Islam dan Sekularisme

dokumen-dokumen yang mirip
Islam dan Sekularisme. dan. Dualisme dalam Pendidikan. Sekular bermakna yang berkaitan dengan keduniaan dan tidak berkaitan dengan keagamaan.

MASALAH PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

BAB VI KESIMPULAN. sosial-politik yang melingkupinya. Demikian pula dengan Islamisasi dan

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim

BAB 1 PENDAHULUAN. Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER

MENERAPKAN EKONOMI ISLAM DENGAN PENDEKATAN EKONOMI PANCASILA: CARI JITU MENUJU INDONESIA PUSAT EKONOMI DAN KEUANGAN SYARIAH DUNIA TAHUN

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

BAB VI PENUTUP. 1. konsep upah perspektif Hizbut Tahrir adalah sebagai berikut:

BAB VII KESIMPULAN 7.1. Ringkasan Temuan

Pendidikan Agama Kristen Protestan

A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

PENDAHULUAN. Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

MEMBANGUN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA: Perspektif Sosiologis. Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia selalu saja menarik untuk diwacanakan, dikaji, diteliti, bahkan

FUNDAMENTALISME ISLAM. 1. Ikfan Febriyana Ulul Azmi Najitama Indah Septia D.N

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM

Pentingnya Kaderisasi Intelektual dalam Usaha Islamisasi Ilmu Pengetahuan

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Islam dan Demokrasi. Disusun oleh : AL-RHAZALI MITRA ANUGRAH F FEBRIAN DELI NOVELIAWATI C.

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

Islam: pemikiran kenegaraan & pemerintahan. Sinopsis:

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum pendidikan, misalnya, yang sebelumnya terbatas pada Al-Qur an dan

Pemimpin harus bebas dari pengaruh dan penguasaan pihak lain, baik itu individu, kelompok, atau negara.

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

ISLAM DI ANTARA DUA MODEL DEMOKRASI

BAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku seharihari.

Lihat Musa, M. Yusuf. 1988: 131, Ya qub, Hamzah. 1988:11, Marzuki, M.Ag. Dr. 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

MAKALAH PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM BIDANG PROFESI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB 16 SALAH FAHAM TERHADAP ISLAM

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan

DAFTAR ISI. Bab I Pendahuluan. 10. Bab II Pengertian Manhaj Salaf Ahlussunnah wal Jama ah Salaf.. 19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Islam masuk ke Rusia tidak lama setelah kemunculannya pada pertengahan kedua

BAB 6 INTERPRETASI, KESIMPULAN, DAN PENUTUP

UMMI> DALAM AL-QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

MATERI 5 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Dosen PJMK : H. Muhammad Adib. Essay Bebas (Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Sejak Dini)

PENERAPAN SILA PERTAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

BAB IV ANALISIS. juga merupakan kepentingan untuk kesejahteraan umat Islam pada umumnya

The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENGAKTUALISASIKAN KEGIATAN DAKWAH DI GAMPONG BUKIT SEULEMAK KECAMATAN BIREM BAYEUN. Skripsi. Diajukan Oleh : ANITA

BAB 2 PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN DEFINISI AGAMA DEFINISI AGAMA. Manusia dan Agama (IDA 102) 1/10/2013. Maruwiah Ahmat 1

SYARIAT ISLAM DAN KETERBATASAN DEMOKRASI

AGAMA FILSAFAT ILMU SOSIAL. Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si

BAB 5 Penutup. dalam ciri-ciri yang termanifes seperti warna kulit, identitas keagamaan

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Ini adalah kesempatan yang paling penting bagi seorang

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1

1. Sebagai pihak penyelenggara, bisakah dijelaskan visi dan misi konferensi IC-THuSI ini?

TERMINOLOGIS KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN

BAB V PENUTUP. Mubarak. Berdasarkan dengan pandangan bahwa dalam setiap wilayah ditingkat

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

MATERI PERTEMUAN II. Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

CITA-CITA NEGARA PANCASILA

BAB 5 PENUTUP. Kajian ini telah membincangkan mengenai topik-topik yang berkaitan dengan konsep

BAB VI PENUTUP. 1. Korupsi diartikan : sebagai bentuk penyimpangan ketidakjujuran berupa

PENDIDIKAN PANCASILA

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

ILMU SOSIAL Oleh Nurcholish Madjid

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

AKTUALISASI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah. Terutama menyangkut tempat tinggal yang merupakan papan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrachman Mas ud dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hal. 139.

BAB V PENUTUP. Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai. dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1.

