PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN

dokumen-dokumen yang mirip
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2014 SEBESAR 4,24 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 SEBESAR 4,89 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BADAN PUSAT STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2012

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2014

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

ESI TENGAH. sedangkan PDRB triliun. konstruksi minus. dan. relatif kecil yaitu. konsumsi rumah modal tetap. minus 5,62 persen.

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN PDRB Triw I-2009 KALSEL

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2015

EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I 2014 TUMBUH 6,5 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

Transkripsi:

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 27/05/34/Th.XVI, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada triwulan I tahun 2014 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 meningkat sebesar 3,41 persen terhadap triwulan IV 2013 (q-to-q). Pertumbuhan ini terutama digerakkan oleh tingginya pertumbuhan sektor pertanian sebesar 67,55 persen dan sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar 3,11 persen. Di sisi lain, sektor pertambangan dan penggalian, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa mengalami kontraksi masing-masing sebesar 4,40 persen, 23,75 persen, 3,41 persen, 5,86 persen, dan 3,67 persen. Sumber utama pertumbuhan ekonomi DIY triwulan I tahun 2014 disumbangkan oleh sektor pertanian yang memberikan andil positif terbesar (8,24 persen) terhadap pertumbuhan q-to-q PDRB DIY triwulan I 2014, sedangkan sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas, dan air bersih dan sektor keuangan real estate, dan jasa perusahaan andilnya di bawah 0,1 persen. Sementara sektor pertambangan dan penggalian, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasajasa memberikan andil negatif, yaitu masing-masing sebesar -0,03 persen, -2,85 persen, -0,74 persen, -0,67 persen, dan -0,65 persen. PDRB DIY pada triwulan I 2014 jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2013 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,14 persen. Semua sektor tumbuh positif dengan penggerak utama adalah sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor pertanian, masing-masing memberikan andil sebesar 1,07 persen, 1 persen, dan 0,93 persen. Sementara jika dilihat angka laju pertumbuhannya maka penggerak utamanya adalah sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan, sektor jasa-jasa, dan sektor konstruksi, yaitu masing-masing tumbuh sebesar 7,51 persen, 6,58 persen, dan 6,44 persen. Nilai PDRB DIY (atas dasar harga berlaku) pada triwulan I 2014 mencapai Rp17,27 triliun dan nilai riil (atas dasar harga konstan 2000) sebesar Rp6,45 triliun. Sektor ekonomi yang memiliki peranan terbesar dalam struktur perekonomian DIY pada triwulan I 2014 adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yaitu sebesar 19,88 persen, kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar 18,79 persen, dan sektor pertanian sebesar 18,50 persen. Pada sisi penggunaan, komponen yang berperan mendorong pertumbuhan positif pada triwulan I 2014 (q-toq) adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi lembaga swasta nirlaba, dan ekspor barang dan jasa. Sementara komponen yang mengalami kontraksi adalah pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, impor barang dan jasa, dan komponen lainnya. Jika dibandingkan dengan triwulan I 2013 (y-on-y), pertumbuhan terbesar terjadi pada konsumsi lembaga swasta nirlaba yaitu sebesar 16,20 persen; kemudian pengeluaran konsumsi pemerintah meningkat sebesar 6,68 persen, ekspor barang dan jasa sebesar 6,33 persen, pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 6,06 persen, dan pembentukan modal tetap bruto sebesar 4,83 persen. 1

1. LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2014 Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang digambarkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan I tahun 2014 dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2013 (q-to-q) meningkat sebesar 3,41 persen. Seperti pola pada triwulan I tahun sebelumnya, pertumbuhan triwulan I tahun 2014 ini juga terjadi peningkatan yang melesat karena triwulan sebelumnya hanya tumbuh sebesar 0,02 persen (Gambar 1). Gambar 1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2012 sampai Triwulan I 2014 (Persen) 5,32 4,28 4,75 4,75 6,13 5,43 5,59 3,95 5,93 5,40 4,32 5,14 5,14 3,41 2,03 2,62 0,02 Tw 4-2012 Tw 1-2013 Tw 2-2013 Tw 3-2013 Tw 4-2013 Tw 1-2014 -2,68 q to q y on y c to c Sumber pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014 tersebut terutama disebabkan oleh pertumbuhan sektor pertanian yang mencapai 67,55 persen, karena beberapa komoditas (terutama padi dan jagung) yang mengalami musim panen sehingga subsektor tanaman bahan makanan tumbuh sebesar 107,34 persen. Subsektor perikanan di triwulan I juga memberikan andil positif terhadap pertumbuhan sektor pertanian yaitu tumbuh sebesar 8,14 persen (Tabel 1). Sektor lain yang relatif signifikan memberikan andil pertumbuhan ekonomi DIY di triwulan I 2014 adalah sektor listrik, gas, dan air bersih dengan pertumbuhan sebesar 3,11 persen. Sementara sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan meskipun juga memberikan andil positif terhadap pertumbuhan ekonomi DIY tetapi pertumbuhannya di bawah 1 persen. Beberapa sektor lain mengalami kontraksi di triwulan I 2014 (q-to-q), yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa. Hal ini disebabkan antara lain karena geliat kinerja produksi di triwulan I 2014 tidak sepadat pada triwulan IV 2013 yang lebih didorong untuk mengejar target selesainya proyek dan juga terangkatnya kinerja produksi sektor-sektor yang terkait erat dengan pariwisata karena adanya liburan akhir tahun. 2

Tabel 1 Laju dan Andil Pertumbuhan PDRB Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Lapangan Usaha (Persen) Lapangan Usaha Triw I 2014 thd Triw IV 2013 (q-to-q) Triw I 2014 thd Triw I 2013 (y-on-y) / (c-to-c) Andil Pertumbuhan q-to-q y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian 67,55 4,71 8,24 0,93 0,93 2. Pertambangan & Penggalian -4,40 3,54-0,03 0,02 0,02 3. Industri Pengolahan 0,04 2,79 0,00 0,35 0,35 4. Listrik, Gas & Air Bersih 3,11 4,05 0,03 0,04 0,04 5. Konstruksi -23,75 6,44-2,85 0,56 0,56 6. Perdagangan, Hotel & Restoran -3,41 4,91-0,74 1,00 1,00 7. Pengangkutan & Komunikasi -5,86 3,82-0,67 0,41 0,41 8. Keuangan, Real Estat & Jasa Perush. 0,80 7,51 0,08 0,76 0,76 9. Jasa-jasa -3,67 6,58-0,65 1,07 1,07 PDRB 3,41 5,14 3,41 5,14 5,14 Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2013 (y-on-y) atau secara kumulatif di tahun 2014 (c-to-c), PDRB triwulan I 2014 meningkat sebesar 5,14 persen. Semua sektor memberi andil positif pada pertumbuhan triwulan I 2014 ini. Pertumbuhan sebesar 5,14 persen tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan yang tumbuh mencapai 7,51 persen. Tampaknya iklim perbankan pada umumnya tumbuh cukup baik karena semua subsektor dalam sektor ini, yakni subsektor bank, subsektor lembaga keuangan tanpa bank, subsektor jasa penunjang keuangan, subsektor sewa bangunan, dan subsektor jasa perusahaan, memberi andil positif pada pertumbuhan sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan dengan pertumbuhannya berkisar antara 5-9,5 persen. Sektor lapangan usaha yang memberikan andil terbesar pertumbuhan (y-on-y ataupun c-to-c) adalah sektor jasa-jasa dengan andil pertumbuhan sebesar 1,07 persen, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,0 persen, dan urutan ketiga sektor pertanian dengan andil pertumbuhan sebesar 0,93 persen. Sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan dan sektor konstruksi berada pada urutan berikutnya dengan memberi andil masing-masing 0,76 persen dan 0,56 persen. Selanjutnya mengikuti sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor industri pengolahan dengan andil 0,41 persen dan 0,35 persen. Sektor pertambangan dan penggalian dan sektor listrik, gas, dan air bersih hanya memberikan andil di bawah 0,1 persen. Komposisi andil sektor terhadap pertumbuhan triwulan I 2014 (y-on-y) berbeda bila dibandingkan periode yang sama tahun 2013 meskipun angka pertumbuhannya tidak jauh berbeda (tahun 2013 sebesar 4,75 persen). Pada tahun 2013 sektor pertanian andil pertumbuhannya negatif, artinya bahwa kinerja produksi sektor pertanian selama triwulan I 2014 jauh lebih baik. Di samping itu sumber utama pertumbuhan triwulan I 2013 digerakkan oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor industri pengolahan, dan sektor jasa-jasa. Dengan demikian kinerja produksi sektor industri pengolahan triwulan I 2014 tidak sebaik triwulan I 2013. 3

