1 Peneliti ekonomi di BRE DKM, Bank Indonesia. Pandangan dalam paper ini merupakan pandangan pribadi

1 Peneliti ekonomi di BRE DKM, Bank Indonesia. Pandangan dalam paper ini merupakan pandangan pribadi penulis dan tidak mencerminkan pendapat resmi DKM atau Bank Indonesia. E-mail: nmaryaningsih@bi.go.id, oki_hermansyah@bi.go.id, dan myrna_savitri@bi.go.id. i

ii

1

1972 1974 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 20 15 % yoy PDB Stok Kapital Krisis Asia 10 5 0-5 -10-15 2

2 Global Competitiveness Report 2011-2012, Indonesia menempati posisi 46 dari 142 negara. 3 Indeks daya saing dibentuk dari 12 pilar yang terbagi ke dalam tiga kunci utama pendorong perekonomian, yaitu 4 pilar kebutuhan dasar (basic requirements sebagai kunci dari factor-driven economy); 6 pilar peningkatan efisiensi (efficiency enhancers sebagai kunci dari efficiency-driven economy); dan 2 pilar inovasi dan faktor kecanggihan (innovation and sophistication factors sebagai kunci dari innovation-driven economy). 3

Indikator Peringkat Kualitas keseluruhan 92 Kualitas jalan 90 Kualitas infrastruktur kereta 51 Kualitas infrastruktur pelabuhan 104 Kualitas infrastruktur transportasi udara 89 Kualitas pasokan listrik 93 Sambungan telpon/100 penduduk 78 Sumber: WEF, Global Competitiveness Report, 2012-2013 2005 2008 2011 2005-2011 1. KINERJA PEREKONOMIAN Ekonomi Domestik 48 45 34 14 Perdagangan Internasional 43 55 34 9 PMA 51 55 41 10 Penyerapan TK 45 46 9 36 Stabilitas Harga 43 45 43 0 2. DAYA SAING PEMERINTAHAN Keuangan Publik 28 42 10 18 Kebijakan Fiskal 6 6 5 1 Kelembagaan 48 37 42 6 Legislasi Dunia Usaha 50 51 49 1 Keadilan Sosial 46 47 49-3 3. DAYA SAING DUNIA USAHA Produktivitas/Efisiensi 51 54 55-4 Ketenagakerjaan 39 14 3 36 Kualitas Sistem Keuangan 44 47 30 14 Kualitas Manajerial 50 43 35 15 Nilai-nilai dan Norma 45 43 31 14 4. DAYA SAING INFRASTRUKTUR Infrastruktur Dasar 46 48 44 2 Infrastruktur Teknis 51 55 54-3 Infrastruktur Sains 38 22 47-9 Kesehatan dan LH 51 53 56-5 Pendidikan 51 49 53-2 4

0-0.01-0.02-0.03-0.04-0.05 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 0.015 0.010 0.005 0.000-0.005-0.010-0.015-0.06 Gap dengan Asia Timur dan Pasifik -0.020 Gap dengan Negara Tingkat Pembangunan Manusia Menengah - skala kanan Sumber: UNDP, Human Development Report, diolah 5

Peraturan dan Perundang-undangan Jumlah Periode Regulasi Kebijakan Penanaman Modal 11 2001-2010 Kepemilikan Modal Bersama 2 2007 Peraturan Presiden 2 2007-2010 Prosedur Kepabeanan 3 2006-2009 Lingkungan 4 1997-2000 Imigrasi 4 2003-2008 Infrastruktur 4 2000-2008 Hak Kekayaan Intelektual 6 2000-2007 Prosedur Investasi 13 1999-2009 Tanah dan Bangunan 2 1996-2004 Pemerintah Lokal 4 2004-2008 Hukum Ketenagakerjaan 3 2003-2008 Tanggung Jawab Sosial 1 2009 Zona Ekonomi dan Industri Khusus 4 2000-2009 Pajak dan Retribusi 1 2008 2.50 2.00 % 2.07 1.92 1.50 1.62 1.51 1.59 1.63 1.55 1.00 0.94 0.50 0.00 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 6

