Problem Pendidikan Agama pada Masyarakat Plural
|
|
- Ridwan Tanuwidjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Miftah Faridl, Problem Pendidikan No. 3/XXIII/2004 Problem Pendidikan Agama pada Masyarakat Plural Miftah Faridl (Institut Teknologi Bandung) Abstrak Sebagai bagian yang sangat fundamental dalam proses pembentukan manusia, pendidikan agama merupakan kunci yang tidak bisa diabaiakan. Jika proses pendidikan bermuara pada pembentukan kepribadian para peserta didik, maka agama merupakan sumber nilai yang sangat berpengaruh terhadap proses dimaksud. Agama, selain memiliki nilai-nilai universal yang dapat mengikat kehidupan manusia, juga menawarkan sisi metodologis bagaimana sesuatu nilai itu dianut dan diimplementasikan. Namun demikian, sesuai dengan karakteristik agama sendiri, pendidikan agama pada gilirannya akan berhadapan dengan nilai-nilai lain yang juga bersumber pada agama atau keyakinan yang berbeda. Lebih dari itu, tinggi-rendahnya sensitifitas agama juga akan menjadi pelengkap problema pendidikan agama, khususnya pada masyarakat plural, yang jika tidak memperhatikan aspek metodologis dari proses pembelajarannya dikhawatirkan justru akan menuai hasil yang sebaliknya. Itulah sebabnya, seperti juga pendidikan pada umumnya, pendidikan agama dengan muatan utamanya mengajarkan nilainilai universal, memang bukan merupakan hal yang sederhana. Ia akan melibatkan sekurang-kurangnya dua hal penting. Pertama, berkaitan dengan substansi yang diajarkan; dan kedua berkaitan dengan aspek metodologi, bagaimana sesuatu nilai itu diajarkan. Pokok-pokok ajaran agama merupakan rumusan keyakinan yang meliputi nilai-nilai serta etika ritual yang dianutnya. Dan, pada aspek yang terakhir inilah, pengajaran agama pada gilirannya akan melahirkan efek pengetahuan, sikap, dan bahkan perilaku. K ontroversi pemikiran di seputar pendidikan agama di Indonesia pada beberapa waktu terakhir ini memperlihatkan tidak sederhananya proses pengajaran agama khususnya di sekolahsekolah dan perguruan tinggi umum. Silang pendapat yang hampir tidak pernah berhasil menemukan kata sepakat itu terus berlangsung mulai dari soal waktu yang dianggap kurang memadai, bagaimana pelaksanaan pengajaran agama bagi mereka yang berbeda agama, hingga pada masalah kurikulum yang dinilai kurang memberikan jaminan terbinanya perilaku keberagamaan di kalangan peserta didik. Namun demikian, secara implisit ada kesepakatan berkaitan dengan pentingnya mengajarkan agama. Di lingkungan pendidikan formal, agama tetap harus diperkenalkan sejak pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Sebab melalui pengajaran agama seperti yang diberikan di perguruan tinggi, diharapkan para mahasiswa dapat menghayati sisi-sisi moral yang mungkin jarang disentuh mata kuliah umum lainnya. Bahkan ketika terjadi krisis multidimensi yang pada akhirnya melibatkan dunia pendidikan, ada sebagian pihak yang menghubung-hubungkannya dengan pendidikan agama. Senada dengan pemikiran seperti itu, terhadap rendahnya sikap toleran di kalangan masyarakat pun ada yang menilainya sebagai akibat dari ekslusifisme pola pengajaran agama. Artinya, untuk menumbuhkan sikap toleran, agama harus diperkenalkan secara terbuka, sehingga diperoleh pengetahuan tentang nilai-nilai universal dari agamaagama yang dipeluk umat manusia. Mengajarkan nilai-nilai yang bersumber pada ajaran agama memang bukan merupakan hal yang mudah. Ia akan melibatkan sekurang-kurangnya dua hal penting. Pertama, berkaitan dengan substansi yang diajarkan. Pokok-pokok ajaran agama 56
2 No. 3/XXIII/2004 Miftah Faridl, Problem Pendidikan merupakan rumusan keyakinan yang meliputi nilai-nilai serta etika ritual yang dianutnya. Kedua, berkaitan dengan aspek metodologi, bagaimana sesuatu keyakinan itu diajarkan. Pada aspek yang terakhir ini, pengajaran agama pada gilirannya akan melahirkan efek pengetahuan, sikap, dan bahkan perilaku yang bersumber pada ajaran agama dimaksud. Karena efek inilah maka pengajaran agama baik di sekolah menengah maupun di perguruan tinggi, menjadi bahan perdebatan yang cukup sensitif, karena di Indonesia, ia akan melibatkan wilayah pluralitas amasyarakat, khususnya agama. Kompleksitas Pendidikan Agama Buku Religious Education: A Comprehensive Survey (1960) yang merupakan kumpulan tulisan dari sejumlah pakar pendidikan dan agama menggambarkan kompleksitas pendidikan agama bagi anak-anak usia sekolah. Marvin J. Taylor, editor