Saat ini penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif. (NAPZA) makin merebak di tengah-tengah masyarakat. Banyak keluarga yang

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR PERWAKILAN UNICEF INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Setiap individu berhak mendapatk:an pendidikan yaitu dengan cara. orangtua tentang pentingnya sekolah, banyak orangtua memasukkan anak mereka

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan

Manusia itu tida.k dilahirkan dengan suatu sikap pandangan ataupun sikap

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat, secara garis besar masalah kesehatan jiwa. Masalah psikososial membutuhkan kemampuan penyesuaian dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Kecemasan dialami pada waktu tertentu oleh tiap individu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. medis merupakan suatu bentuk penyalahgunaan yang dapat berakibat fatal di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

efek stupor atau bingung yang lama dalam keadaan yang masih sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan (Fransiska, 2012).

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba, khususnya di Indonesia, saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadiannya. Sebagai bentuk pengembangan diri

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun

Seorang wanita yang telah berkeluarga dan memiliki anak, secara otomatis. memegang tanggung j awab membantu anak dalam mengembangkan semua

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Setiap fase kehidupan menuntut tugas-tugas perkembangan yang baru bagi. setiap individu, seperti pada masa dewasa awal yang merupakan waktu pertama

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

DRUG ABUSE KELOMPOK 5

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

B. Kegiatan Ceramah tentang Narkoba Tahap Kegiatan Kegiatan Peserta Media & Alat

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan dan di derita oleh manusia, baik yang bersifat patologis ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu, tetapi persepsi itu kini

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

17. Keputusan Menteri...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian

BABI PENDAHULUAN. Era tahun 1960-an figur seorang model identik dengan bentuk tubuh yang

BABI PENDAHULUAN. Sepanjang rentang kehidupan, setiap individu melewati beberapa fase

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa

Pengalaman sakit adalah hal yang dapat terjadi pada siapa pun, kapan pun. dan dimana pun, begitu pula dengan anak-anak. Sebagaimana orang dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. konsekuensi bahaya atas tindakan yang dilakukan. Individu yang memiliki kontrol

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang (developing

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, hubungan sosial mengambil peran yang penting. Mereka

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BABI PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus bangsapun dibutuhkan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Khoirunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

BAB I PENDAHULUAN. dan zat adiktif (NAPZA) masih merupakan masalah yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat beradaptasi dengan baik maka ia akan memiliki kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi membuat arus informasi menjadi tidak terbendung. Gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini setiap individu pasti pernah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB V PENUTUP. Mahasiswa IAIN Tulungagung sebagai berikut:

BABI PENDAHULUAN. Pekerjaan merupakan salah satu aktivitas manus1a yang penting untuk

BABI PENDAHULUAN. Dalam menjalani suatu kehidupan, banyak orang yang mempunyai pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi hambatan maupun tantangan yang dihadapi dan tentunya pantang

Transkripsi:

BABI PENDAHULUAN

BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) makin merebak di tengah-tengah masyarakat. Banyak keluarga yang khawatir dan takut kalau anggota keluarga mereka terkena, karena akibat dari penyalahgunaan NAPZA sangatlah berbahaya, seperti: overdosis, rusaknya organorgan tubuh, tertular penyakit-penyakit berbahaya, dan lain-lain. Kebanyakan pengguna NAPZA adalah remaja, yang merupakan individu yang memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap hal-hal baru dan menarik dari lingkungan sekitamya, seperti: salah satunya NAPZA. Setelah mereka merasakan efek dari NAPZA yang dapat menciptakan kenikmatan dajam diri mereka, maka tanpa mereka sadari NAPZA telah mengambil sebagian dari kehidupannya secara cukup rutin, karena NAPZA digunakan sebagai tempat pelarian ketika mereka menghadapi suatu masalah dalam hidupnya. Akibatnya masalah-masalah tersebut tidak ada yang terselesaikan dan mereka akan selalu menghindar apabila masalah datang. Perilaku menghindari masalah tanpa mereka sadari sudah membuat mereka makin teijerumus ke dalam penyalahgunaan NAPZA. Selain itu, sikap antara orangtua dan remaja yang tidak mau saling memahami dan berkomunikasi dapat menyebabkan remaja terlibat penyalahgunaan NAPZA.

