POKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SDM APARATUR MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

PROGRAM PENATAAN SDM APARATUR. Oleh : DEPUTI SDM APARATUR Dalam Sosialisasi Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah Tanggal, 24 April

I. LATAR BELAKANG PENYUSUNAN PEDOMAN

PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN

RPP MANAJEMEN PPPK KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI

2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 tetapi belum diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil. Dalam Peraturan Pemerintah in

PENJELASAN ATAS PERTANYAAN BAPAK AHMAD SAMSUDIN TENAGA HONORER DARI KENDAL, JAWA TENGAH Tanggal 23 April 2010

BAB II LATAR BELAKANG DIBERLAKUKANNYA MORATORIUM CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL (CPNS)

KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI SAMBUTAN PADA RAPAT KOORDINASI KEBIJAKAN PROGRAM SDM APARATUR

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFRORMASI BIROKRASI PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

Penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Sektor Publik dan Pusat Kesehatan Masyarakat. Dwi Handono Sulistyo PKMK FKKMK UGM

LAPORAN SINGKAT PANJA PENGAWASAN TENAGA HONORER KOMISI II DPR RI

ARAHAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA ACARA

RANCANGAN UNDANG UNDANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

POINTERS SAMBUTAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA PERTEMUAN DAN SOSIALISASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

BAHAN RAPAT KERJA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI DENGAN KOMISI II DPR-RI. Jakarta, 13 Februari 2012

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

SISTEM PEMBINAAN SUMBER DAYA MANUSIA PEMERINTAHAN NEGARA

Guarding meritocracy, creating world-class civil service PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI

Nomor : B/ 1110/M.PAN/6/2005 Jakarta, 9 Juni 2005 Sifat : Amat segera Perihal : Kebijakan Umum Pengadaan Pegawai Negeri Sipil Tahun Anggaran 2005.

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN. NOMOR 064 TAHUN 2016-Si.1-BKD/2013

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR : 26 TAHUN 2011

KEBIJAKAN UMUM FORMASI JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA

PEMERINTAH KOTA MANADO BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT Jalan Balai Kota Nomor 1 Manado Website :

I. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini peran Pegawai Negeri Sipil (PNS) sangat

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM APARATUR KEMENTERIAN PAN DAN

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA JAKARTA, 2010

ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SDM APARATUR DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil sebagai salah satu unsur Aparatur Negara mempunyai

KERANGKA ACUAN PERTEMUAN PENYUSUNAN BEZETTING, KEBUTUHAN CPNS DAN PERENCANAAN REDISTRIBUSI PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2012

RANCANGAN UNDANG-UNDANG NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

MANAJEMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL

URGENSI DIKELUARKANNYA PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PPPK.

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LATAR BELAKANG KESEHATAN ADALAH HAK ASASI MANUSIA DAN INVESTASI KEBERHASILAN PEMBANGUNAN BANGSA VISI KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013

M A N A J E M E N A S N

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya

DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

BAHAN PANJA RUU Aparatur Sipil Negara, 29 FEBRUARI 2012 (Berdasarkan hasil rapat antar Instansi Tanggal 24 Februari 2012)

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

MENUJU ASN YANG PROFESIONAL BERBASIS SISTEM MERIT MELALUI PENGUATAN JABATAN FUNGSIONAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA

Ragenda prioritas pembangunan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI MADYA PROVINSI BANTEN

Pasal I. Pasal 1. Pasal 2. Ketentuan mengenai anggota Tentara Nasional Indonesia, diatur dengan undangundang.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BPKP. Auditor. Jabatan fungsional. Perpindahan Jabatan. Perlakukan Khusus. Pengangkatan.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Seleksi Pegawai. Lembaga Penegak Hukum. Promosi.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

RENCANA AKSI REFORMASI BIROKRASI BIDANG SDM APARATUR

MENIMBANG KEMBALI REVISI UU ASN

PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENDATAAN DAN PENGOLAHAN TENAGA HONORER TAHUN 2005

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT. NOMOR 72 Tahun 2010 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu tinggi, dan sarana prasarana transportasi yang lebih

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENINGKATAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

KEBIJAKAN PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL (Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011)

2016, No Pegawai Negeri Sipil Dari Pelamar Umum Tahun 2016; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lem

Diatur mengenai Asas, Prinsip, Nilai Dasar, Serta Kode Etik Dan Dan Kode

2 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

ARAH KEBIJAKAN FORMASI DAN PENGADAAN CPNS TA 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERAN HUMAS DALAM MENDUKUNG PROGRAM PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI UNTUK MEWUJUDKAN BIROKRASI YANG BERSIH, PROFESIONAL DAN MELAYANI

