BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

dokumen-dokumen yang mirip
BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

Indonesia: Akses Energi Berkelanjutan di Indonesia Timur-Program Pembangunan Jaringan Listrik

I. PENDAHULUAN. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengarahkan

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/1996

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. APBN/APBD. Menurut Erlina dan Rasdianto (2013) Belanja Modal adalah

KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB I PENDAHULUAN. dengan ditetapkannya UU No. 22 Tahun 1999 (revisi menjadi UU No. 32 Tahun

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN. Kebijakan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah

PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. daerah masalah perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan salah satu

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian

CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/96

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Kerangka Kerja Kemitraan Negara Indonesia

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB DADAN ANUGRAH S.SOS, MSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

Mempertahankan arah, menjadi lebih kuat.

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN. 1 Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. telah memanfaatkan pinjaman luar negeri dalam pembangunannya. Pinjaman luar

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA. Daerah. Reformasi tersebut direalisasikan dengan ditetapkannya Undang

Menyinari Sudut Kelam Tata Pemerintahan yang Lemah dan Korupsi Oleh Christine Lagarde

Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA)

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tata Kelola Pemerintahan Daerah dan Kinerja Pendidikan: Survei Kualitas Tata Kelola Pendidikan pada 50 Pemerintah Daerah di Indonesia

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 132, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444).

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN. melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Undang-Undang Nomor

UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL

Reformasi Sistem Tata Kelola Sektor Migas: Pertimbangan untuk Pemerintah Jokowi - JK

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kebijakan Pengamanan dan Keberlanjutan di Dunia yang Berubah

BAB 2 DASAR KEBIJAKAN BAGI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. 2.1 Rencana Pembangunan Nasional dan Regional

Transkripsi:

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Jalan Menuju Peningkatan dan Pengembangan Pesan Pokok 1. Pengembangan Jalan Bebas Hambatan Trans-Jawa dan penanganan tertundanya pengembangan jalan bebas hambatan. Mengingat manfaat jangka panjangnya bagi kehidupan ekonomi dan sosial, pemerintah Indonesia harus mempertimbangkan membuat keputusan strategis untuk membangun proyek jalan bebas hambatan Trans-Jawa. Sebagai salah satu pilihan, pemerintah dapat memberi dana awal pembebasan tanah dan melakukan konsolidasi berbagai pemegang konsesi menjadi suatu perusahaan induk dengan modal terbuka untuk mengumpulkan tambahan pembiayaan dari investor swasta (pemegang saham). 2. Pemisahan perumusan kebijakan dari penyampaian layanan dan klarifikasi peran dan tanggung jawab dari lembaga-lembaga bidang jalan raya: Menetapkan mekanisme pembiayaan yang berkelanjutan untuk memelihara jalan sesuai dengan prinsipprinsip pendanaan jalan generasi kedua; Memperkenalkan dan memopulerkan Kontrak Jalan Berbasis Output dan Kinerja untuk mengelola dan memelihara proyek-proyek jalan secara jangka panjang (3-7 tahun); Restrukturisasi pengelolaan jalan nasional sejalan dengan praktik pengelolaan layaknya perusahaan: Dirikan badan jalan nasional yang otonom bagi jalan-jalan bukan tol; Mendirikan badan-badan jalan semi otonom untuk perencanaan strategis dan pengelolaan jaringan jalan provinsi yang diperluas (Provinsi dan Kabupaten). 3. Menyiapkan strategi keamanan jalan nasional dan rencana tindakan yang menetapkan batas waktu yang jelas untuk program peningkatan kelembagaan dan tindakan yang terarah. Posisi Indonesia Saat Ini Transportasi lewat jalan adalah cara yang paling banyak digunakan di Indonesia, dengan sekitar 70 persen dari ton pengiriman per km dan 82 persen dari penumpang/ km. Investasi di bidang transportasi jatuh dari 2,2% PDB sebelum tahun 1997 menjadi hanya sedikit di atas 0,7% dari PDB di tahun 2000, dan sejak itu telah meningkat sampai sekitar 1,7% dari PDB di tahun 2007 (Tabel 1). Tingkat investasi ini tidaklah cukup untuk memenuhi peningkatan kebutuhan Indonesia akan prasarana transportasi, dan telah menjadi penghalang bagi pembangunan sosial dan ekonomi dan sekitar 15 juta jiwa di daerah terpencil masih tidak memiliki akses ke jaringan jalan yang tersedia sepanjang tahun 1. Pemerintah menyadari tantangan ini dan mengambil tindakan untuk mengatasi kesenjangan, dengan menempatkan lebih dari 60 persen dari keseluruhan belanja masyarakat di bidang transportasi ke jalan pada tahun 2008. Pemerintah juga telah memulai sejumlah reformasi fiskal dan peraturan perundangan, yang termasuk: Amandemen Undang-Undang No 22 tentang Lalu-Lintas dan Transportasi Jalan yang secara khusus memberikan ruang bagi penyelenggaraan dana pemeliharaan jalan (Pasal 30). Penciptaan ruang fiskal melalui melalui pemotongan subsidi bahan bakar. Peningkatan harga bahan bakar pada bulan Oktober 2005 menambah sekitar 10 miliar dolar Amerika ke anggaran per tahun sehingga memungkinkan penambahan belanja untuk prioritas pembangunan, termasuk untuk jalan. Penghilangan sisa subsidi energi yang masih besar (terutama bahan bakar) akan makin menurunkan penyimpangan biaya transportasi dan memungkinkan peningkatan belanja pada bidang transportasi yang diprioritaskan. 2 1 Making the New Indonesia Work for the Poor; World Bank; 2007 2 Making the most of Indonesia s new opportunities: Indonesia Public Expenditure Review, 2007, World Bank

