BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Keagenan Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori agensi menjelaskan adanya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik.

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pelayanan akuntansi kepada masyarakat. UU no 5 tahun 2011 tentang

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, serta

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. atau lebih dan masing-masing pihak yang terlibat dalam kontrak mencoba

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. suatu kontrak kerjasama yang mana satu atau lebih orang, dimana principal

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (principal) meminta pihak lainnya (agent) untuk melaksanakan sejumlah

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Jensen dan Meckling menyatakan bahwa teori keagenan atau agency theory

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. antara agen (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan principal (pemilik).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. No Peneliti Tema Hasil 1 Rasmini & Juliantari (2013) Auditor Switching dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. membantu dalam menganalisis hasil penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buku atau akhir tahun fiskal hingga tanggal diterbitkannya laporan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Agency Theory). Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori harapan, auditing dan auditor switching. Selain itu, disajikan juga konsepkonsep

BAB I PENDAHULUAN. karena telah menggunakan sumberdaya pemilik untuk menjalankan kegiatan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. antara manajemen (agent) dengan pemilik (principical). Agen diberi wewenang

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Keuangan (PSAK) No.1 terdiri dari komponen-komponen, (a) Neraca, (b)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS. dua perusahaan yang kantor akuntan publiknya berbeda, ketidakpuasan terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Agency Theory). Dalam teori ini, pemilik diperlakukan sebagai principal dan

Standar Audit SA 570. Kelangsungan Usaha

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

BAB II AUDIT REPORT LAG, OPINI AUDIT, JENIS INDUSTRI DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK. merupakan bagian dari proses pelaporan. Laporan keuangan yang lengkap

BAB 2 LANDASAN TEORI & PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pergantian Kantor Akuntan Publik (Audit Switching)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) mengatakan hubungan agensi adalah hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan alasan penggunaan judul

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara agen (manajemen) dengan pemilik (principal). Agen diberi wewenang oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori kepatuhan merupakan ilmu sosial khususnya dibidang psikologis dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Auditor Opinion, Auditor Tenure dan. membutuhkan Kajian Teori sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan merupakan ringkasan informasi yang menyajikan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) entitas bisnis tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari variabel-variabel yang terdapat di dalam penelitian ini.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Stakeholder

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 4, NO 2, Edisi Juni 2012 (ISSN : 2252_7826) JENIS-JENIS PENDAPAT AUDITOR (OPINI AUDITOR)

BAB II TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. wewenang untuk mengambil keputusan, sedangkan principal adalah pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2002) auditing adalah Suatu proses sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu keharusan bagi sebuah perusahaan, utamanya perusahaan-perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. usaha) dan principal (pemilik usaha). Didalam hubungan keagenan (agency

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberi mandat kepada pihak lain, yaitu agen. Agen disini melakukan semua

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Agency theory menjelaskan hubungan antara agent (pihak manajemen suatu

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. agent (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan principal (pemilik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis. Laporan keuangan memuat catatan-catatan tentang kegiatan bisnis yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan merupakan versi game theory yang memodelkan proses kontrak antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2002:11) auditing adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. auditee. Ada lima jenis pendapat auditor (IAI,2001), yaitu: 1. pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan klien pada perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menjalankan praktik bisnis. Jensen dan Meckling (1976) mengungkapkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. salah satu cara agency theory untuk mengatur hak dan kewajiban masing-masing

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau

BAB I PENDAHULUAN. Makin banyaknya jumlah perusahaan yang go public menyebabkan arus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan yang pertama kali dikembangkan oleh Jensen dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak. dalam Aiisiah 2012). Agen diberi wewenang oleh prinsipal untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. tugas-tugas tertentu bagi prinsipal, prinsipal menutup kontrak untuk memberi imbalan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. teori agensi (agency theory) bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak

BAB I PENDAHULUAN. disajikan oleh pihak manajemen perusahaan. Manajemen (dalam teori. keagenan disebut agen) dan pemegang saham (dalam teori keagenan

