OVERWEIGHT SEBAGAI FAKTOR RESIKO LOW BACK PAIN PADA PASIEN POLI SARAF RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara maju pernah mengalami low back pain. Prevalensi tahunannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri tulang belakang atau yang sering disebut low back pain adalah

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN TINGKAT NYERI PADA PENDERITA LOW BACK PAIN

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL

Osteoporosis, Konsumsi Susu, Jenis Kelamin, Umur, dan Daerah, Di DKI Jakarta, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. udara, bekerja disektor jasa,perusahaan, industri, rumah sakit, pertanian,

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah

HUBUNGAN ANTARA OVERWEIGHT DENGAN NYERI PUNGGUNG BAWAH DI RSUD KANJURUHAN KEPANJEN PERIODE JANUARI-DESEMBER TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. muskuloskeletal yang sering terjadi dan menyebabkan penurunan produktivitas

I. PENDAHULUAN. dari berbagai sebab (kelainan tulang punggung/spine sejak lahir, trauma,

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. gejala utama nyeri di daerah tulang punggung bagian bawah. 1

Putri AS, Saftarina F, Wintoko R Faculty of Medicine of Lampung University

BAB I PENDAHULUAN. bahwa prevalensi LBP dalam 1 tahun, adalah dari 3,9% hingga 65% (Andersson,

HUBUNGAN LAMA BERKENDARA DENGAN TIMBULNYA KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu regio lumbo-sakral

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA BURUH KAPAL

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

Oleh : Sri Wahyuni ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kerja yang meliputi pencegahan dan pengobatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. epidemi global dan harus segera ditangani. Saat ini prevalensi obesitas di

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB I. punggung bawah. Nyeri punggung bawah sering menjadi kronis, menetap atau. sehingga tidak boleh dpandang sebelah mata (Muheri, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah (NPB) sering disebut sebagai nyeri pinggang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN LOW BACK PAIN PADA PEKERJA FURNITURE

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menjadikan masalah kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ditimbulkan sesuai dengan etiologi yang terjadi (Pinzon, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. Low back pain atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu kelainan

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health

BAB V PEMBAHASAN. Jumlah pekerja pelintingan rokok di PT. Djitoe Indonesia Tobako

PENDAHULUAN. yang berkembang kian pesat sangat berpengaruh pula aktivitas yang terjadi pada

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

Disusun Oleh : Nama : Ariyanto Nim : J

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. nyeri punggung semasa hidupnya. Nyeri punggung bawah tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA PENGRAJIN SONGKET DI DESA TALANG AUR KECAMATAN INDRALAYA KABUPATEN OGAN ILIR

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. bidang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat tersebut menuntut kualitas

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas kerja akan tercapai jika semua komponen dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN LOW BACK PAIN DENGAN KUALITAS TIDUR DI RSUD Dr. MOEWARDI NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH POSISI DUDUK TERHADAP KEJADIAN LOW BACK PAIN PADA KARYAWAN BANK BRI CABANG TEBING TINGGI. Oleh : NURANNISA

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN.

HUBUNGAN SIKAP KERJA DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA RENTAL KOMPUTER DI PABELAN KARTASURA

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI POLI BEDAH RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

ABSTRAK GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA WANITA MENOPAUSE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Millennium Development Goals (MDG) telah menjadi tujuan milenium

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PETANI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. paling sering terjadi. Menurut Harrianto (2009) NPB banyak diderita oleh

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap grade osteoarthritis menurut Kellgren dan Lawrence. Diagnosis. ditegakkan berdasarkan klinis dan radiologinya.

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH. Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

I. PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada daerah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, baik fisik, mental, dan sosial. Maka diperlukan suatu kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit akibat kerja merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja dalam

PENGARUH TERAPI TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN ULTRASOUND PADA LOW BACK PAIN KINETIK

Transkripsi:

OVERWEIGHT SEBAGAI FAKTOR RESIKO LOW BACK PAIN PADA PASIEN POLI SARAF RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO Hendy Purnamasari 1,Untung Gunarso 2, Lantip Rujito 1 1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto E-mail: 2 Rumah Sakit Umum Daerah Prof Margono Soekarjo Purwokerto ABSTRACT Low Back Pain (LBP) is general health issue in worldwide society. It was estimated in 40% population at Central Java above 65 years old, with prevalence of men 18,2% and women 13,6%.among Indonesian people, LBP s incidence ranges from 3-17%. This research aims to know the relationship between overweight and Low Back Pain in non-hospitalized patients in Neurology department of Prof. Dr. Margono Soekarjo Hospital. This cross-sectional study was held in 90 respondents. Quota sampling was used to collect respondent. LBP was diagnosed based on physical examination. Overweight was diagnosed as body mass index > 25 kg/m 2 in male and > 23 kg/m 2 in female. Chi square analysis showed a relationship between overweight and LBP (p=0,03). Logistic regression showed overweight contributes 16,5% in LBP (r 2 = 0, 165). Key Words: Low Back Pain, overweight PENDAHULUAN Low back Pain (LBP) merupakan masalah umum kesehatan di masyarakat yang menyebabkan ketergantungan dalam penggunaan layanan kesehatan. LBP terhitung hampir mengurangi produktivitas hingga 20 Juta USD atau setara dengan 200 milyar rupiah setiap tahunnya di Amerika. Lebih dari 80 Juta USD dihabiskan setiap tahunnya untuk mengatasi LBP di Amerika Serikat. LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama hidupnya 1. Prevalensi pertahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point prevalence rata-rata 30% 2. Di Amerika Serikat nyeri ini merupakan penyebab yang urutan paling sering dari pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia <45 tahun, urutan ke 2 untuk alasan paling sering berkunjung ke dokter, urutan ke 5 alasan perawatan di rumah sakit, dan alasan penyebab yang paling sering untuk tindakan operasi 3. Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17% 4. Kelebihan berat badan meningkatkan berat pada tulang belakang dan tekanan pada diskus, struktur tulang belakang, serta herniasi pada diskus lumbalis yang rawan terjadi 5,6. Terdapat hubungan yang signifikan antara lama duduk dengan LBP 7. Faktor 26

risiko LBP lain juga diketahui meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan obesitas (BMI > 25 kg/m 2), kebiasaan merokok, kurangnya aktivitas, serta kerja berat 8,9. Berat badan merupakan salah satu faktor ekspresi dari gaya hidup. Semakin tidak teratur gaya hidup dengan tidak mengontrol pola makan, semakin tinggi resiko terkena obesitas. Hal ini membawa konsekuensi akan meningkatnya resiko terkena penyakit-penyakit lain salah satunya adalah nyeri pinggang bawah. Oleh karena itu penelitian ini akan mengemukakan relevansi obesitas terhadap kejadian LBP di rumah sakit Margono Soekarjo Purwokerto. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan survei analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi target penelitian ini adalah semua pasien poli saraf RSUD yang didiagnosis LBP saat penelitian berlangsung dan didapatkan 82 sampel dengan LBP. Diagnosa LBP ditetapkan jika terdapat nyeri didaerah punggung antara sudut bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Overweight mengacu kepada World Health Organization (WHO) adalah kelebihan berat badan pada dewasa pria jika BMI > 25 kg/m 2 dan jika BMI > 23 kg/m 2 pada perempuan dewasa. Data dari penelitian ini dikumpulkan dengan cara melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mendapatkan nilai BMI pada pasien LBP. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 82 pasien terdiagnosis LBP dan sisanya 8 orang terdiagnosis non LBP. Gambaran karakteristik pasien yang terdiagnosis LBP berdasarkan jenis kelamin yang dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Pasien LBP Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Frekuensi Persentase Kelamin Laki-laki 32 orang 39,02% Perempuan 50 orang 60,98% Total 82 orang 100% Tabel tersebut menggambarkan bahwa di Poli Saraf RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto jumlah pasien LBP yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada yang berjenis kelamin lakilaki. Tabel 2. Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia Usia Frekuensi Persentase 25-34 tahun 1 orang 1,1% 35-44 tahun 9 orang 10% 45-54 tahun 23 orang 25,6% > 54 tahun 57 orang 63,3% Tabel 2 menunjukkan bahwa pasien LBP paling banyak terdapat pada usia > 54 tahun. Hal tersebut menunjukkan adanya kecenderungan bahwa LBP merupakan masalah penyakit degeneratif. Pada penelitian ini definisi overweight mengacu kepada WHO yang menetapkan kelebihan berat badan pada dewasa pria jika 27

