BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Adanya kebutuhan fisiologis manusia seperti. mencakup kepemilikan jamban sebagai dari kebutuhan setiap anggota keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih, teknologi, pendidikan, perilaku terhadap upaya kesehatan (Depkes RI, 2009).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

SUMMARY PENELITIAN. Disusun untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Strata 1. Jurusan Kesehatan Masyarakat. Universitas Negeri Gorontalo.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat dan upaya penyehatan lingkungan yang setinggitingginya(

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. penting agar masyarakat tahu dan mau serta mampu menerapkan pola perilaku hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok untuk sedini mungkin diatasi (Notoatmodjo, 2003). Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

BAB I PENDAHULUAN. Kerugian akibat water-borne diseaseterjadi pada manusia dan juga berdampak

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

Lampiran 1. Kata Kunci : Evaluasi, Program, STBM, Kepemilikan Jamban, Pemanfaatan jamban.

HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PROGRAM ODF (OPEN DEFECATION FREE) DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara termasuk Indonesia.Diare sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan (WHO, 1948)

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran program dari Dinas Kesehatan adalah berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BABs) di sembarangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SUMMARY FAKTOR-FAKTOR PEMANFAATAN JAMBAN OLEH MASYARAKAT DESA TABUMELA KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Untuk pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Gorontalo, dan memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. mandi dan kebutuhan higienis lainnya. Menurut SUSENAS 2004, akses

BAB 1 PENDAHULUAN. besar di sungai, pekarangan rumah, atau tempat- tempat yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

IRGSC Policy Brief. Menuju Pembangunan Sanitasi yang Berkelanjutan: Pembelajaran dari Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

TINJAUAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMELIHARAAN JAMBAN KELUARGA DI GAMPONG LAM ILIE MESJID KECAMATAN INDRAPURI KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2012

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo, dengan batas-batas pokok desa

BAB 1 PENDAHULUAN. secara sosial dan ekonomis. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut maka dituangkan

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Sulawesi Tenggara (19,20%), Jawa Tengah (18,80%), Sulawesi Barat (17,90%), Sulawesi Selatan (17,60%), Nusa

BAB 1 PENDAHULUAN. penting diperhatikan baik pengelolaan secara administrasi, pengelolaan habitat hidup,

Mohammad Nur Hasan Social & Communications Specialist PEMICUAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN DI KECAMATAN PAMULANG. Sri Haryanto

VERIFIKASI ODF Di Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB 1 : PENDAHULUAN. badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini di laksanakan pada 28 April sampai 5 Mei 2013 di Desa

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

Kuesioner Penelitian

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

Oleh : Suharno ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Wujud

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

MODEL PEMBUATAN SEPTIC TANK

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan mobilitas penduduk semakin pesat serta lingkungan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan nasional dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (Achmadi, 2010). melakukan kegiatannya, oleh karena itu perlu dikelola demi kelangsungan


BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

SOSIALISASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK-ANAK TINGKAT SEKOLAH DASAR DI DESA TABORE KECAMATAN MENTANGAI KALIMANTAN TENGAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia.Oleh karena itu kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya serta dilindungi dari ancaman yang merugikannya. Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan adalah keadaan pemukiman/perumahan, tempat kerja, sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih, juga teknologi, pendidikan, sosial dan ekonomi. Sedangkan perilaku tergambar dalam kebiasaan sehari-hari seperti : pola makan, kebersihan perorangan, gaya hidup, dan perilaku terhadap upaya kesehatan.(depkes RI,2009) Kesehatan sangat diidamkan oleh setiap manusia dengan tidak membedakan status sosial maupun usia. Kita hendaknya menyadari bahwa kesehatan adalah sumber dari kesenangan, kenikmatan dan kebahagian. Untuk mempertahankan kesehatan yang baik kita harus mencegah banyaknya ancaman yang akan mengganggu kesehatan kita. Ancaman lainnya terhadap kesehatan adalah pembuangan kotoran (faces dan urin) yang tidak menurut aturan. Buang Air Besar (BAB) di sembarangan 1

2 tempat itu berbahaya. Karena itu akan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit lewat lalat, udara dan air. ( B.Candra, 2007) Ekskreta manusia merupakan sumber infeksi dan merupakan salah satu penyebab terjadinya pencemaran lingkungan. Bahaya terhadap kesehatan akibat pembuangan kotoran secara tidak baik adalah pencemaran tanah, pencemaran air, kontaminasi makanan, dan perkembangbiakan lalat. Kotoran dari manusia yang sakit atau sebagai carrier dari suatu penyakit dapat menjadi sumber infeksi. Kotoran tersebut mengandung agens penyakit yang dapat ditularkan pada pejamu baru dengan perantara lalat. (B.Candra, 2007) Peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya merupakan tujuan dari pembangunan kesehatan yang salah satunya adalah peningkatan komunitas ODF (Open Defecation Free) yaitu dimana masyarakat sudah BAB di jamban. Penyediaan sarana pembuangan tinja masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan prilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan. (Shofiyah dan Inayah, 2010:30) Dalam System Kesehatan Nasional (SKN) tujuan pembangunan kesehatan ialah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan kesehatan yang optimal. Salah satu arah kebijakan kesehatan adalah peningkatan kesehatan lingkungan yang lebih baik ditempat pemukiman. Tujuan program hygiene dan sanitasi di lingkungan