2. NILAI PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN KONSTAN TRIWULAN I TAHUN 2014 Pada triwulan I 2014, nilai nominal PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp 17,27 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2013 yang hanya sebesar Rp 16,62 triliun. Bila PDRB tersebut dinilai dengan harga pada tahun dasar 2000, maka nilai riil PDRB triwulan I 2014 mencapai Rp 6,45 triliun, meningkat 3,41 persen dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar Rp 6,23 triliun (Tabel 2). Tabel 2 PDRB Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah) Lapangan Usaha Harga Berlaku Harga Konstan Triw. IV 2013 Triw. I 2014 Triw. IV 2013 Triw. I 2014 (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian 1.873.302 3.194.504 760.204 1.273.749 2. Pertambangan dan Penggalian 111.442 108.627 44.137 42.197 3. Industri Pengolahan 2.271.184 2.301.707 791.210 791.504 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 205.356 221.066 57.364 59.148 5. Konstruksi 2.122.153 1.636.216 748.485 570.753 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.520.807 3.432.866 1.353.445 1.307.231 7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.462.362 1.372.056 717.078 675.025 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 1.719.267 1.754.245 660.240 665.502 9. Jasa-jasa 3.337.256 3.244.767 1.102.531 1.062.067 PDRB 16.623.128 17.266.053 6.234.694 6.447.175 3. STRUKTUR PDRB DIY MENURUT LAPANGAN USAHA TRIWULAN I TAHUN 2014 DAN TRIWULAN I TAHUN 2013 Struktur PDRB DIY pada triwulan I tahun 2014 jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2013, menunjukkan bahwa peran sektor pertanian, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan meningkat. Peranan sektor pertanian meningkat dari 18,15 persen pada triwulan I 2013 menjadi 18,50 persen (meningkat 35 poin) pada triwulan I 2014. Peningkatan ini sejalan dengan meningkatnya produksi beberapa komoditas pertanian terutama padi dan jagung yang mengalami panen raya. Meskipun sifatnya hanya musiman tetapi kinerja sektor pertanian di triwulan I 2014 merupakan awal yang baik yang diharapkan berlanjut ke periode-periode berikutnya. Peran sektor listrik, gas, dan air bersih juga meningkat 0,03 poin. Sementara sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang dalam struktur ekonomi kontribusinya tertinggi juga meningkat dari 19,72 persen pada triwulan I 2013 menjadi 19,88 persen pada triwulan I 2014, atau meningkat 0,16 poin. Kontribusi yang meningkat juga ditunjukkan oleh sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan, yaitu dari 10,12 persen di triwulan I 2013 menjadi 10,16 persen pada triwulan I 2014 (meningkat 0,04 poin). Sebaliknya, lima sektor mengalami penurunan konstribusi sehingga memberi sinyal adanya pergeseran pola strukur ekonomi DIY, yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa (Tabel 3). 4

