NILAI TAMBAH DAN PROFITABILITAS KOMODITAS KELAPA DI KABUPATEN NATUNA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

BAB I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sentra bisnis yang menggiurkan. Terlebih produk-produk tanaman

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

ANALISIS PENDAPATAN DAN TITIK IMPAS AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangasih Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Abstrak

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

Arie Bororing Dosen Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Indonesia ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

226 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

III. METODE PENELITIAN. banyak membahas mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO

SOCIETA IV - 1 : 48 53, Juni 2015 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangangin Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis)

ANALISIS AGROINDUSTRI GULA KELAPA (SuatuKasus di Desa Sukamulya Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis) Abstrak

METODE PENELITIAN. dijelaskan dan dianalisis. Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena dalam

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI GULA SEMUT (Studi Kasus pada Perajin Gula Semut di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA PANERUSAN KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

IV. METODE PENELITIAN

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK (STUDI KASUS: BATANG KILAT KOTA MEDAN PROPINSI SUMATERA UTARA)

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

METODE PENELITIAN. deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif,

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAYAM CABUT (AMARANTHUS TRICOLOR) SECARA MONOKULTUR DI LAHAN PEKARANGAN

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif.

ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT DI KECAMATAN NAGAWUTUNG KABUPATEN LEMBATA

ANALISIS PENDAPATAN RUMAH TANGGA DARI TANAMAN KELAPA DI DESA REBO KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Bantar Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Usaha perkebunan rakyat adalah usaha tanaman perkebunan yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau

METODE PENELITIAN. Komparatif Usaha Tambak Udang Pada Musim Hujan Dan Kemarau Di Desa

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI KELAPA DALAM DI KECAMATAN TUNGKAL ILIR KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT JURNAL FEBRIANTIKA FITRI

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

ABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI

ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

PENDAHULUAN. Nurmedika 1, Marhawati M 2, Max Nur Alam 2 ABSTRACT

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012 ABSTRAK

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Kecamatan Langensari Kota Banjar) Abstrak

I. PENDAHULUAN. sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatera Utara (BPS Aceh 2012). penduduk. Areal tanaman kelapa di Provinsi Aceh pada tahun 2004 seluas

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI DESA NEGARATENGAH KECAMATAN CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA

I. PENDAHULUAN. menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Sektor pertanian tidak hanya sebagai

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

22 Siti Masithoh et al Pemanfaatan lahan pekarangan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH DI DESA TAGAWITI KECAMATAN ILE APE KABUPATEN LEMBATA

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Rumah tangga petani di Kecamatan Bandungan sebagian besar bergantung

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 1 Mahasiswa 2 Pembimbing Utama 3 Pembimbing Pendamping

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA JALATUNDA KECAMATAN MANDIRAJA ABSTRAK

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Transkripsi:

NILAI TAMBAH DAN PROFITABILITAS KOMODITAS KELAPA DI KABUPATEN NATUNA Oleh *)Supanji Setyawan (UNTIDAR) *) Endang Purwanti (UGM) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menemukan: (1) pendapatan dari kelapa, kopra, dan minyak kelapa murni; (2) kontribusi kelapa, kopra, dan kelapa pendapatan minyak virgin untuk rumah tangga petani pendapatan ini, (3) nilai tambah kopra dan Virgin Coconut Oil (4) profitabilitas kelapa, kopra dan minyak kelapa murni.penelitian ini dilakukan di Kabupaten Natuna pada periode panen 2014. Lokasi penelitian ini dipilih secara purposive sampling, dimana para petani yang menjadi sampel di tingkat desa dipilih secara simple random sampling. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan untuk menghindari selevtion subjektif dari sampel. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara langsung dengan memanfaatkan kuesioner. Untuk mengetahui pendapatan kelapa, kopra, minyak kelapa murni, dan pendapatan petani rumah tangga, metode pendekatan pendapatan digunakan.hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) pendapatan rata-rata kelapa IDR1.756.464, pendapatan rata-rata kopra adalah Rp 4.187.636, pendapatan rata-rata minyak kelapa murni wasidr 7.478.720; (2) kelapa memberikan kontribusi terhadap total incme rumah tangga petani adalah 13,22%, 23,84% kopra adalah, dan virgin coconut oilwas 37,12% jika dibandingkan dengan pendapatan dari kontribusi pertanian dan non pertanian; (3) pengolahan kelapa menjadi kopra yang memberikan nilai tambah yang kecil sekitar Rp 365 per kg kopra dan pengolahan kelapa menjadi minyak kelapa murni yang memberikan nilai tambah sekitar Rp 952 per liter di lokasi penelitian; (4) rata-rata efficiencycoconut bisnis adalah 1,33, kopra adalah 1,10, dan minyak kelapa murni adalah 1,34. Kata kunci: Kelapa, Kopra, VCO, Pendapatan, Kontribusi, Pertambahan Nilai, Profitabilitas, 75