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Dalam melaksanakan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. switching dalam memprediksi audit delay. Teknik analisis data yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia didasarkan pada kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. usahanya dan tidak jarang perusahaan akan mengalami kebangkrutan jika tidak

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori agensi menjelaskan adanya hubungan antara dua pihak dalam suatu perusahaan yaitu, agent dan principal. Agent merupakan pihak yang menerima wewenang untuk mengelola perusahaan sedangkan principal diartikan sebagai pihak yang membuat kontrak. Menurut Eisenhardt (1989), teori keagenan didasari oleh tiga asumsi, yaitu: 1) Asumsi tentang sifat manusia Asumsi tentang sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion). 2) Asumsi tentang keorganisasian Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas, dan adanya information asymmetry antara principal dan agent. 3) Asumsi tentang informasi Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan. 12

Meisser et al. (2006) menyatakan dua permasalahan muncul akibat adanya hubungan keagenan ini, yaitu: (1) terjadinya asimetri informasi (information asymmetry), dimana manajemen memperoleh lebih banyak informasi mengenai posisi keuangan yang sebenarnya dan posisi operasi entitas daripada pemilik, (2) terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest) akibat perbedaan tujuan antara manajemen dengan pemilik, dimana seringkali tindakan yang diambil manajemen tidak sesuai dengan kepentingan pemilik. Dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara principal dan agent. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku manajemen (agent) apakah sudah bertindak sesuai dengan keinginan principal. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak principal (pemilik) dengan agent (manajemen) dalam mengelola keuangan perusahaan (Setiawan, 2006). Tugas auditor adalah melakukan audit atas laporan keuangan dalam jangka waktu sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui antara pihak klien dan auditor serta memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan mengenai kewajarannya. 2.1.2 Auditor Switching Auditor switching adalah pergantian auditor maupun pergantian kantor akuntan publik (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien. Bukti teoritis terjadinya auditor switching didasarkan pada teori agensi dan informasi ekonomi. Permintaan layanan audit muncul terutama dari adanya asimetri informasi. Dalam 13

teori agensi, auditor independen berfungsi untuk mengurangi biaya agensi yang timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri oleh agent (manajer). Dalam informasi ekonomi, pemilihan auditor yang dapat dipercaya digunakan sebagai sinyal kejujuran manajemen (Dopuch dan Simunic, 1982 dalam Nasser et al., 2006). Mardiyah (2002) menyatakan dua faktor yang mempengaruhi perusahaan berpindah KAP adalah faktor klien (misalnya: kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, dan Initial Public Offering) dan faktor auditor (misalnya: fee audit dan kualitas audit). Menurut Febrianto (2009) perusahaan melakukan pergantian auditor secara wajib dan secara sukarela bisa dibedakan atas dasar pihak mana yang menjadi fokus perhatian dari isu tersebut. Jika pergantian auditor terjadi secara wajib, perhatian utama beralih kepada auditor. Sebaliknya, jika pergantian terjadi secara sukarela, maka perhatian utama adalah pada sisi klien. Saat kondisi dimana tidak ada aturan yang mewajibkan pergantian auditor, terdapat dua kemungkinan yang akan terjadi ketika klien mengganti auditornya yaitu, auditor mengundurkan diri atau auditor diberhentikan oleh klien (Wijayanti, 2010). Apapun kemungkinan yang akan terjadi, perhatian utama tetap pada alasan apa saja yang mendasari terjadinya peristiwa pergantian auditor tersebut dan ke mana klien tersebut akan berpindah auditor. Jika alasan pergantian tersebut karena ketidaksepakatan atas praktik akuntansi tertentu, maka klien diekspektasi akan pindah ke auditor yang dapat bersepakat dengan klien. Jadi, fokus perhatian utama adalah pada klien. 14