BMI > 25 kg/m 2 dan jika BMI > 23 kg/m 2 pada perempuan dewasa. BMI pasien ditetapkan oleh peneliti setelah mengukur berat dan tinggi badan. Tinggi badan diukur saat pasien datang ke Poliklinik Saraf RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo dengan mistar pengukur tinggi badan sedangkan berat badan diukur dengan timbangan weight machine type ZT-120 yang telah dilakukan kalibrasi secara teratur tiap satu bulan. Distribusi pasien untuk overweight disajikan dalam tabel 3. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Overweight Overweight Frekuensi Persentase Ya 59 orang 65,6% Tidak 31 orang 34,4% Dari 90 responden yang diteliti diperoleh data tentang status gizi menunjukkan bahwa sebagian besar status gizi responden adalah overweight yaitu sebanyak 65,6%. Faktor mekanis pada penelitian ini adalah akibat dari trauma yang mengenai tulang belakang bawah sehingga menimbulkan manifestasi klinis LBP. Dari 90 responden yang diteliti diperoleh data tentang faktor mekanis (trauma) seperti pada tabel 4. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Faktor Mekanis (Trauma) Trauma Frekuensi Persentase Ya 29 orang 32,2% Tidak 61 orang 67,8% Faktor infeksi atau peradangan adalah adanya suatu penyakit yang menimbulkan infeksi atau peradangan pada tulang belakang bawah. Dari 90 responden distibusi frekuensi terjadinya infeksi pada tulang belakang yang dapat bermanifestasi sebagai LBP dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Infeksi Pada Tulang Belakang Infeksi Frekuensi Persentase Ya 6 orang 6,7% Tidak 84 orang 93,3% Berdasarkan hasil uji chi-square pada analisis adanya hubungan overweight dengan Low Back Pain didapatkan X 2 = 4,613, p = 0,032 atau terdapat hubungan antara overweight dengan Low Back Pain. Hubungan riwayat trauma tulang belakang dengan Low Back Pain didapatkan X 2 = 4,174, p = 0,41 atau tidak ada hubungan yang antara faktor mekanis (trauma) dengan Low Back Pain. Hubungan antara riwayat infeksi tulang belakang dengan Low Back Pain didapatkan X 2 = 0,627, p = 0,428 tidak ada hubungan antara riwayat infeksi tulang belakang dengan Low Back Pain. Berdasarkan analisis multivariat dari kelima faktor risiko yang diteliti hanya terdapat dua faktor risiko yang berhubungan signifikan secara bersamaan terhadap Low Back Pain, yakni overweight dan riwayat trauma tulang belakang. Angka R square adalah 0,165. Hal ini berarti 16,5% dari variasi Low Back Pain dapat dijelaskan oleh 28

kedua faktor risiko tersebut dan sisanya 83,5% dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Kira-kira 80% penduduk seumur hidup pernah sekali merasakan nyeri punggung bawah. Pada setiap saat lebih dari 10 % penduduk menderita nyeri pinggang. Insidensi nyeri pinggang di beberapa negara berkembang lebih kurang 15-20% dari total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri pinggang akut maupun kronik, termasuk tipe benigna. Penelitian kelompok studi nyeri PERDOSSI Mei 2002 menunjukkan jumlah penderita nyeri pinggang sebesar 18,37% dari seluruh pasien nyeri. Studi populasi dl daerah pantai utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2% pada pria dan 13,6% pada wanita. Di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta dan Semarang insidensinya sekitar 5,4 5,8%, frekwensi terbanyak pada usia 45-65 tahun 10. Pada analisis deskriptif pada penelitian ini didapatkan jumlah pasien LBP perempuan sebanyak 50 orang atau 60,98%. Namun secara statistika hasil tersebut tidak signifikan yang berarti tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan LBP. Hal ini sesuai dengan penelitian Adelia tahun 2007 11 dimana didapatkan hasil bahwa laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang. Pada penelitian ini hasil yang tidak signifikan tersebut mungkin disebabkan karena awalnya responden yang dipilih adalah pasien yang datang dengan keluhan nyeri punggung bawah tanpa adanya proporsi jumlah sampel untuk responden laki-laki maupun perempuan. Nyeri pinggang merupakan keluhan yang berkaitan erat dengan umur. Secara teori, nyeri pinggang atau nyeri punggung bawah dapat dialami oleh siapa saja, pada umur berapa saja. Hasil penelitian secara deskriptif menggambarkan bahwa LBP lebih banyak terjadi pada usia diatas 54 tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa faktor etiologik tertentu yag lebih sering dijumpai pada umur yang lebih tua. Namun secara statistik tidak ada hubungan antara usia dengan LBP, hal tersebut mungkin karena jumlah sampel yang kurang memadai dan tidak adanya pembagian proporsi sampel untuk interval usia tertentu. Biasanya Low Back Pain mulai dirasakan pada mereka yang berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima. Hal ini sesuai dengan penelitian Adelia tahun 2007 11 dimana didapatkan hasil keluhan nyeri pinggang ini semakin lama semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun Usia merupakan faktor yang mendukung terjadinya LBP, sehingga biasanya di derita oleh orang berusia lanjut karena penurunan fungsi-fungsi tubuhnya 29

