STUDI KARAKTERISTIK PENYERAPAN SUARA PADA KOMPOSIT POLYMER DENGAN SERAT ROOKWOOL

dokumen-dokumen yang mirip
Kajian tentang Kemungkinan Pemanfaatan Bahan Serat Ijuk sebagai Bahan Penyerap Suara Ramah Lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia semakin meningkat. Baik peralatan tersebut berupa sarana informasi,

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh

ANALISIS GELOMBANG AKUSTIK PADA PAPAN SERAT KELAPA SAWIT SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN

PENGUKURAN ABSORPSI BAHAN ANYAMAN ENCENG GONDOK DAN TEMPAT TELUR DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL

STUDI TENTANG PENGARUH PROSENTASE LUBANG TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

Kata kunci: Transmission Loss

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM)

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI BAHAN AMPAS TEBU DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL. Oleh: Arif Widihantoro NIM: TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA

STUDI KELAYAKAN AKUSTIK PADA RUANGAN SERBA GUNA YANG TERLETAK DI JALAN ELANG NO 17. Disusun Oleh: Wymmar

1. PENDAHULUAN. Papan Partikel

Pengujian Sifat Anechoic untuk Kelayakan Pengukuran Perambatan Bunyi Bawah Air pada Akuarium

Penentuan Kekuatan Tarik Material Komposit Epoxy dengan Pengisi Serat Rockwool Secara Eksperimen

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN :

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh: Candra Budi S : Andi Rahmadiansah, ST. MT Pembimbing II : Dyah Sawitri. ST. MT

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga ABSTRACT

KARAKTERISTIK ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK SERAT ALAM AMPAS TAHU (GLYCINE MAX) MENGGUNAKAN METODE TABUNG

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3892

EVALUASI KONDISI AKUSTIK BANGUNAN KOST STUDI KASUS KOST DI JALAN CISITU LAMA NO. 95/152C

PENGARUH PEMASANGAN ABSORBER DI LANGIT-LANGIT TERHADAP PERFORMANSI AKUSTIK DI RUANG RAPAT P213 GEDUNG P UNIVERSITAS TELKOM

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan

KARAKTERISTIK AKUSTIK PAPAN KOMPOSIT SERAT SABUT KELAPA BERMATRIK KERAMIK

Pengaruh Penambahan Bahan Redam pada Kebocoran Alat Ukur Daya Isolasi Bahan

METODOLOGI PENELITIAN

PERANCANGAN ULANG RUANG AULA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO DARI SEGI AKUSTIK

PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

Ujian Tengah Semester. Akustik TF Studi Analisis Kualitas Akustik Pada Masjid Salman ITB

DENDY D. PUTRA 1, Drs. SUWANDI, M.Si 2, M. SALADIN P, M.T 3. Abstrak

ANALISA KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI MATERIAL SERAT BATANG KELAPA SAWIT DENGAN GYPSUM MENGGUNAKAN SONIC WAVE ANALYZER

LIMBAH PELEPAH PISANG RAJA SUSU SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN DINDING KEDAP SUARA

Komposit Serat Batang Pisang (SBP) Epoksi Sebagai Bahan Penyerap Bunyi

Penilaian Kondisi Akustik Ruangan TVST B pada Gedung TVST ITB Secara Subjektif

STUDI TENTANG PENGARUH RONGGA TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

Pengendalian Bising. Oleh Gede H. Cahyana

STUDI SUBJEKTIF KELAYAKAN GEDUNG KESENIAN DAN KEBUDAYAAN RUMENTANG SIANG BANDUNG DARI SEGI AKUSTIK

KARAKTERISASI KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI LIMBAH SERAT KAYU MERANTI MERAH (SHOREA PINANGA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

ANALISA AKUSTIK RUANG KULIAH 9222 GKU TIMUR ITB UTS TF 3204-AKUSTIK. Disusun Oleh: Suksmandhira H ( )

PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA

PEMBUATAN ALAT UKUR DAYA ISOLASI BAHAN

PENILAIAN KUALITATIF KONDISI AKUSTIK RUANG KONFERENSI ASIA AFRIKA

Pembuatan dan Pengujian Bahan Peredam Suara dari Berbagai Serbuk Kayu

DATA HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

Penilaian Akustika Ruang Kuliah TVST B Institut Teknologi Bandung

Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi telah memberikan manfaat yang besar terhadap

Penilaian Karakteristik Akustik Bangunan. Masjid Salman ITB

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORBSI MATERIAL AKUSTIK DARI SERAT ALAM AMPAS TEBU SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN

PERNYATAAN. Mahasiswa

Perbaikan Kualitas Akustik Lapangan Futsal Indoor Pertamina ITS Menggunakan Panel Akustik Gantung

