HUBUNGAN ANTAR PERILAKU CUCI TANGAN IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA LEYANGAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Tahun 2014 Page 1

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA RANOWANGKO KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA TAHUN

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

Keywords: Attitude of mother, diarrhea, participation mother in posyandu

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 02 PELEMSENGIR KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

PENDAHULUAN. Ridha Hidayat

HUBUNGAN KEPEMILIKAN JAMBAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA JATISOBO KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

Reni Halimah Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Lampung

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA MASYARAKAT DI DESA SENURO TIMUR

Peranan Petugas Kesehatan dan Ketersediaan Sarana Air Bersih dengan Kejadian Diare

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA FACTORS INFLUENCES WITH DIARHEA IN THE CHILDREN UNDER FIVE

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KASUS DIARE DI PUSKESMAS ULEE KARENG KOTA BANDA ACEH TAHUN 2012

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

Keywords: Diarrhea, Defecate, Kuningan Village

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA LEYANGAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

Riki Nur Pratama. Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN SAUNG NAGA KECAMATAN BATURAJA BARAT TAHUN 2014.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa

Lesy Lailatul Hikmati 1) Siti Novianti dan Andik Setiyono 2)

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

Skripsi ini untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : Agung Triono J

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyakit yang sangat umum dijumpai di negara

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP ANGKA KEJADIAN DIARE AKUT PADA SANTRI PONDOK TREMAS KABUPATEN PACITAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA OLEH IBU YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

Hubungan Kejadian Diare Dengan Pemberian Susu Formula Pada Bayi Umur 0-1 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Tahun 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGAL ANGUS KABUPATEN TANGERANG

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 4 April 2017

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

ABSTRACT. Keywords: Diarrhea, PHBS indicators

PENGARUH PENGGUNAAN KELAMBsU, REPELLENT,

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

Abstrak. Abstract. Pendahuluan. Rahmah et al., Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita tentang Diare terhadap Tindakan...

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA di WILAYAH KERJA PUSKESMAS BERGAS KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL PENELITIAN

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTAR PERILAKU CUCI TANGAN IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA LEYANGAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL PENELITIAN OLEH: IRMA ZULIANA 020112a015 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016

0

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA LEYANGAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG Irma Zuliana*) Auly Tarmali, SKM, M.Kes.,**) Puji Pranowowati, S.KM, M.Kes.,**) *Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo ** Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan utama, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Diare dapat didefinisikan sebagai peningkatan pengeluaran tinja dengan konsisten lebih lunak atau lebih cair dari biasanya dan paling sedikit terjadi tiga kali 24 jam. Di Jawa Tengah kejadian diare mengalami peningkatan yaitu tahun 2007 sebesar 8,0% dan tahun 2013 sebesar 10,2%.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara perilaku cuci tanga ibu dengan kejadian diare pada balita di Desa. Sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan Simpel Random Sampling sebanyak 74 balita. Jenis penelitian adalah analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita di Desa sebanyak 291 balita. Sampel Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan perilaku cuci tangan ibu sebelum menyiapkan makan anak (p=0,000),perilaku cuci tangan ibu sebelum menyuapi anak (p=0,000),perilaku cuci tangan ibu sesudah BAB (p=0,003), perilaku cucitangan ibu sesudah menceboki anak (p=0,032) dan perilaku cuci tangan ibu setelah menyentuh sampah (p=0,014) dengan kejadian diare pada balita di desa Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Diharapkan ibu memiliki peran aktif dalam upaya pencegahan diare dengan membiasakan diri untuk dengan baik yaitu menggunakan sabun dan air mengalir, untuk mengurangi kejadian diare khususnya pada balita Kata Kunci : ibu, kejadian diare pada balita. 1