buku tersebut, dalam pengantarnya mengilustrasikan begitu rumitnya proses memperkenalkan agama dalam dunia pendidikan. Diawali dengan pembahasan beberapa prinsip pendidikan agama, Taylor merangkai suatu sistematika hingga pembahasan di seputar kelembagaan yang mengajarkan agama. Kesimpulan saya, usaha memperkenalkan agama dengan ajaranajarannya memang bukanlah sesuatu yang sederhana. Buku itu sebetulnya hanya membahas secara khusus usaha-usaha para pemimpin greja dalam mengajarkan agama. Akan tetapi, jika ditelusuri akar permasalahannya, kita akan menemukan peta masalah yang hampir sama dengan usaha-usaha pemeluk agama lain ketika memperkenalkan ajaran agamanya. Kontroversi di seputar pendidikan agama di Indonesia, misalnya, memperlihatkan tidak sederhananya proses pengajaran agama khususnya di sekolahsekolah umum. Silang pendapat yang hampir tidak pernah berhasil menemukan kata sepakat terus berlangsung mulai dari soal waktu yang dianggap kurang memadai sampai pada masalah kurikulum yang dinilai kurang memberikan jaminan terbinanya perilaku keberagamaan di kalangan anak-anak usia sekolah. Namun demikian, secara implisit ada kesepakatan berkaitan dengan pentingnya mengajarkan agama. Agama tetap harus diperkenalkan sejak usia dini. Sebab melalui pengajaran agama seperti yang diberikan di sekolahsekolah, diharapkan anak-anak dapat menghayati sisi-sisi moral yang hampir tidak tersentuh oleh pelajaran yang lainnya. Bahkan ketika terjadi kasus tawuran di kalangan pelajar pun, ada sebagian pihak yang menghubung-hubungkannya dengan pelajaran agama. Senada dengan pemikiran seperti itu, terhadap rendahnya sikap toleran di kalangan masyarakat pun ada yang menilainya sebagai akibat dari ekslusifisme pola pengajaran agama. Artinya, untuk menumbuhkan sikap toleran, agama harus diperkenalkan secara terbuka, sehingga diperoleh pengetahuan tentang nilai-nilai universal dari agamaagama yang dipeluk umat manusia. Jika asumsi ini ada benarnya, maka pengetahuan tentang agama yang diberikan kepada anak-anak bukan saja mencakup satu agama yang dianutnya, tetapi meliputi seluruh agama besar yang ada. Berkenaan dengan hal itu, muncul pula pemikiran untuk memperkenalkan perbandingan agama sejak usia pendidikan dasar. Pada saat yang sama, muncul pula kekhawatiran akan lahirnya efek negatif dari model pendidikan agama-agama seperti itu. Akankah anak-anak memiliki satu keyakinan yang kuat setelah mengetahui sistem ajaran dari agama-agama yang lainnya? Mengajarkan agama-agama memang bukan merupakan hal yang mudah. Ia akan melibatkan sekurang-kurangnya dua hal penting. Pertama, berkaitan dengan substansi yang diajarkan. Pokokpokok ajaran sesuatu agama merupakan rumusan keyakinan yang meliputi nilai-nilai serta etika ritual yang dianutnya. Kedua, berkaitan dengan aspek metodologi, bagaimana sesuatu keyakinan itu 57
3 Miftah Faridl, Problem Pendidikan No. 3/XXIII/2004 diajarkan. Pada aspek yang terakhir ini, pengajaran agama pada gilirannya akan melahirkan efek pengetahuan, sikap, dan bahkan perilaku yang bersumber pada sesuatu ajaran. Berkenaan dengan efek-efek seperti itulah, mungkin, orang akan keberatan jika pengajaran agama-agama itu sampai pada proses pembentukan sikap dan perilaku yang dapat mewarnai sesuatu keyakinan. Padahal, pengajaran agama-agama dimaksudkan terutama untuk memberikan pengetahuan tentang agama-agama di luar agama yang dianutnya, agar tumbuh pengertian dan toleransi. Jadi, mengenalkan agama-agama dalam pengajaran sesuatu agama merupakan salah satu pendekatan yang akan menumbuhkan sikap toleran khususnya dalam beragama. Ada banyak bahan yang dapat digunakan untuk keperluan tersebut. Satu di antaranya buku Mengenal Ajaran Agama di Dunia kaya Sari Pusparini Soleh. Buku tersebut, menurut saya, baru berkisah tentang identitas agama-agama besar di dunia. Ia tidak bermaksud mengaburkan pengetahuan atau bahkan keyakinan seseorang. Ia hanya memberikan pengetahuan yang bersifat elementer tentang sesuatu agama. Ia justeru akan membawa para pembacanya memasuki dunia agama yang lebih luas, sehingga ditemukan pintu-pintu pengetahuan yang dapat menumbuhkan sikap toleran di antara sesama pemeluk agama. Pada tingkat penghayatan tertentu, mungkin juga buku ini akan semakin memperkokoh keyakinan seseorang tentang sesuatu agama yang dianutnya setelah mengetahui sistem ajaran agama-agama yang lainnya. Buku ini mengungkap sisi-sisi penting yang sering terpinggirkan