MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM CREATING MATERI PERBANDINGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 TULUNGAGUNG

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

PENGGUNAAN ALAT PERAGA KARTU BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV DI SDN 2 SANGGRAHAN

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 105 PEKANBARU

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SDN 26 PASAMAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DI SEKOLAH DASAR

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMELAJARAN IPS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DI SD NEGERI 03 KOTO KACIAK MANINJAU

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 7, Nomor 1, Januari 2017ISSN

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

Randi Pratama 1 Dinawati Trapsilasiwi 2 Susi Setiawani 3 ABSTRACT

Premiere Educandum Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran

UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN (PKn) STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SMP

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan

Evrialiani Rosba* Pendidikan Biologi STKIP PGRI SUMBAR Jalan Gunung Pangilun, Padang (Diterima Agustus 2015, disetujui November 2015) ABSTRACT

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS VII 7 SMPN 1 SOLOK SELATAN

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

masih rendah. Rendahnya prestasi belajar tersebut ditandai dengan masih banyakya

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

Suparmi SMP Negeri 25 Pekanbaru

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DI SEKOLAH DASAR. Oleh. Ramadhani

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SD

Abstrak. Abstract. Achmad Sofiyullah et al., Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Melalui...

IMPLEMENTASI PEMBERIAN PENGUATAN DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

Pendahuluan. Meris et al., Meningkatkan Kemampuan Menulis...

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

Wirdah Pramita N. 1, Didik S.P. 2, Arika I.K. 3

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Beji Kabupaten Pasuruan pada tanggal 11 Agustus Dalam observasi

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL PENELITIAN

Dwi Ratnasari Dewi SMP Negeri 11 Madiun

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

Deztyra Nur Imamah 25, Hobri 26 dan Arika Indah K 27

THE APPLICATION OF ACTIVE LEARNING STRATEGY INSTANT ASSESSMENT

Sarinawati Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Bahorok Surel :

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR TEKNOLOGI PENGUKURAN DENGAN METODE PROBLEM SOLVING

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR HITUNG PECAHAN DENGAN PENDEKATAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL TALKING STICK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV DI SDN 10 SUNGAI SAPIH PADANG

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh: SASMITASARI E1R

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang. Keywords: model of problem based learning, critical thinking

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

UPAYA PENINGKATAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA SMA KELAS XI MELALUI METODE PROBLEM POSSING. Abstrak

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) MELALUI STRATEGI PROBLEM SOLVING

Oleh: Rahmat Yulianto, Fakultas Ilmu Pendidikan, Abstrak

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VIII.B SMP NEGERI 3 BAHOROK

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI METODE KERJA LABORATORIUM YANG DILENGKAPI LEMBARAN KERJA SISWA PADA KOMPETENSI DASAR KESETIMBANGAN KIMIA

Mukarromah et al., Penerapan Model Pembelajaran...

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM SIRKULASI MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL SMP NEGERI 2 MEMPAWAH

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MEDIA PENGGARIS RAPITUNG. Devi Afriyuni Yonanda Universitas Majalengka

P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol.3, No.1, Mei 2016

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan beberapa pihak. 27

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar

B. Disain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja: 2008)

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 15 PADANG

Rahmawati et al., Metode Problem Solving...

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research.

Oleh:Herlina Binti Marthin Pembimbing: (1) Ipung Yuwono dan (2) Rini Nurhakiki Program Studi Pendidikan MatematikaFMIPA Universitas Negeri Malang.

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI UPW SMK NEGERI 1 JEMBER MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

Prosedur penelitian dilaksanakan dengan menggunakan siklus-siklus

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol. 1, No. 2, September 2013 ISSN:

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS VI SD NEGERI 30 SUNGAI NANAM KABUPATEN SOLOK

PENERAPAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-H SMP NEGERI 7 MALANG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan jenis penelitian tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action

PENGGUNAAN STRATEGI INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII A DI SMPN I GENENG NGAWI TAHUN AJARAN

BAB III METODE PENELITIAN

Fatma Kumala 1, Sehatta Saragih 2, Nahor Murani Hutapea 3 No. Hp.

