I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hak dasar rakyat. Infrastruktur adalah katalis pembangunan. Ketersediaan

I. PENDAHULUAN. kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada

RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan Negara untuk mewujudkan tujuan bernegara

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

terukur dengan tingkat kepuasan pelayanan di bidang Bina Marga dan Pengairan.

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR DINAS PU BINA MARGA JALAN ADI SUCIPTA NO.2 CIANJUR 43211, TELP (0263) FAX PROPOSAL USULAN

2016, No Rakyat tentang Kriteria Tipologi Unit Pelaksana Teknis di Bidang Pelaksanaan Jalan Nasional di Direktorat Jenderal Bina Marga; Menging

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi

PCM ANALYSIS MENINGKATKAN EFISIENSI PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR JALAN SECARA BEKELANJUTAN

BAB I Pendahuluan I.1. Umum. I.2. Latar Belakang.

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DINAS BINA MARGA KESIAPAN MENGHADAPI HARI RAYA IDUL FITRI 1435 H/2014 M

BAB I PENDAHULUAN. Sarana infrastruktur jalan mempunyai peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

MENJADI PROVINSI YANG BERDAYA SAING MENUJU SUMATERA UTARA SEJAHTERA

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan infrastruktur merupakan bagian dari pembangunan nasional.

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. hakekatnya membangun manusia seutuhnya dan seluruhnya masyarakat

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat secara keseluruhan (Munawar, 2004). Untuk tujuan tersebut, maka

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA TAHUN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era reformasi, pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN BANYUWANGI MATRIK RENCANA STRATEGIS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Rencana Strategis. Dinas Binamarga. Kabupaten Garut. Jalan Raya Samarang No 117 Garut

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sejalan dengan berkembangnya suatu kota atau wilayah dan meningkatnya kebutuhan manusia, infrastruktur jalan sangat diperlukan untuk menunjang proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

I. PENDAHULUAN. bidang nasional dan ekonomi. Di mana dalam suatu proses perubahan tersebut haruslah

BAB III VISI, DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IX. KETERKAITAN ANTARA ALTERNATIF STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DAN IDENTIFIKASI WILAYAH CIANJUR SELATAN

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perencanaan pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses untuk mencapai

Rencana kerja (Renja) 2014

BAB I PENDAHULUAN. ke bawah justru mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini ditunjukkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB.III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

I. PENDAHULUAN. Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, persaingan yang kuat di pusat kota, terutama di kawasan yang paling

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN. barang-barang untuk memenuhi kebutuhan pokok harian, pasar juga memiliki

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Kekuasaan negara yang berkaitan dengan pengaturan tentang tanah diatur dalam

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara sedang berkembang banyak menghadapi permasalahan transportasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

INFRASTRUKTUR BAB PERHUBUNGAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah membutuhkan jasa angkutan yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun sanitasi. Infrastruktur memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, yang. pembangunannya terus mengalami perkembangan yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. beberapa diantaranya mempunyai aktifitas yang cukup tinggi dan jalan sering

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

I. PENDAHULUAN. meningkatnya berbagai aktivitas pemenuhan kebutuhan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan dan terdiri dari tahap-tahap yang satu pihak bersifat independen akan tetapi dipihak lain merupakan bagian dari sesuatu yang bersifat tanpa akhir (never ending). Pembangunan merupakan proses perubahan sosial kearah yang lebih baik dimasa sekarang maupun dimasa akan datang. Pelaksanaan pembangunan bukan merupakan proses akhir, akan tetapi suatu kontinuitas perjuangan dan realitas yang akan terus berlangsung sepanjang kurun waktu sejarah yang seluruh aspek kehidupan manusia baik bersifat jasmaniah dan rohaniah (Siagian, 2005:4). Pembangunan nasional adalah pembangunan berkelanjutan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur merata materil dan spiritual. Baik itu sosial, politik, keamanan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu yang penting dalam menunjang pembangunan adalah sistem transportasi, dimana transportasi dan perekonomian memiliki keterkaitan yang erat. Transportasi dapat mendorong peningkatan kegiatan ekonomi suatu daerah, karena dengan adanya infrastruktur transportasi maka suatu daerah dapat

