BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

Deni Wahyudi Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) UNIVERSITAS UDAYANA DIPATUHI ATAU DIABAIKAN?

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

Upaya Pengendalian Tembakau di Indonesia. Oleh Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dari TCSC (Tobacco Control Support Center) IAKMI (Ikatan Ahli. penyakit tidak menular antara lain kebiasaan merokok.

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

INDIKATOR KESEHATAN SDGs DI INDONESIA Dra. Hj. Ermalena MHS Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Disampaikan dalam Diskusi Panel Pengendalian Tembakau dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PETA JALAN PENGENDALIAN DAMPAK KONSUMSI ROKOK BAGI KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

Dukungan Masyarakat Terhadap Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat merugikan. kesehatan baik si perokok itu sendiri maupun orang lain di sekelilingnya.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan tembakau bertanggungjawab terhadap sebagian besar kematian di seluruh dunia.

ROKOK : KEMUBAZIRAN DAN UPAYA PENGENDALIANNYA DI KALANGAN SANTRI. Salahuddin Wahid Pengasuh Pesantren Tebuireng

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya adalah perubahan yang terus-menerus yang merupakan kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

SURVEI NASIONAL Penilaian Implementasi Peringatan Kesehatan Bergambar di Indonesia tahun 2015 Kerjasama :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

-1- PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PETA JALAN PENGENDALIAN DAMPAK KONSUMSI ROKOK BAGI KESEHATAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN. pandang, gaya hidup dan budaya suatu masyarakat, bahkan perseorangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

PRAKTIK CERDAS PEMANFAATAN PAJAK ROKOK DIPROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang

Peran Masyarakat Sipil dalam Mendorong Peningkatan Cukai Rokok

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah perilaku yang tidak asing ditemukan di kehidupan seharihari,

Kebijakan Peringatan Kesehatan Bergambar Pada Bungkus Rokok

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain, bahkan merokok dapat menyebabkan kematian. Laporan dari World

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan tentang cara penanganan yang tepat. Bagi beberapa pria dan wanita di

BAB I PENDAHULUAN. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat masih sulit untuk dihentikan (Imasar, 2008 cit Puryanto,

BAB I PENDAHULUAN. Mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya menyebabkan

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

IMPLEMENTASI PERATURAN KAWASAN TANPA ROKOK DI UNIVERSITAS UDAYANA

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur OLEH :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi masalah triple burden diseases. Di satu sisi, penyakit menular masih menjadi masalah ditandai dengan masih sering terjadi KLB beberapa penyakit menular tertentu, munculnya kembali beberapa penyakit menular lama, serta munculnya penyakit-penyakit menular baru. Di sisi lain, Penyakit Tidak Menular (PTM) menunjukkan adanya kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI, 2012a). Di dunia, PTM merupakan penyebab utama kematian, laporan dari WHO menunjukkan penyakit tidak menular membunuh 38 juta orang setiap tahun, dimana sekitar 28 juta dari kematian tersebut terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2015a). Sedangkan di Indonesia, pada tahun 2008 terdapat 582.300 laki-laki dan 481.700 perempuan yang meninggal karena PTM. Selama tahun 1995 hingga 2007 di Indonesia proporsi penyakit menular telah menurun sepertiganya, akan tetapi proporsi penyakit tidak menular telah meningkat setengahnya (Kemenkes RI, 2012a). Ada 4 faktor resiko yang meningkatkan terjadinya kematian akibat penyakit tidak menular yang bisa dicegah, yaitu mengonsumsi rokok, kurang aktivitas fisik, diet yang tidak sehat, dan penggunaan alkohol. Dari keempat faktor tersebut, konsumsi rokok merupakan faktor yang paling tinggi yang dapat meningkatkan terjadinya kematian akibat penyakit tidak menular (WHO, 2015a). 1