PENGARUH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK SKRIPSI

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa

Evaluasi Kondisi Akustik di Gedung Konferensi Asia Afrika

Desain Akustik Ruang Kelas Mengacu Pada Konsep Bangunan Hijau

BAB I PENDAHULUAN. ternak, satwa, dan sistem alam (Kusuma, 1996). Menurut WHO (Word Healt

Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm

KOLOM UDARA BERDINDING BAMBU SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN PAGAR

PEMBUATAN KOTAK AKUSTIK KEDAP SUARA YANG DIGUNAKAN UNTUK KALIBRASI SOUND LEVEL METER

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Penyerapan Bunyi

Analisis Karakteristik Akustik Pada Ruang Peribadatan Masjid : Studi Kasus Masjid Istiqamah

PENGARUH LAY OUT BANGUNAN DAN JENIS MATERIAL SERAP PADA KINERJA AKUSTIK RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA TITI AYU PAWESTRI

DESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM. Batara Sakti Pembimbing: Andi Rahmadiansah, ST, MT

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101

KAJIAN EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK MATERIAL AKUSTIK DARI CAMPURAN SERAT BATANG KELAPA SAWIT DAN POLYURETHANE DENGAN METODE IMPEDANCE TUBE

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN

Pengaruh Variasi Jenis Bahan Terhadap Pola Hamburan pada Difuser MLS (Maximum Length Sequences)

KAJIAN KINERJA SERAPAN BISING SEL AKUSTIK DARI BAHAN KAYU OLAHAN (ENGINEERING WOOD)

BAB II PARAMETER PARAMETER AKUSTIK RUANGAN

MAKALAH UNTUK MEMENUHI NILAI UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH TF-3204 AKUSTIK

Seminar Nasional - XII Rekayasa dan Aplikasi Teknik Mesin di Industri Kampus ITENAS - Bandung, Desember 2013

UTS Akustik (TF-3204) Dosen : Joko sarwono. Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB

PERBAIKAN KUALITAS AKUSTIK RUANG MENGGUNAKAN PLAFON VENTILASI BERDASARKAN WAKTU DENGUNG STUDI KASUS RUANG KELUARGA PADA RUMAH TIPE 70

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-144

LAPORAN PENELITIAN AKUSTIK RUANG 9231 GKU TIMUR

Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm

Penilaian Kondisi Akustik Di Dalam Ruang Kelas Melalui Program Simulasi Odeon 5.0 (Studi Kasus: SMP Negeri 4 Banda Aceh)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH PEMASANGAN ABSORBER DAN DIFFUSOR TERHADAP KINERJA AKUSTIK PADA DINDING AUDITORIUM (KU )

Panel Akustik Ramah Lingkungan Berbahan Dasar Limbah Batu Apung Dengan Pengikat Poliester

PENGARUH BENTUK PLAFON TERHADAP WAKTU DENGUNG (REVERBERATION TIME)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) F-101

RUANG 9231 GKU TIMUR ITB

Penentuan Nilai Penyerapan Suara Pada Panel Dinding Beton Busa Sebagai Panel Alternatif Yang Ramah Lingkungan

RUANGAN 9231 GKU TIMUR ITB

LAPORAN PENELITIAN AKUSTIK RUANG 9311 ditujukan untuk memenuhi nilai UTS mata kuliah TF3204 Akustik. Oleh : Muhammad Andhito Sarianto

ANALISIS GANGGUAN BISING JALAN GANESHA TERHADAP AKUSTIK RUANGAN UTAMA MASJID SALMAN ITB

BAB I PENDAHULUAN. 1 Leslie L.Doelle dan L. Prasetio, Akustik Lingkungan, 1993, hlm. 91

PERANCANGAN TABUNG IMPEDANSI DAN KAJIAN EKSPERIMENTAL KOEFISIEN SERAP BUNYI PADUAN ALUMINIUM-MAGNESIUM

AKUSTIKA RUANG KULIAH

ANALISIS WAKTU DENGUNG (REVERBERATION TIME) PADA RUANG KULIAH B III.01 A FMIPA UNS SURAKARTA

Metoda pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja

Transkripsi:

STUDI KARAKTERISTIK PENYERAPAN SUARA PADA KOMPOSIT POLYMER DENGAN SERAT ROOKWOOL Nurdiana 1), Ikhwansyah Isranuri 2) 1) Staf Pengajar jurusan Teknik Mesin,Fakultas Teknologi Industri, ITM 2) Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin,Fakultas Teknik, USU Abstrak Material yang bersifat lembut, berpori dan berserat diyakini mampu menyerap energi suara yang mengenainya. Dari ketiga sifat bahan tersebut, bahan berporilah yang sering digunakan. Hal ini karena bahan berpori retaif lebih murah dan ringan dibanding jenis peredam lain (Lee, 2003).Salah satu Material yang telah lama digunakan pada peredam suara jenis ini adalah rockwool. Meskipun penggunaa rockwool sudah lama digunakan sebagai peredam suara tetapi penggunaannya terbatas hanya sebagai bahan pelapis tidak dapat digunakan langsung sebagai bentuk komponen tertentu.untuk dapat lebih meluaskan penggunaan rockwool sebagai bahan komponen mesin misalnya knalpot kenderaan bermotor, ruang studio musik, plafon bangunan gedung,maka rockwool dapat dicampur dengan bahan lain yang dapat langsung dibentuk menjadi suatu komponen yang dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penyerapan suara dari material komposit polymer dengan serat rockwool menggunakan methode Reverbrasion room, dari hasil pengujian diperoleh. Distribusi nilai Koefisien Absorbsi terbesar adalah 0,56483410 Sabine dengan frekuensi 100 Hz (T1 = 2 detik dan T2 = 1,68 detik) dan nilai koefisien absorbsi terkecil adalah -0,03677716 Sabine dengan frekuensi 315 Hz (T1 = 5,58 detik dan T2 = 5,78 detik). Kata kunci : Komposit polymer, Rockwool, Reverbration Room, koefisien Absorbsi. I. PENDAHULUAN Polusi suara meningkatkan tekanan darah dan karena itu memiliki dampak kesehatan jangka panjang. 1 Selain berpengaruh terhadap tekanan darah tinggi, kebisingan dan getaran juga mempengaruhi fungsi keseimbangan dan pendengaran dimana kebisingan dan getaran dapat merusak koklea ditelinga dalam menyebabkan gangguan keseimbangan. 2 Seiring dengan kebutuhan pembangunan, penggunaan peralatan Industri dan yang menimbulkan bising dan getaran di negara berkembang, termasuk Indonesia makin lama akan makin bertambah. Hal ini perlu diantisipasi untuk mencegah kerugian sumber daya manusia, salah satu yaitu dengan meredam getaran dan suara. 2 Peraturan Mentri Kesehatan No. 718 Tahun 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan menyatakan pembagian wilayah dalam empat zona. Untuk zona C yang antara lain perkantoran, pertokoan, perdagangan dan pasar dengan kebisingan sekitar 50 60 db 7. Pada zona ini Khususnya di kota-kota besar penyebab utama kebisingan adalah dari knalpot kendaraan bermotor. Badan Standarisasi Inernasional ISO 5130;2002 menetapkan suatu prosedur test Instrumentasi dan lingkungan yang berhubungan dengan kebisingan knalpot. 3] Pengurangan kebisingan dengan biaya murah dan teknologi sederhana memerlukan perencanaan yang matang. 7 Salah satu cara untuk mencegah perambatan/radiasi kebisingan pada komponen/struktur mesin, ruangan/bangunan serta dalam konteks K3 kebisingan industri ialah dengan penggunaan material akustik yaitu material yang bersifat menyerap atau meredam suara sehingga bising yang terjadi dapat direduksi. Kualitas dari bahan peredam suara ditunjukkan dengan harga α (koefisien penyerapan bahan terhadap bunyi), semakin besar α maka semakin baik digunakan sebagai peredam suara. Nilai α berkisar dari 0 sampai 1. Jika α bernilai 0, artinya tidak ada bunyi yang diserap. Sedangkan jika α bernilai 1, artinya 100% bunyi yang datang diserap oleh material. Material yang bersifat lembut, berpori dan berserat diyakini mampu menyerap energi suara yang mengenainya. Dari ketiga sifat bahan tersebut, bahan berporilah yang sering digunakan. Hal ini karena bahan berpori retaif lebih murah dan ringan dibanding jenis peredam lain (Lee, 2003). Material yang telah lama digunakan pada peredam suara jenis ini adalah glasswool dan rockwool. 44