dalam studi tentang agama. Agama sendiri, bagi sebagian orang, hanya dipahami sebatas ajaran-ajarannya yang penuh doktrin. Masih banyak orang yang kurang memahami bahwa agama pun sebetulnya memiliki latar belakang sejarahnya masing-masing. Padahal untuk memahaminya secara komprehensif, agama sendiri tidak bisa dipisahkan dari sejarah yang ikut membesarkannya. Unsur sejarah itu, antara lain, akan melibatkan oknum yang pertama kali mendeklarasikannya, rangkaian perjalanan kitab sucinya, karakteristik proses kepengikutannya, dan lain sebagainya. Buku ini selain mengungkap beberapa pengertian tentang peristilahan teknis yang biasa digunakan sesuatu agama, juga menjelaskan secara singkat rangkaian peristiwa yang pernah dilalui para pengikutnya. Sejak ribuan tahun sebelum masehi, agama telah dikenal manusia. Islam sendiri diyakini sebagai agama yang telah diwahyukan sejak Adam alaihissalam, meskipun kemudian disempurkan pada periode Nabi terakhir Muhammad SAW. Budhisme merupakan keyakinan orang-orang India kuno yang berakar pada kepercayaan Brahmanisme yang telah muncul sejak sekitar 3000 tahun sebelum masehi, meskipun baru dideklarasikan pada sekitar 500 SM. Demikian halnya dengan Hinduisme, meskipun nama ini baru diberikan orang-orang Islam pada sekitar abad VIII di sepanjang aliran sungai Sindhu, ia juga berakar pada kepercayaan Brahmanisme yang tumbuh di anak benua India sejak ribuan tahun sebelum masehi. Demikianlah sebutan dan perjalanan sesuatu agama. Ia merupakan pengetahuan yang tidak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain yang biasa dipelajari anak-anak di sekolah. Oleh karena itu, anak sebaiknya mulai diperkenalkan dengan beragam agama ataupun kepercayaan. Informasi yang lebih bersifat emansipatoris tentang agama-agama akan menjadi khazanah pengetahuan yang dapat memberikan kontribusi berharga terutama bagi anak-anak, guru, dan juga orang tua. Alternatif Pengembangan Pembelajaran Masalah-masalah pendidikan yang berkembang di masyarakat seperti disebutkan di atas belum seutuhnya dapat diserap oleh dunia praktis 58
4 No. 3/XXIII/2004 Miftah Faridl, Problem Pendidikan pendidikan. Bahkan para pengambil kebijakan pun seringkali terjebak pada rumusan-rumusan normatif berkenaan dengan sistem pendidikan. Adanya upaya mengadopsi sistem pendidikan sesuatu negara, misalnya, merupakan salah satu contoh betapa semakin melebarnya jarak antara kebutuhan masyarakat di satu sisi dengan konsep-konsep pendidikan yang diaplikasikan di sisi lain. Ini antara lain sumber masalah utama semakin teralienasinya dunia pendidikan dari kehidupan masyarakat. Di Indonesia, para penyelenggara dan pengambil kebijaka pendidikan tampak semakin latah dengan proses globalisasi kebudayaan yang bersumber pada masyarakat yang telah lebih dulu maju. Secara ironis, diperoleh sejumlah fakta adanya usaha pengadopsian suatu sistem pendidikan dari negara tertentu untuk dijadikan standar penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Padahal, pendidikan memang berbeda dari bentuk-bentuk fasilitas fisik lainnya. Barang bekas yang telah out of date pada suatu masyarakat, masih mungkin digunakan oleh masyarakat lain yang berbeda. Tapi konsep pendidikan, termasuk pola-pola kebudayaan pada umumnya, tidak bisa secara simplistik dialihgunakan pada sistem sosial lain yang berbeda. Konsep pendidikan hanya mungkin digunakan jika konsep itu dirumuskan dari hasil temuan sendiri atas dasar masalahmasalah dan kebutuhan yang berkembang pada sesuatu zaman dan kebudayaan. Karena itu, sesederhana apapun, pola implementasi pendidikan yang diberlakukan pada sesuatu masyarakat yang memiliki tingkat pluralitas yang tinggi seperti halnya Indonesia, tidak bisa dipaksa disamakan antara tingkat kebudayaan tertentu dengan yang lainnya. Dengan alasan apapun, pendekatan struktural yang melihat bahwa kebudayaan masyarakat itu dianggap sama, tidak bisa digunakan dalam konteks pendidikan. Sebab pendidikan adalah kekayaan masyarakat yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan masalah dan kebutuhan yang dimilikinya sendiri. Sistem pendidikan nasional sendiri yang secara konstitusional diberlakukan di seluruh Indonesia, idealnya mampu memberikan pencerahan untuk memanusiakan manusia, sesuai dengan fitrah penciptaannya sebagai makhluk yang bebas dan berbudaya. Pendidikan nasional bukanlah alat pemasung kreatifitas komunitas pendidikan, tetapi merupakan instrumen pembebas untuk