Tabel 3 Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Lapangan Usaha Triw. I 2013 Triw. I 2014 Perbedaan (1) (2) (3) (4) 1. Pertanian 18,15 18,50 0,35 2. Pertambangan dan Penggalian 0,65 0,63-0,02 3. Industri Pengolahan 13,56 13,33-0,22 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,25 1,28 0,03 5. Konstruksi 9,70 9,48-0,22 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 19,72 19,88 0,16 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8,00 7,95-0,06 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 10,12 10,16 0,04 9. Jasa-jasa 18,85 18,79-0,06 PDRB 100,00 100,00 0,00 4. PDRB MENURUT PENGGUNAAN TRIWULAN I TAHUN 2014 Dilihat dari sisi penggunaan, PDRB DIY dirinci menurut komponen-komponen pengeluaran: konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (PMTB), ekspor, impor, dan lainnya (gabungan dari perubahan inventori, dan diskrepansi statistik/residual). Memasuki triwulan I tahun 2014, tiga komponen menunjukkan pertumbuhan positif (q-to-q), yaitu komponen konsumsi rumah tangga, komponen lembaga nirlaba dan komponen ekspor. Pertumbuhan q-to-q sebesar 3,41 persen terutama didorong oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi rumah tangga yang mencatat pertumbuhan sebesar 0,89 persen, komponen konsumsi lembaga swasta nirlaba juga tumbuh sebesar 8,55 persen, ekspor tumbuh 5,78 persen (Tabel 4). Pertumbuhan pada konsumsi rumah tangga terutama didorong oleh naiknya konsumsi pangan seiring dengan pertambahan penduduk dan kebutuhan akan pangan berkualitas terkait dengan meningkatnya pendapatan rumah tangga, dan demikian juga untuk peningkatan konsumsi rumah tangga non makanan. Sedangkan meningkatnya konsumsi lembaga nirlaba/non profit disebabkan oleh peningkatan yang cukup tajam dari pengeluaran partai politik terkait dengan persiapan menghadapi pemilihan legislatif. Tabel 4 Laju Pertumbuhan PDRB menurut Komponen Penggunaan (Persen) Komponen Penggunaan Triw I 2014 thd Triw IV 2013 (q-to-q) Triw I 2014 thd Triw I 2013 (y-on-y) / (c-to-c) Andil Pertumbuhan q-to-q y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Konsumsi Rumah Tangga 0,89 6,06 0,44 2,88 2,88 2. Konsumsi Lembaga Nirlaba 8,55 16,20 0,27 0,49 0,49 3. Konsumsi Pemerintah -14,72 6,68-3,25 1,20 1,20 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) -16,58 4,83-4,84 1,14 1,14 5. Ekspor 5,78 6,33 2,60 2,88 2,88 6. Impor -7,63 6,07-3,51 2,47 2,47 7. Lainnya *) 913,03-8,11 4,68-0,98-0,98 PDRB 3,41 5,14 3,41 5,14 5,14 Keterangan: *) Komponen perubahan inventori, dan diskrepansi statistik/residual 5