KEBIJAKAN SELEKSI CPNS TAHUN 2013 DARI FORMASI UMUM DAN SELEKSI TENAGA HONORER KATEGORI II

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI POLEWALI MANDAR

- 5 - Pasal II Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Menimbang Kembali Gagasan Revisi UU Aparatur Sipil Negara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

11 Program Prioritas KIB II

2017, No di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tenta

Pembinaan ASN melalui pemberian penghargaan kepada ASN berprestasi di lingkungan (Badan Litbang SDM) memiliki maksud antara lain untuk:

PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 17 TAHUN 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 c. bahwa dalam rangka melakukan penyesuaian ketentuan pelaksanaan mengenai kepegawaian berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur

DASAR DAN LATAR BELAKANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SDM APARATUR MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

I. PENDAHULUAN 1. Langkah pertama kebijakan pemerintah untuk mempercepat pelaksanaan prioritas pembangunan nasional adalah REFORMASI BIROKRASI DAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN. 2. Keberhasilan pembangunan birokrasi dan tata kelola pemerintah akan mempercepat keberhasilan sektor prioritas pembangunan selanjutnya, yaitu di bidang pendidikan, kesehatan, penanggulangan kemiskinan, infrastruktur, iklim investasi, energi, lingkungan hidup, dan penanggungan bencana, daerah tertinggal, daerah paska konflik, kebudayaan, kreatifitas dan inovasi teknologi. 3. Karena peran birokrasi yang sangat penting dan menetukan di dalam keberhasilan pembangunan tersebut, maka perlu dibangun SDM Aparatur yang profesional, produktif, akuntabel, bermoral, dan sejahtera.

II. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SDM APARATUR 1. Perencanaan dan Seleksi Pegawai. a. Perencanaan Pegawai untuk mendapatkan pegawai yang mempunyai jumlah dan kompetensi secara proporsional pada setiap satuan organisasi pemerintah. b. Perencanaan pegawai dimulai dengan melakukan analisis jabatan dan perhitungan beban kerja. c. Untuk mewujudkan hal tersebut selama masa moratorium penerimaan CPNS perlu melakukan penataan PNS. d. Bagi satuan organisasi yang jumlah pegawainya berlebih agar dipindahkan dengan insetif yang memadai e. Untuk mengisi kebutuhan pegawai dilakukan seleksi sesuai kebutuhan dan berkeadilan.

II. PEMBANGUNAN SDM APARATUR..(2) 2. Peningkatan Kapasitas. a. Peningkatan kapasitas SDM Aparatur dilakukan untuk memperbaiki kinerja melalui pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi. b. Dalam sistem penilaian kinerja, setiap PNS harus memiliki rencana dan target yang harus dicapai. Pada setiap tahun harus diukur keberhasilan/capaian atas target yang telah ditetapkan. Tidak hanya berdasar absensi. c. Pengangkatan jabatan PNS harus dilakukan secara terbuka berdasarkan kompetensi dan berkompetisi secara objektif yang dibantu oleh tim penilai (assessment) independen d. Pola karier..

II. PEMBANGUNAN SDM APARATUR..(3) d. Pola karier yang dibangun untuk memberikan kejelasan tentang perjalanan karier PNS sehingga sejak awal PNS sudah mengetahui arah yang harus dilalui PNS hingga PNS yang bersangkutan berhenti. e. Pendidikan dan pelatihan dimaksudkan untuk mengisi kesenjangan kompetensi yang dimiliki PNS dengan komptensi yang di butuhkan oleh satuan organisasi. Selain itu diklat juga harus dapat membangun wawasan kebangsaan dan integritas. Karena itu diklat harus terintegrasi dan berstandar nasional.

II. PEMBANGUNAN SDM APARATUR... (4) 3. Peningkatan Integritas a. Penegakan Disiplin Dimaksudkan untuk menjamin suasana yang kondusif dengan pemberian sanksi apabila pegawai melanggar kewajibannya dan memberi reward kepada orang yang berprestasi dan menjalankan kewajibannya. (PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS) b. Netralitas PNS dilarang menjadi anggota partai politik dan sanksinya berupa pemberhentian dengan hormat atau tidak dengan hormat sebagai PNS apabila ketentuan tersebut dilanggar (UU No. 43 Tahun 1999 dan PP No. 37 Tahun 2004 tentang Larangan PNS menjadi Anggota/Pengurus Partai Politik). c. Kode etik dan jiwa korps Setiap instansi dapat membuat peraturan kode etik sesuai dengan budaya kerja dan karakteristik masing-masing instansi yang merujuk kepada PP No. 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS

III. PEMBANGUNAN SDM APARATUR PADA PEMERINTAH DAERAH 1. Berdasarkan pokok-pokok kebijakan tersebut perlu diaplikasikan berbagai langah-langkah kebijakan untuk mendorong peningkatan kompetensi dan produktivitas kerja aparatur sehingga dapat meningkatkan kinerja pemerintah daerah. 2. Menata aparatur melalui penyusunan analisis jabatan dan evaluasi jabatan serta sistem perencanaan yang baik diharapkan selesai Desember 2011. 3. Peningkatan kapasitas aparatur melalui penetapan target kerja setiap aparatur, pengangkatan jabatan struktural yang kompetitif, transparan dan obyektif, pengaturan pola perjalanan (alur) karier setiap aparatur serta pendidikan dan pelatihan sesuai kebutuhan organisasi. 4. Meningkatkan integritas.

III. PEMBANGUNAN SDM APARATUR PEMERINTAH DAERAH (2) 4. Meningkatkan integritas PNS di lingkungan pemerintah daerah melalui penegakan disiplin, menjaga netralitas PNS, kode etik dan jiwa korps. 5. Memberikan kesejahteraan berdasarkan kapasitas dan capaian kinerja setiap PNS sesuai dengan kemampuan keuangan daerah dengan memperhatikan standar yang ditentukan. 6. Melalui pembangunan SDM Aparatur dapat mewujudkan SDM Aparatur yang memiliki kompetensi, kinerja, integritas dan moral yang diharapkan sehingga dapat mewujudkan percepatan pembangunan dan pelayanan publik (masyarakat) sebagaimana yang direncanakan.

IV. KEBIJAKAN KHUSUS A. MORATORIUM B. RENCANA PENYELESAIAN TENAGA HONORER

A. MORATORIUM PENERIMAAN CPNS 1. LATAR BELAKANG a. Konsekuensi ditetapkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah membawa konsekuensi antara lain : 1) Penyerahan pegawai dari Pemerintah Pusat kepada Daerah±2,3 juta; 2) Pengangkatan Sekretaris Desa±46.000; 3) Pengangkatan Tenaga honorer±920.000; b. Pemekaran wilayah/daerah sebanyak 7 Provinsi dan 31 Kab/Kota; c. Pembentukan satuan organisasi termasuk karena ditetapkan di dalam Undang-undang Sektor; d. 297 Daerah Beban Belanja Pegawainya diatas 50% dalam total APBD (data Men.Keu Juni Tahun 2011) e. Ditengarai banyak pegawai yang tidak berkinerja dengan baik (Tidak ada pekerjaan, tidak produktif/lambat, dll).

2. TUJUAN MORATORIUM a. Moratorium penerimaan CPNS dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan Reformasi Birokrasi, guna mengoptimalkan kinerja aparatur dan efisiensi anggaran b. Pelaksanaan penataan organisasi dan penataan Pegawai Negeri Sipil c. Pelaksanaan arahan Presiden pada retret ke III sidang Kabinet yang diperluas dengan para Gubernur pada tanggal 5-6 Agustus 2010 di Bogor kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, serta unsur daerah untuk merumuskan jumlah pegawai yang tepat serta melihat kembali PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah 11

3. POKOK-POKOK MATERI PERATURAN BERSAMA a. Penundaan sementara penetapan tambahan formasi untuk penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil diberlakukan mulai 1 September 2011 sampai dengan 31 Desember 2012 b. Penundaan tersebut dikecualikan bagi: 1) Kementerian/Lembaga yang : a) membutuhkan PNS untuk melaksanakan tugas sebagai : Tenaga Pendidik Tenaga Dokter dan Perawat pada UPT Kesehatan Jabatan yang bersifat Khusus dan mendesak b) Memiliki lulusan ikatan dinas sesuai peraturan perundang-undangan. 2) Pemerintah daerah... 12

3. POKOK-POKOK MATERI PERATURAN BERSAMA 2) Pemerintah Daerah yang : Besaran anggaran belanja pegawai di bawah/kurang dari 50% dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2011 untuk memenuhi kebutuhan pegawai yang melaksanakan tugas sebagai: a) Tenaga Pendidik b) Tenaga Dokter, Bidan dan Perawat c) Jabatan yang bersifat Khusus dan mendesak 3) Tenaga honorer yang telah bekerja di lembaga pemerintah pada atau sebelum tanggal 1 Januari 2005 dan telah diverifikasi dan validasi berdasarkan kriteria yang diatur dalam PP No. 48 tahun 2005 jo PP No. 43 tahun 2007 sesuai kebutuhan organisasi, redistribusi dan kemampuan keuangan negara yang akan ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah. c. Selama penundaan.. 13