Gelombang suara yang datang akan mengalami pergerakan disaluran udara dalam pori bahan. Karena saluran sangat sempit, maka resistensi friksional untuk mengalir menjadi tinggi dan energi kinetik aliran masuk dan keluar akan diubah friksi menjadi energi panas. Tingkat porositas, ketebalan lapisan dan resistensi friksional untuk mengalir melalui pori, akan mempengaruhi nilaiakhir koefisien absorpsi. Suatu bahan absorben haruslah dapat memantulkan sesedikit mungkin energi suara yang masuk. Hal ini dapat dicapai oleh pori yang relatif luas dengan resistensi alir yang rendah. Semakin besar ruang udara didalam bahan padat, semakin besar pula kemungkinan relatif energi akustik yang mengalir ke dalam pori tidak direfleksikan. Sebaliknya jika saluran cukup luas, friksinya jadi rendah dan kecepatan energi yang masuk juga berkurang. Energa alir akustik yang belum sempat diubah menjadi energi panas sebelum mencapai permukaan bahan yang lebih jauh akan direfleksikan ke permukaan bagian depan. Demikian seterusnya, dan bila belum sempat diabsorpsi secara keseluruhan, maka energi akan meninggalkan bahan untuk direfleksikan ke ruangan kembali. Dengan demikian dapat dipahami bahwa resistensi alir yang tinggi berarti sebagian besar energi akustik masuk kedalam lapisan absorptif, sebaliknya resistensi alir yang rendah berarti bahwa hanya sedikit saja energi masuk yang diserap. Akustik yang baik dalam suatu ruang tertutup dipengaruhi oleh faktor obyektif dan subyektif yang saling berkaitan. Faktor obyektif dikukuhkan oleh berbagai teori akustik dengan diawali oleh teori Waktu Dengung (Reverberation Time) yang merupakan teori terpopuler yang diperkenalkan oleh W. C. Sabine pada abad ke-19. Waktu dengung adalah waktu yang dibutuhkan untuk berkurang tekanan suaranya sebanyak 60 db setelah sumber suara dihentikan tiba-tiba. Sabine menyatakan bahwa waktu dengung tidak tergantung pada lokasi di dalam ruang, dengan kata lain merupakan karakter menyeluruh dari suatu ruangan. Suatu suara tidak lantas hilang begitu saja setelah sumber suara dihentikan, namun akan terus didengar untuk beberapa saat akibat refleksi oleh dinding, langitlangit atau permukaan lainnya. Secara empirik, Sabine menyatakan persamaan : 0,16V T A Dimana, T= waktu dengung (det) V= volume dari ruangan (m 3 ) A= luas bidang serap (m 2 ) II. METODOLOGI Proses pembuatan material komposit Polimer dengan serat Rockwool dilakukan dengan pencetakan sesuai dengan ukuran dan bentuk spesimen uji tarik dan uji akustik, dalam hal ini digunakan jenis komposit berlapis (laminated composite), polimer sebagai matriks dan rockwool sebagai serat. Lembaran rockwool dilapisi dengan polimer pada bagian bawah cetakan diletakkan polimer kemudian lembaran rockwool, dimana rockwool dibuat sampai 3 lapis selang-seling dengan polimer.kemudian komposit dibiarkan didalam cetakan ± 1 hari sampai komposit mengeras, kemudian dikeluarkan dari cetakan dan dibersihkan bagian pinggir nya. Untuk specimen uji akustik karena ukurannya yang besar maka dibuat menjadi empat bagian, kemudian disambung didalam ruang percobaan. Gambar 1. Spesimen Uji Akustik Metode yang digunakan untuk menentukan tingkat daya suara suatu sumber suara adalah dengan metode medan dengung. Metode ini dilakukan di dalam ruang yang didesain memiliki dinding yang reflektif dengan koefisien absorbsi suara lebih kecil dari 0,06. Ruang ini disebut ruang dengung (reverberation room). Dalam ruang dengung, energi suara akan terdifusi seluruhnya ke ruangan sehingga tingkat tekanan suara pada segala titik di ruangan tersebut idealnya sama. Penentuan tingkat daya suara dengan metode ruang dengung dilakukan dengan pengukuran-pengukuran waktu dengung dan tingkat tekanan suara dalam ruang dengung. Pengukuran koefisien dengan metode ini dilakukan di dalam ruang dengung 45