2 Epidemi tembakau adalah salah satu ancaman terbesar kesehatan masyarakat dunia yang pernah dihadapi, dimana permasalahan terkait rokok belum bisa terselesaikan hingga saat ini. Mengonsumsi rokok adalah pembunuh nomor satu yang dapat dicegah didunia. Mengonsumsi rokok dapat membunuh sekitar 6 juta orang per tahun, dimana lebih dari 5 juta kematian tersebut adalah akibat dari mengonsumsi rokok secara langsung, sementara lebih dari 600.000 kematian terjadi pada orang yang bukan perokok akibat terpapar Asap Rokok Orang Lain (AROL) (WHO, 2015b). Di Indonesia sendiri total kematian akibat konsumsi rokok mencapai 190.260 (100.680 laki-laki dan 50.520 wanita) atau 12,7% dari total kematian pada tahun 2010. 50% dari orang yang terkena penyakit terkait rokok mengalami kematian dini. Penyebab kematian terbanyak adalah penyakit stroke, jantung koroner, serta kanker trakhea, bronkhus, dan paru (TCSC-IAKMI, 2013). Ada lebih dari 4000 zat kimia dalam rokok, dimana sedikitnya 250 dari zat tersebut diketahui berbahaya dan lebih dari 50 zat diketahui dapat menyebabkan kanker. Pada orang dewasa, terpapar asap rokok akan menyebabkan penyakit kardiovaskuler dan pernapasan serius, termasuk penyakit jantung koroner dan kanker paru. Pada bayi dapat menyebabkan kematian tiba-tiba dan pada ibu hamil menyebabkan bayi lahir rendah (WHO, 2015b). Pada tahun 2010, diperkirakan 384.058 orang (237.167 laki-laki dan 146.881 wanita) di Indonesia menderita penyakit terkait konsumsi tembakau. (TCSC-IAKMI, 2013). Merokok saat ini sudah melanda berbagai kalangan, dari orang tua sampai anak-anak, laki-laki maupun perempuan. Menurut Global Adult Tobacco Survey, dari 22 negara yang disurvey, ada 879 juta orang dewasa yang merokok (721 juta lakilaki dan 158 juta perempuan), dimana Indonesia menempati urutan pertama prevalensi perokok pada laki-laki yaitu sebesar 67% atau sekitar 58 juta laki-laki dan

3 57% diantaranya mengonsumsi rokok setiap hari. Sedangkan untuk prevalensi perokok pada perempuan di Indonesia sebesar 4% atau sekitar 3,8 juta perempuan dan 3% diantaranya mengonsumsi rokok setiap hari (WHO, 2015c). Usia pertama kali mulai merokok terutama pada kalangan remaja cenderung mengalami peningkatan. Menurut Global Youth Tobacco Survey, selama kurun waktu 3 tahun yaitu tahun 2006-2009 terjadi peningkatan dua kali lipat remaja yang merokok (Kemenkes RI, 2011a). Pada tahun 2013, usia pertama kali merokok setiap hari di Indonesia terbanyak berada pada usia SMP dan SMA pada kelompok umur 15-19 tahun yaitu sebesar 50% dan terbanyak kedua pada usia Perguruan Tinggi pada kelompok umur 20-24 tahun yaitu 27%. Sedangkan proporsi perokok aktif setiap hari pada umur 15-19 tahun yaitu sebesar 11,2% dan pada umur 20-24 tahun sebesar 27,7% di Indonesia (Kemenkes RI, 2013a). Sementara di Bali sendiri proporsi umur mulai merokok terbanyak juga berada pada usia SMP dan SMA pada kelompok umur 15-19 tahun sebesar 48,6% dan terbanyak kedua juga pada usia Perguruan Tinggi pada kelompok umur 20-24 tahun yaitu sebesar 30% (Kemenkes RI, 2013b). Guna menghadapi permasalahan epidemi tembakau tersebut, WHO menyarankan 6 langkah-langkah pengendalian tembakau dan kematian yang disebut dengan strategi MPOWER, yaitu Monitor penggunaan tembakau dan pencegahannya, Perlindungan terhadap asap tembakau, Optimalkan dukungan untuk berhenti merokok, Waspadakan masyarakat akan bahaya tembakau, Eliminasi iklan, promosi, dan sponsor terkait tembakau, dan Raih kenaikan cukai tembakau (TCSC- IAKMI, 2012). Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk dapat menerapkan peraturan dan perundangan pengendalian tembakau yang terintegrasi yang tercakup dalam strategi MPOWER tersebut. Sejalan dengan hal itu, sebagai bentuk