menemukan identitas dirinya sesuai dengan watak dasar serta budaya masyarakatnya. Pendidikan nasional memang bukan alat kekuasaan yang dapat dengan bebas melakukan rekayasa sosial sesuai dengan kehendak dan cita-cita yang terumuskan melalui kesepakatan formal. Tetapi pendidikan nasional merupakan wujud budaya bangsa yang termanifestasikan dalam proses pendewasaan menuju identitas yang sesungguhnya. Karena itu, pendidikan nasional di Indonesia, seharusnya menjadi instrumen sosial yang berfungsi memberikan jaminan terpeliharanya pluralitas masyarakat, baik dilihat dari sisi kultur, bahasa, budaya, maupun agama. Dan sistem pendidikan nasional itu sendiri hanyalah semacam kekuatan konstitusional untuk memberikan jaminan terhadap proses penyelenggaraan pendidikan, baik di lembaga-lembaga pendidikan formal maupun nonformal. Pendidikan nasional tidak seharusnya terjebak dalam proses sentralisasi substansi pendidikan. Sebab pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan potensi individu, sekaligus sebagai cermin budaya masyarakat dengan tingkat pluralitasnya masing-masing. Solusi Pembelajaran Proses pembelajaran agama di sekolahsekolah termasuk di perguruan tinggi dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor substansi yang akan diajarkan, konteks makro pengembangan keahlian pada suatu program studi, serta kondisi individual para mahasiswa yang terlibat dalam proses tersebut, baik menyangkut kesiapan 59
5 Miftah Faridl, Problem Pendidikan No. 3/XXIII/2004 intelektualnya maupun latar belakang kulturalnya. Faktor-faktor tersebut berkaitan satu sama lain sehingga perlu dipertimbangkan oleh para pengajarnya. Untuk mempelajari sesuatu agama, mungkin saja ada yang masih dikategorikan muallaf, meskipun yang bersangkutan telah menganut agama itu sejak kanak-kanak bahkan sejak lahir. Karena itu, untuk tahap awal belajar agama, mereka perlu memperoleh pencerahan umum tentang apa itu agama dan bagaimana mempalajarinya. Bahkan, jika mungkin, mereka juga perlu memiliki kesiapan mental untuk menerima perbedaan-perbedaan. Mereka mulai dibawa memasuki alam obyektif dan terbuka yang mungkin masih dianggap baru, seperti mendiskusikan tematema keagamaan yang menarik dan aktual, tetapi jarang tersentuh oleh pemikiran keagamaan yang cenderung fiqh-oriented seperti banyak berkembang pada lembaga-lembaga pendidikan Islam tradisional. Untuk membangun wawasan baru serta menumbuhkan sikap ilmiah para pelajar dan mahasiswa dalam mempelajari agama, dapat digunakan berbagai referensi aktual. Misalnya, untuk mulai berkenalan dengan tema-tema sensitif menyangkut pemikiran agama dapat digunakan buku Pergolakan Pemikiran Islam karya Ahmad Wahib. Sebagai contoh, untuk memberikan wawasan pemahaman keagamaan, dapat didiskusikan pernyataan Wahib seperti berikut: Pemahaman Islam yang Dinamis Walaupun kita mengatakan diri kita sebagai penganut Islam, belum tentu bahwa pikiran kita telah berjalan sesuai dengan Islam. Sering dengan tidak terasa kita telah berpikir sejalan dengan ide-ide lain. Saya pikir hal ini disebabkan oleh kevakuman filsafat Islam. Akibatnya kita cuma menjadi Muslim emosional. Saya pikir Islam itu statis, sedang pemahamannya sosiologis dinamis. Maka das Sollen: filsafat itu universal dan abadi; das Sein: berubahubah, yang menunjukkan bahwa konsep filsafat Islam tersebut belum sempurna (hal. 19). Kebebasan Berpikir Kadang-kadang hatiku berpendapat bahwa dalam beberapa hal ajaran Islam itu jelek. Jadi ajaran Allah itu dalam beberapa hal jelek dan beberapa ajaran manusia, yaitu manusia-manusia besar, jauh lebih baik. Ini akal bebasku yang berkata, akal bebas yang meronta-ronta untuk berani berpikir tanpa disertai ketakutan akan dimarahi Tuhan (hal. 21). Masih banyak sebetulnya ungkapan-ungkapan yang apabila didiskusikan secara terbimbing akan memberikan sikap dewasa tentang bagaimana mempelajari agama. Sebagai pemeluk sesuatu agama, tentu akan sangat sensitif-subyektif ketika menyentuh persoalan ajaran agama. Tapi dalam halhal tertentu sikap itu perlu diturunkan agar dapat melihat agama itu secara lebih terbuka. Daftar Pustaka Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, Dedi Supriadi. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: Rosdakarya, Husni Rahim. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Logos, Pupuh Fathurrahman. Keunggulan Pendidikan Pesantren: Alternatif Sistem Pendidikan Terpadu Abad XXI. Bandung: Tunas Nusantara, Rohmat Mulyana. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta, Rogers, Everett M. Diffusion of Innovations. New York dan London: The Free Press, Memasyarakatkan Ide-ide Baru (terjemahan). Jakarta: Bulan Bintang, So, Alvin Y. Social Change and Development: Modernization, Dependency, and Worl-System Theories. London: Sage Publication, Taylor, Marvin J. (editor). Religious Education: A Comprehensive Survey. New York: Abingdon Press,