PENDAHULUAN Tanaman perkebunan merupakan salah satu tanaman yang prosfektif untuk dikembangkan di Kabupaten Natuna. Letak geografis dengan iklim tropis dan memiliki wilayah yang cukup luas menjadikan Kabupaten Natuna merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan tanaman perkebunan.dengan potensinya, baik berupa lahan maupun sumber daya petani yang dimiliki pembangunan komoditas perkebunan bisa menjadi jembatan untuk terus meningkatkan kesejahteraan masyarakat Natuna. Tanaman perkebunan yang dikembangkan di Kabupaten Natuna diantaranya adalah : kelapa, cengkeh, karet, lada, pinang. Tanaman kelapa memiliki arti penting bagi masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari luas penanaman kelapa pada tahun 2014 yang mencapai 74,15% dari total luas lahan perkebunan yang terdapat di Kabupaten Natuna.Potensi tanaman kelapa semestinya mampu mengembangkan ekonomi masyarakat, baik dalam bentuk peningkatan pendapatan maupun penciptaan lapangan kerja di daerah. Diharapkan kehidupan petani komoditas kelapa akan lebih sejahtera. Namun potensi yang ada masih belum mampu memberikan hasil yang maksimal. Pengelolaan usahatani kelapa di Kabupaten Natuna dilakukan secara sederhana dengan penerapan teknologi budidaya yang terbatas.luas perkebunan kelapa di Kabupaten Natuna mencapai 14.006 Ha dengan produksi sebanyak 6.019 ton, dan rerata produksi 679 kg per hektar. Hasil ini masih jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan potensi kelapa dalam yang mampu menghasilkan 2,0 ton per hektar per tahun setara kopra. Salah satu penyebabnya adalah banyakknya tanaman yang sudah tua dan rusak terserang hama penyakit. Harga jual kelapa dan kopra yang rendah merupakan penyebab petani malas melakukan peremajaan pada tanaman kelapa. Hasil panen kelapa dapat dikonsumsi dalam kondisi segar (kelapa butir) untuk keperluan sehari-hari. Disamping itu beberapa kelompok masyarakat melakukan pengolahan kopra, dan VCO, dengan bahan baku kelapa butir. Pengolahan kopra, dan VCO memiliki nilai tambahyang bertujuan untuk meningkatkan keuntungan yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani kelapa. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pendapatan usahatani kelapa, kopra, dan VCO; (2) mengetahui kontribusi usahatani kelapa, kopra, dan VCO terhadap pendapatan rumahtangga petani; (3) mengetahui nilai tambah pengolahan kopra, dan VCO; (3) mengetahui tingkat profitabilitas usahatani kelapa, kopra, dan VCO. METODELOGI PENELITIAN Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis, yakni suatu metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu set objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas pada masa sekarang. Daerah sampel penelitian ditentukan secara sengaja (purposive sampling) yakni di Kecamatan Bunguran Timur, Bunguran Timur Laut, Bunguran Selatan, dan Bunguran Utara. Pengambilan data panen dan produksi adalah pada periode tahun 2014. Penentuan daerah penelitian berdasarkan 76

