PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
Mosharafa Jurnal Pendidikan Matematika Volume 3, Nomor 3, September 2014

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN METODE PEMBELAJARAN PSI DENGAN KONVENSIONAL

Pembelajaran Melalui Strategi REACT Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Menengah Kejuruan

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa dengan Metode Pembelajaran Personalized System of Instruction

Beny Yosefa dan Wiwin Hesvi Universitas Pasundan Bandung

WIWIT WITASARI

Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume II Nomor 1, Desember 2016

PENGARUH PEMBELAJARAN STRATEGI REACT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD TENTANG KONEKSI MATEMATIS

Jurnal Saintech Vol No.04-Desember 2014 ISSN No

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMK MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP

USING PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO INCREASE CRITICAL THINKING SKILL AT HEAT CONCEPT

Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume I Nomor 1, Desember 2015

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA

Kata Kunci : Model Problem Based Learning, Model Pembelajaran Langsung, Hasil Belajar Kognitif

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE ENVIRONMENT TECHNOLOGY AND SOCIETY (SETS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH

(Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Ciawi Tahun Pelajaran 2013/2014) Sri Murni

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa dengan Menerapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Inquiry

Oleh: Ratna Meinar Rahayu

P - 63 KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN INSTRUMENTAL DAN RELASIONAL SISWA SMP.

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENERAPAN MODEL TREFFINGER PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP

Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Penemuan Terbimbing

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Peserta Didik yang Menggunakan Model Creative Problem Solving (CPS)

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) disertai Numbered Heads Together (NHT)

MENINGKATKAN DAYA MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang dan

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DITINJAU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COMPLETE SENTENCE DAN TEAM QUIZ

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION (AIR) TERHADAP PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN THE POWER OF TWO

Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa di Madrasah Tsanawiyah Kota Tangerang Selatan

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan kenyataannya sampai saat ini mutu pendidikan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN METODE INKUIRI BERBANTUAN SOFTWARE ALGEBRATOR

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DENGAN METODE EKSPLORASI

PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 1 BATANG ANAI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 4, Maret 2017

Penerapan Problem Based Instruction (PBI) dalam Pembelajaran Persamaan Kuadrat

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA

Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Mahasiswa pada Mata Kuliah Kalkulus III

PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 PADANG

Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

Risna Cahyani

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN SELF CONFIDENCE

PEMBELAJARAN PENEMUAN UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 1, hal. 7-12, September 2015

Mosharafa Jurnal Pendidikan Matematika Volume 5, Nomor 1, April 2015

Dosen Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

I. PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS PROBLEM SOLVING

Penerapan Scaffolding Untuk Pencapaian Kemandirian Belajar Siswa

Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining terhadap pemahaman matematik peserta didik

1 Antologi UPI Volume No. Edisi Juni 2015

PENGARUH KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS PADA MATERI BARISAN DAN DERET

PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL BERBANTUAN SOFTWARE FOCUSKY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS

Frasticha 1), Maman Fathurrohman 2), Jaenudin 3) Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui Menulis Matematika dalam Pembelajaran Berbasis Masalah

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa MTS

PENERAPAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SURYAKANCANA

BAB III METODE PENELITIAN O X O

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012

PENGARUH MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER BERBANTUAN GEOGEBRA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

BAB III METODE PENELITIAN

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN GENERATIF

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 4, No.1, Februari 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 2 LUHAK NAN DUO

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam upaya

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DISERTAI KUIS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 14 PADANG

PENDEKATAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

Unnes Physics Education Journal

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN PENDEKATAN EKSPOSITORI

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

Eli Dwi Susanti, 2) Indrawati, 2) Yushardi 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2)

PENERAPAN STRATEGI PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW

BAB III METODE PENELITIAN. masalah (problem solving) matematis siswa dengan menerapkan model

BAB I PENDAHULUAN. Balitbang Depdiknas (2003) menyatakan bahwa Mata pelajaran

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Oleh : Yeyen Suryani dan Sintia Dewiana. Abstrak

Transkripsi:

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA Oleh: Akhmad Margana An Abstract: Learning mathematics is meaningful when students can connect mathematical ideas, connecting mathematics to other disciplines, and connecting mathematics with everyday life, so that students can develop the skills. This quasi-experimental study aimed to determine whether the mathematical problem-solving ability of students who get a Instruction problem based learning model better than students who received conventional learning models. The sample population in this study were 16 high school students Garut. These results indicate that: ( 1 ) mathematical problem solving ability of students who get a Instruction problem based learning model better than students who received conventional learning models; ( 2 ) an increase in mathematical problem-solving ability of students who have learning model of Problem Based Instruction high category; ( 3 ) students' attitudes toward learning model of Problem Based Instruction in general showed a positive attitude. Keywords: Mathematical Problem Solving Ability Students and Model Problem Based Instruction. Abstrak: Pembelajaran matematika akan bermakna apabila siswa dapat menghubungkan ide-ide matematika, menghubungkan matematika dengan disiplin ilmu lain, dan menghubungkan matematika dengan kehidupan sehari-hari, sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuannya. Penelitian kuasi eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang daripada siswa yang konvensional. Sampel populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 16 Garut. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang daripada siswa yang konvensional; (2) peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang Problem Based Instruction berkategori tinggi; (3) sikap siswa terhadap model Instruction secara umum menunjukan sikap yang positif. Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa dan Model Problem Based Instruction. 45

A. Latar Belakang Masalah Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran matematika diantaranya adalah kemampuan siswa dalam pemecahan masalah, sehingga siswa dapat mengimplementasikan ke dalam kehidupannya sehari-hari. Metode-metode dan strategi pembelajaran yang sudah diterapkan di Indonesia begitu banyak, namun belum optimal dalam pelaksanaannya. Sehingga guru pun masih bingung untuk menerapkan metode pembelajaran yang baik untuk peserta didiknya. Pembelajaran konvensional yang sering digunakan dalam pembelajaran di sekolah tentu akan sangat sulit untuk mencapai keterampilan ini, karena pembelajaran matematika dengan menggunakan ekspositori lebih menekankan pada pemberian rumus-rumus dan latihan, serta tidak memperhatikan aspek siswa pada segi kemampuan berpikir dan keterampilannya. Agar tujuan pendidikan dapat tercapai, maka diperlukan perubahan inovasi dalam pembelajaran, yaitu dengan menggunakan model, pendekatan, serta metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Menyikapi permasalahanpermasalahan yang timbul dalam pembelajaran matematika di sekolah, maka upaya inovatif untuk menanggulanginya perlu dilakukan. Salah satu upaya untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction. Ilmu senantiasa berkembang untuk itu hendaknya siswa dilatih untuk belajar mandiri agar senantiasa siap dengan segala perubahan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh dari Problem Based Instruction dan pembelajaran konvensional terhadap pemecahan masalah matematik yang dituangkan dalam judul: Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa. B. Batasan Masalah Berdasarkan rumusan masalah serta keterbatasan kemampuan yang dimiliki baik dari segi pengetahuan, materi, dan waktu serta agar penelitian ini lebih terarah pada tujuan maka penulis membatasi dengan batasan masalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas X di SMA Negeri 16 Garut. 2. Pokok bahasan pada pengajaran matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Barisan dan Deret Geometri terhadap pemecahan masalah. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang daripada siswa yang mendapatkan model pembelajaran Konvensional? 2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang Problem Based Instruction? 3. Bagaimana sikap siswa terhadap model Instruction? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah siswa yang 46