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research), yaitu bentuk penelitian yang bersifat reflektif

Devi Yuniar 16, Hobri 17, Titik Sugiarti 18

BAB III METODE PENELITIAN. terkait dan berkesinambungan yaitu (1) Perencanaan (planning), (2)

Kata kunci: Penerapan Teori Belajar Gagne Berbasis Inquiring Minds What To Know, Aktivitas dan Hasil Belajar.

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

Departement of Mathematics Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education University of Riau

Infinity Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 5, No. 1, Februari 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 3 No. 3 November 2015

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE PROBLEM-BASED LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. tahap prasurvei hingga dilaksanakan tindakan.

Transkripsi:

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM CREATING MATERI PERBANDINGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 TULUNGAGUNG Endro Purwanto Guru SMP Negeri 3 Tulungagung ABSTRACT: Based on the preliminary observation in SMPN 3 Tulungagung, have been obtained if there were no special efforts to increase the ability of problem solving through the Problem Creating- Learning on the students. This research was a class-action research which collaboratively conducted between the researcher as a teacher and mathematic teachers and peers as observers. The research subject was the students of VII,9 which amount 29 students. The data has been collected by (1) the learning process, (2) observation of the students activities during the learning process, (3) observation of the teachers activities during the Problem Creating-Learning, (4) Analysis of Students work based on the answers of the Students Worksheet, (5) Achievement test. On the problem creating-learning, in order to increase the ability of problem solving on the students, the researcher suggests to the teachers to : allocate the time carefully in designing the lesson plan and managing the learning process, to arrange, to supervise and to lead the students so they would optimally do the team work. Keywords : Problem Solving, Problem Creating-Learning, Ratio. Proses pembelajaran di sekolah masih didominasi oleh sebuah paradigma yang menyatakan bahwa sebuah pengetahuan (knowledge) merupakan perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Di samping itu, situasi kelas sebagian besar masih berfokus pada guru (teacher) sebagai sumber utama pengetahuan, serta penggunaan metode ceramah sebagai pilihan utama strategi belajar mengajar. Salah satunya dengan mengembangkan pendekatan, strategi, model, dan metode pembelajaran yang sudah ada. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa mayoritas proses belajar mengajar di Indonesia masih dilakukan dengan metode ceramah, mencatat materi dan langsung mengerjakan soal-soal. Guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. (Kholik, 2011). Dari hasil observasi awal dan wawancara siswa diperoleh 66

kesimpulan sementara bahwa rendahnya hasil belajar materi perbandingan disebabkan karena kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan, sehingga siswa tidak tertarik mengikuti pembelajaran matematika dan bermuara pada rendahnya hasil belajar siswa. Model pembelajaran yang umumnya digunakan guru matematika untuk menjelaskan materi perbandingan adalah berupa ceramah konsep diselingi sedikit tanya jawab, pemberian contoh, diikuti penugasan berupa pemberian latihan mengerjakan soal-soal secara individu. Untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang bersifaf inovatif dari guru maka diperlukan suatu pembelajaran yang membuat guru lebih inovatif dan siswa akan lebih aktif. Barlow (2010) dalam penelitiannya memaparkan bahwa dengan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan pembelajaran problem creating siswa lebih aktif dan tertantang dalam memecahkan masalah dan guru menjadi inovatif menciptakan masalah. Berdasarkan pada uraian permasalahan yang sudah dijelaskan di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Pembelajaran Problem Creating Materi Perbandingan Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Tulungagung. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh langkah-langkah pembelajaran Problem Creating yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah materi perbandingan Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Tulungagung. METODE Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) merupakan salah satu jenis penelitian yang berupaya memecahkan masalah-masalah yang dihadapi guru yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelasnya sendiri. Model atau desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang paling umum digunakan adalah model dari Kurt Lewin, sebagai orang yang pertama kali memperkenalkan penelitian tindakan atau action research. Komponen pokok dalam penelitian tindakan Kurt Lewin yaitu: 67