(reverbaration room). Ruang dengung adalah ruangan yang didesain dengan menutup seluruh dinding, lantai dan langit-langit dengan bahan yang sangat keras dan nyaris tak berpori sehingga semua suara yang datang dapat dipantulkan seluruhnya kembali, bahkan dipantulkan berulang-ulang. Dengan demikian, suara akan berjalan ke segala arah dengan kuantitas dan probabilitas yang sama. Dengan kondisi ini maka ruang reverberasi diasumsikan sebagai medan diffus [24]. Untuk menghitung besarnya di dalam ruang dengung, data yang diperlukan adalah: a. Waktu dengung ruang dengung kosong (T 1 ). b. Waktu dengung ruang dengung dengan sampel yang akan diukur (T 2 ) Dua macam persamaan yang sering digunakan adalah: a. Persamaan Sabine 55,3V T c(4mv Sa) Reverberation Room Loudspeaker Microphone Material Sample Power Amplifier Analyzer Gambar 2 Posisi alat dan sampel uji b. Persamaan Eyring 55,3V T c[4mv S ln(1 )] dengan: V = volume ruang dengung (m 3 ) = 72,1 m 3 C = kecepatan suara diudara (m/s 2 ) = 343 m 2 M = koefisien atenuasi energi suara oleh udara (m -1 ) S = luas total permukaan ruang (m 2 ) = koefisien absorbsi rata-rata Karena medan dalam ruang dengung adalah diffus, maka yang terukur adalah koefisien absorpsi Sabine.Dari persamaan Sabine diatas, harga koefisien suara dapat diturunkan menjadi: 55,3V 1 1 4V ( m2 m1 ) cs b T2 T 1 S b Jika pada pengukuran temperature dan kelembaban udara tidak berubah maka persamaan dapat disederhanakan menjadi: 55,3V 1 1 csb T2 T1 dengan: S b =luas permukaan bahan (m 2 ) Posisi alat dan sampel uji Gambar 3. Posisi alat dan sampel uji pada saat pengujian Kondisi Pengukuran Berdasarkan prosedur pengukuran ISO 354, pengukuran suhu dan kelembaban serta set up alat ukur didapat kondisi pengukuran sebagai berikut: Suhu dan kelembaban udara di dalam ruangan Non-AC Reverberation Room : 28,1 0 C dan 82,6 %. Kalibrasi mikrofon : pada 114 db dan frekuensi 1 KHz dengan sensitifitas = 62.7 db. Ketinggian mikrofon : 1 m. Set up alat ukur (Norsonic Sound Analyser 110) Variasi sketsa titik-titik pengukuran dapat dilihat pada gambar-gambar di bawah ini : 46

U Gambar 4.Sketsa titik ukur background noise level (BNL). U Gambar 5. Sketsa titik ukur waktu dengung (T Rev ) tanpa bahan uji U Gambar 6. Sketsa titik ukur waktu dengung (T Rev ) dengan bahan uji (Luas Bahan Uji 1.96 m 2 ) Keterangan : Speaker Mikropon III. HASIL DAN KESIMPULAN Tabel 1. Set-Up Background Noise Level (BNL) pada Gambar 4. Sket Titik Ukur Background Noise Level (BNL). BNL 0001 FREQ DATA 08\05\21 10.11.09 Directory name BNL File number 0001 Measurement mode 2 FREQ Data type 2 DATA Measurement date 080521101109 08\05\21 10.11.09 Measurement end date 080521101119 08\05\21 10.11.19 Average counter 1 Fullscale 110 db Gain 30 db Sense -55,6 db Bandwidth/Network 0 1/3-oct Frequency 30 1.0kHz Trigger condition 0 START No trigger parameter Main time constant 2 FAST Scan start frequency 12 16Hz Scan end frequency 42 16.0kHz Freq meas. type 2 1.6Hz Freq pre-weighting 0 OFF Freq meas. time setting 000010 00.00.10 Noise status 0 OFF Noise gain -40 db Noise sequence 0 Random White noise Noise type 0 1Hz - 20kHz Noise centre frequency 30 1.0kHz Scan bandwidth 0 1/3-oct Lower table frequency 12 16Hz Upper table frequency 42 16.0kHz Freq. distribution on/off 0 OFF Freq. percentile 50 % Tabel 6A.2. Nilai Background Noise Level (BNL) Ruang Dengung 08\05\21 10.11.09 Frequency OVL Leq "Min" Max Count 16Hz 0 30,9 21,1 38,4 1 20Hz 0 32,1 21,6 41,5 1 25Hz 0 30,7 21,8 38 1 31.5Hz 0 27,5 19,7 34 1 40Hz 0 26,3 20,2 32 1 50Hz 0 35,5 30,1 40,2 1 63Hz 0 25 19,2 31,4 1 47