ABSTRACT Diarrhea disease is still a major health problem, especially in developing countries such as Indonesia. Diarrhea can be defined as an increase in defecation by the consistency of soft stoll or more liquid than usual and occurs at least 3 time in 24 hours. In Central Java, the incidence of diarrhea was increased in 2007 by 8.0% and in 2013 by 10.2%. The aim in this study is to know the correlation between mother s hand washing behavior and occurene of diarrhea in toddler at Leyangan East Ungaran Semarang Regency. This study was analytical with cross sectional approach. The population in this study were all toddlers at Leyangan Village East Ungaran Semarang Regency as many as 291 toddlers. The sample in this study were taken by Simple Random Sampling as many as 74 toddlers. The data were analized by Chi Square test. The results research show that there is correlation between mother s hand washing behaviour before preparing children s food(p=0,000), mother s hand washing behaviour before feeding a child (p=0,000), mother s handwashing behaviour after defecation (p=,0,003), mother s hand washing behaviour after cleaning child s defecation (p=0,032), mother s hand washing behaviour after touching the trash (p=0,014) with the occurrence of diarrhea in toddler at Leyangan Village East Ungaran Semarang Regency. It is expected that mother has an active role in the prevention of diarrhea by accustoming ourselves to have good handwashing with soap and flowing water, to reduce the incidence of diarrhea, especially in toddler. Keywords : mother s hand washing behaviour, the occurence of diarrhea in toddler.. 2

PENDAHULUAN Diare merupakan pengeluaran kotoran (tinja) dengan frekuensi meningkat (tiga kali dalam 24 jam) disertai dengan perubahan konsistensi tinja menjadi lembek atau cair, dengan atau tanpa darah / lendir dalam tinja (Wijoyo, 2013). Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyebab utama angka kesakitan dan kematian anak di berbagai negara termasuk Indonesi. Diperkirakan lebih dari 1,3 milyar serangan dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita di sebabkan oleh diare (Kunoli, 2012). Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (2012) setiap tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis. Angka kesakitan diare pada tahun 2011 yaitu 411 penderita per 1000 penduduk. Diperkirakan 82% kematian akibat gastroenteritis rotavirus terjadi pada negara berkembang, terutama di Asia dan Afrika. Salah satu program Millenium Development Goals (MDG S) adalah bertujuan untuk menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya antara tahun 1990 dan 2015. Pada tahun 1990, jumlah kematian balita 97 kematian per 1000 angka kelahiran hidup sehingga target pada tahun 2013 adalah sejumlah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup. Tahun 2007 angka kematian balita di Indonesia 44 kasus, artinya negara Indonesi cukup berhasil. Namun keberhasilan ini harus tetap waspada karena diare sampai sekarang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan sering timbul dalam bentuk Kejadian Luar Biasa disertai angka kematian yang tinggi, survey morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kencenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 insidens rate penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk, tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4.204 dengan kematian 73 orang (Kemenkes RI, 2011). Pada tahun 2007 diare di Jawa Tengah sebesar 9,2% sedangkan tahun 2013 sebesar 33,3% terjadi angka penurunan diare untuk semua umur. Tetapi untuk kejadian diare pada balita mrenggalami peningkatan yang sangat besar 8,0% pada tahun 2007%, pada tahun 2013 kejadian diare pada balita sebanyak 10,2%. Besarnya angka kejadian dan insiden diare pada balita di Provinsi Jawa Tengah tersebut berada di bawah rata-rata prevalensi nasional, angka rata-rata kejadian diare adalah 3,5% dan insidendiare pada balita sebesar 10,2% (Riskesdas, 2013). Angka kejadian diare pada balita masih relatif tinggi dan terus mengalami peningkatan, kejadian diare pada balita juga menjadi penyebab kematian pada balita. Berdasarkan survei morbiditas yang dilakukan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011, proporsi terbesar penderita diare pada balita adalah kelompok umur 6-11 bulan yaitu sebesar (21,65%), kelompok umur 12-59 bulan sebesar (25,2%). Sedangkan pada kelompok umur anak-anak 6-14 tahun sebesar (6,2%). Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan kematian terutama pada balita. Diare merupakan penyakit yang endemis pada negara-negara berkembang dan terutama terjadi pada balita karena frekuensi serta angka kematian yang tinggi, salah satunya yaitu di negara Indonesia. World Health Organization (WHO) menempatkan diare sebagai peringkat kedua penyebeb kematian balita setelah pneumonia. Angka Kematian Balita (AKABA) di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 44 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan target yang diharapkan untuk angka kematian balita adalah 32 per 1000 kelahiran hidup. 3

AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 11,85 per 1000 kelahiran hidup. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang pada profil kesehatan tahun 2013 angka kejadian diare sebesar 24.483 kasus sedangkan pada tahun 2014 kejadian diare di Kabupaten Semarang yaitu 22.975 kasus diare. Persentase kasus diare tertinggi terdapat di Puskesmas Tengaran sebesar 77,3%, tetapi kasus kematian pada balita di temukan di Puskesmas Leyangan sebanyak 3 balita selama tahun 2012 sampai tahun 2014. Hal ini menjadi permasalahan yang penting karena menyebabkan kematian yang berturut-turut per tahunnya dan terjadi pada kelompok umur balita. Berdasarkan permasalahan diatas, maka perlu dilakukannya penelitian mengenai hubungan antara perilaku cuci tangan ibu dengan kejadian diare pada balita di Desa Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. A. Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan antara perilaku cuci tangan ibu dengan kejadian diare pada balita di Desa Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. B. Manfaat Penelitian Dapat memberikan informasi tentang pentingnya perilaku cuci tangan ibu yang meliputi, sebelum menyiapkan makan anak, sebelum menyuapi anak, sesudah BAB, sesudah menceboki anak dan setelah menyentuh sampah yang dapat mempenaruhi kejadian diare pada balita sehingga masyarakat dapat melakukan upaya pencegahan kasus diare. BAHAN DAN CARA PENELITIAN Metode penelitian menggunakan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di Desa Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh balita di Desa Leyangan sebanyak 291 balita. Sedangkan sampel dalam penelitian ini berjumlah 74 balita. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner oleh responden untuk mengisi data mengenai perilaku cuci tangan ibu yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Analisa data yang dilakukan adalah univariat dan bivariat. Uji statistik dilakukan dengan uji chi-square. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 74 ibu balita di Desa Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, distribusi frekuensi perilaku cuci tangan ibu sebelum menyiapkan makan anak, sebelum menyuapi anak, sesudah BAB, sesudah menceboki anak, setelah menyentuh sampah dan kejadian diare pada balita, yang diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1.Distribusi Frekuensi Perilaku Cuci Tangan Ibu Sebelum Menyiapkan Makan Anak, Sebelum Menyuapi Anak, Sesudah BAB, Sesudah Menceboki Anak, Setelah Menyentuh Sampah dan Kejadian Diare Pada Balita Variabel Kategori Jumlah % Kurang 45 60,8 ibu sebelum Baik menyiapkan makan ibu sebelum menyuapi anak ibu sesudah BAB ibu sesudah menceboki anak Baik 29 39,2 Kurang 42 56,8 Baik Baik 32 43,2 Kurang 29 39,2 Baik Baik 45 60,8 Kurang 30 40,5 Baik Baik 48 59,5 Kurang 55 74,3 ibu setelah menyentuh sampah Baik Baik 19 25,7 Kejadian Diare Diare 50 67,6 Tidak Diare 24 32,4 4