terutama tulangnya sehingga tidak lagi elastis seperti diwaktu muda. Tetapi saat ini sering ditemukan orang berusia muda sudah terkena LBP, seperti sebuah penelitian yang dilakukan oleh Jacob (1998) 5 pada murid sekolah menengah atas di Skandinavia yang usianya masih sangat muda menemukan bahwa 41,6% murid sekolah menderita LBP selama duduk dikelas. Dengan demikian usia bukan lagi faktor yang memperberat melainkan faktor pendukung Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada hasil analisis bivariat terdapat hubungan antara overweight terhadap Low Back Pain. Hasil yang signifikan juga ditunjukkan pada hasil analisis multivariat dimana faktor risiko overweight signifikan terhadap Low Back Pain. Dari hasil analisis, seseorang yang overweight lebih berisiko 5 kali menderita LBP dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Richard dan Weinstein et al. 12 yakni faktor risiko LBP meningkat pada seseorang yang overweight. Ketika seseorang kelebihan berat biasanya kelebihan berat badan akan disalurkan pada daerah perut yang berarti menampah kerja tulang lumbal 13. Ketika berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan untuk menerima beban yang membebani tersebut sehingga mengakibatkan mudahnya terjadi kerusakan dan bahaya pada stuktur tulang belakang. Salah satu daerah pada tulang belakang yang paling beresiko akibat efek dari obesitas adalah verterba lumbal. Faktor mekanis pada penelitian ini menunjukkan ketidaksesuaian hasil dengan penelitian Carl tahun 1991 14 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara trauma yang mengenai tulang belakang dengan kejadian Low Back Pain kronis. Namun, pada analisis multivariat riwayat trauma tulang belakang secara bersamaaan dengan overweight memiliki hubungan dengan LBP. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada analisis univariat hanya di analisis satu faktor yakni faktor mekanis, dimana pada penelitian ini memiliki keterbatasan jumlah sampel terutama sedikitnya responden yang memiliki riwayat trauma tulang belakang sehingga hasil analisisnya pun kurang dapat menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Pada analisis multivariat faktor trauma secara bersamaan dengan overweight berpengaruh terhadap terjadinya Low Back Pain. Hal tersebut dapat dijelaskan mungkin pada orang overweight dimana dengan berat badan yang berlebih tersebut seseorang lebih berisiko untuk mengalami trauma. Trauma dibedakan menjadi 2, yaitu trauma besar dan trauma kecil. Trauma besar meliputi terbedolnya insersi otot erector trunci. Pada keadaan ini penderita dapat menunjuk daerah yang nyeri tekan pada darah tersebut (udem setempat dan hematom), ruptur ligamen interspinosum secara mutlak atau parsial mengakibatkan nyeri tajam pada tempat ruptur yang makin berat jika pasien membungkuk. Lokalisasi 30