S P L ( d B A ) 50 40 30 20 10 0 80Hz 0 23,9 18,9 29,5 1 100Hz 0 29,2 24,2 32,5 1 125Hz 0 23,2 19,5 27,4 1 160Hz 0 23 19,2 27 1 200Hz 0 24,1 19,8 28,1 1 250Hz 0 22,6 19,6 25,9 1 315Hz 0 21,9 19,1 24,7 1 400Hz 0 21,7 19,6 23,9 1 500Hz 0 21,7 19,9 23,5 1 630Hz 0 22 20,4 23,6 1 800Hz 0 22,2 20,6 23,7 1 1.0kHz 0 22,4 20,4 23,9 1 1.25kHz 0 22,9 21,3 24,3 1 1.6kHz 0 23,6 22,3 24,6 1 2.0kHz 0 24,4 22,8 25,4 1 2.5kHz 0 25 24 26 1 3.15kHz 0 25,8 25,1 26,6 1 4.0kHz 0 26,6 25,9 27,4 1 5.0kHz 0 27,8 27,1 28,5 1 6.3kHz 0 28,9 28,3 29,5 1 8.0kHz 0 29,7 29,3 30,1 1 10.0kHz 0 30,5 30,1 31,2 1 12.5kHz 0 32,1 31,8 32,5 1 16.0kHz 0 32,8 32,4 33,2 1 A-net 0 38,6 38,4 38,8 1 C-net 0 40,8 39,5 43,4 1 FLAT 0 70 49,3 76,4 1 SUM-A 0 38,3 0 0 1 SUM 0 43,1 0 0 1 16Hz 25Hz 40Hz 63Hz 100H z 160Hz BNL (White Noise) 250Hz 400Hz 630Hz 1.0kH z 1.6kH z 2.5kH z Frekuensi (Hz) 4.0kH z 6.3kH z 10.0kHz 16.0kHz Leq "Min" Gambar 7.Grafik Background Noise Level Ruang Dengung (Reverberation Room). Tabel 3. Set-Up Reverberation Time (RT) dengan Sumber Suara Synchronized pada Gambar 5. Sket Titik Ukur Waktu Dengung (T Rev ) tanpa Bahan Uji. RT1S 0001 REV DATA 08\05\23 09.58.46 Directory name RT1S File number 0001 Measurement mode 3 REV Data type 2 DATA Measurement date 080523095846 08\05\23 09.58.46 Max Measurement end date 080523100424 08\05\23 10.04.24 Average counter 1 Fullscale 120 db Gain -10 db Sense 20 db Bandwidth/Network 0 1/3-oct Frequency 43 20.0kHz Trigger condition 0 START No trigger parameter Scan start frequency 15 31.5Hz Scan end frequency 43 20.0kHz Scan on/off 1 ON Exitation type 0 NOISE Noise exitation time 5 s Background noise limit 20 db Rev. period time 0 SHORT Noise status 2 Synchronized Noise gain -20 db Noise sequence 0 Random Noise type 4 1/3 octave noise Noise centre frequency 43 20.0kHz Scan bandwidth 0 1/3-oct Lower table frequency 15 31.5Hz Upper table frequency 43 20.0kHz Tabel 4. Data Waktu Dengung (T Rev ) tanpa Bahan Uji dengan Sumber Suara Synchronized pada Gambar 4 Sket Titik Ukur Waktu Dengung (TRev) tanpa Bahan Uji. Frequency OVL S T20 S T30 S T60 Count 31.5Hz 0 1 0 1 0 0 0 1 40Hz 0 2 1,23 2 2,73 0 5,46 1 50Hz 0 2 0,91 2 1,2 0 2,4 1 63Hz 0 1 0,29 1 0,5 0 1 1 80Hz 0 0 0,99 2 0,94 0 1,88 1 100Hz 0 0 0,84 0 1 0 2 1 125Hz 0 0 1,5 2 1,65 0 3,3 1 160Hz 0 2 1,99 2 2,05 0 4,1 1 200Hz 0 2 1,95 2 2,05 0 4,1 1 250Hz 0 2 2,09 2 2,01 0 4,02 1 315Hz 0 2 2,85 2 2,79 0 5,58 1 400Hz 0 2 2,69 2 2,96 0 5,92 1 500Hz 0 2 3,65 2 3,51 0 7,02 1 630Hz 0 2 2,67 2 2,87 0 5,74 1 800Hz 0 2 2,84 2 3,15 0 6,3 1 1.0kHz 0 2 2,85 2 3,01 0 6,02 1 1.25kHz 0 2 3,13 2 3,31 0 6,62 1 1.6kHz 0 2 3,32 2 3,56 0 7,12 1 2.0kHz 0 2 3,44 2 3,78 0 7,56 1 2.5kHz 0 2 3,33 2 3,28 0 6,56 1 48