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden di Desa Leyangan memiliki perilaku cuci tangan sebelum meyiapkan makan dengan kategori kurang baik yaitu sebanyak 45 responden (60,8), sedangkan responden yang memiliki perilaku cuci tangan sebelum menyiapkan makan dengan kategori baik yaitu sebanyak 29 responden (39,2). Distribusi frekuensi pada variabel perilaku cuci tangan ibu sebelum menyuapi anak, responden yang sebelum meyuapi anak dengan kategori kurang baik yaitu sebesar 42 responden (56,8), sedangkan responden yang memilki perilaku cuci tangan sebelum menyuapi anak dengan kategori baik yaitu sebanyak 32 responden (43,2). Pada variabel perilaku cuci tangan ibu sesudah BAB sebagian besar pada kategori baik yaitu sebanyak 45 responden (60,8), sedangkan pada perilaku cuci tangan ibu sesudah BAB pada kategori kurang baik yaitu sebanyak 29 responden (39,2). Distribusi frekuensi pada variabel perilaku cuci tangan ibu sesudah menceboki anak pada kategori baik yaitu sebanyak 44 responden (59,5), sedangkan responden yang sesudah menceboki anak pada kategori kurang baik yaitu sebanyak 30 responden (40,5). Pada variabel perilaku cuci tangan ibu setelah menyentuh sampah sebagian besar pada kategori kurang baik yaitu sebanyak 55 responden (74,3), sedangkan pada perilaku cuci tangan ibu setelah menyentuh sampah pada kategori baik yaitu sebanyak 19 responden (25,7). Sedangkan untuk variabel kejadian Diare, sebagian besar balita mengalami diare, yaitu sebanyak 50 balita (67,7%), sedangkan balita yang tidak mengalami diare sebanyak 24 balita (32,4%). Tabel 2. Analisis Hubungan Perilaku Cuci Tangan Ibu Sebelum Menyiapkan Makan Anak, Sebelum Menyuapi Anak, Sesudah BAB, Sesudah Menceboki Anak, Setelah Menyentuh Sampah dengan Kejadian Diare Pada Balita Variabel P- CI PR Value (95%) ibu sebelum menyiapkan makan anak 0,000 3,383 1,866 6,133 ibu sebelum menyuapi anak ibu sesudah BAB ibu sesudah menceboki anak ibu setelah menyentuh sampah 0,000 2,168 1,406 3,345 0,003 1,681 1,245 2, 269 0,032 1,467 1,083 1,986 0,014 1,814 1,049 3,135 Analisis bivariat menggunakan Uji Chi- Square menunjukkan bahwa variabel yang memiliki hubungan secara statistik (p value<0.05) dengan kejadian diare pada balita, adalah perilaku cuci tangan ibu sebelum menyiapkan makan (p value = 0,000), perilaku cuci tangan ibu sebelum menyuapi anak (p value = 0,000), perilaku cuci tangan ibu sesudah BAB (p value = 0,003), perilaku cuci tangan ibu sesudah menceboki anak (p value = 0,032) dan perilaku cuci tangan ibu setelahmenyentuh sampah (p value = 0,014). Secara statistik variabel perilaku cuci tangan ibu sebelum menyiapkan makan anak terbukti bermakna (PR=3,383), artinya balita yang memiliki ibu dengan perilaku cuci tangan sebelum meyiapkan makan anak kurang baik memiliki peluang 3,383 kali untuk mengalami kejadian diare. pada variabel perilaku cuci tangan ibu sebelum menyuapi secara statistik terbukti bermakna (PR=2,168), artinya balita yang memiliki ibu dengan perilaku cuci tangan sebelum menyuapi anak kurang baik memiliki peluang 2,168 kali untuk mengalami kejadian diare. pada variabel perilaku cuci tangan ibu sesudah BAB secara statistik terbukti bermakna 5

PR=1,681), artinya balita yang memiliki ibu dengan perilaku cuci tangan sesudah BAB kurang baik memiliki peluang 1,681 kali lebih besar untuk mengalami kejadian diare. Pada variabel perilaku cuci tangan ibu sesudah menceboki anak secara statistik terbukti bermakna (PR=1,467), artinya balita yang memiliki ibu dengan perilaku cuci tangan sesudah menceboki anak kurang baik memiliki peluang 1,467 kali lebih besar untuk mengalami kejadian diare dan padavariabel perilaku cuci tangan ibu setelah menyentuh sampah terbukti secara statistik bermakna ( PR=1,467), artinya balita yang memiliki ibu dengan perilaku cuci tangan setelah menyentuh sampah kurang baik memiliki peluang 1,814 kali lebih besar untuk mengalami kejadian diare. PEMBAHASAN Analisis Univariat 1. Gambaran perilaku cuci tangan ibu sebelum menyiapkan makan anak Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di Desa Leyangan memilki perilaku cuci tangan sebelum menyiapkan makan anak dengan kategori kurang baik yaitu sebanyak 45 ibu (60,8%). Dan sedikit dari ibu yang memiliki perilaku cuci tangan sebelum menyiapkan makan anak dengan kategori baik yaitu 29 ibu (39,2%). Hal ini terlihat dari hasil wawancara yang menunjukkan bahwa terdapat 6,8% ibu yang mencuci tangan tidak pakai sabun dan air mengalir, 31,1% ibu yang mencuci tangan pakai air mengalir namun tidak pakai sabun dan 10,8% ibu yang mencuci tangan pakai sabun namun tidak pakai air mengalir. Cuci tangan menggunakan sabun dapat mencegah terjadinya infeksi melalui tangan dan dapat menghilangkan kuman yang berada di tangan, waktu cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir penting dilakukan salah satunya pada saat akan menyiapkan makan (Depkes RI, 2010) 2. Gambaran perilaku cuci tangan ibu sebelum menyuapi anak Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di Desa Leyangan sebelum menyuapi anak dengan kategori kurang baik yaitu sebanyak 42 ibu (56,8%) dan sebagian sebelum menyuapi anak dengan kategori baik yaitu sebanyak 32 ibu (43,2%). Hal ini terlihat dari hasil wawancara yang menunjukkan bahwa terdapat 16,2% ibu yang tidak pakai sabun dan air mengalir, 24,3% ibu yang memiliki perilaku cuci tangan pakai air mengalir namun tidak pakai sabun dan 13,5% ibu yang pakai sabun namun tidak pakai air mengalir. sebelum menyuapi anak sangatlah penting karena tangan merupakan salah satu media pengantar kuman paling banyak, ketika ibu menyuapi anak dalam keadaan tangan kotor maka kemungkinan besar akan mengakibatkan terjadinya infeksi pada anak terutama pada anak balita yang sruktur organya masih immature dibandingkan pada usia dewasa baik dari sistem imun, perubahan fisik seperti kardiovaskuler, sistem pencernaan, sistem yang masih immature ini menyebabkan balita rentan terhadap penyakit salah satunya penyakit saluran pencernaan (Widjaja, 2001) 3. Gambaran perilaku cuci tangan ibu sesudah BAB Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah menyadari pentingnya perilaku cuci tangan menggunakan sabun dan 6