Koridor Kegiatan Ekonomi Utama Tema Pembangunan Ekonomi Sumatera Besi Baja, Perkapalan, Kelapa Sawit, Karet, Batu Bara, Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan KSN Selat Sunda Lumbung Energi Nasional Jawa Makanan Minuman, Tekstil, Peralatan Transportasi, Perkapalan, Telematika, Alutsista Pendorong Industri dan Jasa Nasional Kalimantan Besi Baja, Bauksit, Kelapa Sawit, Batu Bara, Migas, Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang dan Perkayuan Lumbung Energi Nasional Sulawesi Nikel, Pertanian Pangan, Migas, Kakao, Perikanan Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas dan Pertambangan Nasional Bali-Nusa Tenggara Pariwisata, Peternakan, Perikanan Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional Papua dan Kep. Pusat Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi, dan Nikel, Tembaga, Pertanian Pangan, Migas, Perikanan Maluku Pertambangan Nasional 4 Pembangunan infrastruktur merupakan program pengembangan potensi 22 kegiatan ekonomi utama pada enam koridor ekonomi (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, dan Kep.Maluku- Papua) karena pembangunan tersebut merupakan program penguatan konektivitas nasional yang menunjang pembangunan 22 kegiatan utama. 7

3% 8% 24% 15% 18% 32% Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali-Nusa Tenggara Papua dan Kep. Maluku Papua dan Kep. Maluku Bali-Nusa Tenggara Sulawesi Kalimantan Jawa Sumatera 72.51 27.49 49.62 50.38 64.08 35.92 82.33 17.67 33.64 66.36 33.66 66.34 0 30 60 90 Rasio Investasi Non- Infrastruktur Terhadap Total Indikasi Investasi Rasio Investasi Infrastruktur Terhadap Total Indikasi Investasi 8

Prioritas Proyek Infrastruktur 2% Infrastruktur Jalan 1% 13% 19% Infrastruktur Pelabuhan 21% Swasta 18% 7% Infrastruktur Power dan Energi Infrastruktur Bandara 18% 51% Pemerintah BUMN Infrastruktur Rel Kereta Campuran 2% 38% Utilitas Air 10% Koridor Sumatera Jembatan Selat Sunda Infrastruktur Jalan Infrastruktur Power & Energy Infrastruktur Rel Kereta Telematika Koridor Jawa Infrastruktur Power & Energy Infrastruktur Jalan Infrastruktur Rel Kereta Infrastruktur Pelabuhan Telematika Koridor Kalimantan Infrastruktur Power & Energy Infrastruktur Rel Kereta Infrastruktur Jalan Telematika Infrastruktur Pelabuhan Koridor Sulawesi Telematika Infrastruktur Power & Energy Infrastruktur Pelabuhan Infrastruktur Jalan Utilitas Air Koridor Bali-Nusa Tenggara Infrastruktur Jalan Infrastruktur Rel Kereta Infrastruktur Power & Energy Telematika Infrastruktur Bandara Koridor Papua dan Kep. Maluku Infrastruktur Pelabuhan Infrastruktur Jalan Telematika Infrastruktur Power & Energy Utilitas Air 9

5 Lihat Calderon dan Serven (2004); dan Canning dan Pedroni (1999). 10

11

12

13

(y ss )2 y y disparitas f(k) δk γ f(k 2 ) (yss)2 disparitas f(k2) δk γ f(k2) f(k1) (y ss )1 y2 (yss)1 γ f(k1) γ f(k 1 ) y1 (k ss )1 k (k ss )2 k k1 k2 (kss)1 (kss)2 14

(1) (2) (3) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 15

16

β σ β 17

σ β σ σ σ 7 Barro and Sala-i-Martin (1992 dan 1996), Mankiw et al. (1992), dan Islam (1995) 8 Quah (1993) dan Friedman (1992) 18