3.15kHz 0 2 3,07 2 3,07 0 6,14 1 4.0kHz 0 2 2,41 2 2,52 0 5,04 1 5.0kHz 0 2 1,86 2 2,01 0 4,02 1 6.3kHz 0 2 7,13 2 11,8 0 23,6 1 8.0kHz 0 2 4 2 1,78 0 3,56 1 10.0kHz 0 1 0 1 0 0 0 1 12.5kHz 0 1 0 1 0 0 0 1 16.0kHz 0 1 0 1 0 0 0 1 20.0kHz 0 1 0 1 0 0 0 1 Sumber: Data Pengujian Tabel 5. Set-Up Reverberation Time (RT) dengan Sumber Suara Synchronized pada RT1S 0002 REV DATA P 08\05\23 10.21.48 Directory name RT1S File number 0002 Measurement mode 3 REV Data type 2 DATA Measurement date 080523102148 08\05\23 10.21.48 Measurement end date 080523102724 08\05\23 10.27.24 Average counter 1 Fullscale 80 db Gain -10 db Sense 20 db Bandwidth/Network 0 1/3-oct Frequency 43 20.0kHz Trigger condition 0 START No trigger parameter Scan start frequency 15 31.5Hz Scan end frequency 43 20.0kHz Scan on/off 1 ON Exitation type 0 NOISE Noise exitation time 5 s Background noise limit 20 db Rev. period time 0 SHORT Noise status 2 Synchronized Noise gain -20 db Noise sequence 0 Random Noise type 4 1/3 octave noise Noise centre frequency 43 20.0kHz Scan bandwidth 0 1/3-oct Lower table frequency 15 31.5Hz Upper table frequency 43 20.0kHz Sumber: Data Pengujian Tabel 6. Data Waktu Dengung (T Rev ) Sumber Suara Synchronized pada Gambar 6. Sket Titik Ukur Waktu Dengung (TRev) dengan luas Bahan Uji 1.96 m 2. Frequency OVL S T20 S T30 S T60 Count 31.5Hz 0 1 0 1 0 0 0 1 40Hz 0 2 1,2 2 1,71 0 3,42 1 50Hz 0 2 0,86 2 0,94 0 1,88 1 63Hz 0 1 0,37 1 0,61 0 1,22 1 80Hz 0 0 0,75 2 0,81 0 1,62 1 49

100Hz 0 0 0,85 0 0,84 0 1,68 1 125Hz 0 0 1,53 2 1,66 0 3,32 1 160Hz 0 0 1,73 0 1,89 0 3,78 1 200Hz 0 2 1,82 2 1,98 0 3,96 1 250Hz 0 2 2,09 2 2,05 0 4,1 1 315Hz 0 2 2,72 2 2,89 0 5,78 1 400Hz 0 2 2,39 2 2,7 0 5,4 1 500Hz 0 2 2,72 2 2,83 0 5,66 1 630Hz 0 2 2,43 2 2,51 0 5,02 1 800Hz 0 2 1,85 2 2,1 0 4,2 1 1.0kHz 0 2 2,21 2 2,3 0 4,6 1 1.25kHz 0 2 2,85 2 2,86 0 5,72 1 1.6kHz 0 2 2,56 2 2,72 0 5,44 1 2.0kHz 0 2 3,41 2 3,32 0 6,64 1 2.5kHz 0 2 2,89 2 2,82 0 5,64 1 3.15kHz 0 2 2,8 2 2,83 0 5,66 1 4.0kHz 0 2 2,15 2 2,35 0 4,7 1 5.0kHz 0 2 1,88 2 2,03 0 4,06 1 6.3kHz 0 2 6,85 2 11,81 0 23,62 1 8.0kHz 0 2 3,2 2 1,42 0 2,84 1 10.0kHz 0 1 0 1 0 0 0 1 12.5kHz 0 1 0 1 0 0 0 1 16.0kHz 0 1 0 1 0 0 0 1 20.0kHz 0 1 0 1 0 0 0 1 Sumber: Data Pengujian Tabel 7. Koefisien Absorbsi (α) dengan Sumber Suara Synchronized pada Gambar 6. Sket Titik Ukur Waktu Dengung (T Rev ) dengan luas Bahan Uji 1.96 m 2. No Komponen Titik V C Sb Waktu Dengung (s) Frekwensi (Hz) Ukur (m 3 ) (m/s 2 ) (m 2 ) T1 T2 α α Rata-rata 1 80 1 72,1 343 1,96 1,88 1,62 0,506303219 0,50630322 2 100 1 72,1 343 1,96 2 1,68 0,564834097 0,5648341 3 125 1 72,1 343 1,96 3,3 3,32-0,010826502-0,0108265 4 160 1 72,1 343 1,96 4,1 3,78 0,122457257 0,12245726 5 200 1 72,1 343 1,96 4,1 3,96 0,05113982 0,05113982 6 250 1 72,1 343 1,96 4,02 4,1-0,028786594-0,02878659 7 315 1 72,1 343 1,96 5,58 5,78-0,036777158-0,03677716 8 400 1 72,1 343 1,96 5,92 5,4 0,096471289 0,09647129 9 500 1 72,1 343 1,96 7,02 5,66 0,202999781 0,20299978 10 630 1 72,1 343 1,96 5,74 5,02 0,148192796 0,1481928 11 800 1 72,1 343 1,96 6,3 4,2 0,470695081 0,47069508 12 1000 1 72,1 343 1,96 6,02 4,6 0,304119471 0,30411947 13 1250 1 72,1 343 1,96 6,62 5,72 0,14096091 0,14096091 14 1600 1 72,1 343 1,96 7,12 5,44 0,257241239 0,25724124 15 2000 1 72,1 343 1,96 7,56 6,64 0,108694647 0,10869465 16 2500 1 72,1 343 1,96 6,56 5,64 0,147473874 0,14747387 17 3150 1 72,1 343 1,96 6,14 5,66 0,081915604 0,0819156 18 4000 1 72,1 343 1,96 5,04 4,7 0,085125706 0,08512571 19 5000 1 72,1 343 1,96 4,02 4,06-0,014535103-0,0145351 20 6300 1 72,1 343 1,96 23,6 23,62-0,000212789-0,00021279 50