air menggalir. Dari hasil wawancara yang dilakukan ada ibu yang mengatakan bahwa di Desa Leyangan promosi tentang perilaku cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir telah banyak di promosikan salah satunya pada saat ibu melakukan kegiatan PKK. Sehingga sebagian besar ibu menyadari bahwa perilaku cuci tangan yang baik menggunakan air mengalir dan sabun sangatlah penting.cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir sangatlah penting terutama ketika waktu sesudah BAB karena tangan terkontaminasi langsung dengan tinja sehingga kemungkinan besar tangan terkena kuman. Cuci tangan setelah BAB dianjurkan menggunakan air mengalir dan sabun, hal ini dilakukan agar kuman yang menempel pada tangan mati karna zat yang terkandung pada sabun dan menggunakan air mengalir agar kuman tidak kembali menempel pada tangan. 4. Gambaran ibu sesudah menceboki anak Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di Desa Leyangan sesudah menceboki anak dengan kategori baik yaitu sebanyak 44 ibu (59,5%) dan sebagian ibu memiliki perilaku cuci tangan sesudah menceboki anak dengan kategori kurang baik yaitu sebanyak 30 ibu (40,5%). Hal ini menunjukan bahwa perilaku cuci tangan ibu sesudah menceboki anak di Desa Leyangan sudah baik. Hal tersebut dapat disebabkan oleh karena ibu telah memiliki kesadaran yang tinggi dalam menyikapi bahwa perilaku menceboki anak adalah sesuatu hal yang kotor karena tangan langsung terkena tinja anak sehingga tangan dapat terkontaminasi oleh kuman. 5. Gambaran perilaku cuci tangan ibu setelah menyentuh sampah Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di Desa Leyangan setelah menyentuh sampah dengan kategori kurang baik sebanyak 55 ibu (74,3%) dan sebagian ibu memiliki perilaku cuci tangan setelah menyentuh sampah dengan kategori baik yaitu sebanyak 19 ibu (25,7%). Dapat di lihat dari hasil wawancara menggunakan kuesioner kepada ibu balita di Desa Leyangan masih banyak ibu yang memiliki perilaku cuci tangan setelah menyentuh sampah dengan kategori kurang baik, karena banyak ibu yang menggunakan air saja tanpa sabun dan air mengalir ada juga ibu yang melakukan cuci tangan menggunakan air mengalira tanpa sabun. Hal ini tidak sesuai anjuran atau teori yang di ungkapkan oleh Depkes RI (2010) dimana cuci tangan yang baik dan benar adalah mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun.karena cuci tangan tidak cukup menggunakan air saja tetapi juga dengan air yang mengalir dan sabun, karena sabun mengandung zat yang bisa membunuh kuman. Analisis Bivariat 1. Hubungan Antara Perilaku Cuci Tangan Ibu Sebelum Menyiapkan Makan Anak Dengan Kejadian Diare Pada Balita Hasil penelitian menunjukan bahwa kejadian diare lebih banyak dialami oleh balita dengan ibu yang sebelum menyiapkan makan anak dengan kategori kurang baik (93,3%) dan secara statistik terbukti bermakna (p = 0,000), artinya semakin baik perilaku cuci tangan ibu sebelum menyiapkan makan anak maka akan semakin kecil resiko balita 7