2 Mereka tidak tahu bahwa kenikmatan yang mereka dapatkan sifatnya hanya semu belaka. Masalah yang ada akan tetap ada bahkan bisa bertambah berat. Masalah-masalah yang biasa dihadapi remaja pada umumnya, seperti: tanggung jawab makin besar, pubertas, pergaulan, pencarian identitas diri, tuntutan orangtua dalam hal akademik, dan lain sebagainya. Masalah bertambah berat karena mereka bisa menjadi pecandu NAPZA dan berurusan dengan pihak yang berwajib. Untuk sembuh dari NAPZA, pengguna NAPZA masuk panti rehabilitasi dan hal itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Saat pengguna NAPZA masuk ke dalam panti rehabilitasi, maka dapat dikatakan bahwa mereka masuk dalam kehidupan baru yang menuntut penyesuaian diri para pasien NAPZA Pada kenyataannya, kehidupan yang baru ini membawa para pasien NAPZA pada berbagai permasalahan baru dengan konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan untuk para pasien NAPZA, seperti: peraturan-peraturan yang ada di pusat rehabilitasi tersebut, setiap kegiatan ada jadwalnya, tidak boleh berinteraksi dengan orang lain, tidak bisa hidup dengan bebas, dan lain sebagainya. Keadaan yang seperti ini sangat potensial untuk menumbuhkan perilaku yang tidak wajar. Narnun, sebelum keluar dari pusat rehabilitasi, itupun dapat dikatakan bahwa mereka akan masuk kembali pada 'kehidupan yang baru' dan dituntut melakukan penyesuaian diri \agi. Pada kehidupan yang 'baru' ini mereka juga dihadapkan pada konsekuensi-konsekuensi yang harus mereka atasi, seperti: bagaimana tanggapan orang lain tentang dirinya; apakah keluarga mau menerima mereka kembali, kalaupun mau apakah mereka akan tetap diperlakukan sarna seperti dulu atau tidak; apakah teman-temannya

3 yang dulu mau kern bali berteman dengannya, bagaimana reaksi lingkungan sekitar terhadap dirinya, dan lain sebagainya. Permasalahan-permasalahan tersebut membuat mereka bingung harus berbuat apa untuk menghadapinya, sehingga timbul konflik dalam diri mereka. Untuk mengatasi masalah tersebut maka mereka akan melakukan berbagai macam cara, misalnya: mengikuti aturan yang sudah ada, rajin belajar, menghindar, mengurung diri di dalam kamar terus, dan lain-lain. Cara seperti di atas dikenal dengan istilah strategi coping, yang merupakan usaha, baik pikiran maupun tindakan yang dilakukan untuk mengatasi kondisi atau situasi yang menekan, menantang, dan mengancam diri individu. Menurut Halonen dan Santrock (1999: 506) coping merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam keberhasilan penyesuaian diri dan kehidupan individu. Coping meliputi cara memperlakukan keadaan yang menjadi beban, mengerahkan segala upaya untuk mengatasi masalah sehari-hari dan mencoba untuk menguasai dan mengurangi stres. Strategi coping adalah cara bagaimana individu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya. Strategi coping dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: menyelesaikan masalah dengan menyusun cara-cara baru, disebut dengan prohlem-jocused coping dan menyelesaikan masalah dengan cara lari ke hal-hal yang negatif, disebut dengan emolion-jocused coping. Keberhasilan dari usaha untuk mengatasi tekanan atau konflik bukan berarti terhentinya coping, karena tekanan atau konflik mungkin akan tetap ada. Pada umumnya, strategi coping yang dinilai berhasil oleh individu akan kembali dilakukan bila tekanan atau konflik muncul kembali, baik dalam bentuk yang sarna atau serupa. Sebaliknya, bila individu gagal melakukan strategi coping, maka hal

