BAB I PENDAHULUAN. alih hak dan kewajiban individu dalam lintas hubungan masyarakat yang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu. mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Acara Pidana (KUHAP) menjunjung tinggi harkat martabat manusia, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat) dan bukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Asas-Asas Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

PENDAHULUAN ABSTRAK. Pengadilan Negeri Gorontalo. Hasil penelitian yang diperoleh adalah terhadap penerapan Pasal 56 KUHAP tentang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. melekat pada diri masing-masing individu. Hal itu cukup beralasan, betapa tidak,

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peradilan Pidana di Indonesia di selenggarakan oleh lembaga - lembaga peradilan

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

JAMINAN PERLINDUNGAN HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA DALAM KUHAP DAN RUU KUHAP. Oleh : LBH Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1. perundang-undangan lain yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

I. PENDAHULUAN. sangat strategis sebagai penerus suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, anak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. yang positif yang salah satunya meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. pidana, oleh karena itu, hukum acara pidana merupakan suatu rangkaian

BAB IV. A. Bantuan Hukum Terhadap Tersangka Penyalahgunaan Narkotika. Dalam Proses Penyidikan Dihubungkan Dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum, Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. secara konstitusional terdapat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana pemalsuan uang mengandung nilai ketidak benaran atau palsu atas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtstaat) seperti

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. cara yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana untuk mencari serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan tentang pelanggaran (overtredingen), kejahatan

LATAR BELAKANG MASALAH

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, tidak

MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam

I. PENDAHULUAN. saling mempengaruhi satu sama lain. Hukum merupakan pelindung bagi

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tindak pidana kriminal di samping ada pelaku juga akan

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. hukum tidak berdasar kekuasaan belaka. 1 Permasalahan besar dalam. perkembangan psikologi dan masa depan pada anak.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

I. PENDAHULUAN. mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. harus diselesaikan atas hukum yang berlaku. Hukum diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. kepentingan itu mengakibatkan pertentangan, dalam hal ini yang

Fungsi Dan Wewenang Polri Dalam Kaitannya Dengan Perlindungan Hak Asasi Manusia. Oleh : Iman Hidayat, SH.MH. Abstrak

FUNGSI DAN KEDUDUKAN SAKSI A DE CHARGE DALAM PERADILAN PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. Pidana (KUHAP) adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BANTUAN HUKUM DAN UPAYA PERLINDUNGAN HAK ASASI TERDAKWA DALAM PROSES PERADILAN PIDANA

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human traficking) terutama terhadap perempuan dan anak

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) semakin besar pengaruhnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

Program Pascasarjana Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM Universitas Brawijaya

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan penyelenggarakan pemerintahan Negara 2. Tidak hanya di

BAB I PENDAHULUAN. melindungi individu terhadap pemerintah yang sewenang-wenang dan

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

I. PENDAHULUAN. pelaksanaannya diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

PERLINDUNGAN HAK TERSANGKA TERHADAP PENANGKAPAN PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN (Studi Kasus Di Polresta Palu)

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

I. PENDAHULUAN. karena itu sering timbul adanya perubahan-perubahan yang dialami oleh bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerukan manusia untuk mematuhi segala apa yang telah ditetapkan oleh Allah

NILAI KEADILAN DALAM PENGHENTIAN PENYIDIKAN Oleh Wayan Rideng 1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran hukum dalam masyarakat di antaranya adalah untuk mengintegritaskan dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang bisa bertubrukan satu sama lain, oleh hukum diintegritaskan sedemikian rupa sehingga tubrukan-tubrukan itu bisa ditekan sekecil-kecilnya. Pengorganisasian kepentingan-kepentingan itu dilakukan dengan membatasi dan melindungi kepentingan-kepentingan. 1 Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam arti, ditentukan keluasan ke dalamannya. Kekuasaan itulah yang disebut sebagai hak. 2 Suatu kepentingan merupakan sarana dan hak, bukan hanya karena dilindungi oleh hukum, tetapi juga karena adanya pengakuan terhadapnya. Hak ternyata tidak hanya mengandung unsur perlindungan, melainkan juga kehendak. 3 Hukum pidana di tengah kehidupan masyarakat modern telah mengambil alih hak dan kewajiban individu dalam lintas hubungan masyarakat yang menghendaki ada ketertiban dan keadilan (order and justice). 4 Penegakan hukum yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat 1 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hal 53. 2 Ibid, hal 53 3 Ibid, hal 54 4 Soedjono Dirjosisworo, Respon Terhadap Kejahatan, STHB Press, Bandung, 2002, hal 36 1

yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam wadah Negara Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, makmur dan berkedaulatan rakyat dalam suasana berperikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, damai dan bersahabat. Penegakan hukum pada hakekatnya adalah usaha atau upaya untuk menciptakan keadilan. Proses pemenuhan rasa keadilan masyarakat melalui penegakan hukum sampai sekarang masih menampakan wajah lama, yaitu hukum sebagai alat penindas. 5 Padahal dalam proses penegakan hukum tidak boleh dilupakan apa yang disebut proses hukum yang adil. Bangsa Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa mengemban tanggung jawab moral dan hukum untuk menjungjung tinggi dan melaksanakan Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta berbagai instrument internasional lainnya mengenai hak asasi manusia yang telah diratifikasi oleh negara Republik Indonesia. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana kita telah diatur mengenai perbuatan-perbuatan yang dianggap tindak pidana yang berkenaan dengan pelanggaran hak asasi manusia walaupun tidak secara tegas mengatakan bahwa itu merupakan pelanggaran hak asasi manusia, misalnya Pasal 338 mengenai Pembunuhan dan Pasal 351 mengenai Penganiayaan. Untuk itu dirasa perlu untuk merujuk terhadap suatu perundang-undangan yang secara khusus mengatur 5 Edi Setiadi, Pembaharuan KUHAP dan Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Syair Madani (Jurnal Ilmu Hukum) Vol.IV Nomor 2, Juli 2002, hal 114 2

mengenai masalah pelanggaran hak asasi manusia, yaitu Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Namun seiring dengan lahirnya Undang-undang Hak Asasi Manusia ini, tindak pidana yang sesungguhnya sangat tidak menghargai hak asasi semakin sering terjadi. Misalnya para penjahat yang diadili sendiri oleh masyarakat dengan cara dipukuli, dibunuh, bahkan dibakar hidup-hidup. Masyarakat lupa bahwa tidak hanya mereka yang memiliki hak asasi, para penjahatpun memiliki hak asasi, yaitu hak untuk mendapatkan perlindungan hukum di muka pengadilan. Tidak boleh dilupakan penderitaan yang dialami para pelaku tindak pidana karena walau bagaimanapun, mereka merupakan bagian dari umat manusia. 6 Sungguh suatu hal yang sangat ironi jika masyarakat memilih untuk menghakimi sendiri pelaku tindak pidana daripada menyerahkannya pada pihak yang berwajib. Mereka tidak menyadari bahwa yang mereka lakukan merupakan suatu pelanggaran hak asasi bukan suatu penegakan hukum. Gejala main hakim sendiri ini makin marak di masyarakat tidak hanya di kota besar bahkan di pedesaanpun hal seperti itu sudah sering terjadi jika ada yang melanggar norma maka dia harus siap untuk menghadapi pengadilan massa yang lebih sadis dan lebih brutal daripada penjara. Negara Indonesia adalah negara hukum oleh karena itu setiap tindakan yang menghalangi proses penegakan hukum seperti main hakim sendiri harus dapat diatasi sejak dini. Untuk itu penulis tertarik meneliti masalah main hakim sendiri yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia sekarang ini. Hal yang lebih penting adalah mengenai perlindungan hukum untuk korban jika pengadilan 6 W. A. Bonger. Pengantar Tentang Kriminologi, PT. Pembangunan, Jakarta, 2983, hal 23-24 3

