah diperkenalkan vaksin meningitis kuadrivalen. Namun demikian disadari bahwa ada kemungkinan munculnya strain liar yang fatal. 2) ISPA dan Influenza ISPA merupakan proporsi penyakit terbesar (57%) pasien yang dirawat inap di RS Arab Saudi. Sementara data surveilans kesehatan haji Indonesia menunjukkan bahwa kasus ISPA (THT) merupakan yang terbanyak sebagai penyebab kunjungan ke sarana pelayanan kesehatan. Studi tentang pola penyakit menunjukkan bahwa H. Influenza, K pneumonia, dan S pneumosia merupakan penyebab utama kejadia ISPA. Influensa merupakan penyakit yang sangat menular dan ada di Arab Saudi. WHO menganjurkan bahwa calon jamaah usia lanjut atau risiko infeksi influenza tinggi disarankan untuk mendapatkan vaksinasi. Beberapa studi menunjukkan bahwa insidens penyakit ini tinggi selama musim haji. Seiring dengan meningkatnya kasus flue burung terutama dari beberapa daerah di Indonesia maka pengamatan dan pengenalan yang ketat terhadap gejala dan masa inkubasi harus dilakukan dengan baik terutama di embarkasi. 3) Polio Pemerintah Arab Saudi telah menyatakan bebas Polio sejak tahun 1995. Namun setelah terindentikasi kasus polio di Indonesia yang diduga dibawa dari Arab Saudi baik oleh Jamaah haji ataupun tenaga kerja wanita dari Arab Saudi, upaya lebih giat kini dilakukan untuk mencegah penularan penyakit ini. Kasus polio dibawa oleh jamaah haji yang berasal dari negara yang belum bebas polio. Saat ini pemerintah Arab Saudi mewajibkan setiap pengunjung berusia kurang 15 tahun harus menunjukkan sertifikat vaksinasi polio. Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 103

4) Diare Penyakit ini kerap menyerang jamaah haji Indonesia. Kloter embarkasi Solo pernah melaporkan kejadian luar biasa diare saat mau mendarat di debarkasi Solo. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan dan tingkat pengetahuan. Kebiasaan makan jajanan yang tidak terkontrol dan menyimpan makanan terlalu lama merupakan faktor risiko yang meningkatkan kejadian penyakit di atas. 5) Infeksi Melalui Cairan Tubuh Penyakit yang kerap terjadi melalui cairan tubuh adalah penyakit hepatitis B, C dan HIV. Di Mekkah potensi penularan ini dapat terjadi karena jamaah haji banyak berasal dari daerah yang endemis hepatitis. Cara penularan yang mudah dapat terjadi melalui cukur rambut yang tidak bersih yang dilakukan selama menunaikan ibadah haji. B. Penyakit degeneratif Perjalanan jauh dengan kondisi menderita penyakit kronis atau risiko tinggi harus memperhatikan tidak hanya ketersediaan obat yang selama ini digunakan, tetapi juga kesanggupan kegiatan fisik yang dikerjakan. Data kematian haji tahun 2013 menunjukkan bahwa sebagai besar kematian terjadi oleh karena penyakit kronis yang berhubungan dengan peningkatan aktifitas fisik, seperti penyakit jantung dan obstruksi paru kronis. Risiko meninggal pada kelompok umur di atas 70 tahun meningkat secara tajam (hampir 10 kali kelompok usia 50-60 tahun). Kematian yang terjadi di luar sarana pelayanan kesehatan cukup tinggi. Hampir 40% jamaah yang meninggal berada di luar sarana pelayanan kesehatan. Dari uraian di atas, mengingat pentingnya pengelolaan faktor risiko sebagai upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian jamaah haji, maka semua petugas TKHI kloter harus Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 104

mempunyai kemampuan melakukan identifikasi faktor risiko jamaah haji di kloternya. Hasil identifikasi menjadi dasar tindakan berikutnya berupa pemetaan faktor risiko jamaah, pemantauan lanjut (follow-up), pengendalian faktor risiko, termasuk juga kegiatan pembinaan dan promosi kesehatan. Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 105