Siklus belanja pemerintah maupun pengeluaran investasi yang biasa menggelembung di akhir tahun anggaran masih tampak jelas polanya di kinerja PDRB menurut penggunaan triwulan I 2014. Komponen pengeluaran konsumsi pemerintah dan komponen PMTB mengalami kontraksi yang cukup dalam, yaitu masing-masing sebesar 14,72 persen dan 16,58 persen. Hal ini bisa dipahami karena memang di awal tahun anggaran operasional kegiatan pemerintah belum sepadat di akhir tahun, dan demikian pula pengeluaran investasi juga belum banyak dilakukan. Komponen pengeluaran impor juga belum begitu menggeliat kinerjanya dibanding triwulan IV 2013. Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2013 (y-on-y), semua komponen penggunaan mengalami peningkatan. Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 6,06 persen, konsumsi pemerintah tumbuh 6,68 persen, PMTB tumbuh 4,83 persen, ekspor tumbuh 6,33 persen, dan impor juga tumbuh 6,07 persen. pada triwulan I tahun 2014. Pertumbuhan komponen-komponen penggunaan tersebut menunjukkan bahwa daya beli masyarakat dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir semakin bergairah (Tabel 4). Tabel 5 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Konstan dan Distribusi Persentase menurut Komponen Penggunaan Triwulan I Tahun 2014 Komponen Penggunaan PDRB ADH Berlaku (Juta Rupiah) PDRB ADH Konstan (Juta Rupiah) Distribusi Persentase (1) (2) (3) (4) 1. Konsumsi Rumah tangga 8.914.781 3.090.724 51,63 2. Konsumsi Lembaga Nirlaba 660.582 214.431 3,83 3. Konsumsi Pemerintah 4.185.975 1.173.162 24,24 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 4.986.817 1.517.808 28,88 5. Ekspor 7.695.708 2.969.118 44,57 6. Impor 9.478.481 2.645.893 54,90 7. Lainnya *) 300.670 127.826 1,74 PDRB 17.266.053 6.447.175 100,00 Keterangan: *) Termasuk Perubahan Inventori dan Diskrepansi Statistik (Residual) Nilai nominal PDRB pada triwulan I 2014 terbesar digunakan untuk membiayai impor, yaitu mencapai Rp9,48 triliun, atau 54,90 persen dari total PDRB DIY (Tabel 5). Nilai ini melebihi nilai ekspor yang sebesar Rp7,70 triliun sehingga ekspor neto pada triwulan I 2014 tercatat negatif. Penggunaan PDRB terbesar berikutnya adalah untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu sebesar Rp8,91 triliun, atau 51,63 persen dari total PDRB DIY. Selanjutnya porsi penggunaan yang relatif besar adalah untuk kegiatan investasi fisik (PMTB) sebesar Rp4,99 triliun atau 28,88 persen dari total PDRB. Masih tingginya porsi PDRB yang digunakan untuk keperluan konsumsi, menunjukkan belum optimalnya upaya mengarahkan pembentukan investasi yang dapat lebih memacu pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. 5. PERBANDINGAN NILAI PDRB ANTAR PROVINSI Pada tabel 6 terlihat kontribusi PDRB provinsi di wilayah Jabalnusra terhadap total 33 provinsi pada triwulan I 2014. Kontribusi terhadap total perekonomian regional, mayoritas berasal dari provinsi-provinsi di Pulau Jawa, yaitu sebesar 58,52 persen. DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat dan jawa Tengah merupakan provinsi-provinsi penyumbang kue ekonomi terbesar, masingmasing 16,72 persen; 15,06 persen; 14,23 persen; serta 8,42 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. 6

Daerah Istimewa Yogyakarta dengan kontribusi hanya 0,85 persen memiliki peringkat terendah di Pulau Jawa. Hal ini dapat dimaklumi karena luas wilayah DIY relatif kecil dan dalam perkembangannya merupakan daerah pusat pendidikan dan kebudayaan sehingga tidak banyak aktifitas ekonomi yang berskala besar berlokasi di wilayah ini. Secara nasional, laju pertumbuhan ekonomi pulau Jawa hanya sebesar 1,55 persen (q-to-q) dan 5,83 persen (y-o-y). Tabel 6 Ringkasan PDRB Triwulan I 2014 Beberapa Provinsi di Indonesia PDRB Tw I 2014 (miliar Rp) Pertumbuhan Tw I 2014 (%) Kontribusi (%) Provinsi Thd 33 ADHB ADHK Q to Q Y on Y C to C Thd Pulau Prov (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) SUMATERA 483.813.622,66 142.073.154,26 0,82 5,43 5,43 100,00 23,88 JAWA 1.185.727.537,35 421.527.254,41 1,68 5,83 5,83 100,00 58,52 11. DKI Jakarta 338.829.646,59 122.846.712,16 0,32 5,99 5,99 28,58 16,72 12. Jawa Barat 288.312.728,02 98.896.742,17 0,80 5,49 5,49 24,31 14,23 13. Banten 65.623.512,94 27.111.890,70 0,87 5,20 5,20 5,53 3,24 14. Jawa Tengah 170.468.819,10 58.132.150,07 6,01 5,37 5,37 14,38 8,42 15. DI Yogyakarta 17.266.053,50 6.447.175,49 3,41 5,14 5,14 1,46 0,85 16. Jawa Timur 305.226.777,19 108.092.583,81 1,95 6,40 6,40 25,74 15,06 BALI NUSRA 50.229.876,53 17.595.121,37-2,55 5,32 5,32 100,00 2,48 17.Bali 25.015.150,89 8.887.492,06-0,39 5,43 5,43 49,80 1,24 18.Nusa Tenggara Barat 14.662.114,83 5.062.603,87-3,94 5,37 5,37 29,19 0,72 19.Nusa Tenggara Timur 10.552.610,81 3.645.025,43-5,64 5,02 5,02 21,01 0,52 KALIMANTAN 171.155.605,88 54.570.617,21-1,48 3,67 3,67 100,00 8,45 SULAWESI 95.735.135,43 33.954.563,70-3,32 6,58 6,58 100,00 4,72 MALUKU dan PAPUA 39.452.993,76 11.717.572,36-13,58 2,31 2,31 100,00 1,95 33 PROVINSI 2.026.114.771,61 681.438.283,31 0,57 5,53 5,53 100,00 100,00 7