4 penanggulangan masalah yang ditimbulkan terkait perilaku merokok dan jumlah perokok yang semakin meningkat, Kemenkes RI mengharapkan setiap daerah mengembangkan kebijakan kawasan tanpa rokok sesuai dengan yang terdapat dalam UU nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan yaitu pada pasal 113 mengenai pengamanan zat adiktif, dimana rokok termasuk kedalam zat adiktif (Kemenkes RI, 2009). Penetapan kawasan tanpa rokok ini sebagai perwujudan dari penerapan bentuk perlindungan terhadap asap rokok, eliminasi iklan, promosi, dan sponsor terkait tembakau yang termasuk dalam strategi pengendalian tembakau dan kematian yang direkomendasikan oleh WHO. Mengacu kepada undang-undang tersebut, pemerintah Provinsi Bali telah menetapkan Peraturan Daerah no. 10 tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Peraturan Daerah Kota Denpasar no. 7 tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Dalam perda tersebut ada 7 kawasan yang termasuk dalam KTR, meliputi sarana kesehatan, tempat belajar mengajar, area bermain anak, tempat umum, tempat kerja, tempat ibadah, dan angkutan umum. Tempat proses belajar mengajar yang dimaksud meliputi sekolah, perguruan tinggi, balai pendidikan dan pelatihan, balai latihan kerja, bimbingan belajar, dan tempat kursus (Pemprov Bali, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Bali Tobacco Control Initiative (BTCI), dari 7 kawasan yang telah ditetapkan dalam perda KTR angka kepatuhannya yang terendah berada pada kawasan tempat umum dan kepatuhan tertinggi berada pada kawasan tempat anak bermain. Kepatuhan di tempat proses belajar mengajar sebesar 83,2% sudah mencapai target yang telah ditetapkan (BTCI, 2015). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prabandari, dkk (2009), penerapan kampus bebas rokok terbukti sebagai salah satu metode yang efektif untuk pengendalian rokok dan menurunkan jumlah perokok. Namun dalam penelitian yang

5 dilakukan Nasyuruddin (2013), implementasi kawasan tanpa rokok di sekolah belum berjalan optimal. Hal ini dibuktikan dengan masih ditemukannya pelanggaran, pengetahuan yang kurang, sumber daya yang kurang mendukung, proses sosialisasi yang tidak optimal, belum ada SOP, komitmen sekolah yang kurang dan tidak adanya bimbingan dan pengawasan yang menyebabkan implementasi kawasan tanpa rokok menjadi tidak berjalan efektif. Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh Efraldo (2014), mengenai implementasi peraturan daerah tentang kawasan tanpa rokok, didapatkan hasil bahwa pimpinan (dekan) belum mengetahui aturan mengenai kewajiban yang harus dilakukan olehnya, belum ada tanda larangan merokok, kurangnya peran aktif dari masyarakat yang ada di kampus untuk menegur atau mengingatkan orang yang merokok di dalam lingkungan kampus, masih ada dosen dan mahasiswa yang kurang mendukung penerapan kawasan tanpa rokok, serta kantin di lingkungan kampus yang masih menjual rokok. Dari hasil-hasil penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa proses implementasi perda kawasan tanpa rokok ini masih belum optimal. Universitas Udayana merupakan salah satu perguruan tinggi negeri di Bali, Universitas Udayana juga telah memiliki peraturan yang dikeluarkan oleh Rektor no. 01/UN.14/HK/2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok Universitas Udayana yang mulai berlaku sejak 8 Mei 2015, dimana seharusnya sudah dapat menerapkan peraturan ini dengan baik. Namun, pada kenyataannya, peraturan ini belum dapat diterapkan secara optimal. Dari hasil pengamatan awal ditemukan masih terlihat beberapa pelanggaran-pelanggaran yang terjadi, seperti pengamatan yang dilakukan di Fakultas Kedokteran masih terlihat pegawai yang merokok di bale dekat tempat parkir. Selain itu di Fakultas Teknik di area kantin juga terlihat beberapa mahasiswa