4 itu dapat menjadi ancaman bagi individu. Selain itu, keberhasilan strategi coping dapat dilihat dari penyesuaian diri individu terhadap tekanan atau konflik tersebut, bila berjalan relatif lancar, baik dan efektif maka perilakunya akan sehat atau normal. Jika yang terjadi sebaliknya, maka individu tersebut kemungkinan akan mengalami rasa cemas karena gagal melakukan strategi coping. Kecemasan adalah pengalaman menegangkan yang dihasilkan dari ancaman baik secara nyata atau imajiner terhadap perasaan aman seseorang. Dalam batas yang tidak wajar dapat menurunkan efisiensi individu dalam memuaskan kebutuhannya, seperti: terganggunya hubungan interpersonal dan munculnya kebingungan dalam hal berpikir (Hall & Lindzey, 1978: 188). Selain itu, rasa cemas yang berlebihan dapat merusak kebahagiaan hidup dan kesehatan baik fisik maupun mental sehingga hidup menjadi tegang, panik, sulit tidur, dan lain-lain. Oleh karena itu perlu segera diambil tindakan untuk mengatasi kecemasan tersebut agar hidup tidak terganggu lagi (Deddy, 1997, Penanganan KetakutaniKecemasan, para. 1). Sebelum seorang individu berusaha untuk menangani masalah yang membuatnya cemas perlu diketahui terlebih dahulu apa yang sebetulnya membuat individu tersebut merasa cemas. Dengan diketahuinya apa yang membuat individu merasa cemas maka individu itu tahu bahwa tidak semua hal sebegitu menakutkan dan mencemaskan seperti yang dirasakan selama ini (Deddy, 1997, Penanganan KetakutaniKecemasan, para. 1). Dari uraian di atas, tertarik untuk diteliti sejauh mana hubungan antara strategi coping dengan kecemasan dalam menjalin relasi sosial pada rehabilitan NAPZA.

5 1.2. Batasan Masalah Penelitian ini akan dibatasi guna untuk: memperjelas ruang lingkup masalah yang diteliti, sehingga diperoleh gambaran tentang apa, bagaimana, dan siapa yang diteliti. Hal-hal yang berkaitan dengan pembatasan masalah, sebagai berikut: a. Kecemasan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi dalam penelitian ini yang akan diteliti hanya faktor strategi coping yang diperkirakan mempunyai hubungan dengan kecemasan tersebut, khususnya dalam menjalin relasi sosial. b. Untuk mengungkap hubungan kedua variabel tersebut, dilakukan penelitian yang bersifat korelasional, yaitu penelitian untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara problem-focused coping dan emotion-focused coping dengan kecemasan dalam menjalin relasi sosial. c. Agar wilayah penelitian tidak meluas, maka penelitian ini akan dilaksanakan pada rehabilitan NAPZA yang berada di Panti Rehabilitasi Sosial Pannadi Putra 'Teratai' jalan Balongsari dalam no. 1 Surabaya, dengan subjek penelitian para rehabilitan NAPZA yang akan kembali ke lingkungan sosial. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka diajukan rurnusan masalah sebagai berikut: a. "Apakah ada hubungan antara problem-focused coping dengan kecemasan dalam menjalin relasi sosial pada rehabilitan NAPZA?".

6 b. "Apakah ada hubungan antara emotion-focused coping dengan kecemasan dalam menjalin relasi sosial pada rehabilitan NAPZA 7". 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian adalah: a. Ingin mengetahui sejauh mana hubungan antara problem-focused coping dengan kecemasan dalam menjalin relasi sosial pada rehabilitan NAPZA. b. Ingin mengetahui sejauh mana hubungan antara emotion-focused coping dengan kecemasan dalam menjalin relasi sosial pada rehabilitan NAPZA. 1.5. Manfaat Penelitian 1.5. 1. Manfaat teoritis Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau informasi barn bagi pengembangan teori di bidang psikologi, khususnya psikologi klinis dan psikologi perkembangan. Hal ini terutama berkaitan dengan strategi coping yang dilakukan oleh individu saat menghadapi suatu masalah yang mungkin berhubungan dengan kecemasan dalam menjalin relasi sosial. 1.5.2. Manfaat praktis a. Bagi institusi panti rehabilitasi so sial NAPZA Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau bahan pertimbangan bila mendapati rehabilitan NAPZA yang mengalami kecemasan dalam menjalin relasi sosial yang berkaitan dengan strategi coping yang dilakukan.

7 b. Bagi rehabilitan Agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk memilih atau melakukan strategi coping yang tepat agar tidak mengalami kecemasan dalam menjalin relasi sosial.