pertimbangan bahwa kecamatan tersebut merupakan daerah sentra penanaman kelapa, yang memiliki luas lahan dan produksi kelapa yang tertinggi di masing-masing wilayah. Pengambilan sampel petani diambil secara acak dan proporsional, sebanyak 60 petani sampel. Analisis Data 1. Pd = TR - TC eksplisit Keterangan : Pd = Pendapatan usahatani TR = Total penerimaan usahatani TCeksplisit = Total biaya eksplisit usahatani TR = Py x Y Keterangan : TR = Total penerimaan Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga Y 2. Kontribusi kelapa, kopra, dan VCO Kontribusi = Pendapatan Usahatani Kelapa x 100% Pendapatan Rumah Tangga Petani Adapun kriteria ukuran kontribusi pendapatan petani dibagi menjadi empat yaitu : a. Kurang dari 25%, kontribusi usaha pada pendapatan total rumah tangga relatif kecil. b. 25% - 49%, kontribusi usaha pada pendapatan total rumah tangga cukup besar. c. 50% - 74%, kontribusi usaha pada pendapatan total rumah tangga besar. d. Lebih dari 75%, kontribusi usaha pada pendapatan total rumah tangga sangat besar. 3. Perhitungan nilai tambah menggunakan metode Hayami dimana nilai tambah diperoleh dengan menggunakan rumus : Nilai tambah = nilai produk nilai bahan baku nilai input tambahan. 4. Perhitungan profitabilitas adalah dengan menghitung keuntungan yang diperoleh usahatani kelapa, kopra, dan VCO menggunakan rumus π = TR - TC (eksplisit+implisit) Keterangan: π = Keuntuungan TR = Penerimaan total TC eksplisit+implisit = Biaya total eksplisit + implisit Efisiensi usahatani dihitung dengan menggunakan rumus : R/C = Total Penerimaaan (R Total biaya (C) Produktivitas modal dihitung dengan menggunakan rumus : π/c = Keuntungan Total Biaya 77

HASIL DAN PEMBAHASAN Subsektor perkebunan yang berkembang di Kabupaten Natuna adalah perkebunan rakyat. Jenis komoditi perkebunan yang dibudidayakan diantaranya adalah kelapa, cengkeh, karet, lada, kopi, pinang. Tanaman perkebunan yang paling luas dibudidayakan adalah kelapa. Pendapatan usaha tani kelapa dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah luas lahan yang dikelola oleh petani. Semakin luas areal yang dikelola petani kelapa maka semakin tinggi pula produksi yang diperoleh. Status lahan dilokasi penelitian adalah hak milik sehingga petani tidak perlu mengeluarkan biaya sewa. Tabel 1. Distribusi Petani Menurut Luas Lahan Luas Areal Banyaknya Petani Persentase Jumlah Kelapa Kopra VCO (%) < 1 4 5 2 11 18,33 1-1.9 16 4 7 27 45 2-2.9 7 2 2 11 18,33 3-3.9 2 1 2 5 8,33 4 1 3 2 6 10 Jumlah Responden 30 15 15 60 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2014 Sebagian besar petani memiliki lahan kelapa seluas 1 1,9 hektar, yakni 45%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas lahan minimum yang dimiliki petani adalah 0,8 hektar, sedangkan luas lahan maksimum yang dikuasai petani adalah 6 hektar Populasi Kelapa Populasi kelapa adalah jumlah tanaman kelapa yang ditanam pada areal seluas satu hektar. Populasi kelapa per hektar di lokasi penelitian berkisar 51 100 pohon, sebanyak 56,67%. Jumlah pohon maksimal adalah 160 dan populasi minimal adalah 49 pohon. Distribusi petani menurut populas tanaman per hektar dapat dilihat pada tabel 2. Tabel.2. Distribusi Petani Menurut Populasi Kelapa per Hektar Jumlah Tanaman Kategori Petani Persentase Jumlah per Hektar Kelapa Butir Kopra VCO (%) 50 1 0 0 1 1,67 51-100 12 11 11 34 56,67 101 150 16 4 4 24 40 > 150 1 0 0 1 1,67 Jumlah Responden 30 15 15 60 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2014 78

Umur Tanaman Kelapa Pada pertumbuhan yang optimal tanaman kelapa yang terdapat di lokasi penelitian rata-rata mulai dipanen setelah umur 7 8 tahun. Produksi akan terus meningkat sampai tanaman kelapa berumur 30-35 tahun. Setelah berumur 35 tahun produksi berangsur-angsur menurun, dan produksi mulai merosot setelah tanaman berumur 60 tahun. Produktivitas tanaman kelapa selain ditentukan oleh umur tanaman juga sangat dipengaruhi teknik budidaya yang dilakukan, seperti pemeliharaan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit.. Distribusi petani menurut umur tanaman dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi Petani Menurut Umur Tanaman Kelapa Umur Kategori Petani Persentase Jumlah Tanaman Kelapa Kopra VCO (%) < 8 135 145 120 400 3,32 9-60 4.588 2.238 2.650 9.476 78,68 > 60 1.125 643 400 2.168 18 Sumber : Analisis Data Primer, 2014 Produktivitas kelapa adalah potensi hasil yang dimiliki tanaman kelapa per hektar per tahun. Rerata produktivitas tanaman kelapa di lokasi penelitian tergolong rendah, yakni 2.105 butir per hektar Hal ini dikarenakan banyaknya tanaman yang telah tua dan penerapan teknik budidaya yang tidak optimal. Petani enggan melakukan peremajaan dan pemupukan tanaman disebabkan rendahnya harga jual kelapa dan ketaakutan tidak memperoleh pendapatan jika dilakukan peremajaan. Disamping itu walaupun tanpa pemupukan tanaman kelapa masih tetap menghasilkan. Biaya Produksi Biaya merupakan pengorbanan yang harus dikeluarkan untuk memperoleh suatu tujuan. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh usahatani. Rerata biaya produksi komoditas kelapa dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Rerata Biaya Produksi Komoditas Kelapa di Kabupaten Natuna Uraian Kategori Petani Kelapa Kopra VCO - Penyusutan alat 51.763 113.667 396.667 - Pajak 31.333 42.000 37.333 - Pestisida 130.667 173.467 170.333 - Pembelian bahan baku 1.435.207 1.919.747 - Biaya input lain 168.793 - Tenaga kerja 165.333 676.333 2.269.000 - Biaya transportasi 51.667 51.170 21.684 Jumlah biaya 430.763 2.491.844 4.983.557 Sumber: Analisis Data Primer, 2014. 79