1) Perencanaan (planning), 2) Tindakan (acting), 3) Pengamatan (observing) dan 4) Refeksi (reflecting). Pengumpulan data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa observasi aktivitas siswa memberi tanda checklist pada lembar observasi yang telah disediakan. Aspek yang diobservasi meliputi kegiatan pembelajaran mulai kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Analisis data dilaksanakan setelah data terkumpul. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan data kuantitatif berupa nilai yang diperoleh dari tes hasil belajar siswa. Setelah data tes terkumpul maka tes diberi nilai sesuai dengan pedoman penilaian. Pada penelitian ini dikatakan berhasil jika hasil persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal sekurang-kurangnya 75% siswa di kelas mencapai taraf nilai minimal 75. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Pengamatan proses pembelajaran matematika Problem Creating dari pengamat I dan Pengamat II pada pertemuan I dan pertemuan II dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1 Data Proses Pembelajaran Pertemuan I dan Pertemuan II Pengamat I Pertemuan Aktifitas Guru dan Siswa Kemampuan Memecahkan Masalah AG AS Diskusi Presentasi I 61 57 20 21 Persentase Rata-rata (81%) (81%) (80%) (84%) II 61 58 21 23 Persentase Rata-rata (81%) (83%) (84%) (92%) Total Persentasi nilai rata-rata 61(81%) 82 (82%) 20,5(83%) 22(88%) Pengamat II Pertemuan Aktifitas Guru dan Siswa Kemampuan Memecahkan Masalah AG AS Diskusi Presentasi I 64 60 21 21 Persentase Rata-rata (85%) ( 86%) (84%) (84%) II 63 58 22 24 Persentase Rata-rata (84%) (83%) (88%) (96%) Total Persentasi Nilai Rata-rata 63,5(85%) 59( 85%) 21,5 (86%) 22,5(90%) Siklus I Persentasi Nilai Rata-rata 62,5 (83%) 58,25 (83%) 21 (84%) 22,25 (89%) 68

Pada siklus I setelah pertemuan pertama dan pertemuan kedua diberikan tes hasil belajar untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada materi perbandingan senilai. Berikut soal dan jawaban siswa yang dikerjakan secara mandiri. Tentukan perbandingan a, b, dan c. Jika a : b = 7 : 4 dan b : c = 18 : 11 Jawaban siswa yang ditulis adalah sebagai berikut. Dari jawaban di atas siswa siswa sudah menuliskan jawaban yang benar dalam menyelesaikan masalah pada soal perbandingan senilai. Langkah-langkah seperti pada bagian diketahui ditanyakan, jawab, dan hasil akhir juga sudah tampak. Siswa juga sudah menunjukkan cara penyelesaian yang tepat. Berikutnya soal nomor 2 dan jawaban siswa. Perbandingan dua buah bilangan adalah 2 : 3. Jika masing-masing bilangan itu ditambah 4, perbandingannya menjadi 3 : 4. Tentukan kedua bilangan itu. Jawaban siswa yang dituliskan. Dari jawaban di atas terlihat bahwa siswa belum menuliskan cara yang tepat dalam menyelesaikan masalah soal cerita mengenai perbandingan senilai tetapi hasilnya sudah benar. Siswa mestinya menjawab dengan memisalkan menggunakan bentuk aljabar kemudian menyelesaikan dengan persamaan linear dua variabel sehingga ditemukan kedua bilangan tersebut. Berikut soal nomor 3 dan jawaban siswa. Tanti membuat dua macam roti, yaitu roti berisi cokelat dan keju. Untuk membuat 18 roti cokelat memerlukan 4 kg terigu. Untuk membuat 15 roti keju memerlukan 3 kg terigu. Berapa kg terigu yang diperlukan jika Tanti akan membuat 216 roti coklat dan 135 roti keju? Jawaban siswa yang dituliskan. 69