19

β β 20

(1) (2) (3) 21

22

23

24

25

26

Indikator Peringkat Kualitas keseluruhan 92 Kualitas jalan 90 Kualitas infrastruktur kereta 51 Kualitas infrastruktur pelabuhan 104 Kualitas infrastruktur transportasi udara 89 Kualitas pasokan listrik 93 Sambungan telpon/100 penduduk 78 Sumber: WEF, Global Competitiveness Report, 2012-2013 27

PDRB Riil per kapita (Rp Juta/orang) 10 2000 2005 2010 Rata-rata 7.39 5 0 Balnustra Jawa Kalimantan Papamalu Sulawesi Sumatera 9 Sektor Nontradable yang dimaksud terdiri atas Sektor Listrik Gas dan Air, Sektor Bangunan, Sektor Perdagangan, Sektor Transportasi dan Komunikasi, Sektor Keuangan dan Sektor Jasa-jasa. 28

10 Menggunakan data tahun 2010. 29

11 Susantoro, Bambang, dan Danang Parikesit, 1-2-3 Langkah: Langkah Kecil yang Kita Lakukan Menuju Transportasi yang Berkelanjutan, Majalah Transportasi Indonesia, Vol. 1, Jakarta, 2004:89--95 dalam S. Aminah: Transportasi Publik dan Aksebilitas Masyarakat Perkotaan Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik Volume 20, Nomor 1:35--52. 30

31

12 Rasio elektrifikasi merupakan hitungan untuk mengetahui jumlah penduduk Indonesia yang telah memperoleh akses listrik. 32

13 Sumber: Arsip berita pada situs resmi ESDM http://www.esdm.go.id/berita/listrik/39-listrik/5716-lisdestingkatkan-rasio-elektrifikasi-nasional-menjadi-7295.html 33

14 Definisi tersier yang dimaksudkan di sini adalah tingkat pendidikan SMP ke atas. 34

35

15 Sektor nontradable terdiri atas sektor bangunan; sektor perdagangan hotel dan restoran; sektor listrik, gas dan air; sektor keuangan; serta sektor jasa-jasa. 36

37

200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 DKI Jakarta Kaltim NTT Maluku 16 Rasio penduduk yang tinggal di kota merupakan persentase jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan terhadap total penduduk. 38

39

17 Menggunakan data tahun 2010 18 Data kuartal III-2012 40

19 Dokumen resmi MP3EI, Mei 2011 41

Groundbreaking s.d. Des 2011* Rencana Pembangunan 2011** Pencapaian (%) Koridor Ekonomi Nilai Investasi (Rp Nilai Investasi (Rp Jumlah Nilai Jumlah Proyek Miliar) Jumlah Proyek Miliar) Proyek Investasi Sumatera 17 35,429 64 279,745 26.56 12.66 Jawa 8 64,674 67 461,424 11.94 14.02 Kalimantan 3 1,586 30 67,322 10.00 2.36 Sulawesi 1 3 35 29,740 2.86 0.01 Bali-NT 6 36,065 21 30,790 28.57 117.13 Papua-Kep.Maluku 3 1,011 52 115,382 5.77 0.88 Total 38 138,768 269 984,403 14.13 14.10 Sumber: * Rencana Kerja Pemerintah tahun 2013 ** Dokumen Awal MP3EI, 2011 42

Negara % of Highest Performer % of Highest Performer % of Highest Performer LPI Rank LPI Score LPI Rank LPI Score LPI Rank LPI Score India 46 3.08 66.4 47 3.12 67.9 39 3.07 64.9 Morocco 50 3.03 65 na na na 94 2.38 43.4 Philippines 52 3.02 64.8 44 3.14 68.8 65 2.69 52.9 Vietnam 53 3 64.1 53 2.96 63.1 53 2.89 59.2 Egypt, Arab Rep. 57 2.98 63.3 92 2.61 51.8 97 2.37 43 Indonesia 59 2.94 62.2 75 2.76 56.5 43 3.01 63 Yemen, Rep. 63 2.89 60.3 101 2.58 50.8 112 2.29 40.4 Ukraine 66 2.85 59.3 102 2.57 50.6 73 2.55 48.7 Pakistan 71 2.83 58.4 110 2.53 49.1 68 2.62 50.7 na is not applicable. Sumber: Logistics Performance Index 2007, 2010, and 2012 2012 2010 2007 20 Rata-rata pendapatan per kapita riil nasional (2000--2010) sebesar Rp8,05 juta dengan median Rp5,9 juta. Hal itu menunjukkan bahwa distribusi pendapatan nasional skewed ke kanan yang artinya lebih banyak provinsi dengan pendapatan per kapita riil di bawah rata-rata nasional. 43