6 yang merokok. Mobil distributor rokok juga dengan bebas masuk ke dalam kampus dan di koperasi juga masih menjual rokok. Selain itu, perguruan tinggi merupakan garda terdepan yang salah satu tujuannya untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak para generasi muda dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Kemenhum dan HAM, 2012). Oleh karena itu, pentingnya bagi semua tempat proses belajar mengajar agar dapat menerapkan dan melaksanakan KTR ini dengan baik. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian terhadap implementasi perda KTR di Universitas Udayana. 1.2 Rumusan Masalah Saat ini permasalahan terkait tembakau seperti perilaku merokok sudah menjadi epidemi yang harus mendapat perhatian serius dan segera dicari upaya penanggulangannya. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menanggulangi permasalahan tersebut. Salah satu tempat yang penting perlu mendapat perhatian adalah perguruan tinggi yang merupakan garda terdepan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak para generasi muda. Perguruan tinggi juga merupakan kombinasi antara tempat kerja bagi pegawai dan dosen serta sebagai tempat proses belajar mengajar, dimana antara tempat kerja dan tempat proses belajar mengajar pemberlakuan perda KTR ini terdapat perbedaan. Pada tempat kerja tidak diwajibkan memberlakukan 100% KTR seperti di tempat proses belajar mengajar, sehingga masih ada ketimpangan dalam penerapannya. Selain itu, mobilisasi mahasiswa yang cukup tinggi dan latar belakang perilaku merokok pada mahasiswa yang dibawa sejak SMA tentu saja berbeda yang tentunya akan berdampak pada proses implementasi KTR ini. Apalagi perda KTR ini telah berlaku sejak tahun 2011, namun dalam pengamatan terlihat jika masih terdapat

7 banyak pelanggaran dalam implementasinya seperti masih adanya pegawai dan mahasiswa yang merokok di dalam lingkungan kampus serta kesadaran yang kurang untuk menegur dan melaporkan pelanggaran yang terjadi. Sehingga penting bagi perguruan tinggi untuk menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dibuat pertanyaan penelitiannya yaitu bagaimana implementasi Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Universitas Udayana Tahun 2016? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Universitas Udayana Tahun 2016.

8 1.4.2 Tujuan Khusus 1.4.2.1 Mengetahui kepatuhan dalam implementasi peraturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Universitas Udayana. 1.4.2.2 Mengetahui gambaran pengetahuan kelompok sasaran terkait Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Universitas Udayana. 1.4.2.3 Mengetahui dukungan kelompok sasaran dalam implementasi peraturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Universitas Udayana. 1.4.2.4 Mengetahui hambatan dalam implementasi peraturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Universitas Udayana. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pembuat kebijakan mengenai proses pelaksanaan, pengawasan serta evaluasi dari kebijakan sehingga kebijakan dapat berjalan optimal dan memberi manfaat sesuai tujuan pembentukannya. Sebagai masukan untuk Universitas Udayana mengenai pengembangan strategi dalam proses implementasi suatu kebijakan. Selain itu bagi masyarakat dapat dijadikan bahan masukan dan pengetahuan sebagai tindakan pencegahan dan pengawasan terhadap perilaku merokok di lingkungan sekitarnya yang dapat membahayakan kesehatan dan juga penerapan perda KTR. 1.5.2 Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang implementasi penerapan perda KTR di perguruan tinggi. Selain itu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian selanjutnya.

9 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang keilmuan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan khususnya mengenai implementasi Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Udayana tahun 2016.