6 No. 3/XXIII/2004 Miftah Faridl, Problem Pendidikan Wahib, Ahmad. Pergolakan Pemikiran Islam: Catatan Harian Ahmad Wahib. Jakarta: LP3ES, Penulis : Dr. Miftah Faridl adalah Dosen Jurusan Pendidikan Agama pada Institut Teknologi Bandung (ITB) 61
Islam dan Sekularisme
Islam dan Sekularisme Mukaddimah Mengikut Kamus Dewan:- sekular bermakna yang berkaitan dengan keduniaan dan tidak berkaitan dengan keagamaan. Dan sekularisme pula bermakna faham, doktrin atau pendirian
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus
195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang didalamnya mengajarkan pendidikan kepribadian yaitu Pendidikan Pancasila sesuai dengan Permendiknas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia umumnya, atau pendidikan
Lebih terperinciTEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin
A. Pendahuluan TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM --------------------------------------------------------------------- Oleh : Fahrudin Tujuan agama Islam diturunkan Allah kepada manusia melalui utusan-nya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam pendidikan. Untuk itu setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. sangat membutuhkan pendidikan melalui proses penyadaran yang berusaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua.
Lebih terperincimaupun perbuatan- perbuatan-nya Nya.
ILMU TAUHID / ILMU KALAM Ilmu Tauhid sering disebut juga dengan istilah Ilmu Kalam, Ilmu 'Aqaid, Ilmu Ushuluddin, dan Teologi Islam. Menurut bahasa (etimologis) kata "tauhid" merupakan bentuk masdar yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia di era globalisasi sekarang ini sudah mengarah pada krisis multidimensi. Permasalahan yang terjadi tidak saja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang universal dan berlaku untuk semua umat manusia dan semua zaman. Nilai-nilai dan aturan yang terkandung dalam ajaran Islam dijadikan pedoman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara hukum menganut sistem hukum Civil Law
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara hukum menganut sistem hukum Civil Law (Eropa Continental) yang diwarisi selama ratusan tahun akibat penjajahan Belanda. Salah satu karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dilihat dari perspektif filsafat ilmu, paradigma Pendidikan Bahasa Indonesia berakar pada pendidikan nasional yang mengedepankan nilai-nilai persatuan bangsa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak mungkin terlepas dari kehidupan manusia. Pendidikan secara umum bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan sumber
Lebih terperinciBudaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa
Mata Kuliah : Landasan Pendidikan NamaDosen : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag, M.Pd.H. Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa Oleh; PUTU
Lebih terperinciPENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI
PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI NAMA : Ragil Prasetia Legiwa NIM : 11.02.7942 TUGAS JURUSAN KELOMPOK NAMA DOSEN : Tugas Akhir Kuliah Pancasila : D3 - MI : A : M. Khalis Purwanto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mempelajari suatu agama, aspek yang pertama dipertimbangkan sekaligus harus dikaji ialah konsep ketuhanannya. Dari konsep ketuhanan, akan diketahui
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,
BAB IV KESIMPULAN Masyarakat yang plural atau majemuk merupakan masyarakat yang dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya, baik ras, suku,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan memiliki peran yang penting dalam suatu negara yakni sebagai saran untuk menciptakan manusia yang unggul. Pendidikan tidak bisa terlepas dari kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi dan seni (Ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi negara dan bangsanya, serta mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa depannya.