PENJELASAN TEKNIS Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah : a. Jumlah nilai tambah atas produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah; b. Jumlah pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga swasta nirlaba, dan pemerintah, serta untuk pembentukan modal tetap, perubahan inventori / stok dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor) suatu daerah; c. Jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi (tenaga kerja, tanah, modal & kewiraswastaan/entrepreneurship) plus penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tidak langsung dikurangi subsidi) yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah; dalam jangka waktu tertentu (satu triwulan/semester/tahun). Metode penghitungan PDRB berdasarkan 3 (tiga) pendekatan: a. Produksi (Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha) Supply side b. Penggunaan (Pengeluaran) Demand side c. Pendapatan Income side Penyajian PDRB: a. Atas dasar harga berlaku harga komoditas barang dan jasa berdasarkan tahun berjalan. b. Atas dasar harga konstan harga komoditas barang dan jasa pada tahun dasar referensi 2000. Peranan (Share) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku untuk melihat struktur ekonomi. Pertumbuhan (Growth) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan untuk melihat perubahan volume (kuantum) produksi. Pertumbuhan ekonomi q-to-q : PDRB harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya secara berantai pada tahun yang sama ataupun berlainan (quarter to quarter economic growth). Pertumbuhan ekonomi y-on-y : PDRB harga konstan pada suatu triwulan/tahun dibandingkan dengan triwulan/tahun yang sama pada tahun sebelumnya (year on year economic growth). Pertumbuhan ekonomi c-to-c : PDRB harga konstan kumulatif sampai dengan suatu triwulan dibandingkan dengan kumulatif sampai dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (cumulative to cumulative economic growth). Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup semua pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa, dikurangi dengan penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan oleh rumah tangga (termasuk lembaga swasta nirlaba yang melayani rumah tangga) selama periode tertentu (triwulan/semester/tahun). 8

Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran untuk belanja pegawai, penyusutan dan belanja barang (termasuk biaya perjalanan, pemeliharaan dan pengeluaran lain yang bersifat rutin) baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selama periode tertentu (triwulan/ semester/tahun), tidak termasuk penerimaan dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah, yang bukan dikonsumsi oleh pemerintah tetapi dikonsumsi oleh masyarakat. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) adalah investasi fisik yang dilakukan oleh rumah tangga, pemerintah dan swasta dalam hal pengadaan, pembuatan/perbaikan besar maupun pembelian barang modal baru produksi domestik ataupun barang modal baru/bekas dari luar negeri (impor) dikurangi dengan penjualan barang modal bekas pada suatu periode tertentu (triwulan/semester/tahun). Investasi fisik dimaksud berupa: bangunan (tempat tinggal maupun usaha), infrastruktur, mesin dan perlengkapan, alat angkutan, serta barang modal lainnya. 9