Dari jawaban di atas terlihat bahwa siswa belum menuliskan cara yang tepat dalam menyelesaikan masalah soal cerita mengenai perbandingan senilai tetapi hasilnya sudah benar. Hasil yang diperoleh dalam pengamatan selama proses Tabel 2 Pembelajaran pada siklus 1 No Kelemahan siklus 1 Penyebabnya Perbaikan 1 Pembelajaran Terdapat Problem Creating beberapa siswa cenderung yang belum siap menggunakan waktu untuk duduk yang lama. berkelompok 2 Pada saat presentasi, guru meminta menyita cukup siswa untuk banyak waktu bagi menuliskan di siswa untuk papan tulis menyampaikan hasilnya pembelajaran dan hasil evaluasi proses, maka pelaksanaan tindakan pada siklus I perlu dilakukan perbaikan. Keputusan ini didasarkan pada hasil evaluasi proses sebagai kriteria pokok menunjukkan hasil belajar secara klasikal kurang memenuhi kriteria ketuntasan. Deskripsi kekurangan pembelajaran pada siklus I dan perbaikan pembelajaran pada siklus II ditunjukkan dalam tabel berikut ini. Pada saat pergantian jam siswa sudah duduk berkelompok dan guru hendaknya mengatur waktu dengan lebih efisien Persiapan presentasi dibuatkan oleh guru, sehingga siswa hanya mengisi format di papan tulis, kemudian menyampaikan dalam bentuk lisan. Penulisan di papan tulis dimaksudkan agar hasilnya dapat dibaca oleh kelompok lain yang akan melakukan koreksi terhadap hasil diskusi tersebut. 3 Presentasi yang dilakukan pada kegiatan pembelajaran siklus 1 hanya terbatas pada beberapa kelompok saja. Siswa atau kelompok lain belum berani mendiskusikan hasil kelompok di depan kelas Untuk meningkatkan proses agar berjalan optimal, maka diperlukan presentasi oleh keseluruhan kelompok yang dilakukan secara bergilir dengan waktu yang tersedia Pada siklus II setelah pertemuan pertama dan pertemuan kedua peneliti memberikan tes hasil belajar untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada materi 70

perbandingan berbalik nilai. Soal dan jawaban siswa yang ditulis adalah sebagai berikut. Seorang pemborong memperkirakan dapat menyelesaikan suatu pekerjaan selama 40 hari dengan banyak pekerja 48 orang. Setelah 10 hari pekerjaan itu berhenti selama 6 hari. Berapa banyak pekerja yang harus ditambahkan agar pekerjaan itu dapat selesai dalam waktu yang telah ditentukan. Jawaban siswa yang dituliskan. Dari jawaban di atas siswa sudah menuliskan jawaban yang benar dalam menyelesaikan masalah pada soal perbandingan berbalik nilai. Langkah-langkah menjawab sudah tampak. Siswa juga sudah menunjukkan cara penyelesaian yang tepat. Soal dan jawaban siswa yang selama 30 menit karena mengalami kejang otot. Agar ia sampai digaris finish sesuai rencana semula, berapa kecepatannya? Jawaban siswa yang dituliskan. Dari jawaban di atas terlihat bahwa siswa sudah menuliskan cara menjawab yang tepat dalam menyelesaikan masalah soal cerita mengenai perbandingan berbalik nilai. Perbandingan tentang peningkatan proses pembelajaran menggunakan pembelajaran matematika Problem Creating pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel berikut. ditulis adalah sebagai berikut. Dalam suatu lomba gerak jalan, seorang peserta berjalan dengan kecepatan 6 km/jam agar sampai ke garis finish dalam waktu 5 jam. Setelah 2 jam berjalan ia berhenti 71