Problem Pendidikan Agama pada Masyarakat Plural

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu perlawanan kata. Perlawan kata dalam pelajaran bahasa Indonesia

Analisa Media Edisi Agustus 2013

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB V KESIMPULAN. sekularisasi dari istilah sosiologis merupakan menduniawikan nilai-nilai

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

Transkripsi:

Islam dan Sekularisme Mukaddimah Mengikut Kamus Dewan:- sekular bermakna yang berkaitan dengan keduniaan dan tidak berkaitan dengan keagamaan. Dan sekularisme pula bermakna faham, doktrin atau pendirian yang menolak nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sosial manusia Beragama merupakan salah satu fitrah manusia. Sepanjang sejarah, manusia tidak bisa dipisahkan dengan fitrah tersebut. Meskipun artikulasi dari kepercayaan terhadap kekuatan supranatural, yang menjadi inti agama, sangat beragam, tetapi ia tetap memiliki fungsi universalnya, yaitu memberikan petunjuk kepada sekalian manusia dan alam untuk mencapai kebahagiaan hidup, dan menjadi sumber moralitas manusia secara individu maupun sosial. Islam, sebagai salah satu agama terbesar di dunia, telah ikut menyumbangkan kemajuan peradaban manusia dengan ajaranajarannya yang universal dan komprehensif. Tetapi, pada perjalanannya, agama Islam khususnya dan agama-agama lain pada umumnya, mengalami berbagai perubahan atau perkembangan dalam hal pemahaman dan interpretasi. Sebagian kalangan Islam menginterpretasikan Islam dengan pola pikir fundamentalistik, sebagian yang lain justru menggunakan pola pikir liberalistik. Banyak permasalahan yang menjadi sumber konflik antar kedua kelompok pemikiran tersebut, salah satunya adalah isu sekularisme. Sebenarnya, banyak kerancuan seputar penggunaan kata sekularisme tersebut. Diantaranya, kerancuan tentang wacana sekularisme dan sekularisasi khususnya dalam konteks Indonesia--. Ada juga beberapa pertanyaan mendasar berkaitan dengan tataran praktis sekularisme di beberapa negara, misalnya: apakah sekularisme benar-benar bisa diterapkan sebagai ideologi suatu masyarakat atau negara? Artinya, dengan melihat sample negara-negara tersebut, benarkan mereka menerapkan paham sekularisme secara murni? Untuk lebih memahami kerancuan dan pertanyaan dasar di atas, penulis ingin mencoba memaparkan lebih lanjut tentang wacana

sekularisme dan sekularisasi, adakah perbedaan diantara keduanya? Dan apakah paham sekularisme menjadi paham yang realistis untuk diterapkan dalam negara? Arkeologi Konsep Sekularisme Dalam sejarahnya, wacana sekularisme muncul pertama kali di Barat pada Abad Pertengahan. Ketika itu, agama (Gereja) dikuasai oleh para pendeta yang memiliki kekuasaan absolut, sehingga apapun yang bertentangan dengan kebijaksanaan pendeta, dianggap bertentangan dengan agama (Tuhan). Penafsiran-penafsiran teks Injil dan Bible dimonopoli oleh mereka, dan penafsiran lain di luar itu, dianggap telah menyimpang. Tekanantekanan ideologis ini, tentunya berimplikasi negatif terhadap seluruh aspek kehidupan sosial, termasuk juga perkembangan ilmu pengetahuan. Agama pada akhirnya menjadi penghalang bagi penemuan-penemuan ilmiah. Beberapa ilmuwan, diantaranya Galileo, harus mengakhiri hidupnya dengan naas di tiang gantungan, hanya karena ia berani mengemukakan teori yang bertentangan dengan Injil.. Secara global, kondisi sosial itu dapat kita gambarkan ke dalam beberapa poin di bawah ini: 1. Pemikiran zuhud, anti profan. 2. Kekuasaan absolut di tangan Pendeta. Mereka adalah orangorang suci, dimana perkataannya dianggap sebagai titah Tuhan yang harus dilaksanakan. Sehingga, bentuk pemerintahan yang berlangsung adalah pemerintahan teokratis. 3. Gereja yang selalu bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Keadaan ini benar-benar meresahkan masyarakat, khususnya kaum intelekual. Pada akhirnya mereka terdorong untuk melakukan pembaharuan (al-ishlâh al-dîniy). Konsep yang diusung oleh para pembaharu tersebut adalah bagaimana membatasi kekuasaan Gereja (pendeta) pada hal-hal yang bersifat religius saja, tidak pada hal-hal yang bersifat keduniawian (profan). Agama terbatas pada hal-hal yang