Komponen biaya terbesar pada komoditas kelapa adalah biaya variabel. Hal ini dikarenakan pada biaya variabel terdapat komponen tenaga kerja, pembelian bahan baku, dan pestisida. Komponen biaya tetap terbesar dalam penelitian ini adalah biaya penyusutan peralatan. Biaya penyusutan peralatan paling besar adalah dari pengolahan VCO. Hal ini dikarenakan pembuatan VCO membutuhkan peralatan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan proses pengolahan kopra. Penerimaan dan Pendapatan Penerimaan merupakan hasil dari perkalian jumlah produksi dan harga. Pendapatan usahatani kelapa butir diperoleh dengan memperhitungkan penerimaan dan biaya-biaya yang dikeluarkan. Rerata harga jual kelapa adalah Rp.750,00 per butir, kopra Rp. 3500,00 per kg, dan VCO Rp.18.000,00 per liter. Tabel 5. Rerata Penerimaan dan Pendapatan Komoditas Kelapa di Kabupaten Natuna Uraian Kategori Petani Kelapa Kopra VCO Produksi (butir/kg/ltr) 3.035 1.908,8 69,6 Penerimaan (Rp) 2.187.227 6.679.480 12.462.276 Pendapatan (Rp) 1.756.464 4.187.636 7.478.720 Sumber : Analisis Data Primer, 2014. Berdasarkan tabel 5. diketahui bahwa penerimaan pengolahan VCO (Rp. 12.462.276,00) lebih besar daripada kopra (Rp. 6.679.480,00) dan usahatani kelapa (Rp. 2.187.227,00). Usahatani VCO memiliki rerata pendapatan paling besar disebabkan karena harga jual VCO yang lebih besar jika dibandingkan dengan kategori usahatani kelapa lainnya. Pendapatan usahatani merupakan pendapatan yang bersumber dari usahatani yang dikelola oleh rumah tangga itu sendiri. Pendapatan rumah tangga petani kelapa dapat digunakan untuk menganalisis besaran kontribusi komoditi kelapa dalam ekonomi rumah tangga petani.kontribusi komoditas kelapa terhadap pendapatan rumahtangga petani dapat dilihat pada tabel 7. 80