Apabila pergantian auditor disebabkan karena peraturan yang membatasi, seperti yang terjadi di Indonesia, maka perhatian utama beralih kepada auditor pengganti. Menurut Wijayanti (2010), ketika klien mencari auditor baru terjadi ketidaksimetrisan informasi antara auditor dan klien. Hal ini terjadi karena informasi yang dimiliki klien lebih besar dibandingkan informasi yang dimiliki auditor. Pada saat itu klien pasti mencari auditor yang kemungkinan besar akan sepakat dengan praktik akuntansi perusahaan. Wijayani (2011) menyatakan ada dua kemungkinan yang terjadi jika auditor bersedia menerima klien baru. Kemungkinan pertama adalah auditor telah memiliki informasi yang cukup lengkap tentang usaha klien. Kemungkinan kedua auditor sebenarnya tidak memiliki informasi yang cukup tentang klien tetapi menerima klien hanya untuk alasan lain, misalnya alasan finansial. 2.1.3 Opini Audit Going Concern Opini audit merupakan bagian dari laporan audit yang berisi informasi utama dari laporan audit. Laporan auditor merupakan suatu sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya tentang kewajaran laporan keuangan perusahaan dalam sebuah laporan (Sari, 2012). Pendapat auditor disajikan dalam suatu laporan tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku. Laporan audit baku terdiri dari tiga paragraf, yaitu paragraf pengantar (introductary paragraf), paragraf lingkup (scope paragraf), dan paragraf pendapat (opinion paragraf). 15

Paragraf pengantar dicantumkan sebagai paragraf pertama laporan audit baku. Terdapat tiga fakta yang diungkapkan oleh auditor dalam paragraf pengantar: (1) tipe jasa yang diberikan oleh auditor, (2) objek yang diaudit, (3) pengungkapan tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan dan tanggung jawab auditor atas pendapat yang diberikan atas laporan keuangan berdasarkan hasil auditnya. Paragraf lingkup berisi pernyataan ringkas mengenai lingkup audit yang dilaksanakan oleh auditor, dan paragraf pendapat berisi pernyataan ringkas mengenai pendapat auditor tentang kewajaran laporan keuangan auditan (Mulyadi, 2002:12). Menurut Mulyadi (2002:20), terdapat lima jenis opini audit yaitu: 1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), diberikan oleh auditor apabila auditee menyajikan secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. 2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (unqualified opinion with explanatory language), diberikan apabila auditor menambahkan suatu paragraf penjelas atau bahasa penjelas lain dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan. Paragraf penjelas dicantumkan setelah paragraf pendapat. 3) Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion), diberikan apabila auditee menyajikan secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang 16

material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan. 4) Pendapat tidak wajar (adverse opinion), diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. 5) Tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion), diberikan jika auditor tidak melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga diberikan apabila auditor dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien. Januarti (2008) menyatakan ketika auditor menemukan adanya keraguan terhadap kemampuan klien untuk melanjutkan usahanya, auditor harus memberikan opini audit modifikasi going concern. Opini audit going concern merupakan opini mengenai kepastian perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya yang dikeluarkan oleh auditor (Santosa dan Wedari, 2007). Lennox (2000) menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit modifikasi going concern lebih sering melakukan pergantian auditor. Jika auditor berkesimpulan bahwa terdapat keraguan besar tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan usahanya, auditor memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas, tanpa memperhatikan pengungkapan dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002). SA 570 menjelaskan peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan keraguan tentang asumsi kelangsungan usaha, seperti: 17

1) Keadaan keuangan. (1) Posisi liabilitas bersih atau liabilitas lancar bersih. (2) Pinjaman dengan waktu pengembalian tetap mendekati jatuh temponya tanpa prospek yang realistis atas pembaharuan atau pelunasan; atau pengandalan yang berlebih pada pinjaman jangka pendek untuk mendanai aset jangka panjang. (3) Indikasi penarikan dukungan keuangan oleh kreditor. (4) Arus kas operasi yang negatif, yang diindikasi oleh laporan keuangan historis atau prospektif. (5) Rasio keuangan utama yang memburuk. (6) Kerugian operasi yang substansial atau penurunan signifikan dalam nilai aset yang digunakan untuk menghasilkan arus kas. (7) Dividen yang sudah lama terutang atau yang tidak berkelanjutan. (8) Ketidakmampuan untuk melunasi kreditur pada tanggal jatuh tempo. (9) Ketidakmampuan untuk mematuhi persyaratan perjanjian pinjaman. (10) Perubahan transaksi dengan pemasok, yaitu dari transaksi kredit menjadi transaksi tunai ketika pengiriman. (11) Ketidakmampuan untuk memperoleh pendanaan untuk pengembangan produk baru yang esensial atau investasi esensial lainnya. 2) Kegiatan operasi. (1) Intensi manajemen untuk melikuidasi entitas atau untuk menghentikan operasinya. (2) Hilangnya manajemen kunci tanpa penggantian. 18