daripada siswa yang mendapatkan model pembelajaran Konvensional. 2. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang Problem Based Instruction. 3. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap model Instruction. E. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu: Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang mendapatkan model pembalajaran daripada siswa yang mendapatkan model pembelajaran Konvensional. F. KAJIAN TEORI 1. Problem Based Instruction (PBI) Model Instruction atau pembelajaran berdasarkan masalah telah dikenal sejak zaman John Dewey, sebab secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri atas menyajikan kepada peserta didik situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Belajar dengan menggunakan model Instruction adalah berpusat pada peserta didik dan mendorong inkuiri serta berpikir bebas, seluruh proses belajar mengajar yang berorientasi pada Problem Based Instruction adalah membantu peserta didik untuk menjadi mandiri. Peran utama guru dalam Problem Based Instruction adalah membimbing atau memfasilitasi, sehingga peserta didik dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah secara efektif. Pembelajaran berdasarkan masalah didasarkan pada teori psikologi kognitif. Fokus pengajaran tidak begitu banyak pada apa yang sedang dilakukan siswa (perilaku mereka), melainkan kepada apa yang mereka pikirkan (kognisi mereka) pada saat mereka melakukan kegiatan itu. Walaupun peran guru pada pembelajaran ini kadang melibatkan presentasi dan penjelasan suatu hal, namun yang lebih lazim adalah berperan sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa belajar untuk berpikir dan memecahkan masalah. Menurut Ibrahim (dalam Trianto,2009: 97), di dalam kelas PBI, peran guru berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru di dalam kelas PBI antara lain sebagai berikut: 1. Mengajukan masalah atau mengorientasi peserta didik kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari; 2. Memfasilitasi/membimbing penyelidikan misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperimen/percobaan; 3. Memfasilitasi dialog peserta didik; dan 4. Mendukung belajar peserta didik. Problem Based Istruction memusatkan kepada masalah kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Karena tugas guru adalah membantu peserta didik merumuskan tugas-tugas dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Model Problem Based Istruction dikembangkan terutama untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual. Proses belajar Problem Based Instruction dibentuk dari ketidakteraturan dan kompleksnya masalah yang ada di dunia nyata. Hal tersebut digunakan sebagai pendorong bagi peserta didik untuk belajar mengintegrasikan dan mengorganisasi informasi yang didapat, sehingga nantinya dapat selalu diingat dan diaplikasikan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang akan dihadapi. Dengan demikian, pengajaran berdasarkan masalah merupakan 47

pendekatan yang efektif dalam membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah ada dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial. Dalam perolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik, peserta didik belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah. 2. Model Pembelajaran Konvensional Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (dalam furahasekai, 2011) konvensional artinya berdasarkan kebiasaan atau tradisional. Jadi, pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Pada umumnya pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang lebih terpusat pada guru. Akibatnya terjadi praktik belajar pembelajaran yang kurang optimal karena guru membuat siswa pasif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Model pembelajaran konvensional disebut juga metode ceramah. Metode ceramah adalah suatu metode di dalam pendidikan dan pengajaran yang cara menyampaikan pengertian-pengertian materi pengajaran kepada anak didik dilaksanakan dengan lisan oleh guru di dalam kelas. Peranan guru dan murid berbeda secara jelas, yaitu guru terutama dalam menuturkan dan menerangkan secara aktif, sedangkan murid mendengarkan dan mengikuti secara cermat serta mencatat pokok persoalan yang diterangkan oleh guru-guru. Dalam metode ceramah ini peranan utama adalah guru. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan metode ceramah bergantung pada guru tersebut. 3. Pemecahan Masalah Menurut Polya (dalam Isrok atun 2010 : 13), problem solving matematik adalah suatu cara untuk menyelesaiakan masalah matematika dengan menggunakan penalaran matematika (konsep matematika) yang telah dikuasai sebelumnya. Ketika siswa yang menggunakan kerja intelektual dalam pelajaran, maka adalah beralasan bahwa pemecahan masalah yang diarahkan sendiri untuk diselesaikan merupakan suatu karakteristik penting. Menurut NCTM (dalam Isrok atun 2010 : 13) problem solving melibatkan konteks yang bervariasi yang berasal dari penghubungan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari untuk situasi matematika yang ditimbulkan. Menurut Poincare (dalam Isrok atun 2010 : 13) Siswa dapat memecahkan beberapa masalah yang dimunculkan bagi mereka oleh orang lain. Akan tetapi lebih mudah bagi mereka untuk memformulasikan masalah mereka sendiri berdasarkan pengalaman pribadi dan ketertarikan. Problem solving adalah komponen penting untuk belajar matematika di masa sekarang. Dengan problem solving, siswa akan mempunyai kemampuan dasar yang bermakna lebih, dari sekedar kemampuan berpikir, dan dapat memuat strategistrategi penyelesaian untuk masalahmasalah selanjutnya. Menurut Polya (dalam Isrok atun 2010 : 14), solusi soal pemecahan masalah memuat 4 langkah fase penyelesaian, yaitu: a. Memahami masalah b. Merencanakan penyelesaian c. Menyelesaikan masalah sesuai rencana d. Melakukan pengecekan kembali G. Desain Penelitian Dikarenakan subjek yang akan diteliti merupakan siswa-siswa yang telah terdaftar di kelasnya masing-masing dan tidak memungkinkan untuk membuat kelompok baru secara acak, maka desain penelitian yang digunakan dalam 48

penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design atau desain kelompok kontrol non-ekivalen. Namun dalam penelitian ini, kelompok kelas yang akan dijadikan sampel dilakukan secara acak. Adapun desain penelitiannya menurut Sudiyono (dalam Solihah, 2013 : 34) adalah sebagai berikut : E : O X O K : O O Keterangan : E : Kelas Eksperimen K : Kelas kontrol O : Tes awal (pretest) dan tes akhir (postest) X : Pembelajaran menggunakan model Instruction. mengetahui penguasaan siswa dan kesulitan siswa terhadap materi tersebut dan penilaian lebih objektif. Sedangkan non tes dalam penelitian ini adalah angket yang disusun berdasarkan skala sikap Likert. J. Teknis Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Pengolahan data dilakukan untuk menguji hipotesis: Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang mendapatkan model pembalajaran daripada siswa yang mendapatkan model pembelajaran Konvensional, dengan menggunakan uji Mann Whitney satu pihak yaitu uji pihak kanan. H. Subjek Penelitian Penelitian dilakukan pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri di Garut. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X. Sampelnya adalah siswa kelas X MIPA 2 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas X MIPA 1 sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan bahwa kelas tersebut belum menerima materi barisan dan deret geometri. K. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Kemampuan Awal Pemecahan Masalah Matematik Statistik deskriptif skor pretes kemampuan pemecahan masalah matematik siswa kelas eksperimen (yang mendapatkan Problem Based Instruction) dan kelas kontrol (yang mendapatkan pembelajaran konvensional), penulis sajikan dalam tabel berikut: I. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu tes dan non tes. Tes terdiri dari pretes dan postes. Adapun tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dengan bentuk uraian. karena pada tipe tes uraian proses berpikir, ketelitian dan sistematika penyusunan dapat dilihat pada langkahlangkah penyelesaian soal. Sehingga dapat Tabel 1 Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen Kontrol Jumlah siswa 31 31 49

Skor Ideal 40 40 Xmaks 18 16 Xmin 4 2 8,65 8,29 Simp. baku 3,95 3,92 Dari data pada tabel 1 terlihat bahwa pencapaian rata-rata skor pada kelas eksperimen (sebesar 8,65) lebih besar dibandingkan dengan pencapaian skor kelompok kontrol (sebesar 8,29), terdapat perbedaan sebesar 0,36. Berdasarkan hasil analisis data pretes dengan menggunakan uji Mann Withney dengan taraf signifikansi 0,05 ternyata diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. 2. Kemampuan Akhir Pemecahan Masalah Matematik Siswa Untuk melihat kemampuan mana yang lebih baik antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka data yang akan dianalisis adalah nilai gain. Adapun statistik deskriptif data hasil postes kemampuan koneksi matematis seperti yang disajikan pada tabel 3. Tabel 2 Statistik Deskriptif Skor Postes Kelas Eksperimen Kontrol Jumlah siswa 31 31 Skor Ideal 40 40 X maks 40 34 X min 30 16 35,48 29,42 Simp. baku 3,54 4,74 Dari data pada tabel 3 terlihat bahwa pencapaian rata-rata skor pada kelas eksperimen (sebesar 35,48) lebih besar dibandingkan dengan pencapaian skor kelompok kontrol (sebesar 29,42), terdapat perbedaan sebesar 6,06. Berdasarkan hasil analisis data postes, dengan menggunakan uji Mann Whitney satu pihak yaitu uji pihak kanan dengan taraf signifikansi 0,05 ternyata diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang daripada siswa yang mendapatkan model pembelajaran konvensional. 3. Sikap Siswa terhadap Model Pembelajaran Problem Based Instruction Angket ini digunakan untuk menelaah sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model Instruction. Peneliti membuat angket tertulis yang terdiri dari 25 pernyataan. Dari 25 pernyataan tersebut terdiri dari 15 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif. Interpretasi sikap siswa secara umum terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction berintepretasi baik. Adapun interpretasi sikap siswa secara individu terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction sebagai berikut : Tabel 3 Interpretasi Sikap Siswa tiap Individu 50