massa itu mengakibatkan korban jiwa. Sehubungan dengan itu penulis memilih judul. SUATU KAJIAN TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM DAN PENEGAKAN HUKUM BAGI KORBAN YANG DIAKIBATKAN OLEH PERBUATAN MAIN HAKIM SENDIRI DIHUBUNGKAN DENGAN UU NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN B. Identifikasi Masalah 1. Bagaimanakah perlindungan hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia terhadap pelaku tindak pidana yang menjadi korban perbuatan main hakim sendiri? 2. Bagaimanakah proses penegakan hukum terhadap perbuatan main hakim sendiri? 3. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan masyarakat melakukan perbuatan main hakim sendiri? C. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan yang diharapkan dari penulis skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dan memahami perlindungan hukum yang diberikan undang-undang terhadap pelaku tindak pidana yang menjadi korban perbuatan main hakim sendiri. 2. Untuk mengetahui dan memahami proses penegakan hukum di Indonesia terhadap perbuatan main hakim sendiri. 4

3. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat melakukan perbuatan main hakim sendiri. D. Kegunaan Penelitian Dari penelitian ini penulis mengharapkan manfaat sebagai berikut : 1. Segi Teoritis Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi pembangunan bidang ilmu hukum pada umumnya dan khususnya bidang ilmu hukum pidana, terutama yang berkaitan dengan kasus main hakim sendiri. 2. Segi Praktis Memperluas pengetahuan kalangan masyarakat pada umumnya dan praktisi hukum pada khususnya dalam menangani kasus perbuatan main hakim sendiri di kalangan masyarakat. E. Kerangka Pemikiran Ciri keberhasilan supremasi di negara maju adalah terletak kepada seberapa jauh sistem hukum dan sistem penegakan hukumnya sudah menerapkan standar-standar internasional mengenai perlindungan hak asasi tersangka/terdakwa. 7 Wujud nyata perlindungan hak asasi tersebut lebih banyak ditujukan kepada prosedur yang digunakan dalam meniti alur sistem peradilan pidana. Sedangkan wujud nyata perlindungan hak asasi masyarakat luas atau korban 7 Romli Atmasasmita, Model Sistem Peradilan Pidana Dalam Rangka Sinkronisasi Dengan Tumpang Tindih Proses Penyidikan antara Kejaksaan Dan Kepolisian, Makalah pada Seminar Nasional, Fakultas Hukum UNISBA, Bandung 6 April 2002, hal 1. 5

kejahatan lebih ditujukan kepada hasil yang diperoleh (produktivitas) dari penegakan hukum tersebut yang diukur dari efektivitas kinerja aparatur penegak hukum. 8 Perbuatan main hakim sendiri merupakan suatu perbuatan yang bersifat melawan hukum dan melanggar hak asasi manusia. Apabila kita melihat tujuan dari Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana maka dapat dijelaskan bahwa perbuatan main hakim sendiri merupakan suatu tindakan yang bertentangan dengan tujuan tersebut. Adapun tujuan tersebut adalah : 1. perlindungan atas harkat dan martabat manusia (tersangka atau terdakwa); 2. perlindungan atas kepentingan hukum dan pemerintah; 3. kondifikasi dan unifikasi hukum acara pidana; 4. mencapai kesatuan sikap dan tindakan aparat penegak hukum; 5. mewujudkan hukum acara pidana yang sesuai dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. 9 Untuk memberikan tata penyusunan Undang-undang Hukum Acara Pidana yang dapat mewujudkan tujuan sebagaiamana disebutkan di atas, maka Undangundang Hukum Acara Pidana telah menentukan sepuluh asas yang merupakan pedoman penyususnannya. Kesepuluh asas tersebut ialah sebagai berikut : 1. Perlakuan yang sama atas diri sendiri orang di muka hukum dengan tidak mengadakan pembedaan perlakuan. 2. Penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan hanya dilakukan berdasarkan tertulis oleh pejabat yang diberi wewenang oleh undang- 8 Ibid, hal 1. 9 Romli Atmasasmiata, Sistem Peradilan Pidana, Putra Abardin, 1996, hal 77 6