berdimensi ritual saja, sedangkan urusan-urusan di luar itu, termasuk urusan kenegaraan, ditangani sendiri oleh masyarakat, tanpa campur tangan agama ataupun pendeta. Salah satu slogan utama yang diteriakkan para pembaharu itu adalah: berikanlah untuk Tuhan apa yang yang menjadi urusannya, dan berikanlah untuk kaisar apa yang menjadi urursannya. Konsep inilah yang selanjutnya kita kenal dengan sekularisme. Sikap Islam terhadap Sekularisme Sekularisme, sesuai dengan akar sejarahnya, dipahami sebagai usaha pemisahan antara agama (akhirat) dan negara (dunia), fasl al-dîn wa al-daulah. Agama sebagai wilayah privat, tidak dapat dipadukan dengan negara atau kekuasaan yang berada di wilayah publik. Dari makna ini, seakan-akan dunia hendak dipisahranjangkan dari agama; agama tidak berhak masuk ke dalam ruang-ruang publik, yaitu ruang sosial, masyakarat, bangsa dan negara. Dalam tataran ini, jelas bahwa agama kemudian kehilangan fungsinya sebagai salah satu unsur perubahan sosial atau transformasi sosial. Agama yang menjadi sumber moralitas masyarakat, tentu saja akan menyempit pada praktek-praktek ritual; berhubungan dengan Tuhan saja tanpa berkaitan dengan sesama manusia. Negara sekular tentunya akan membentuk sumber daya manusia yang hanya sholeh secara pribadi, tidak sholeh secara sosial. Dengan pengertian di atas, secara nyata kita ketahui bahwa konsep ini bertentangan dengan Islam sebagai agama sosial dan kemanusiaan. Ia menginginkan balance antara kedua aspek, dunai dan akhirat. 4 Islam juga tidak mengenal konsep kekuasaan mutlak dan absolut para ulama sebagai rijâl al-dîn (pendeta). Perintah ketaatan yang ada hanyalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta para pemimpin. Perintah ketiga ini pun diikuti dengan catatan bahwa, masyarakat sebagai kontrol sosial, tidak wajib mentaatinya jika mereka menyimpang dari ketaatan Allah dan Rasul. Intinya, dalam Islam, para penguasa tidak memilki kedaulatan mutlak seperti keadaan Gereja pada Abad Pertengahan tersebut. Hal ini berimplikasi positif terhadap pertumbuhan ilmu pengetahuan maupun perubahan sosial lainnya, ditambah dengan konsep kebebasan berpikir dan berbuat yang sangat ditekankan dalam ajaran Islam.

Inilah beberapa alasan mengapa Islam, mengambil sikap bertentangan dengan paham sekularisme sesuai dengan pemahaman historis Barat--. Lalu, apakah benar agama baik Islam maupun agama lainnya- -yang mengandung unsur kemanusiaan dan sosial, menjadi sumber moralitas masyarakat dan mencakup seluruh aspek kehidupan, dapat begitu saja dipisahkan dari pemeluknya? Artinya, benarkah negara Turki, misalnya, yang mengaku mempraktekkan paham sekularisme, secara total dapat memisahkan urusan negara dari agama dan ajaranajarannya? Penulis sendiri memiliki asumsi yang memperkuat argumen bahwa, sampai saat ini, negara-negara sekular itu tidak benar-benar bisa memisahkan agama dari negara secara mutlak. Contohnya, dalam bidang pendidikan. Negara sekular beranggapan bahwa, pendidikan merupakan salah satu urusan negara, agama tidak boleh ikut campur, sampai-sampai, mata pelajaran agama tidak dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan formal, sebab itu dianggap sebagai tindak kriminal. Tetapi, apakah dengan begitu, berarti agama, dalam ajaran-ajarannya, tidak mendukung pendidikan? Penulis rasa, agama apapun dan agama manapun sepakat dengan orientasi pendidikan. Walaupun secara implisit ajaran agama tidak mengatur detail metode pendidikan, tetapi semangat itu adalah salah satu substansi ajaran agama. Begitu juga dalam bidang politik, budaya, ekonomi dan lainnya. Jadi, ada kerancuan dalam pemisahan agama dan negara; tidak bisa memilah secara tegas mana yang agama (al-dîniy) dan mana yang bukan agama (allâ dîniy). Dan sekaligus ini menunjukkan bahwa Islam menolak sekularisme. Sampai di sini, sekularisme menemukan konotasi negatifnya, karena ia menjadikan agama sebagai lawan negara. Penutup Salah satu solusi yang ditawarkan sebagai terapi atas kemunduran dan keterbelakangan umat Islam, adalah kembali kepada Qur an dan Sunnah. Secara eksplisit hal ini berarti bahwa, yang harus kita perbaiki adalah pemahaman kita kepada nash-nash tersebut. Pemahaman yang

benar, bagi penulis, bukan dengan usaha meniru apa yang telah dipraktekkan masyarakat muslim (salaf shâlih) pada abad pertama itu, tanpa koreksi dan penyesuaian terhadap tuntutan realita. Sebab pemahaman bersifat dinamis (mutaghayyir), yang statis (tsâbit) adalah keterkaitan wahyu dengan Tuhan dan disampaikan lewat orang tertentu, yaitu Rasul.