Lebih terperinciSEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA
HUBUNGAN ANTAR AGAMA DI INDONESIA Dosen : Mohammad Idris.P, Drs, MM Nama : Dwi yuliani NIM : 11.12.5832 Kelompok : Nusa Jurusan : S1- SI 07 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilda Akmalia Fithriani, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki arti penting dalam kehidupan seluruh umat manusia. Betapa pentingnya pendidikan sehingga siapapun tidak dapat lepas dari proses pendidikan,
Lebih terperinciSUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA. Week 6
SUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA Week 6 Agama Islam menganggap etika sebagai cabang dari Iman, dan ini muncul dari pandangan dunia islam sebagai cara hidup manusia. Istilah etika yang paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi dewasa. Remaja memiliki beberapa karakter yang khas, salah satunya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan yang ditempuh seseorang dari kanak- kanak menuju dewasa, atau merupakan kepanjangan dari masa kanakkanak sebelum mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Bayu Dwi Nurwicaksono, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Tradisi sedekah bumi dengan berbagai macam istilah memang banyak diadakan di berbagai tempat di pulau Jawa. Namun, tradisi ini sudah tidak banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia telah melahirkan suatu perubahan dalam semua aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak tertutup kemungkinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berkembang dan juga mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menciptakan manusia sebagai bentuk makhluk yang mulia, karena dengan fitrah kejadiannya manusia telah mempunyai potensi untuk tumbuh dan berkembang
Lebih terperinciEksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi
Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi NAMA : Bram Alamsyah NIM : 11.12.6286 TUGAS JURUSAN KELOMPOK NAMA DOSEN : Tugas Akhir Kuliah Pancasila : S1-SI : J : Junaidi Idrus,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan syariat Allah yang diturunkan kepada umat manusia agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan- Nya.. Dalam menanamkan keyakinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang urgen bagi kehidupan manusia. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan. Untuk itu manusia berpacu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. saat ini, para bapak pendiri bangsa (the founding fathers) menyadari bahwa paling
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang telah mendeklarasikan kemerdekaannya sejak 17 Agustus 1945 memiliki kondisi yang unik dilihat dari perkembangannya sampai saat ini, para
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERBANDINGAN. a. Keharusan saling mengenal, b. Keberagamaan keyakinan, c. Keberagamaan etnis.
BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN A. Keharusan Saling Mengenal Di sini akan dijelaskan tentang persamaan dan perbedaan pemikiran pluralisme agama dalam Islam dan pluralisme agama menurut Alwi Shihab, meliputi:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau sering disebut kebudayaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan senantiasa menjadi sorotan bagi masyarakat khususnya di Indonesia yang ditandai dengan adanya pembaharuan maupun eksperimen guna terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prestasi akademik yang dicapai seseorang, akan tetapi harus di imbangi dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Kualitas sumber daya manusia yang berkarakter bukan hanya dilihat dari prestasi akademik yang dicapai seseorang, akan tetapi harus di imbangi dengan meningkatnya
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Paiton, memiliki pandangan yang moderat, inklusif-pluralis, terhadap fakta
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pimpinan dan tenaga pendidik di PP. Tebuireng Jombang dan Nurul Jadid Paiton, memiliki pandangan yang moderat, inklusif-pluralis, terhadap fakta pluralitas agama dan paham
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap insan manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak
Lebih terperinciALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS 1. PROGRESSIVISME a. Pandangan Ontologi Kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu,
Lebih terperinciDasar Pemikiran Al-Ghazali
BAB I Dasar Pemikiran Al-Ghazali A. Pendidikan dan Sejarah Terlepas ada tidaknya unsur romantisme sejarah, bahwa masa depan merupakan fungsi dari masa lampau dan masa kini. Ini pertanda bahwa rentangan
Lebih terperinciBudaya Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pekalongan TESIS
Budaya Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pekalongan TESIS Oleh : SATIAJAYANTI NIM : Q 100030021 Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi : Sistem Pendidikan PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS
Lebih terperinciPENDIDIKAN DALAM KELUARGA
Mata Kuliah Nama Dosen : Landasan Pendidikan : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag.,M.Pd.H PENDIDIKAN DALAM KELUARGA OLEH PUTU YULIA SHARA DEWI NIM : 15.1.2.5.2.0861 PROGRAM MAGISTER (S2) DHARMA ACARYA PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus diberikan terhadap seorang anak. Pendidikan terbagi menjadi tiga yaitu pendidikan formal seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mubarak Ahmad, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan selama ini dipercaya sebagai salah satu aspek yang menjembatani manusia dengan cita-cita yang diharapkannya. Karena berhubungan dengan harapan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan umum dan khusus, implikasi, dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi pengaruh dalam rangka mengembangkan potensi manusia menuju kepada kedewasaan diri agar mampu