0.6 K oefisien A b sorb si 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0-0.1 80 100 125 160 200 250 315 400 500 630 800 1000 1250 1600 2000 2500 3150 4000 5000 6300 Frekuensi(Hz) Gambar. 8. Grafik Koefisien Absorbsi (Sumber Suara Synchronized) dengan Luas Bahan Uji 1.96 m 2. IV. KESIMPULAN [4] Intisari on The Net, Bising bisa timbulkan tuli. Dapat disimpulkan pengujian ini menggunakan sumber suara Synchronized dengan luas bahan uji 1.96 m 2 (Suhu dan Kelembaban Udara di dalam ruangan Non-AC Reverberation Room 28.1 0 C dan 82.6 %, Kalibrasi Mikrofon pada 114 db dan frekuensi 1 KHz dengan Sensitifitas 62.7 db serta Ketinggian Mikrofon 1 m. Distribusi nilai Koefisien Absorbsi terbesar adalah 0,56483410 Sabine dengan frekuensi 100 Hz (T1 = 2 detik dan T2 = 1,68 detik) dan nilai koefisien absorbsi terkecil adalah -0,03677716 Sabine dengan frekuensi 315 Hz (T1 = 5,58 detik dan T2 = 5,78 detik). DAFTAR PUSTAKA. [1] Republika, selasa 8 april 2003 [2] Kompas Cyber Media KCM, 15 agustus 2002. [3] Magazine Bruel Kjaer ( The International Sound and Vibration No. 2, 2003.). [5] Udhi Nyoman ( 1991), Ensiklopedia Nasional Indonesia PT. Cipta Adi Karya, Jakarta. [6] MatWeb Material Property Data ( Online Material Data Sheet ). [7] Penilaian kwantitatif Kebisingan.(http ://www.menlh.go.id) [8] Hamond, Conrrad J.1983 Engeneering Acoustic & Noise Control, Prentice Hall [9] Wilson Charles E, Noise Control Measurement, Analisis and Control of Sound and Vibration. Harker and Row, Publisher New York. [10] Stein, Benjamin & John S. Reynolds, Mechanical And Electrical Equipment For Buildings, Eight Edition, John Wiley & Sons Inc, New York, USA, 1992 [11] Faulkner, L.L. et. Al., Handbook of Industrial Noise Control, Industrial Press Inc, New York, 1976. 51

[12] http /www.engineeringtoolbox.com [13] Eyanoer, H. Isranuri I. Pengendali Kebisingan Industri, Program Pasca Sarjana [14] Harris C M, Hand Book of Noise Control, McGraw Hill Book Company Inc. New York, 1957. [15] Beranek, Leo L, Noise and Vibration Control Engineering, Prinsiples and Applications. [16] Anonymous, Acoustics Digest Series, Acoustics and Vibration Laboratory Universitas Syiah Kuala. [17] Brian S. Johnson, 2001, Noise Qualification Report for Reverberation Room and Anechoic Chamber at Universitas Syiah Kuala B.Aceh, Vipac Engineers and Scientists Pte Ltd. room Causes of discrepancies on measurement results, ScienceDirect. [22] Jones, R.M., 1979, Mechanics of Composite Materials, Mc Graw-Hill Kogakusha Ltd, New York. [23] Ashby, F. M & Jones, D. R. H., 1988, Engineering Materials 2 : An Introduction to Microstructures, Processing and Design, Pergamon Press, Vol. 39, Great Britain. [24] Annual Book of ASTM Standards, 1996. [25] Christina E. Mediastika, Material Akustik Pengendali Kualitas Bunyi pada Bangunan, Penerbit Andi Yogyakarta, 2009. [18] Anonymous, Reverberation Room, Acoustics Laboratory - Mechanical Engineering University of Canterbury. [19] Anonymous, Applied Acoustics The reverberation chamber at the Laboratorio de Acústica y Luminotecnia of the Comisión de Investigaciones Científicas, ScienceDirect. [20] Anonymous, Applied Acoustics The average absorption coefficient for enclosed spaces with non uniformly distributed absorption, ScienceDirect. [21] Anonymous, Applied Acoustics Sound absorption in a reverberation 52