3. POKOK-POKOK MATERI PERATURAN BERSAMA... (2) c. Selama penundaan instansi pusat dan daerah melakukan penghitungan jumlah kebutuhan PNS berdasarkan analisis jabatan dan beban kerja untuk melakukan penataan organisasi (right sizing) dan penataan PNS dalam kerangka pelaksanaan reformasi birorasi d. Jabatan yang bersifat khusus dan mendesak ditetapkan oleh Tim Reformasi Birokrasi Nasional dengan arahan yang ditetapkan oleh Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional. e. Instansi Pusat dan Daerah mengusulkan kebutuhan lowongan formasi atas jabatan yang dikecualikan tersebut kepada Menteri Negara PAN & RB dengan tembusan kepada Kepala BKN dan Tim Reformasi Birokrasi Nasional setelah dilakukan analisis jabatan. f. Tim khusus 14

3. POKOK-POKOK MATERI PERATURAN BERSAMA... (2) f. Tim khusus Reformasi Birokrasi Nasional dalam mengendalikan jumlah kebutuhan pegawai perlu melakukan verifikasi dan validasi terhadap usulan instansi tersebut sebagai bahan penetapan oleh Menteri Negara PAN & RB setelah mendapatkan persetujuan Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional. 15

B. RENCANA PENYELESAIAN TENAGA HONORER 1. LATAR BELAKANG a. PP No.48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi CPNS yang telah diubah dengan PP No. 43 Tahun 2007, telah berakhir Desember Tahun 2009. b. Tuntutan dari tenaga honorer yang menyatakan diri memenuhi ketentuan Peraturan Pemerintah di atas, belum diangkat menjadi CPNS, karena belum didata oleh instansi sehingga belum masuk database tenaga honorer yang dicatat di BKN. c. Atas saran.. 16

1. LATAR BELAKANG.(2) c. Atas saran dari DPR-RI khususnya Komisi II, Komisi VIII dan Komisi X dalam rapat kerja gabungan dengan unsur pemerintah (Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, Menteri Keuangan, Menteri Pertanian, Menteri PAN & RB, Menteri Dalam Negeri, BPKP, BPS dan LAN) tanggal 26 Mei 2010 disepakati agar masalah tenaga honorer diselesaikan melalui perubahan PP No. 48 Tahun 2005 jo PP No. 43 Tahun 2007. Arah kebijakan penyelesaian masalah tenaga honorer ini juga telah dibicarakan/ dikomunikasikan kembali dalam rapat kerja gabungan Komisi II, Komisi VIII dan X DPR-RI dan Komite III DPD-RI terakhir tanggal 25-27 Maret 2011. 17

2. POKOK-POKOK RENCANA PENYELESAIAN a. Rencana Penyelesaian tenaga honorer yang diangkat sejak atau sebelum 1 Januari 2005 dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori b. Tenaga honorer yang penghasilannya dibiayai dari APBN/APBD disebut kategori I (yang dinyatakan tercecer, tertinggal dan belum masuk database di BKN tetapi memenuhi kriteria sesuai PP No. 48 Tahun 2005) dilakukan verifikasi dan validasi c. Tenaga honorer yang penghasilannya dibiayai bukan dari APBN/APBD disebut kategori II akan dilakukan seleksi secara tertulis sesama tenaga honorer sesuai dengan kebutuhan organisasi dan kemampuan keuangan negara. d. Tenaga honorer... 18

2. POKOK-POKOK RENCANA PENYELESAIAN....(2) d. Tenaga honorer yang tidak memenuhi syarat atau tidak lulus seleksi ujian tertulis, apabila tenaganya masih dibutuhkan oleh instansi, dengan mempertimbangkan ketersediaan alokasi anggaran, dan mereka berkelakuan baik, serta mempunyai kinerja baik, dapat tetap bekerja pada instansi yang bersangkutan, dengan ketentuan: 1) ditetapkan dengan SK Pengangkatan dari Pejabat Pembina Kepegawaian; 2) diberikan penghasilan setiap bulan berdasarkan beban kerja dan tanggung jawab sesuai dengan kemampuan keuangan instansi masing-masing. e. Dalam hal tenaga honorer tersebut tidak dibutuhkan oleh instansi, maka Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat lain dalam pemerintahan memberhentikan dan/atau tidak memperpanjang lagi tenaga honorer yang bersangkutan. f. Rencana penyelesaian tersebut disusun dalam suatu Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) sebagai payung hukumnya, RPP tersebut sedang difinalisasi oleh Pemerintah untuk ditetapkan. 19

TERIMA KASIH 20