21 Pendapatan per kapita riil nasional pada tahun 2010 adalah Rp. 9,2 juta 44

22 Gini coefficient BPS adalah 0,38 (2010) 23 Pendapatan per kapita riil rata-rata (2000--2010) DKI Jakarta dan Kaltim sebesar Rp33,4 juta, sementara NTT dan Gorontalo hanya sebesar Rp2,3 juta. 45

46

24 Gini coefficient KE Sumatera 0,31 (2000) menjadi 0,29 (2010) 47

25 Gini coefficient KE Jawa 0,39 (2000) menjadi 0,40 (2010) 26 Economic equality terbaik kedua setelah KE Sulawesi. 48

49

27 Pendapatan domestik bruto daerah riil tahun 2010 ialah sbb. Kaltim Rp110,58 triliun, Kalbar Rp30,29 triliun, dan Kalteng Rp18,79 triliun. 50

51

52

28 Detail program tersedia pada penulis. 53

Variabel Independen Konstanta 0.400 1.619 0.400 0.442 4.000 *** 5.070 *** 4.170 *** 3.180 *** lag Pendapatan per Kapita 0.862 0.513 0.862 0.825 37.340 *** 10.100 *** 44.430 *** 17.620 *** Akumulasi Faktor Produksi Investasi 0.060 0.054 0.060 0.081 5.800 *** 1.750 * 5.860 *** 3.260 *** Rata-Rata Masa Sekolah 0.076 0.249 0.076 0.133 1.530 3.560 *** 1.800 * 2.100 ** Infrastruktur dan Koridor Listrik 0.052 0.337 0.052 0.088 3.060 *** 5.620 *** 3.270 *** 2.740 ** Jalan 0.012 0.012 0.012 0.026 1.140 0.780 1.160 1.950 * Pelabuhan 0.009 0.001 0.009 0.015 2.780 *** 0.120 2.350 ** 2.110 ** Reformasi dan Struktur Ekonomi Urbanisasi 0.009-0.060 0.009-0.025 0.460-0.610 0.420-0.860 Keterbukaan 0.008 0.053 0.008 0.034 0.570 2.110 ** 0.710 2.090 ** Pangsa Konsumsi Pemerintah -0.022 0.020-0.022-0.054-1.690 * 0.510-1.430-3.130 *** Pangsa Sektor Pertanian -0.008-0.009-0.008-0.013-1.260-1.070-1.590-1.360 Observasi 229 AR(1) -1.18 AR(1) p-value (0.239) AR(2) 0.70 AR(2) p-value (0.482) Hansen J 22.71 Hansen J p-value (1.000) Hansen-Diff J (GMM) -0.80 Hansen-Diff J (GMM) p-value (1.000) Hansen-Diff J (IV) 0.79 Hansen-Diff J (IV) p-value (1.000) ***, **, dan * signifikan di 1%, 5%, dan 10%. Angka pada baris kedua merupakan standard error. Variabel dinyatakan sebagai logaritma natural. β Variabel Dependen: Pendapatan per Kapita OLS Fixed Random GMM-Sys 29 Dari persamaan (9), = 1,75% 54

β 30 Half-life merupakan waktu yang diperlukan agar setengah dari perbedaan pendapatan provinsi hilang karena proses konvergensi. Dihitung berdasarkan rumus half life = 72/ = 72/1,75 = 41,14 tahun 55

56

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 57

(1) (2) 58

59

60

61