2 meningkat kegiatan ekonominya, hal ini dapat dicapai dengan sistem jaringan dan konstruksi jalan yang baik. Sistem pembangunan jalan yang baik disertai dengan pemerintah selaku penyedia layanan publik dituntut untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan publiknya secara lebih baik (Siagian, 2005:142). Cita-cita yang harus dicapai dengan pembangunan seperti di atas, bila difikirkan dan direnungkan merupakan suatu tugas yang sangat berat dan panjang yang harus dilaksanakan oleh pemerintah beserta aparaturnya serta masyarakat Indonesia sendiri. Segenap aparatur pemerintah dituntut tanggung jawab dan kesungguhannya dan seluruh lapisan masyarakat diharapkan mampu berperan dan berpartisipasi secara aktif demi suksesnya pembangunan yang dilakukan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan bahkan sampai kepada pemeliharaan hasil-hasil pembangunan, sehingga pelaksanaan pembangunan benar-benar dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dalam berbagai lapisannya. Dalam rangka menetapkan tujuan pembangunan nasional, diperlukan keterlibatan pemerintah provinsi, swasta, dan masyarakat (seluruh stakeholders) dalam memantapkan peran masing-masing dalam suatu pembangunan. Kinerja perekonomian diukur dari efektifitas dan efisiensi waktu dan biaya transportasi. Makin bagus kondisi jalan, maka makin meningkat pula kinerja dan aktifitas perekonomian. Sebaliknya, jika jalan rusak atau kurang bagus, maka bisa terjadi high cost economy (ekonomi biaya tinggi) karena bertambahnya cost untuk perbaikan kendaraan. Pengadaan dan perbaikan jalan juga tergantung dengan ketersediaan dana pembangunan proyek. Jika dana terbatas sementara kebutuhan

3 sangat mendesak, maka dua kemungkinan panjang jalan tidak mencapai keadaan yang diharapkan atau panjang jalan terpenuhi tetapi kualitasnya tidak memadai. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi dalam kehidupan bangsa, kedudukan dan peranan jaringan jalan pada hakikatnya menyangkut hajat hidup orang banyak serta mengendalikan struktur pengembangan wilayah pada tingkat nasional, terutama yang menyangkut pewujudan perkembangan antar daerah yang seimbang dan pemerataan hasil-hasil pembangunan. Pembangunan jalan merupakan modal transportasi utama yang berperan penting dalam pendukung pembangunan nasional serta mempunyai kontribusi terbesar dalam melayani mobilitas manusia maupun distribusi komoditi perdagangan dan industri. Pada dasarnya jalan dapat dibagi menjadi tiga bagian ditinjau dari segi status dan tanggung jawab pembangunan dan pemeliharaan jalan. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1985 tentang jalan disebutkan bahwa jalan yang ada dalam wilayah Republik Indonesia ini terdiri dari jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kotamadya/kabupaten tingkat II. Kondisi jalan pada tiap-tiap jenis akan sangat ditentukan dari proses pembangunan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh pihak pelaksana pembangunan tersebut. Pada Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Lampung tahun 2005-2025 disebutkan bahwa pembangunan jalan di Provinsi Lampung yang sebagian besar merupakan prasarana publik memiliki nilai ekonomi, sosial dan strategis. Pembangunan jalan merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung

4 utama dinamika dan aktivitas ekonomi baik di pusat maupun di daerah, pengembangan wilayah serta prasarana penunjang yang utama bagi perekonomian. Pembangunan jalan semakin diperlukan untuk menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah, antar perkotaan dan antar perdesaan serta untuk mempercepat pengembangan wilayah dan mempererat hubungan antar wilayah. Jalan dapat meningkatkan kegiatan ekonomi di suatu tempat karena menolong orang untuk pergi atau mengirim barang lebih cepat ke suatu tujuan. Dengan adanya jalan, komoditi dapat mengalir ke pasar setempat dan hasil ekonomi dari suatu tempat dapat dijual kepada pasaran di luar wilayah itu. Selain itu, jalan juga mengembangkan ekonomi lalu lintas di sepanjang lintasannya. Menurut Pola Dasar Pembangunan Lampung dan Rencana Strategis Provinsi Lampung 2005-2010 program mempertahankan jasa pelayanan sarana dan prasarana ditujukan untuk melakukan rehabilitasi dan pemeliharaan secara rutin maupun berkala terhadap ruas jalan yang berstatus jalan Nasional dan jalan Provinsi, sementara pembangunan sarana dan prasarana transportasi ditujukan untuk peningkatan kualitas ruas jalan maupun pembangunan jalan baru. Peran jalan yang sangat penting membawa implikasi bagi pemerintah dalam mewujudkan penyelenggaraan infrastruktur jalan yang berkualitas bagi masyarakat. Salah satu upaya yang ditempuh adalah melalui penyediaan anggaran pembangunan jalan setiap tahun untuk kegiatan pemeliharaan, peningkatan, dan pembangunan jalan baru yang merupakan tanggung jawab pemerintah atau

5 pemerintah daerah. Namun, demikian upaya dan kerja keras yang ditempuh pemerintah tersebut nampaknya belum mampu mencapai keberhasilan yang diharapkan seluruh pihak. Kebijakan investasi untuk pembangunan infrastruktur jalan masih menghadapi hambatan besar dalam keterbatasan dana, baik pada tingkat pusat maupun daerah. Saat ini kondisi jalan Nasional maupun jalan Provinsi keadaannya lebih buruk dari kondisi sebelumnya. Hal ini disebabkan karena ruas-ruas jalan yang ada telah berakhir umur rencananya. Artinya, daya tahan jalan memiliki limit, sehingga ketika jatuh tempo harus diperbaiki maka seketika itu juga harus dilakukan perbaikan. Jika tidak dilakukan, maka efeknya adalah kondisi jalan menjadi rawan mengalami kerusakan yang lebih parah, sehingga jika kemudian diperbaiki akan menelan dana yang lebih besar lagi. Kondisi ini jelas menjadi dilema, dimana di satu sisi kebutuhan masyarakat akan jalan semakin meningkat seiring meningkatnya volume pengguna jasa baik kendaraan maupun orang dalam kerangka aktivitas perekonomian, sementara di sisi lain political will pemerintah dalam mengalokasikan anggaran belum menempatkan subsektor jalan sebagai prioritas. Namun karena keterbatasan anggaran belum dapat dilaksanakan perbaikan ataupun peningkatan kualitasnya. Konsentrasi anggaran yang ada masih diprioritaskan bagi program-program pemulihan ekonomi rakyat, sehingga program peningkatan prasarana transportasi menjadi terabaikan. Sebagai gambaran, kondisi jalan nasional dan provinsi 5 tahun anggaran terakhir adalah sebagai berikut:

6 Tabel 1. Kondisi Jalan di Daerah Provinsi Lampung Tahun Mantap Sedang Rusak Nas. Prov. Nas. Prov. Nas. Prov. 2007/2008 90,55 86,50 9,45 6,74-6,67 2008/2009 77,46 51,18 18,13 28,58 4,41 20,24 2009/2010 64,48 37,85 28,70 39,85 6,82 22,30 2010 34,57 42,19 47,25 29,03 18,80 28,78 2011 52,79 47,40 35,89 25,62 11,32 26,98 2012 50,92 56,02 17,30 24,86 26,68 24,2 Sumber:Laporan Pertanggungjawaban Dinas Bina Marga Provinsi Lampung 2012 Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa, saat ini target yang ditetapkan pemerintah sebesar 100% jalan Nasional serta 90% jalan Provinsi dalam kondisi mantap. Namun kondisi beberapa tahun terakhir tingkat kemantapan jalan Nasional maupun Provinsi semakin menurun hingga titik terendah yakni TA 2009/2010 maupun TA 2011/2012. Hal tersebut disebabkan minimnya ketersediaan dana yang tidak sesuai dengan kebutuhan padahal ketersediaan jalan sangat padat modal. Saat ini Provinsi Lampung berupaya terus untuk meningkatkan sarana dan prasarana, khususnya transportasi. Sarana jalan merupakan sarana penting dalam tatanan kehidupan masyarakat Kota Bandar Lampung. Kelebihan beban transportasi yang terjadi saat ini menjadikan infrastruktur jalan di Lampung sering mengalami kerusakan. Kondisi jalan raya di Provinsi Lampung dinyatakan hanya 43,8% saja yang mantap, 56,82% dalam keadaan rusak, dan untuk memperbaikinya terkendala dana yang tidak mencukupi. Sementara itu jalan nasional sedikit lebih baik yaitu 87,17 % dalam keadaan layak, 6,75% rusak ringan dan 6,08% rusak berat. Hingga saat ini existing panjang jalan nasional mencapai 1.159,57 km dengan perincian jalan lintas timur 268,31 km, jalan lintas