undang dan hanya dalam hal dan dengan cara yang diatur dengan undangundang. 3. Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap. 4. Kepada seseorang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang dan atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang ditetapkan, wajib diberi ganti kerugian dan rehabilitasi sejak pada tingkat penyidikan, dan para pejabat penegak hukum yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya menyebabkan asas hukum tersebut dilanggar, dituntut, dipidana dan atau dikenakan hukuman administrasi. 5. Peradilan yang harus dilakukan dengan cepat, sederhana dan biaya ringan serta bebas, jujur dan tidak memihak harus diterapkan secara konsekuen dalam seluruh tingkat peradilan. 6. Setiap orang yang tersangka perkara, wajib diberi kesempatan memperoleh bantuan hukum yang semata-mata diberikan untuk melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya. 7. Kepada seorang tersangka, sejak saat dilakukan penangkapan dan atau penahanan selain wajib diberitahu dakwaan dan hukum apa yang didakwakan kepada, juga wajib diberitahu haknya itu termasuk hak untuk menghubungi dan minta bantuan penasihat hukum. 8. Pengadilan memeriksa perkara pidana dengan adanya terdakwa. 7

9. Sidang pemeriksaan pengadilan akan terbuka untuk umum kecuali dalam hal yang diatur dalam undang-undang. 10. Pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara pidana dilakukan oleh ketua pengadilan yang bersangkutan. 10 Apabila kita teliti kesepuluh asas tersebut nampak bahwa perlindungan kepentingan hak asasi dari si tersangka atau tertuduh sangan didahulukan. Selain dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana dan Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dalam Undang-undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia juga diatur tentang perlindungan hukum, diantaranya dalam Pasal 4, yang berbunyi : Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dari persamaan dihadapkan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun. Pasal 33 ayat (1), yang berbunyi : Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakkuan yang kejam, tidak manusiawi, merendahkan derajat dan martabat kemanusiaannya. Dari kedua pasal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa perbuatan main hakim sendiri merupakan suatu tindakan yang bersifat melawan hukum juga melanggar hak asasi manusia. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana, perbutan main hakim sendiri bisa dijerat dengan pasal-pasal yang berkenaan dengan perbuatannya. Jika perbuatan tersebut merupakan penganiayaan maka dapat dikenakan Pasal 351 10 Romli Atmasasmita, Ibid, hal 77-78 8

KUHP. Selama ini kasus perbuatan main hakim sendiri yang berkembang merupakan tindak pidana penganiayaan, baik yang menyebabkan luka maupun kematian. Sebagai sarana social engineering, hukum merupakan suatu sarana yang ditujukan untuk mengubah perilaku warga masyarakat. Salah satu masalahnya adalah apabila terjadi suatu keadaan dimana hukum-hukum tertentu yang telah dibentuk dan diterapkan, ternyata tidak efektif. Gejala-gejala semacam itu akan timbul, apabila ada faktor-faktor tertentu yang menjadi halangan. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari pembentukan hukum, pengak hukum, para pencari kedilan (justitiabelen), maupun golongan-golongan lain di dalam masyarakat. 11 Perkembangan kejahatan yang terjadi di Indonesia dewasa ini menyiratkan bahwa sistem peradilan pidana tidak bekerja dengan baik. 12 Ketidakmampuan aparat dalam menegakkan hukum merupakan faktor yang paling utama dalam menimbulkan suatu reaksi negatif dari masyarakat yang akhirnya menghasilkan tindakan main hakim sendiri. Dalam hal pelaksanaan penegakan hukum, dinyatakan oleh Is Susanto paling tidak ada empat dimensi yang mempengaruhi kualitas penegakan hukum yaitu disamping undang-undang, maka penegak hukum secara konkrit melibatkan pelanggaran hukum, korban (masyarakat) dan aparat penegak hukum di dalam suatu hubungan yang bersifat saling mempengaruhi dan berlangsung dalam wadah struktur, politik, sosial ekonomi dan budaya pada situasi tertentu. 13 11 Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, PT Raja Grafindo Persada, 2001, hal 119 12 Edi Setiadi, Op Cit, hal 116 13 Edi Setiadi, Op Cit, Revisi KUHAP Dalam Mewujudkan Sistem Peradilan, hal 6 9