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan pendahuluan penelitian yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah tujuan penelitian dan manfaat penelitian. A. LATAR BELAKANG MASALAH Masa remaja merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat. Pendidikan merupakan usaha melestarikan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. pengetahuan, kemampuan akhlak, juga seluruh pribadinya. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan dengan maksud agar orang yang dihadapi akan meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prasejarah. Pada zaman yunani kuno misalnya, sudah mulai mempertanyakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama merupakan fenomena universal yang dapat kita temui disetiap kehidupan manusia. Eksistensi agama telah ada sejak lama, bahkan sejak zaman prasejarah. Pada zaman
Lebih terperinciPENGARUH PEMAHAMAN AJARAN ISLAM DAN KONSEP DIRI TERHADAP PARTISIPASI DALAM KULIAH MAHASISWA AKUNTANSI FKIP UMS ANGKATAN 2007 / 2008
PENGARUH PEMAHAMAN AJARAN ISLAM DAN KONSEP DIRI TERHADAP PARTISIPASI DALAM KULIAH MAHASISWA AKUNTANSI FKIP UMS ANGKATAN 2007 / 2008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan semakin jauhnya dari ajaran-ajaran suci agama.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang pesat menimbulkan berbagai inovasi dalam pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun perkembangan yang tak terkendali ini menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar pemeluk agama, misalnya Hindu, Islam, dan Sikh di India, Islam, Kristen dan Yahudi di Palestina,
Lebih terperinciKompetensi Inti Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu, ia tidak dibatasi tebalnya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan pada dasarnya adalah transformasi pengetahuan ke arah perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan potensi manusia.oleh karena itu pendidikan tidak mengenal ruang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana
Lebih terperincipentransferan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Kebudayaan R.I. Fuad Hasan berpendapat bahwa, "Sebaik apapun kurikulum jika
2 bahwa guru merupakan pihak pertama yang paling bertanggung jawab dalam pentransferan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Terkait dengan pernyataan tersebut, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Lebih terperinci2015 PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL KE PUI AN PERSATUAN UMAT ISLAM SEBAGAI UPAYA MENANAMKAN KESADARAN SEJARAH
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SMA Prakarya merupakan salah satu lembaga pendidikan PUI di Kabupaten Majalengka, yang berbasiskan Islam maka secara otomatis mengakomodir adanya pembelajaran
Lebih terperinciPANCASILA PANCASILA DAN AGAMA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.
PANCASILA Modul ke: PANCASILA DAN AGAMA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA ABSTRACT Menjelaskan ideologi Pancasila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sangat berperan penting bagi kemajuan suatu bangsa, tidak hanya bagi individu yang menempuh pendidikan tersebut, tetapi juga berpengaruh terhadap
Lebih terperinciBAB I Pengantar PLSBT. Dosen : Elly M. Setiadi
BAB I Pengantar PLSBT Dosen : Elly M. Setiadi BAB I Pengantar Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi (PLSBT) Bab ini memberikan dasar pemahaman tentang latar belakang lahirnya PLSBT, ruang lingkup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama yang menempatkan pendidikan dalam posisi yang sangat vital. Oleh karena itu Muhammadiyah yang dikenal sebagai gerakan Islam modern di Indonesia, menjadikan
Lebih terperinciMODEL PENELITIAN AGAMA
MODEL PENELITIAN AGAMA Diajukan Sebagai Tugas Makalah Dalam Mata Kuliah Metodologi Studi ISlam DOSEN PEMBIMBING Fitri Oviyanti, M.Ag DISUSUN OLEH Lismania Nina Lingga Sari FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pandangan sosiolinguistik menyebutkan bahwa bahasa lahir di dalam masyarakat. Melalui media bahasa, sebuah kebiasaan lisan terbentuk secara turun temurun di dalam masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, keyakinan, ras, adat, nilai,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka diperlukan guru yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, pendidikan agama semakin dibutuhkan oleh manusia, terutama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini, pendidikan agama semakin dibutuhkan oleh manusia, terutama pendidikan agama
Lebih terperinciSTMIK AMIKOM YOGYAKARTA