Tabel 6. Kontribusi Kelapa, Kopra dan VCO Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani di Kabupaten Natuna Sumber Pendapatan Rata-rata Pendapatan per Tahun Kelapa Kopra VCO Komoditas kelapa (Rp) 1.756.464 4.187.636 7.478.720 Usahatani lainnya (Rp) 9.086.331 10.514.400 8.550.500 Luar usahatani (Rp) 2.440.000 2.866.667 4.120.000 Jumlah Pendapatan (Rp) 13.282.795 17.568.703 20.149.220 Kontribusi (%) 13,22 23,84 37,12 Kriteria Kecil Kecil Cukup besar Sumber : Analisis Data Primer, 2014 Berdasarkan tabel 6. Diketahui bahwa komoditas kelapa bukan merupakan pendapatan utama bagi petani. Namun pengembangan komoditas kelapa merupakan hal yang penting dalam strategi penghidupan petani di lokasi penelitian. Nilai Tambah Perhitungan nilai tambah ini dilakukan dengan metode nilai rata-rata dari responden yang terdapat di daerah penelitian. Proses pengolahan kelapa menjadi kopra dan VCO diharapkan dapat memberikan nilai tambah, sehingga dari analisis nilai tambah ini dapat diperoleh informasi mengenai besaran nilai tambah, nilai produk dan faktor konversi. Rerata stuktur produksi pengolahan kelapa di Kabupaten Natuna dapat dilihat pada tabel 7 Tabel 7. Struktur Produksi Pengolahan Kelapa di Kabupaten Natuna Uraian kopra VCO Hasil produksi (kg/ltr) 1.908,9 691,6 Bahan baku (butir) 6.167 6.553 Faktor konversi 0,31 0,10 Harga produk (Rp) 3.500 18.000 Nilai bahan baku (Rp) 700 700 Nilai input tambahan (Rp) 0 233 Nilai produk (Rp) 1.076 1.885 Nilai tambah (Rp) 376 952 Sumber: Analisis Data Primer, 2014. Berdasarkan tabel 8. dapat dilihat bahwa pada pengolahan kopra (6.167 butir) menggunakan bahan baku lebih rendah dari pada pengolahan VCO (6.553). Faktor konversi antara produksi dan bahan baku adalah 0,31 (kopra) dan 0,10 (VCO). Hal ini menunjukkan bahwa setiap 1 butir kelapa menghasilkan 0,31 kg kopra, sementara VCO yang dihasilkan dari setiap butir kelapa adalah 0,10 liter. Harga output adalah Rp.3.500,00 per kg kopra dan Rp. 18.000,00 per ltr VCO. Dengan melakukan perkalian 81

antara harga output rata-rata dengan faktor konversi didapatkan nilai output yaitu sebesar Rp.1.076,00 per kilogram kopra dan Rp.1.885,00 per liter VCO. Nilai tambah diperoleh dengan pengurangan nilai produk dengan harga bahan baku dan sumbangan input lain per kilogram. Nilai tambah dari proses pengolahan kelapa menjadi kopra adalah Rp. 376,00, dan pengolahan VCO adalah Rp. 952,00 per satu butir input yang digunakan. Profitabilitas Downey dan Erickson (1987) menyatakan, profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.profitabilitas usahatani kelapa merupakan salah satu ukuran yang dipakai untuk menilai tingkat kesehatan usahatani kelapa di Kabupaten Natuna. Tabel 8. Rerata Keuntungan, Efisiensi Usaha Komoditas Kelapa Uraian Kategori Petani Kelapa Kopra VCO Penerimaan (Rp) 2,187,227 6,679,480 12,462,276 Biaya eksplisit (Rp) 430,763 2,491,844 4,983,557 Biaya implisit (Rp) 1,210,770 3,579,561 4,346,714 Jumlah biaya (Rp) 1,641,533 6,071,404 9,330,270 Pendapatan (Rp) 1,756,464 4,187,636 7,478,720 Keuntungan (Rp) 545,694 608,076 3,132,006 R/C rasio 1.33 1.10 1.34 π/c rasio (%) 0.33 0.10 0.34 Sumber : Analisis Data Primer, 2014 Berdasarkan tabel 8. dapat diketahui bahwa nilai efisiensi (R/C rasio) kelapa, kopra, dan VCO > 1. Besarnya nilai efisiensi yang lebih dari satu menunjukkan bahwa komoditas kelapa yang diusahakan di Kabupaten Natuna sudah efisien. Tingkat R/C rasio usahatani kelapa (1,33) lebih besar jika dibandingkan dengan pengolahan kopra (1,10), dan lebih kecil dari VCO (1,34). Produktivitas modal usahatani kelapa adalah 33%, kopra adalah 10%, dan VCO sebesar 34%. Produktivitas modal usahatani kelapa, dan VCO lebih besar dari bunga pinjaman bank (12%), sehingga usahatani kelapa dan pengolahan VCO memberikan keuntungan pada pemiliknya dan layak untuk dikembangkan. Sementara itu produktivitas modal pengolahan kopra 10% < 12% berarti tidak layak dilanjutkan. Namun demikian sebagian petani tetap melakukan pengolahan kopra karena petani tidak menganggap penting produktivitas modal. Selama petani memperoleh pendapatan maka petani akan tetap melakukan usaha tersebut. 82