Agar proses penegakan hukum dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan maka faktor-faktor tersebut di atas harus diidentifikasi, karena hanya mereka kelemahan apabila kita hanya merumuskan tujuan tanpa mempertimbangkan sarana-sarana untuk mencapai tujuan tersebut. 14 Dengan melihat uraian di atas dapatlah kiranya kita ketahui bahwa menghakimi sendiri para pelaku tindak pidana bukanlah merupakan cara yang tepat melainkan merupakan suatu pelanggaran hak asasi manusia. Siapapun yang melakukan perbuatan main hakim sendiri, dia telah melanggar hak asasi manusia dan dia telah memberikan kontribusi negatif terhadap proses penegakan hukum. F. Metode Penelitian Metode penelitian ini sangat penting dalam rangka memperoleh hasil penelitian yang memuaskan dan akurat, oleh karena itu penulis melakukan penelitian berdasarkan metode-metode sebagai berikut : 1. Metode Pendekatan Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis normative karena mempelajari dan meneliti bahanbahan hukum primer dan bahan-bahan hukum sekunder yang secara deduktif dengan analisa terhadap pasal-pasal dalam KUHPidana dan peraturan perundang-undangan yang lain serta teori-teori atau konsepsikonsepsi dari para sarjana yang mengatur hal-hal yang menjadi pokok permasalahan. 14 Soerjono Soekanto, Op Cit, hal 119 10

2. Sepesifikasi Penelitian Sepsifikasi penelitian yang dipergunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian secara deskriptif normative, yaitu menggambarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku dan dihubungkan dengan teori-teori hukum mengenai perlindungan hukum terhadap korban perbuatan main hakim sendiri. 3. Teknik Pengumpulan Data Sebagai usaha mendapatkan data yang obyektif, maka penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari data sekunder sesuai dengan metode pendekatan yang dipergunakan. Untuk mendapatkan data sekunder tersebut penulis melakukan studi kepustakaan, yang dimaksudkan juga untuk membandingkan apa yang disebut di dalam teori dengan apa yang ada di dalam praktek. Adapun penelitian kepustakaan yang penulis gunakan dalam skripsi ini : a. Bahan hukum primer 1) KUHPidana 2) KUHAP 3) Undang-Undang HAM b. Bahan hukum sekunder 1) Teori-teori/ konsepsi-konsepsi para sarjana 2) Hasil karya ilmiah para sarjana 11

4. Metode Analisis Data Metode analisis data yang dipakai adalah analisis kualitatif, yaitu dengan menggunakan metode dedukatif artinya hal-hal yang bersifat umum mengarah pada hal-hal yang bersifat khusus. G. Sistematika Penulisan Dalam skripsi ini penulis akan menggambarkan keseluruhan dari permasalahan yang dibahas berdasarkan sistematika sebagai berikut : BAB I Merupakan bab pendahuluan. Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, sistematika penulisan dan jadwal penelitian. BAB II Tinjauan pustaka yang membahas mengenai hukum dan ketertiban masyarakat, perbuatan main hakim sendiri sebagai salah satu bentuk kejahatan, peranan korban dalam terjadinya kejahatan, dan kejahatan dan problematika penegakan hukum. BAB III Membahas tentang pendekatan sistem dalam perlindungan terhadap korban kejahatan. BAB IV Hasil Penelitian dan Analisis Data, dalam bab ini penulis membahas perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana main hakim sendiri yang diatur dalam KUHAP dan KUHPidana, perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana main hakim sendiri yang diatur dalam UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM, 12

proses penegakan hukum terhadap perbuatan main hakim sendiri, dan faktor-faktor penyebab perbuatan main hakim sendiri. BAB V Merupakan bagian akhir dari laporan penelitian ini yang terdiri dari kesimpulan dan saran. 13