PANCASILA SEBAGAI DASAR HUKUM TERTINGGI DISUSUN OLEH NAMA : ALFAN RASYIDI NIM : 11.12.5949 KELOMPOK : I DOSEN : Drs.Mohammad Idris.P,MM STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAK Pancasila ditinjau dari pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta didik. Diasumsikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai suku bangsa tentunya kaya akan budaya dan tradisi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Situasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan agama Islam sebagai suatu disiplin ilmu, mempunyai karakteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat mungkin berbeda sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Zuhairi, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (solo: Ramadhani, 1993), hal. 9.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman sekarang ini, pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia. Tetapi, pendidikan itu kurang lengkap apabila hanya mencetak lulusan yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang mesti didapatkan oleh semua orang, karena
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan hal yang mesti didapatkan oleh semua orang, karena dengan mendapatkan pendidikan seseorang dapat mengembangkan dirinya sesuai dengan kebutuhan dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an telah melakukan proses penting dalam pendidikan manusia sejak diturunkannya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ayat-ayat
Lebih terperinciMAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan
MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN Imam Gunawan PERENIALISME Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad 20. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang
Lebih terperinciRAMADAN Oleh Nurcholish Madjid
c 1 Ramadan d 20 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid Sesungguhnya orang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetar hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-nya, bertambahlah
Lebih terperinciBAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. penulis angkat dalam mengkaji pendidikan ekologi dalam perspektif Islam,
161 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagaimana telah diuraikan dalam bab pendahuluan, bahwa penelitian ini akan diarahkan guna menjawab rumusan masalah yang telah penulis angkat dalam mengkaji pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan hidup, merupakan hal yang menjadi variabel pembeda antara manusia dengan makhluk lain yang
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Agama Bobot Mata Kuliah : 2 Sks Deskripsi Mata Kuliah : Mengkaji aspek-aspek yang berhubungan dengan makhluk, mengkaji sifat dan kekuasaan Allah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD
BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD Berbagai pengertian dan pengembangan pendidikan Islam yang disampaikan oleh beberapa ahli pendidikan
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Agama Bobot Mata Kuliah : 3 Sks Deskripsi Mata Kuliah : Mengkaji aspek-aspek yasng berhubungan dengan makhluk, mengkaji sifat dan kekuasaan Allah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN
84 BAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN Keyakinan agama dewasa ini telah dipinggirkan dari kehidupan manusia, bahkan harus menghadapi kenyataan digantikan oleh ilmu pengetahuan. Manusia modern merasa tidak perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memajukan kehidupan generasi sejalan dengan tuntunan masyarakat. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak manusia menghendaki kemajuan dalam kehidupan, sejak itulah timbul gagasan untuk melakukan pengalihan, pelestarian dan mengembangkan kebudayaan melalui
Lebih terperinciALLAH, UNIVERSALITAS, DAN PLURALITAS
ALLAH, UNIVERSALITAS, DAN PLURALITAS Achmad Jainuri, PhD IAIN Sunan Ampel, Surabaya Abstraksi Harold Coward menulis sebuah buku menarik, Pluralism Challenge to World Religions. Gagasan pluralisme dewasa
Lebih terperinci2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu cita-cita besar dari kebijakan sistem pendidikan nasional saat ini adalah dapat terjadinya revolusi mental terhadap bangsa ini. Mengingat kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan akan menentukan kelangsungan hidup manusia. Seorang manusia tidak cukup dengan tumbuh
Lebih terperinciPANCASILA PENDAHULUAN. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.
PANCASILA Modul ke: PENDAHULUAN Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Pancasila PENDAHULUAN Kontrak perkuliahan, Rencana Pembelajaran, Deskripsi Perkuliahan,
Lebih terperinciTeori Kebudayaan Menurut E.K.M. Masinambow. Oleh. Muhammad Nida Fadlan 1
Teori Kebudayaan Menurut E.K.M. Masinambow Oleh. Muhammad Nida Fadlan 1 Sebagai seorang akademisi yang sangat memperhatikan aspek-aspek pengajaran dan pengembangan kebudayaan, E.K.M. Masinambow merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan
Lebih terperinciBAB V KESMPULAN. Jemaah Ahmadiyah, demikian mereka memanggil dirinya, di Pakistan,
BAB V KESMPULAN 5.1. kesimpulan Jemaah Ahmadiyah, demikian mereka memanggil dirinya, di Pakistan, negara kelahirannya sendiri, sejak 1889, secara konstitusional pada tahun 1984, dianggap sebagai kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Artinya : Terjemahnya, Diponegoro, Bandung, 2005, hlm. 6.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia merupakan salah satu komponen kehidupan yang paling urgen. Aktivis ini telah dimulai sejak manusia pertama ada di dunia sampai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian dan diskusi hasil penelitian yang telah disajikan pada Bab IV, dapat ditarik kesimpulan dan rekomendasi penelitian sebagai berikut: A. Kesimpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak dan budi mulia serta ketrampilan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar peserta didik secara aktif, mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
Lebih terperinci