POKOK BAHASAN Pengelolaan Faktor Risiko Kesehatan Secara Terpadu A. Faktor Risiko Internal Faktor risiko internal yang perlu diwaspadai dan diamati antara lain: Gangguan kesehatan/penyakit yang ada pada jamaah, seperti hipertensi, penyakit jantung, asma, PPOK, diabetes, stroke, dll. Perilaku yang potensial menimbulkan gangguan kesehatan, seperti kebiasaan merokok, menyimpan jatah makanan untuk dimakan di lain waktu (menunda makan), dll. Faktor risiko internal yang berupa gangguan kesehatan/penyakit dapat diketahui dari hasil pemeriksaan kesehatan 1 dan 2 yang terekam pada Buku Kesehatan Jamaah Haji (BKJH), dan hasil pemeriksaan kesehatan akhir di embarkasi yang dapat dilihat pada pramanifest kloter. Faktor risiko internal berupa perilaku dapat diketahui dengan pengamatan jamaah haji oleh TKHI kloter. B. Faktor Risiko Eksternal Prosesi haji sarat dengan kegiatan fisik yang harus dilaksanakan secara sempurna dengan waktu yang telah ditentukan di berbagai tempat sekitar kota Mekkah; meliputi : Tawaf (mengelilingi ka bah sebanyak tujuh kali, dengan arah berlawanan jarum jam, dimana ka bah berada di sisi kiri badan). Sai (berjalan sambil berlari kecil pulang balik sebanyak tujuh kali dari bukit Safa ke Mawa, yang berkisar 500 m sekali jalan). Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 106

Wukuf di Arafah selama satu hari (berangkat dari Mekkah sehari sebelum wukuf, dan tidur di bawah tenda pada malam sebelum wukuf). Bermalam di Musdalifah di ruang terbuka, beratapkan langit dan berlantai tanah yang dipenuhi dengan debu dan manusia yang sangat padat dan diselimuti cuaca dingin. Lontar Jumroh sekali sehari selama tiga hari. Perjalanan dari pemondokan ke Jamarat berjarak 2-5 km, sangat padat oleh jamaah yang lalu lalang, dan berdesakan saat melontar jumroh. Kegiatan di atas diperkirakan akan dapat menghabiskan 5 liter air dari tubuh setiap jamaah dan menghabiskan 20 gram garam dari proses keringat. Khususnya pada lelaki kegiatan di atas disempurnakan dengan cukur rambut, sementara wanita cukup dengan memotong beberapa helai rambut. Selama jamaah dalam pakaian ihram dikenakan beberapa larangan yang disebut dengan larangan ihram. Jamaah kemudian akan meneruskan perjalanan dengan melakukan ziarah ke Madinah dan khususnya jamaah haji dari Indonesia akan melakukan kegiatan Arbain yaitu sholat berjamaah empat puluh waktu (delapan hari) di Mesjid Nabawi. Selama berada di Madinah, para jamaah haji juga melakukan ziarah ke berbagai mesjid bersejarah. Perhelatan tahunan yang digelar di Mekkah dan dihadiri oleh muslimin dan muslimat dari berbagai penjuru dunia, pada waktu yang sama dan dalam tempat yang terbatas menyebabkan kepadatan yang sangat dan menimbulkan tantangan bagi kesehatan masyarakat. Jumlah penduduk kota Mekkah berkisar antara 200.000 orang yang meningkat secara drastis menjadi lebih dari 2 juta orang selama musim haji. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap ketersediaan air, makanan, dan fasilitas kesehatan tempat-tempat umum. Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 107