dan nyeri tekan (+), fraktur corpus vertebra lumbal. Pada saat fraktur, penderita merasakan nyeri setempat yang kemudian dapat disertai radiasi ke tungkai (referred pain). Diagnosa dapat ditegakkan dari photo rontgen dengan menentukan sifat dan derajatnya. Gejala-gejala LPB sesuai dengan tempat yang patah. Trauma kecil terdiri dari sakroiliak strain dan lumbosakral strain. Hal ini disebabkan daerah tersebut merupakan penunjang utama dari tubuh dan aktivitas fisiknya. Kelainan terjadi karena daerah tersebut bekerja terus-menerus. Keluhan utama berupa sakit pinggang yang bersifat pegal, ngilu, panas pada bagian bawah pinggang. Tidak didapatkan nyeri tekan dan mobilitas tulang belakang masih baik 15. Infeksi tulang belakang dengan LBP tidak menunjukkan hubungan baik dalam analisis bivariat maupun multivariat. Hal tersebut mungkin disebabkan karena keterbatasan jumlah sampel dan sedikitnya responden yang memiliki riwayat infeksi tulang belakang sehingga pada analisis bivariat hasil tersebut menjadi tidak signifikan. Terdapat hubungan antara infeksi tulang belakang dengan terjadinya Low Back Pain yang persisten 16. Nyeri tulang belakang dapat terjadi jika otot, sendi, tulang dan jaringan ikat pada tulang belakang terkena peradangan akibat dari infeksi atau masalah pada sistem imun tubuh. Penyakit artritis baik karena kongenital maupun kondisi degeneratif dapat pula menyebabkan LBP. Proses infeksi ini termasuk infeksi pyogenik, osteomyelitis tuberkulosa pada vertebra, typhoid, brucelosis, dan infeksi parasit. Sulitnya mengetahui onset dan kurangnya informasi dari foto X-ray dapat menyebabkan keterlambatan diagnosis 8 10 minggu. Dengan progresivitas dari penyakit, nyeri pinggang belakang dapat dirasa semakin meningkat intensitasnya, menetap dan terasa saat tidur 11. KESIMPULAN Pada penelitian yang telah dilakukan pada 90 pasien Poliklinik Saraf di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto selama bulan Mei 2009 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara overweight dengan Low Back Pain. Faktor resiko Overweight dapat meningkatkan risiko lima kali terjadinya Low Back Pain. DAFTAR PUSTAKA 1. Andersson, GBJ. Epidemiologic features of chronic low-back pain. Lancet. 1999, 354:581-585. 2. Cooper, Phyliss G. Low Back Pain. Clinical Reference System. McKesson Health Solutions LLC, 2003, 1-16. 3. Bener et al. Obesity and Low Back Pain. Coll. Antropol, 2003, 27: 95-104 4. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri punggung bawah. Dalam: Nyeri Neuropatik, patofisioloogi dan penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS, Sadeli HA. Perdossi, 2001, 145-167 5. Jacob et al. Low back pain incident episodes: a community-based study The Spine Journal, 1998, Volume 6 (3): 306-310. 6. Elders, Devon. Activity Due To LBP. Jurnal Occup Environ Med., 2007, 389: 225-234 7. Zamna I, Hubungan Lama Duduk Saat Perkuliahan dengan Keluhan Low Back Pain.2007. Dalam: http://www.inna.ppni.or.id/index.php?name: News & file=article &sid=130. Diakses tanggal 23 Maret 2009 31

8. Williams, Argart. Age and BMI status of Low Back Pain. Jurnal Curr Opin Rheumatol., 2005, 29: 274-282 9. Mette et al Risk factors for low back pain in a cohort of 1389 Danish school children: an epidemiologic study. European Spine Journal., 1995, 8 (6): 444-450. 10. Lubis I. Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Meliala L, Nyeri Punggung Bawah, Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf, Jakarta, 2003. 11. Adelia Rizma, Nyeri Pinggang/Low Back Pain. Dalam : http://www.fkunsri.wordpress.com/2007/09/0 1/nyeri-pinggang-low-back-pain/. Diakses tanggal 23 Maret 2009 12. Richard AD dan Weinstein JN, Low Back Pain. New England Journal of Medicine. 2001, 344 (5): 363-370 13. Silveri, CP, Back Pain and Obesity. Connection to Back Pain and Development of Obesity, Spine Universe, 2009: 1-7 14. Carl, E. Badgley. The Articular Facet in Relation to Low Back Pain. Journal of Bone and Join Surgery, 2001,23:481-496. 15. Meliala L. Patofisiologi Nyeri pada Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Meliala L, Nyeri Punggung Bawah, Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta, 2003. 16. Schoffermen, Leslie et al. Occult Infections Causing Persistent Low Back Pain. European Spine Journal, 1999, 14: 467-748 32