Tabel 3 Perbandingan Proses Pembelajaran Siklus I dan Siklus II. Siklus Aktifitas Guru dan Siswa Kemampuan Memecahkan Masalah AG AS Diskusi Presentasi I 62,5 (83%) 58,25 (83%) 21 (84%) 22,25 (89%) Persentase Rata-rata 62,5 (83,3%) 58,25 (83%) 21,6 (86,5%) II 62,5 (83,3%) 65 (92,9%) 23 (94%) Persentase Rata-rata 62,5 (83,3%) 65 (92,9%) 23,5 (95%) Peningkatan 0% 9,6% 7,5% 24 (96%) Berdasarkan paparan hasil data, maka terdapat temuan temuan, yaitu siswa mulai berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Namun masih terdapat siswa yang tidak mau berdiskusi dalam kelompok. sehingga selama proses pembelajaran berlangsung, siswa diberi kesempatan bekerja secara berkelompok untuk menyelesaikan suatu permasalahan secara bersama. Belajar secara berkelompok dapat memberi kesempatan siswa untuk mendiskusikan masalah, menentukan strategi pemecahannya, dan menghubungkan masalah tersebut dengan masalah-masalah lain yang telah dapat diselesaikan sebelumnya (Hariyanto, 2010). Aktivitas siswa bekerja dan belajar sudah berjalan cukup efektif, dimana siswa dapat berdiskusi dan berkolaborasi dalam melakukan pembelajaran dengan menggunakan lembar kerja siswa (LKS). Hal tersebut dikarenakan guru telah memberikan stimulus belajar, perhatian dan motivasi, respons yang dipelajari, penguatan dan umpan balik pada saat diskusi kelompok. ini telah sesuai dengan pendapat Abussalam (2011) yang mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan mengajar hendaknya diperhatikan beberapa prinsip belajar sehingga pada waktu proses belajar mengajar, siswa melakukan kegiatan belajar secara optimal. Ada beberapa prinsip belajar yang dapat menunjang timbulnya keaktifan belajar siswa, yakni stimulus belajar, perhatian dan motivasi, respons yang dipelajari, penguatan dan umpan balik, serta pemakaian dan pemindahan. Siswa sudah berani mengemukakan pendapat dan menyalahkan pendapat temannya yang tidak sesuai dengan 72

pendapatnya. Suasana terlihat aktif dan siswa antusias menyelesaikan tugas-tugas yang ada di lembar kerja siswa (LKS) secara berkelompok. Namun masih ada sebagian kelompok yang pasif dalam mengerjakan LKS. Guru hendaknya mengembangkan potensi diri siswa dengan cara mengemukaan pendapat, menyampaikan sanggahan dan lebih aktif dalam jalannya diskusi yang berlangsung saat proses belajar mengajar. Siswa lebih berani mengajukan pernyataan dan menjawab pertanyaan guru. Namun masih terdapat juga siswa yang masih pasif dalam mangajukan dan menjawab pertanyaan guru. Hal tersebut dikarenakan efektivitas interaksi guru siswa dalam proses pembelajaran antara lain ditentukan oleh faktor komunikasi. Menurut Depdiknas dalam Soetaman (2012) keberhasilan interaksi guru-siswa, salah satunya sangat ditentukan oleh pola komunikasi yang digunakan oleh guru pada saat berinteraksi dengan siswa di kelas. Pada kegiatan presentasi, diskusi berlangsung dengan baik dan menarik karena kelompok lain aktif dalam menanggapinya. Siswa dapat menyampaikan hasil diskusinya dengan benar. Walaupun terdapat dua kelompok yang masih belum tepat dalam menyampaikan hasil diskusinya tetapi guru dapat membimbing diskusi kelompok dengan baik sehingga siswa yang merasa kesulitan dapat teratasi. Sudrajat (2011) mengatakan bahwa guru sebagai pembimbing dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya, harus membantu pemecahannya (remedial teaching). Pada siklus pertama kemampuan siswa dalam melakukan problem solving masih kurang, setelah mendapat bimbingan dalam pembelajaran problem creating, pada siklus kedua siswa sudah mampu menunjukkan kemampuan mereka menyelesaikan masalah perbandingan dalam bentuk soal cerita. Hal tersebut dikarenakan kemampuan penguasaan menciptakan masalah dibutuhkan seorang guru ketika mengajar siswa di kelas (Barlow T, 2010). Guru 73