2 BANGKITNYA INDONESIA Partisipasi sektor swasta yang ditingkatkan. Undangundang telah ditetapkan dan Satuan Kerja Manajemen Risiko pada Departemen Keuangan (Depkeu) telah dibentuk untuk meningkatkan partisipasi sektor swasta di dalam prasarana. Penetapan Perpres 67/2005 dan Kepres 38/2006 menetapkan kriteria untuk Kemitraan Pemerintah-Swasta (PPP) yang membutuhkan dukungan pembiayaan dari pemerintah. Kemajuan telah dicapai melalui pembentukan dana khusus untuk pembebasan tanah. Pemisahan fungsi peraturan dari penyampaian layanan jalan tol melalui restrukturisasi Jasa Marga dan pendirian badan pengatur yang baru Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), 2005). Penyelesaian masalah pembebasan tanah masih merupakan prioritas dalam agenda pemerintah. Memperkuat prosedur pengadaan pada Departemen Pekerjaan Umum melalui peningkatan sistem pengadaan elektronis. Pendelegasian tanggung jawab pengelolaan jalanjalan provinsi dan kabupaten kepada pemerintah daerah, untuk mendukung daya tanggap terhadap kebutuhan penduduk. Walau ada banyak kemajuan, serangkaian tantangan khusus terhadap sektor jalan harus dipecahkan agar Indonesia dapat sepenuhnya memanfaatkan potensi sosial ekonominya: Jalan-jalan arteri yang padat dan kurangnya investasi di jalan bebas hambatan harus ditangani. Pada tingkat nasional, kurangnya jaringan jalan arteri berkualitas tinggi pada jalur perdagangan dan komersial utama serta padatnya jalan-jalan arteri, telah meningkatkan waktu perjalanan dan biaya transportasi. Walaupun beberapa kemajuan telah dicapai pada penyusunan perundangan subsektor jalan tol, kemajuan yang dicapai sampai saat ini akan penerapan proyek-proyek PPP masih kurang menggembirakan. Hanya 650 km jalan tol yang sudah tersedia, terutama di daerah perkotaan, dibandingkan dengan sekitar 2.000 km yang dibutuhkan. 3 Secara keseluruhan kualitas jalan-jalan wilayah telah menurun, dan kondisi jalan-jalan nasional belum pulih sampai ke tingkat pada tahun 2000. Walaupun terdapat peningkatan pendanaan dan pembaruan penekanan pada pemeliharaan, jalan-jalan belum kembali kepada kondisi mereka sebelum tahun 1997/98. Persentase jalan-jalan nasional yang berada pada kondisi baik dan cukup telah meningkat dari 81,6% di tahun 2006 menjadi 83,3% di tahun 2008, 3 Sumber: Rencana Strategis: Departemen Pekerjaan Umum, 2005-2009, terbitan Maret 2005. Gambar 1: Total investasi dalam prasarana sebagai bagian dari PDB % of GDP 8 6 4 2 Transport Irrigation WSS Energy 0 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Sumber: Data statistik pemerintah untuk pemerintah tingkat nasional dan daerah; Laporan tahunan BUMN; Database PPI Bank Dunia untuk investasi swasta, di luar proyek-proyek yang dibatalkan Tabel 1: Kondisi Jaringan Jalan Status Jalan Panjang (km) Baik & Cukup (percent) Telecom Buruk (persen) Nasional 34629 83.0 17.0 Provinsi 46499 63.0 37.0 Daerah 240946 43.0 57.0 Kota 25518 96.0 4.0 Tol 649 100.0 0.0 Total 348241 54.0 46.0 Sumber: PJM 2005 dan KMPU 2006 dan DGH 2008 tetapi belum pulih menjadi 87% seperti yang dijumpai pada tahun 2000. Lebih dari sepertiga jalan-jalan provinsi dan lebih dari setengah jaringan jalan tingkat kabupaten berada pada kondisi yang buruk (Tabel 1). Ketersediaan jalan untuk segala musim yang rendah ini menghalangi upaya pengentasan kemiskinan dan ketersediaan layanan dasar kepada kaum miskin, terutama di belahan Indonesia Timur. Terdapat kurangnya mekanisme pendanaan yang berkesinambungan bagi pemeliharaan jalan. Pemeliharaan aset jalan sebaiknya memiliki pendanaan berkelanjutan, tetapi pola belanja yang belakangan terjadi mencerminkan ketergantungan yang terlalu besar pada anggaran masyarakat. Pendapatan yang dikumpulkan melalui pungutan kepemilikan kendaraan dan surat izin mengemudi, pungutan bahan bakar dan berbagai pungutan pengguna jalan pada tingkat nasional dan daerah melebihi biaya pemeliharaan jalan. Akan tetapi, pendapatan itu digolongkan sebagai pajak umum dan aturan perundangan menghalangi pembentukan mekanisme pendanaan yang berkesinambungan bagi jalan.

Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya 3 Gambar 2. Indonesia: Kecenderungan Kematian di Jalanan, 1997-2007 Jumlah kematian karena lalu lintas jalan Kapasitas dan kinerja pengelolaan jalan lemah. Umumnya alokasi program dan anggaran tidak cukup didasarkan pada kriteria objektif, tidak transparan dan kurang sesuai dengan kehendak masyarakat. Keterbatasan ini kemudian diperburuk oleh prosedur pengadaan yang sangat panjang dan lemahnya kendali dan pengawasan akan kualitas pekerjaan jalan. Biaya yang tinggi untuk penyampaian layanan jalan yang buruk, pekerjaannya umumnya memiliki kualitas yang rendah, dan kolusi antar kontraktor tetap menjadi masalah. Direktorat Jendral Jalan Raya (DGH) bekerja pada rasio staf/panjang jalan yang sangat tinggi yang menawarkan ruang untuk peningkatan praktik pengelolaan jalan. Perbandingan staf/jaringan DGH adalah 12,5 staf/100 km. Perbandingan itu lebih dari enam kali lebih tinggi dari tingkat efisiensi 2 staf/100 km yang disarankan. Keamanan jalan yang buruk merupakan masalah yang serius dan makin meningkat. Sekitar 50 jiwa melayang di jalanan Indonesia setiap hari. Lalu lintas kendaraan bermotor, termasuk sepeda motor, diperkirakan akan terus meningkat secara signifikan, yang akan makin memperburuk keadaan, kecuali suatu tindakan segera diambil (lihat Gambar 2). Prioritas Kebijakan untuk Indonesia yang sedang Bangkit Mengingat ukuran dan sasaran pembangunan sosial ekonominya, terdapat kebutuhan untuk membangun bidang transportasi yang aman dan efisien, dengan jalan raya memegang peranan yang penting. Untuk mencapai sasaran ini, dibutuhkan tindakan tegas pada bidang-bidang utama berikut: 118,000 160,000 140,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Sumber: Kepolisian Republik Indonesia Membangun Jalan Bebas Hambatan Trans-Jawa. Pokok-pokok program permerintah beberapa tahun ke depan dapat menyertakan suatu desakan untuk menyelesaikan Trans-Jawa sebagai unsur penting tulang punggung prasarana jalan di Indonesia. Kepadatan lalu lintas sepanjang jalur-jalur utama dan jalur masuk ke kota-kota utama di pulau Jawa sangatlah memprihatinkan. Pengadaan sistem bebas hambatan akses terbatas dengan kualitas tinggi lintas Jawa, menghubungkan kota-kota utama antara Jakarta dan Surabaya, akan memberikan manfaat sosial dan ekonomi yang penting. Hal ini akan membutuhkan keputusan strategis untuk memberikan dana awal pembebasan tanah dan melakukan konsolidasi berbagai konsesi menjadi suatu perusahaan induk dengan modal terbuka dan kemampuan untuk mengumpulkan tambahan pembiayaan dari investor swasta (pemegang saham). Menangani tertundanya investasi dalam pengembangan jalan bebas hambatan secara lebih luas. Perhatian yang lebih besar telah diberikan pada beberapa tahun terakhir untuk meragamkan sumbersumber pembiayaan bagi investasi jalan tol. Pengalaman menunjukkan bahwa terdapat batasan sampai sejauh mana pembiayaan pemerintah dapat digantikan. Salah satu jalan untuk menjawab tantangan pembiayaan adalah dengan menanggulangi keterbatasan yang mengelilingi persiapan dan pelaksanaan proyek PPP melalui: (i) menginvestasikan lebih banyak waktu dan sumber daya keuangan dalam tahap persiapan proyek, (ii) meningkatkan pemilihan proyek, dan (iii) meningkatkan dialog dengan para investor dan pemberi pinjaman. Hal yang terakhir akan membutuhkan pendukung proyek-proyek PPP dan suatu komitmen untuk melaksanakan jumlah minimum proyek-proyek jalan tol yang memadai melalui PPP. Sebagai langkah perantara, bantuan teknis bagi persiapan proyek (seperti konsultan transaksi) harus diberikan bagi BPJT. Pisahkan perumusan kebijakan dari penyampaian layanan dan perkuat keseluruhan kerangka kerja kelembagaan, untuk secara jelas membedakan peranan yang dimainkan oleh para pemangku kepentingan utama dalam bidang jalan untuk perumusan kebijakan, penyampaian kebijakan dan pelaksanaan pekerjaan. Menetapkan Dana Pemeliharaan Jalan untuk memberikan pembiayaan berkesinambungan yang dibutuhkan untuk memelihara aset jalan. Biaya ekonomi jaringan jalan yang kondisinya memburuk adalah tiga kali lebih besar dari biaya memelihara aset jalan. Penyusunan mekanisme pembiayaan berkesinambungan untuk pemeliharaan jalan adalah kuncinya. Mekanisme apapun harus dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip pengguna yang membayar dan didapat melalui pungutan penggunaan jalan, termasuk pungutan bahan bakar dan pajak izin kendaraan. UU lalu-lintas dan transportasi yang diamandemen secara jelas