7 tengah 159,50 km, jalan lintas barat 309,53 km, dan jalan lintas pantai timur 204,40 km, feeder road 155,41 km, dan jalan dalam kota 6,22 km. Sedangkan jalan Provinsi tercatat 2450,15 km, jalan Kabupaten 6.457,81 km, sehingga jumlah total panjang jalan di Lampung adalah 10.057,53 Km. Maka sebagai tindak lanjut kondisi tersebut, diperlukanlah suatu jaringan jalan baru yang mampu mendukung terciptanya suatu sistem transportasi yang efektif dan efisien tanpa membebani jaringan jalan yang sudah ada. Salah satu program pemerintah pusat bersama-sama dengan pemerintah daerah dalam rangka pelaksanaan program peningkatan prasarana kota terpadu. Puluhan paket pekerjaan infrastruktur jalan akan dilakukan oleh Dinas Bina Marga Provinsi Lampung dan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Bandar Lampung. Pekerjaan itu terdiri perawatan berkala, peningkatan, hingga pelebaran jalan yang diikuti dengan peningkatan kualitas jalan hingga pembangunan jalan dan jembatan. Proyek pembangunan jalan ini dilakukan pada tahun anggaran 2013, dianggarkan peningkatan dan pelebaran Jl. Jend. Sudirman, Jl. A. Yani, Jl. P. Diponegoro, Jl. R.A. Kartini, Jl. Imam Bonjol, Jl. Pagar Alam, hingga kawasan wisata Batu Putu. Peningkatan dan pelebaran Jalan ini diharapkan mampu mengurangi kemacetan bagi kendaraan yang melintasi Jalan tersebut. Sebagai contoh yaitu pembangunan Jalan Lingkar Batu Putu di Kota Bandar Lampung, proyek pembangunan jalan ini dilakukan pada tahun anggaran 2013. Pembangunan Jalan Lingkar Batu Putu ini merupakan program pembangunan Jalan Non Link. Pembangunan jalan tersebut berada di Jl. Saleh Raja Kesuma Yudha, Kelurahan Sukarame II Sumur Putri, Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. Pelaksanaan pembangunan jalan ini