dapat memusatkan pada pengembangan masalah utama sebuah konsep atau tujuan pada mata pelajarannya. Dengan demikian hendaknya guru dapat membuat model masalah. Dengan menciptakan masalah sendiri, maka dapat dihubungkan antara pembelajaran matematika dengan pengalaman dan budaya siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa langkah pembelajaran problem creating yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah adalah (1) menentukan tujuan pembelajaran dengan memfokuskan pada pengertian perbandingan dan menyelesaikan masalah perbandingan senilai dan perbandingan berbalik nilai; (2) menentukan konteks masalah berhubungan dengan perbandingan yang nanti akan digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa. (3) menciptakan masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada materi perbandingan, perbandingan senilai, dan perbandingan berbalik nilai. (4) mengantisipasi jawaban siswa dalam pembelajaran siklus I dan siklus II, guru mengantisipasi jawaban siswa dengan memberikan masalah pada LKS dengan tingkat kesukaran yang semakin meningkat; (5) merefleksikan dan mengimplementasi masalah tes hasil belajar. Kemampuan pemecahan masalah melalui pembelajaran Problem Creating materi perbandingan telah mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I terlihat bahwa ada 11 siswa dari 29 siswa atau sebesar 38% yang belum mencapai skor minimal 75, dan sebayak 21siswa dari 29 siswa atau sebesar 62% yang memperoleh skor minimal 75. Sedangkan pada siklus II terlihat bahwa ada 3 siswa dari 29 siswa yang mendapat nilai di bawah ratarata ketuntasan minimal atau sebesar 10% yang belum mencapai skor minimal 75, dan sebayak 26 siswa dari 29 siswa atau sebesar 90% yang memperoleh skor minimal 75. SARAN Dalam pembelajaran materi perbandingan dengan pembelajaran problem creating agar dapat 74

meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, peneliti menyarankan kepada para guru sebagai berikut. Penerapan model pembelajaran problem creating dapat meningkatkan pemecahan masalah siswa, oleh karena itu pembelajaran tersebut hendaknya dapat dijadikan pertimbangan guru dalam mengajarkan pelajaran matematika. Penerapan pembelajaran problem creating hendaknya dapat digunakan oleh peneliti lain untuk melaksanakan atau mengembangkan penelitian serupa pada subyek penelitian yang berbeda. DAFTAR RUJUKAN (Online), http://muhammadkholik.word press.com/2011/11/08/metode -pembelajaran-konvensional/, diakses 31 Maret 2013. Soetaman, Naman. 2012. PTK Keberanian Berpendapat. (Online), http://gurumenulis12.blogspot.com/2012/05/ptkkeberanian-berpendapat.html diakses 12 Maret 2013. Sudrajat, Akhmad. 2011. Tentang Pendidikan. (Online), (http://akhmadsudrajat.wordp ress.com/2011/10/17/peranguru-sebagai-pembimbing), diakses 14 Desember 2011 Abussalam. 2011. Faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar. (online), http://perjanjiankerjadalamisl am.blogspot.com/2011/07/fak tot-yang-mempengaruhikeaktifan.html diakses 1 Februari 2013. Barlow T, Angela, 2010. Teaching Children Mathematics, Building Word Problems What does it take.amerika: NCTM Volume 17 Nomor 3. Hariyanto, 2010. Pengertian Diskusi Kelompok. (Online), http://belajarpsikologi.com/pe ngertian-diskusi-kelompok/ diakses 29 April 2013. Kholik, Muhammad. 2011. Metode Pembelajaran Konvensional. 75