mengalami kejadian diare. Menurut Sinthamurniwaty (2006) perilaku cuci tangan ibu dalam menyiapkan makan anak sangat berpengaruh terhadap kejadian diare pada balita karena peran ibu dalam mengasuh balita sangat penting kaitanya dengan kualitas kebersihan makanan yang akan dkonsumsi oleh balita. Selain itu, Depkes RI (2010) juga menyatakan bahwa perilaku cuci tangan ibu sebelum menyiapkan makan anak sangatlah penting, karena kedua tangan tersebut merupakan salah satu jalur masuknya kuman kedalam tubuh balita melalui makanan yang disiapkan, oleh karena itu baik dan benarnya perilaku cuci tangan ibu sebelum menyiapkan makanan akan sangat mempengaruhi kejadian diare pada balita. Perilaku cuci tangan yang baik dan benar adalah dengan menggunakan sabun dan air menggalir. 2. Hubungan Antara Perilaku Cuci Tangan Ibu Sebelum Menyuapi Anak Dengan Kejadian Diare Pada Balita Hasil penelitian menunjukan bahwa kejadian diare lebih banyak pada balita dengan ibu yang sebelum menyuapi anak dengan kategori kurang baik (37 responden), dan secara statistik terbukti bermakna (p= 0,000), artinya semakin baik perilaku cuci tangan ibu sebelum menyuapi anak maka semakin kecil resiko balita mengalami kejadian diare. Kedua tangan merupakan jalur untuk masuknya kuman kedalam tubuh karena tangan merupakan anggota tubuh yang sering berkontak langsung dengan mulut. Bersih tidaknya tangan ibu dalam menyuapi makan balita akan sangat menentukan terjadinya diare pada balita, karrena pada usianya balita memiliki organ yang masih immatur dibandingkan pada usia dewasa baik dari sistem imun, perubahan fisik seperti kardiovaskuler, sistem pernapasan, sistem pencernaan sehingga dengan sistem yang masih immature ini menjadikan balita lebih rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi saluran pencernaan seperti diare. Tangan yang bersih dapat menghentikan kuman yang masuk kedalam tubuh dengan cara mencuci tangan yang baik yaitu menggunakan air menggalir dan sabun (Centres For disease control and prevention, 2009) 3. Hubungan Antara Perilaku Cuci Tangan Ibu Sesudah BAB Dengan Kejadian Diare Pada Balita Hasil penelitian menunjukan bahwa kejadian diare lebih banyak dialami oleh balita dengan ibu yang sesudah BAB dengan kategori kurang baik (89,7%), dan secara statistik terbukti bermakna (p= 0,003). Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Sukarni (2003) yang menyatakan bahwa perilaku cuci tangan ibu sesudah BAB berpengaruh besar terhadap berbagai penyakit infeksi pencernaan yang dialami oleh anaknya terutama mengenai penyakit diare. Perilaku cuci tangan yang baik dan benar dapat mencegah dari terjadinya berbagai penyakit infeksi termasuk diare. Cuci yang baik dan benar yaitu menggunakan sabun dan air menggalir (Depkes RI, 2010). 4. Hubungan Antara Perilaku Cuci Tangan Ibu Setelah Menyentuh Sampah Dengan Kejadian Diare Pada Balita Hasil penelitian menunjukan bahwa kejadian diare lebih banyak dialami oleh balita dengan ibu yang sesudah menceboki anak pada kategori kurang baik (83,3%), dan terbukti bermakna secara statistik (p 8