(3) Hilangnya suatu pasar utama, pelanggan utama, wara laba, lisensi, atau pemasok utama. (4) Kesulitan tenaga kerja. (5) Kekurangan penyediaan barang/bahan. (6) Munculnya kompetitor yang sangat berhasil. 3) Lain-lain. (1) Ketidakpatuhan terhadap ketentuan permodalan atau ketentuan statutori lainnya. (2) Perkara hukum yang dihadapi entitas yang jika berhasil dapat mengakibatkan tuntutan kepada entitas yang kemungkinan kecil dapat dipenuhi oleh entitas. (3) Perubahan dalam peraturan perundang-undangan atau kebijakan yang diperkirakan akan memberikan dampak buruk bagi entitas. (4) Kerusakan aset yang diakibatkan oleh bencana alam yang tidak diasuransikan atau kurang diasuransikan. SA 705 tentang modifikasi terhadap opini dalam laporan auditor independen menjelaskan kondisi yang mengharuskan seorang auditor harus melakukan modifikasi terhadap opininya, ketika: 1) Auditor menyimpulkan bahwa, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari kesalahan penyajian material. 19

2) Auditor tidak dapat memperoleh bukti yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material. 2.1.4 Audit Delay Menurut Robbitasari (2013), audit delay merupakan waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk mengaudit laporan keuangan sejak tanggal tutup buku tahun perusahaan 31 Desember sampai tanggal ditandatanganinya laporan audit atau tanggal opini audit. Dyer dan McHugh (1975) menyatakan audit delay dapat didefinisikan dengan tiga kriteria sebagai berikut. 1) Preliminary lag: interval jumlah hari pelaporan dari tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan akhir oleh Bursa Efek Indonesia. 2) Auditor s report lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani. 3) Total lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. Menurut Knechel dan Payne (2001), audit delay atau dikenal dengan audit report lag dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: 1) Scheduling lag, yaitu selisih waktu antara tahun penutupan buku perusahaan dengan dimulainya pekerjaan lapangan auditor. 2) Fieldwork lag, yaitu selisih waktu antara dimulainya pekerjaan lapangan dan saat penyelesaiannya. 20

3) Reporting lag, yaitu selisih waktu antara saat penyelesaian pekerjaan lapangan dengan tanggal laporan auditor. Panjang pendeknya audit delay dipengaruhi oleh kerumitan proses audit yang dilakukan oleh auditor. Tingkat kerumitan yang tinggi ini dapat mengakibatkan seorang auditor dalam melaksanakan proses auditnya memerlukan jumlah hari yang lebih banyak untuk mengaudit perusahaan induk beserta anak perusahaannya (Che-Ahmad dan Abidin, 2008). Stocken (2000) menyebutkan bahwa apabila waktu yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan auditnya terlalu lama sehingga menyebabkan perusahaan terlambat menyampaikan laporan keuangan ke pasar modal dapat berpengaruh terhadap auditor switching. Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan rata-rata audit delay yang berbeda-beda. Hasil penelitian Hossain (1998) di Pakistan rata-rata audit delay sebesar 143 hari. Ahmad dan Kamarudin (2003) di Malaysia rata-rata audit delay lebih dari 100 hari. Ahmad dan Abidin (2008) di Malaysia rata-rata audit delay sebesar 114 hari. Sedangkan penelitian di Indonesia seperti Subekti dan Widiyanti (2004) rata-rata audit delay sebesar 98,38 hari serta Utami (2006) rata-rata audit delay sebesar 84,16 hari. 2.1.5 Reputasi KAP Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha yang telah mendapatkan izin dari Menteri sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam memberikan jasanya (Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008). 21