4 BANGKITNYA INDONESIA menyatakan pembentukan Dana Pemeliharaan Jalan. Dana tersebut harus dibentuk sesuai dengan prinsipprinsip Generasi Kedua, dengan ciri-ciri adanya peraturan perundangan yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab, pengawasan yang kuat oleh badan kemitraan pemerintah-swasta, sistem keuangan yang baik dan suatu struktur pengelolaan yang ramping dan efisien. Badan pengelola dana itu harus bertindak sebagai pembeli, dan bukan sebagai pemberi layanan pemeliharaan jalan. Memperkenalkan praktik-praktik pengelolaan yang lebih efisien dan seperti layaknya perusahaan. Semua upaya harus dibuat untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan jalan. Efisiensi dan penghematan biaya dapat dicapai dan dirasakan dampaknya oleh pengguna jalan dengan meningkatkan pertanggungjawaban keuangan dan pengelolaan, menjawab kurangnya staf teknis dan memberikan struktur imbalan yang bersaing. Jalan lain untuk mencapai efisiensi adalah dengan memasyarakatkan penggunaan Kontrak Berbasis Kinerja dan Output (OPRC) ke dalam proyek jalan. 4 Kontrak OPRC diberikan melalui penawaran yang bersaing. Calon pemberi layanan mengusulkan biaya per kilometer per bulan secara keseluruhan untuk jalan yang akan dikelola dan dipelihara, dengan kontraktor dibayar bukan atas masukan atau pekerjaan fisik yang dilaksanakan, tetapi untuk keluaran akhir atau hasilnya, berdasarkan kualitas dari pekerjaan. Jenis kontrak ini dapat meningkatkan kondisi jalan secara signifikan (Kotak 1) dan meningkatkan peranan sektor swasta, dari pelaksanaan pekerjaan yang sederhana menjadi pengelola dan pemelihara aset-aset jalan. Membangun kapasitas pembiayaan dan pengelolaan jalan pada tingkat daerah untuk meningkatkan kualitas jalan-jalan provinsi, kota dan kabupaten, dan prasarana transportasi pedesaan untuk meningkatkan ketersediaan pasar dan layanan. Hal ini akan membutuhkan program pembangunan kapasitas teknis dan pengelolaan yang ditingkatkan bagi lembagalembaga tingkat provinsi, kabupaten dan kota dengan menggunakan perkumpulan nasional atau lembaga teknis, suatu sistem pengalihan pengetahuan dan kapasitas dari tingkat nasional ke daerah yang tidak mengganggu kewenangan pengambilan keputusan daerah. Strategi jangka menengah yang mendorong penyelenggaraan badan-badan jalan yang semi-otonom untuk menyusun rencana strategis dan mengelola jaringan jalan provinsi yang diperluas merupakan langkah lainnya. 4 Suatu proyek percontohan jalan 100 km dengan menggunakan pendekatan OPRC adalah salah satu komponen Proyek Prasarana Jalan Strategis Bank Dunia yang saat ini sedang diterapkan di Indonesia. Meningkatkan keamanan jalan dengan menyusun strategi keamanan jalan nasional dan rencana tindakan. Strategi itu harus mencakup persyaratan keamanan pengguna jalan dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan lintas pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat, media dan masyarakat umum. Harus dihubungkan dengan strategi-strategi bidang lain (seperti kesehatan) dan menetapkan sasaran keamanan yang tinggi, dilengkapi dengan tindakan nasional yang menetapkan tindakan-tindakan khusus agar mencapai hasil dalam jangka waktu yang ditetapkan. Boks 1 - Kontrak Berbasis Output: Pemeliharaan jalan provinsi di Argentina Dampak kontrak-kontrak pemeliharaan jalan berdasarkan kinerja yang diterapkan di Argentina (uji coba tahun 1996 1997) menunjukkan jumlah jalan yang berada dalam kondisi buruk berkurang dari 41 persen menjadi 6 persen, dan biaya satuan turun antara 12 persen dan 18 persen. Laju pengembalian ekonomi diperkirakan 60 persen berkat penghematan biaya operasi kendaraan. Bagaimana Bank Dunia dapat Membantu Reformasi fiskal dan perundangan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesian memberikan dasar yang kuat bagi pengembangan bidang jalan yang berkelanjutan. Bank Dunia kini memberikan dukungan terpilih bagi pemerintah melalui suatu program konsultasi kebijakan, reformasi kelembagaan dan pembiayaan investasi pada bidang jalan. Dukungan Bank Dunia menggunakan pengalaman dan pengetahuan seluruh dunianya dalam membantu banyak negara untuk melaksanakan program-program pengelolaan jalan dan reformasi keuangan yang ambisius. Program Investasi dan Pinjaman Kebijakan Pembangunan Prasarana Melalui rangkaian Pinjaman Kebijakan Pembangunan Prasarana (IDPL), Bank Dunia melakukan pembicaraan dengan pemerintah, yang menekankan pada hambatan kebijakan yang paling kritis. Rangkaian IDPL berjalan bersama-sama dengan upaya analisis dan pinjaman investasi untuk meningkatkan standar-standar dari jalanjalan bukan tol dan untuk memelihara aset-aset jalan nasional.

Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya 5 Dua proyek jalan sedang dilaksanakan, dengan dukungan Bank Dunia. Proyek Kedua Transportasi Wilayah Timur Indonesia menekankan pada peningkatan hubungan jaringan jalan untuk 16 provinsi dan sekitar 190 kabupaten dan kota di belahan timur Indonesia. Proyek Strategis Prasarana Jalan meningkatkan kapasitas dan kualitas jalan-jalan nasional di Jawa dan Sumatra, meningkatkan keamanan jalan dan meningkatkan efisiensi, kualitas dan transparansi pekerjaan dan pengadaan. Dua proyek jalan tambahan sedang dipersiapkan. Proyek Peningkatan Jalan Bagian Barat Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kapasitas jalan-jalan arteri utama disepanjang jalur barat pulau Sumatra. Proyek Pemeliharaan Jalan dirancang untuk meningkatkan pemeliharaan jaringan jalan nasional melalui pembiayaan berdasar prestasi. Anjuran Analisis dan Bantuan Teknis Suatu kajian akan industri pembangunan jalan di Indonesia sedang dilaksanakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik akan masalah-masalah dan batasan-batasan, sementara menemukan kesempatan-kesempatan untuk meningkatkan iklim investasi. Suatu Kajian Pengeluaran Publik (PER) untuk bidang transportasi juga sedang disusun. PER itu akan membantu pemerintah membuat keputusan yang bijak mengenai penempatan sumber daya pemerintah yang optimal demi peningkatan pendahuluan, efisiensi dan efektivitas dalam bidang transportasi. Di kemudian hari suatu kajian kapasitas pengelolaan keamanan jalan, dengan tujuan mencapai kemufakatan dalam kekurangan kapasitas dan upayaupaya yang dibutuhkan untuk memecahkannya, sedang dipertimbangkan. Kantor Bank Dunia Jakarta Gedung Bursa Efek Indonesia Menara 2, lantai 12 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190, Indonesia ph. + 62 21 5299 3000 fax. + 62 21 5299 3111 http://www.worldbank.org/id untuk informasi, silakan hubungi: Mr. Mustapha Benmaamar Senior Transport Specialist mbenmaamar@worldbank.org Mendukung Institusi Indonesia yang Inklusif untuk Pembangunan yang Berkelanjutan