= 0,032). Diare merupakan suatu penyakit yang dapat terjadi karena faktor perilaku, perilaku sehat yang terbukti dapat mencegah penyakit menular seperti diare adalah faktor perilaku cuci tangan menggunakan air menggalir dan sabun sebagai pencegah peyebaran penyakit. Menurut Depkes, RI (2010) perilaku mencuci tangan setelah menceboki anak memiliki pengaruh yang besar terhadap pemutusan rantai penularan kejadian diare pada balita, hal ini terkait kebersihan tangan ibu yang akan digunakan untuk mengasuh anak terutama dalam menyajikan dan memberikan berbagai makanan yang dibutuhkan oleh balita. 5. Hubungan Antara Perilaku Cuci Tangan Ibu Setelah Menyentuh Sampah Dengan Kejadian Diare Pada Balita Berdasarkan hasil analisis hubungan antara perilaku cuci tangan ibu setelah menyentuh sampah dengan kejadian diare pada balita di Desa Leyangan menunjukkan paling banyak terjadi diare pada balita dengan ibu yang sesudah menyentuh sampah pada kategori kurang baik yaitu sebesar 76,4% (42 responden) lebih besar dapipada ibu yang memiliki perilaku cuci tangan setelah menyentuh sampah dengan kategori baik yaitu sebesar 42,1% (8 responden). Berdasarkan uji statistikdiperoleh nilai p = 0,014 yang berarti nilai p = 0,014 < α (0,05) atau dapat dikatakan ada hubungan yang bermakna secara statistik antara perilaku cuci tangan ibu setelah menyentuh sampah dengan kejadian diare pada balita di Desa Leyangan. Perilaku mencuci tangan setelah menyentuh sampah adalah salah satu faktor yang dapat mencegah terjadinya diare karena sampah adalah tempat yang kotor dan terdapat banyak kuman, tetapi mecuci tangan setelah menyentuh sampah saja tidak cukup tetapi harus mencuci tangan dengan baik dan benar yaitu menggunakan sabun dan air menggalir. Mencuci tangan dengan baik dan benar dapat mencegah dari serangan penyakit salah satunya adalah penyakit diare. Banyak ibu yang tidak mengetahui petingnya cuci tangan dengan benar, ibu mengira cuci tangan cukup menggunakan air saja karena tanggan sudah terlihat bersih, padahal tangan yang bersih belum tentu bebas dari kuman jadi mencuci tangan harus menggunakan sabun agar kuman yang menempel di tangan mati. PENUTUP Kesimpulan Ada hubungan antara perilakucuci tangan ibu sebelum menyiapkan makan anak dengan kejadian diare pada balita (p = 0,000), ada hubungan antara perilaku cuci tangan ibu sebelum menyuapi anak dengan kejadian diare pada balita (p = 0,000), ada hubungan antara perilaku cuci tangan ibu sesudah BAB dengan kejadian diare pad balita (p = 0,003),ada hubungan antara perilaku cuci tangan ibu sesudah menceboki anak dengan kejadian diare pada balita (p = 0,032) dan ada hubungan antara perilaku cuci tangan ibu setelah menyentuh sampah dengan kejadian diare pada balita(p = 0,014). Saran Diharapkan masyarakat berperan aktif dalam upaya pencegahan diare dengan membiasakan diri untuk memiliki perilaku cuci tangan dengan baik yaitu menggunakan sabun dan air mengalir. Terutama di waktu yang paling penting yaitu sebelum menyiapkan makan anak, sebelum menyuapi anak, sesudah BAB, sesudah menceboki anak, dan setelah menyentuh sampah. DAFTAR PUSTAKA CDC. 2009. Disease and conditions. Center for Disease Control and Prevention, Atlanta. http:///www.cdc.gov 9

Depkes RI. (2010). Pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan., Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Dinkes Kabupaten Semarang, 2013. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. Semarang 2014 Kemenkes RI, 2011. Pelatihan Pengawasan Kualitas Kesehatan Lingkungan Pemukiman Bidang Penyehatan Perumahan dan Lingkungan, Jakarta Kunoli, J. Firdaus. (2012). Penyakit Tropis. Jakarta: CV. Trans Info Media. Riset Kesehatan Dasar. (2013). Laporan RISKESDAS 2013 Departemen Kesehatan Republik Indonesia (www.litbang.depkes.go.id/...rkd2 013/...pdf/ diakses tanggal 23 September 2015) Sinthamurniwati. (2006). Faktor-faktor resiko terjadinya diare pada balita. Tesis diterbitkan. Semarang: Program Paska Sarjana UNDIP Semarang. Diakses tanggal 21 Agustus 2016. Widjaja, 2001. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta : Kawan Pustaka World Health Organization. 2012. Data and Statistics. (online) http://www.who.int/gho/child_healt h/en/index.html Diakses 29 September 2015. 10