Tanggung jawab KAP khususnya auditor adalah menyediakan informasi yang memadai dengan kualitas yang tinggi guna pengambilan keputusan oleh para pengguna laporan keuangan perusahaan. Kualitas KAP sering diproksikan dengan reputasi KAP. KAP berdasarkan reputasinya diklasifikasikan menjadi dua yakni KAP big four dan KAP non big four. KAP big four dianggap lebih memiliki kemampuan dalam mengaudit lebih baik daripada KAP non big four. Menurut Wijayanti (2010), perusahaan akan lebih memilih KAP dengan kualitas audit yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan dan untuk meningkatkan reputasi perusahaan di mata pemakai laporan keuangan. Dengan demikian, perusahaan yang telah menggunakan jasa KAP dengan reputasi big four memiliki kemungkinan kecil untuk berganti KAP (Rahmawati, 2011). Adapun KAP di Indonesia yang berafiliasi dengan The Big Four yaitu: 1) Deloitte Touche Tohmatsu yang berafiliasi dengan KAP Hans Tuanakotta Mustofa & Halim; KAP Osman Ramli Satrio & Rekan; dan KAP Osman Bing Satrio & Rekan. 2) Ernest & Young yang berafiliasi dengan KAP Prasetio, Sarwoko & Sandjaja; dan KAP Purwantono, Sarwoko & Sandjaja. 3) Klynveld Peat Marwick Goerdeler yang berafiliasi dengan KAP Siddharta & Widjadja. 4) Pricewaterhouse Coopers yang berafiliasi dengan KAP Drs. Hadi Sutanto & Rekan; KAP Haryanto Sahari & Rekan; dan KAP Tanudiredja Wibisana & Rekan. 22

2.2 Hipotesis Penelitian 2.2.1 Pengaruh Opini Audit Going Concern pada Auditor Switching Opini audit going concern merupakan opini mengenai kepastian perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya yang dikeluarkan oleh auditor (Santosa dan Wedari, 2007). Damayanti dan Sudarma (2008), Wahyuningsih (2012), serta Sinarwati (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa opini audit going concern tidak mempengaruhi auditor switching. Berbeda dengan Lennox (2000) menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit modifikasi going concern lebih sering melakukan pergantian auditor. Temuan ini didukung oleh Svanberg dan Ohman (2014), serta Robbitasari (2013) yang menyatakan bahwa opini audit going concern berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Penelitian lain yang dilakukan oleh Hudaib dan Cooke (2005) menemukan bahwa auditee memiliki kecenderungan untuk mengganti auditornya karena memperoleh opini yang tidak sesuai dengan harapan perusahaan yaitu opini audit going concern. Opini audit going concern mengindikasikan bahwa terdapat risiko perusahaan yang tidak dapat bertahan dalam bisnis atau tidak dapat mempertahankan kelangsungan usahanya di masa yang akan datang. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H 1 : Opini audit going concern berpengaruh pada auditor switching. 23

2.2.2 Pengaruh Audit Delay pada Auditor Switching Menurut Robbitasari (2013), audit delay merupakan waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk mengaudit laporan keuangan sejak tanggal tutup buku tahun perusahaan 31 Desember sampai tanggal ditandatanganinya laporan audit atau tanggal opini audit. Panjang pendeknya audit delay dipengaruhi oleh kerumitan proses audit yang dilakukan oleh auditor. Tingkat kerumitan yang tinggi ini dapat mengakibatkan seorang auditor dalam melaksanakan proses auditnya memerlukan jumlah hari yang lebih banyak untuk mengaudit perusahaan induk beserta anak perusahaannya (Che-Ahmad dan Abidin, 2008). Hasil penelitian Ardianingsih (2014) menemukan bahwa audit delay tidak mempengaruhi auditor switching. Berbeda dengan penelitian Robbitasari (2013) dan Pawitri (2015) menunjukkan bahwa audit delay secara signifikan berpengaruh pada auditor switching. Stocken (2000) menyebutkan bahwa apabila waktu yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan auditnya terlalu lama sehingga menyebabkan perusahaan terlambat menyampaikan laporan keuangan ke pasar modal dapat berpengaruh terhadap auditor switching. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H 2 : Audit delay berpengaruh pada auditor switching. 24