8 merupakan kewenangan dari Dinas Bina Marga Provinsi Lampung. Proyek ini direncanakan menelan dana sekitar Rp 5.000.000.000,- dengan waktu pelaksanaan pekerjaan 180 hari. Pembangunan Jalan Non Link adalah Pembangunan Jalan yang dilimpahkan atau diambil alih kewenangan atau pelaksanaannya tidak melihat status jalan tersebut, Adapun status jalan di Indonesia yaitu meliputi : 1. Jalan Nasional yang di kelola dan merupakan tanggung jawab dari Kementerian Pekerjaan Umum. 2. Jalan Provinsi yang di kelola dan merupakan tanggung jawab dari Dinas Bina Marga Provinsi. 3. Jalan Kabupaten / Kota yang di kelola dan merupakan tanggung jawab dari Dinas Bina Marga Kabupaten / Kota. Pembangunan Jalan Non Link yang dikelola atau dikerjakan oleh Dinas Bina Marga Provinsi Lampung untuk pembangunan Jalan Lingkar Batu Putu boleh saja dilakukan dan sudah sesuai dengan aturan yang ada, walaupun jalan tersebut berstatus Jalan Kota. Sehingga Dinas Bina Marga Provinsi Lampung tidak menyalahi aturan yang ada, mengingat Jalan tersebut merupakan Jalan Strategis sebagai akses menuju lokasi pariwisata yang berada di daerah tersebut. Pembangunan Jalan Lingkar Batu Putu di Bandar Lampung ditujukan untuk memecah kemacetan dalam kota, sekaligus memperluas kegiatan ekonomi agar menyebar ke wilayah pinggiran. Jalan Lingkar Batu Putu tersebut merupakan salah satu jaringan penopang sektor pariwisata yang berfungsi sebagai akses utama lokasi pariwisata. Dari pembangunan jalan di atas, ternyata masih menuai

9 kendala. Proyek pembangunan Jalan Lingkar Batu Putu ini beberapa waktu lalu saat dikerjakan proyek pembangunan jalan tersebut sempat terhenti. Hal ini peneliti ketahui berdasarkan keterangan dari masyarakat setempat, mereka mengutarakan bahwa pembangunan tidak sesuai prosedur dimana pembangunan tersebut mengalami sedikit masalah yang mengakibatkan pengerjaannya terhenti selama beberapa waktu. Hal ini dimungkinkan tidak berjalannya proyek secara umum adalah ketidaksesuaian antara rencana anggaran dengan biaya sesungguhnya yang sangat diperhitungkan dalam manajemen proyek itu sendiri. Mengenai manajemen proyek infrastruktur jalan, hasil penelitian terdahulu dari Maulana (2012: 131) menunjukkan bahwa manajemen proyek infrastruktur dipengaruhi oleh perencanaan, pengorganisasian, staffing, pengembangan para pegawai, pengkoordinasian, pelaporan, dan penganggran. Pembebasan lahan menjadi suatu kendala pemerintah dalam melaksanakan pembangunan jalan, karena sumber daya manusia sangat kurang sehingga mempengaruhi pelaksanaan program pembangunan pemerintah. Dan tidak di dukungnya letak geografis proyek yang wilayah adalah dataran tinggi dan juga jauh sehingga menghambat proses pembangunan yang dilaksanakan. Serta ketersediaan anggaran yang kurang karena pemerintah masih berharap pada APBD. Ketidaktepatan manajemen dalam suatu proyek dapat mengakibatkan terjadinya kendala dalam pelaksanaan proyek tersebut. Dalam kenyataan di lapangan banyak sekali ditemukan proyek yang mengalami keterlambatan, seperti yang terjadi pada proyek pembangunan Jalan Lingkar Batu Putu. Sehubungan dengan hal-hal

10 tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan Judul : Manajemen Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Batu Putu Bandar Lampung B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana manajemen proyek pembangunan Jalan Lingkar Batu Putu di Bandar Lampung? 2. Apa sajakah kendala dalam proyek pembangunan Jalam Lingkar Batu Putu di Bandar Lampung? C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini : 1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana penerapan manajemen proyek pembangunan jalan Lingkar Batu Putu Bandar Lampung oleh Dinas Bina Marga Provinsi Lampung. 2. Untuk mengetahui kendala apa saja dalam proyek pembangunan Jalan Lingkar Batu Putu Bandar Lampung oleh Dinas Bina Marga Provinsi Lampung. D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini mencapai beberapa manfaat diantaranya adalah : 1. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Administrasi Negara dan menjadi referensi bagi penelitian mahasiswa lainnya

11 yang ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan manajemen pembangunan daerah, khususnya mengenai manajemen proyek. 2. Secara praktis, penelitian ini menjadi bahan masukan atau referensi bagi aparat Dinas Bina Marga Provinsi Lampung dalam hal manajemen proyek pembangunan jalan daerah-daerah lain.