Risiko kesakitan akibat penyakit menular meningkat dengan berbagai pemaparan secara global. Musim haji tahun 2014 ini diperkirakan akan memasuki musim panas dimana suhu udara diatas rata-rata di Indonesia, bahkan dapat mencapai suhu diatas 40 o C. Hal ini juga akan menjadi faktor risiko kesakitan penyakit tidak menular meningkat dan ditambah dengan peningkatan aktifitas sehari-hari. Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 108

POKOK BAHASAN Deteksi Dini, Dan Tindakan Segera serta Langkah-Langkah Antisipasi yang Diperlukan A. Deteksi Dini Kita harus memahami bahwa diperlukan kajian secara terus menerus dan sistematis terhadap berbagai jenis penyakit berpotensi Kejadian Luar Biasa [KLB] di kloter. Tujuan kegiatan deteksi dini terutama untuk mengetahui potensi ancaman KLB. Sedangkan potensi yang dapat kita gunakan untuk menilai ini, kita pergunakan data yang bersumber dari surveilans terpadu penyakit dan jejaring surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB. Kemudian berdasarkan kajian epidemiologi tersebut, kita dapat merumuskan suatu peringatan kewaspadaan dini KLB di kloter dan pada periode waktu tertentu. Terdapat beberapa jenis kegiatan dalam usaha deteksi dini KLB. Peningkatan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan terhadap KLB, antara lain meliputi kegiatan : 1. Deteksi dini kondisi rentan KLB; 2. Deteksi dini KLB; 3. Pelaporan kewaspadaan KLB oleh Jamaah; 4. Kesiapsiagaan menghadapi KLB; 5. Tindakan penanggulangan KLB secara cepat dan tepat; 6. Advokasi dan asistensi penyelenggaraan SKD-KLB; 7. Pengembangan teknologi SKD KLB untuk penanggulangan KLB. B. Tindakan Segera Upaya Pencegahan dan Penanggulangan KLB Penyakit Menular dan Keracunan merupakan serangkaian kegiatan Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 109

yang bertujuan untuk mencegah terjadinya suatu KLB penyakit menular dan keracunan, dan apabila terjadi KLB, maka KLB dapat terdeteksi dini dan diikuti dengan respon penanggulangan KLB sehingga jumlah penderita dan kematian minimal serta KLB dapat ditanggulangi. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan KLB Penyakit Menular dan Keracunan bagi Jamaah Haji terdiri dari : 1. Sistem Kewaspadaan Dini dan respon KLB. 2. Upaya pencegahan risiko KLB dengan melaksanakan imunisasi dan peningkatan daya tahan jamaah haji, pengendalian faktor risiko lingkungan dan perilaku jamaah haji. 3. Penanggulangan KLB. C. Langkah-langkah Antisipasi 1. Meningkatkan upaya promosi kesehatan kepada masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), terutama dalam hal penggunaan air bersih; cuci tangan dengan air bersih dan sabun; penggunaan jamban sehat, pemberantasan jentik di lingkungan sekitar; konsumsi buah dan sayur setiap hari; beraktivitas fisik setiap hari; membuang sampah pada tempatnya; tidak meludah sembarangan; serta penggunaan alat pelindung diri (misalnya memakai masker dan paying bila melakukan kegiatan diluar, dll). 2. Berkoordinasi dengan sektor setempat agar sektor ikut berperan juga menyampaikan pesan-pesan kesehatan ke para jamaah. 3. Meningkatkan kewaspadaan dini peningkatan penyakit dengan surveilans melalui sarana yang tersedia bila ada indikasi KLB segera lapor ke sector. 4. Meningkatkan pengawasan faktor risiko Iingkungan 5. Memantau logistik air disetiap pondokan. 6. Menyiapkan obat dan alat kesehatan yang memadai di kloter. Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 110

7. Berkoordinasi dengan sektor dan petugas lainnya untuk melakukan langkah-langkah antisipasi sesuai dengan situasi dan kebutuhan setempat. Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 111

REFERENSI Kemenkes RI, 2014. Bahan Bacaan Peserta Pelatihan Tim Kesehatan Haji. Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 112