Dari tabel 3 di atas terlihat bahwa banyaknya siswa yang berinterpretasi sangat baik sebanyak 3 orang dengan frekuensi relatif 9,7%, banyaknya siswa yang berinterpretasi baik sebanyak 25 orang dengan frekuensi relatif 80,6%, banyaknya siswa yang berinterpretasi jelek sebanyak 3 orang dengan frekuensi relatif 9,7%, dan banyaknya siswa yang berinterpretasi sangat buruk sebanyak 0 orang dengan frekuensi relatif 0%. Jadi dapat disimpulkan bahwa interpretasi siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction berinterpretasi baik. L. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian tentang pembelajaran matematika pada materi barisan dan deret geometri dengan menggunakan model Instruction dan konvensional, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan nilai rata-rata postes kelas eksperimen yang mendapatkan model Instruction dan nilai rata-rata postes kelas kontrol yang mendapatkan model pembelajaran konvensioanal, menunjukan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang mendapatkan model No Interpretasi Sikap Siswa Frekuensi Frekuensi Relatif (%) 1 Sangat Baik 3 9,7 2 Baik 25 80,6 3 Jelek 3 9,7 4 Sangat Jelek 0 0 Jumlah 31 100 Instruction lebih baik daripada siswa yang mendapatkan model pembelajaran konvensional. 2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang Problem Based Instruction berkategori tinggi. 3. Secara umum sikap siswa berdasarkan hasil pengolahan angket pada kelas eksperimen tehadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model Instruction berinterpretasi baik. Ini terlihat dari banyaknya siswa yang berinterpretasi baik terhadap model Instruction ketika pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa siswa menunjukan respon positif terhadap model Instruction. Serta hal ini pun merupakan salah satu potensi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. 2. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan mengenai hasil pembelajaran matematika dengan menggunakan model Instruction, peneliti menyadari masih banyak kekurangan, meskipun demikian hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dalam upaya meningkatkan kualitas hasil belajar matematika siswa. Adapun beberapa saran yang diajukan oleh peneliti, diantaranya : 1. Untuk guru Guru alangkah baiknya jika model pembelajaran yang akan digunakan lebih selektif disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. 2. Untuk siswa Siswa alangkah baiknya jika lebih mempersiapkan diri sebelum pembelajaran dilaksanakan. Selain itu siswa harus lebih banyak berlatih dan aktif ketika proses pembelajaran dilaksanakan. 51

3. Untuk sekolah Alangkah baiknya jika pihak sekolah dapat mengaplikasikan model Instruction ini sebagai bahan kebijakan pengembangan kurikulum, karena berdasarkan penelitian menunjukan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan setelah diberikan model Instruction. Hasil penelitian ini hanya berlaku untuk siswa kelas X SMAN 16 Garut dengan pokok bahasan barisan dan deret geometri, sehingga untuk hasil penelitian yang lebih umum mengenai pembelajaran Problem Based Instruction dan kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika diperlukan penelitian lebih lanjut dengan populasi yang lebih luas dan pokok bahasan yang berbeda. Pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction memerlukan waktu yang relatif lama dalam proses pemberian soal-soal, sehingga diperlukan perencanaan yang matang sebelum diterapkan di kelas agar proses pembelajaran berjalan sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia. DAFTAR PUSTAKA Dimyati dan Mudjiono (2002). Belajar dan Pembalajaran. Jakarata: PT. Rinaka Cipta. Depdiknas. (2012). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung : Fokusindo Mandiri. Diwarta. (2012). Pengertian Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara. [Online]. Tersedia: http://www.diwarta.com [01 Maret 2014] Haryanto (2012). Pengertian Pendidikan Menurut Ahli. [Online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/penge rtian-pendidikan-menurut-ahli/ [01 Maret 2014] Isrok atun (2010). Konsep Pembelajaran pada Materi Peluang Guna Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah. Jurnal Pendidikan Dasar No.14 hal 13-14. Nasution (2000). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : PT.Bumi Aksara. Rahadi M. (2006). Statistika Parametrik. Garut : STKIP Garut. Sagala S. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta cv. Sumarmo U. (2013). Berpikir dan Disposisi Matematik Serta Pembelajarannya. Bandung : FPMIPA (Universitas Pendidikan Indonesia). Sumarmo U. (2012). Proses Berpikir Matematik Program S2 Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi, Bandung : STKIP Siliwangi. Sundayana R. (2010). Statistika Penelitian Pendidikan. Garut : STKIP Garut Press. Tirtarahardja U. dan Sulo L. (2005). Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Trianto (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group 52