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Rata-rata pendapatan rumah tangga petani yang berasal dari usahatani kelapa adalah sebesar Rp. 1.756.464,00, pengolahan kopra adalah Rp. 4.187.636,00 dan VCO adalah Rp. 7.478.720,00. 2. Kontribusi pendapatan kelapa dan pengolahan kopra termasuk kategori kecil yaitu sebesar 13,22%, dan 23,84%. Sementara itu kontribusi pengolahan VCO adalah 37,12%, termasuk kriteria cukup besar. 3. Nilai tambah yang diperoleh pada pengolahan kelapa butir menjadi kopra adalah Rp. 376,00 lebih kecil dari pengolahan kelapa menjadi VCO yaitu Rp. 952,00. 4. Usahatani kelapa memiliki keuntungan sebesar Rp. 545.694,00, pengolahan kopra memiliki keuntungan sebesar Rp. 608.076,00, dan keuntungan pengolahan VCO adalah Rp. 3.132.006,00. Nilai R/C rasio usahatani kelapa adalah 1,33, pengolahan kopra adalah 1,10, dan pengolahan VCO adalah 1,34. Nilai R/C rasio komoditas kelapa di Kabupaten Natuna lebih besar dari satu sehingga termasuk kriteria efisien dan layak untuk dilanjutkan. Saran 1. Pemerintah daerah diharapkan mendorong petani melakukan peremajaan secara bertahap dan penerapan teknologi budidaya yang baik untuk meningkatkan produktivitas kelapa. 2. Pemanfaatan kelapa selain daging buah seperti sabut, tempurung dan air kelapa, perlu dilakukan untuk mengoptimalkan pendapatan. Disamping itu peman-faatan nira kelapa menjadi gula semut perlu dipertimbangkan jika harga jual kelapa rendah. 3. Pengolahan kopra dilakukan secara manual dan proses pengeringan yang tergantung pada kondisi cuaca. Hal ini mengakibatkan inefisiensi pada usaha pengolahan kopra, dan mutu produk yang dihasilkan juga memiliki kualitas rendah (berjamur). Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan teknologi dan peralatan, sehingga usaha pengolahan kopra menjadi lebih efisien dan kualitas produksi lebih baik. sehingga harga jual menjadi lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Downey W. David and Erickson Steven P. 1987, Manajemen Agribisnis Edisi Kedua, Terjemahan, Penerbit Erlangga Jakarta. Hayami, Y.et.al. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java; A Prespektif from A Sunda Village. CGPRT No 8 Bogor. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Suratiyah, K. 1995. Ilmu Usahatanai. Penebar Swadaya. Jakarta Setyamidjaja, Djoehana. 2000. Bertanam Kelapa Budidaya dan Pengolahannya. Kanisius. Yogyakarta. 83

84

Gaya Selingkung (Petunjuk Penulisan) Jurnal mimbar demokrasi menerima artikel hasil penelitian dan kajian ilmiah, dari dalam dan dari luar fakultas ekonomi universitas tidar dengan ketentuan sebagai berikut: Naskah diketik 1,5 spasi, font 12 sebanyak 10-15 halaman, kertas HVS kuarto dengan batas 2,5 pada ke -4 sisinya, diserahkan ke redaksi rangkap 3 beserta softcopy Artikel terdiri atas: Judul (huruf kapital), Nama penulis, instansi, abstrak, kata kunci, substansi (tubuh naskah), Persantunan, daftar pustaka dan lampiran Tubuh naskah mencakup : (a) pendahuluan (15-20 %) terdiri latar belakang, rumusan masalah, tinjauan pustaka, tujuan dan manfaat, (b) metode penelitian (5-10%), (c) hasil dan pembahasan (60-70%) dan simpulan (5%) Nama penulis tanpa gelar dan diberi tanda *) untuk catatan kaki yang berisi email. Abstrak terdiri atas 100-150 kata yang diketik 1 spasi dengan sisi kanan danb kiri masuk sedikit disbanding dengan tubuh naskah yang lain, tidak memuat judul dan table/gambar. memuat permasalahan tujuan penelitian, metode, hasil, sampel dan simpulan. Kata kunci terdiri atas 3-5 kata atau frasa (dari spesifik ke umum) organisasi penyusunan pendahuluan (dari umum ke spesifik) hasil (dari umum ke spesifik) dan pembahasan (dari spesifik ke umum). Running title (judul sirahan) ditulis dihalaman genap di sisi kanan atas sejajar dengan nomor halaman(boleh disingkat) Hanya buku atau acuan yang disitasi / dikutip saja yang dimasukan dalam daftar pustaka, dengan tata penulisan : nama, nama depan, tahun, judul, penerbit dan kota Pada halaman depan (cover) hanya tertulis judul (dengan huruf kapital) saja.