2.2.3 Pengaruh Reputasi KAP pada Hubungan Antara Opini Audit Going Concern dan Auditor Switching Reputasi KAP menunjukkan prestasi dan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar yang dimiliki auditor. KAP berdasarkan reputasinya diklasifikasikan menjadi dua yakni KAP big four dan KAP non big four. Menurut Wijayanti (2010), perusahaan akan lebih memilih KAP dengan kualitas audit yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan dan untuk meningkatkan reputasi perusahaan di mata pemakai laporan keuangan. Wulandari (2014) menyatakan KAP dengan reputasi big four dianggap perusahaan memiliki kualitas audit yang lebih baik karena memiliki tingkat independensi yang lebih terpercaya dibandingkan dengan KAP non big four. Rahmawati (2011), Nabila (2011), dan Febriana (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perusahaan yang telah menggunakan jasa KAP dengan reputasi big four memiliki kemungkinan kecil untuk berganti KAP. Svanberg dan Ohman (2014), serta Robbitasari (2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa pergantian auditor setelah penerbitan opini audit going concern dipengaruhi oleh reputasi KAP dari auditor maupun KAP yang mengaudit perusahaan. Dalam hal ini perusahaan yang menerima opini audit going concern dengan diaudit oleh KAP non big four cenderung akan melakukan pergantian auditor. Perusahaan cenderung mengganti KAP non big four setelah menerima opini audit going concern dikarenakan opini audit going concern merupakan opini yang tidak diharapkan perusahaan yang dapat berdampak pada kemunduran harga saham dan ketidakpercayaan investor, kreditor, serta karyawan terhadap manajemen perusahaan (Wahyuningsih, 2012). 25

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H 3 : Reputasi KAP berpengaruh pada hubungan antara opini audit going concern dan auditor switching. 2.2.4 Pengaruh Reputasi KAP pada Hubungan Antara Audit Delay dan Auditor Switching Reputasi KAP menunjukkan prestasi dan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar yang dimiliki auditor. KAP berdasarkan reputasinya diklasifikasikan menjadi dua yakni KAP big four dan KAP non big four. Menurut Stocken (2000), perusahaan akan lebih memilih KAP yang mampu menyelesaikan audit dengan tepat waktu untuk meningkatkan reputasi perusahaan di mata pemakai laporan keuangan. Lee (2008) menemukan bahwa KAP big four lebih awal menyelesaikan auditnya daripada KAP non big four. Hal ini dikarenakan KAP big four memiliki karyawan dalam jumlah yang besar, dapat mengaudit lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkannya menyelesaikan audit tepat waktu, dan memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat guna menjaga reputasinya (Saputri, 2012). Damayanti dan Sudarma (2008), serta Mahantara (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perusahaan yang telah menggunakan jasa KAP dengan reputasi big four memiliki kemungkinan kecil untuk berganti KAP. Robbitasari (2013) dan Pawitri (2015) menemukan bahwa pergantian auditor setelah mengalami audit delay dipengaruhi oleh reputasi KAP dari auditor 26

maupun KAP yang mengaudit perusahaan. Dalam hal ini perusahaan yang mengalami audit delay dengan diaudit oleh KAP non big four cenderung akan melakukan pergantian auditor. Perusahaan cenderung mengganti KAP non big four setelah mengalami audit delay dikarenakan audit delay dapat berdampak pada keterlambatan perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan ke pasar modal sehingga publik akan mencurigai bahwa perusahaan tersebut sedang mengalami masalah yang akan berpengaruh pada keputusan stakeholders dan harga saham perusahaan (Robbitasari, 2013). Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H 4 : Reputasi KAP berpengaruh pada hubungan antara audit delay dan auditor switching. 27