3 pemukiman penduduk yaitu meningkatkan kualitas lingkungan yang lebih baik pada tempat tinggal penduduknya sehingga dapat melindunginya dari penularan penyakit, keracunan, kecelakaan dan gangguan pencernaan (Depkes RI, 2009). Adanya kebutuhan fisiologis manusia seperti memiliki rumah, yang mencakup kepemilikan jamban sebagai bagian dari kebutuhan setiap anggota keluarga. Kepemilikan jamban bagi keluarga merupakan salah satu indikator rumah sehat selain pintu, ventilasi, jendela, air bersih, tempat pembungan sampah, saluran air limbah, ruang tidur, ruang tamu dan dapur. Jamban sehat berfungsi untuk membuang kotoran manusia, ada berbagai macam bentuk seperti leher angsa, cubluk dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan sarana pembuangan air besar, hubungan yang paling mendasar dengan kualitas lingkungan adalah fasilitas dan jenis penampungan tinja yang digunakan. Jenis penampungan yang tidak memadai, akan mencemari lingkungan sekitar sekaligus meningkatkan resiko penularan penyakit terhadap masyarakat. Masalah kondisi lingkungan tempat pembuangan kotoran manusia tidak terlepas dari aspek kepemilikan terhadap sarana yang digunakan terutama dikaitkan dengan pemeliharaan dan kebersihan sarana. Keberadaan jamban di Indonesia menurut data Bank Dunia tahun 2003 dari jumlah penduduk Indonesia yaitu 203 juta orang yang menggunakan jamban baru 100 juta orang atau hanya 47 % saja (Depkes RI,2004). Secara nasional pencapaian jumlah cakupan jamban di Indonesia terlihat masih rendah. Dimana pada tahun

4 2005 telah dilakukan pemeriksaan rumah dibeberapa kabupaten/kota di Indonesia tetapi hasilnya menunjukkan dari 401.780 rumah yang dilakukan pemeriksaan, ketersediaan jamban keluarga baru 68%. Di perkotaan yang menggunakan jamban sekitar 80,45% (Depkes RI,2005). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Provinsi dengan persentase tertinggi rumah tangga yang menggunakan fasilitas buang air besar milik sendiri adalah Riau sebesar (84,3%), Lampung (80,4%), dan Kepulauan Bangka Belitung (79,0%). Sedangkan terendah di Provinsi Gorontalo (32,1%), Kalimantan Tengah (49,4%), dan Maluku Utara (49,6%) (Kemenkes, 2011: 26). Masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok karena kotoran manusia (faces) adalah sumber penyebaran penyakit multikompleks. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain tifus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis. (Notoatmodjo, 2007) Pembuatan jamban merupakan usaha manusia untuk memelihara kesehatan dengan membuat lingkungan tempat hidup sehat. Dalam pembuatan jamban sedapat mungkin harus diusahakan agar jamban tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Penduduk Indonesia yang menggunakan jamban sehat (WC) hanya 54 % saja padahal menurut studi menunjukkan bahwa penggunaan jamban sehat dapat mencegah penyakit diare sebesar 28% demikian penegasan Menteri Kesehatan dr. Achmad Sujudi, September 2004.(Depkes RI,2009)

5 Masih banyaknya masyarakat yang buang air besar disembarang tempat seperti di pesisir pantai, pinggiran sungai serta di semak-semak bukan hal yang baru lagi karena luasnya lahan yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk membuang hajat atau faces. (Aryani, 2009), hal demikianpun terjadi di Kabila Bone yang masyarakatnya tinggal di pesisir pantai. Pekerjaan masyarakat di Kabila Bone yang kebanyakan sebagai nelayan serta pendapatan masyarakat yang masih kurang ditambah lagi mahalnya harga kloset di pasaran menjadi salah satu faktor penyebab kurangnya pembuatan sekaligus pemanfaatan jamban keluarga di Kecamatan tersebut. Pemanfaatan jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan kebiasaan masyarakat. Tujuan program JAGA (jamban keluarga) yaitu tidak membuang tinja di tempat terbuka melainkan membangun jamban untuk diri sendiri dan keluarga. Kepemilikan jamban bagi keluarga merupakan salah satu indikator rumah sehat selain pintu ventilasi, jendela, air bersih, tempat pembuangan sampah, saluran air limbah, ruang tidur, ruang tamu, dan dapur. Hasil Susenas 2007 menunjukkan bahwa penggunaan jamban sendiri sebagai fasilitas buang air besar (BAB) di Provinsi Gorontalo masih sangat rendah yaitu hanya 31,0%. Rumah tangga yang masih belum memiliki fasilitas BAB masih cukup tinggi yaitu 42,2%. Persentase rumah tangga menurut penggunaan fasilitas BAB untuk Kabupaten Bone Bolango adalah

6 30,2% milik sendiri, 17,5% milik bersama, 5,0% milik umum dan 47,3% tidak pakai (Depkes RI, 2008: 207). Khusus untuk Kecamatan Kabila Bone dari jumlah KK yang diperiksa sejumlah 1.110 KK, yang memiliki jamban sebanyak 105 KK dan yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 95 jamban (Profil Dinkes Bone Bolango,2010). Khusus untuk Desa Modelomo yang menjadi salah satu wilayah kerja Puskesmas Kabila Bone, KK yang memiliki jamban hanya 16 KK. (1,44%). Angka ini dbawah target indikator sehat 2010 yaitu 80 %. Penggunaan jamban yang disertai partisipasi keluarga akan baik, bila didukung oleh beberapa faktor. Di antaranya faktor yang berasal dari dalam diri individu yang disebut faktor internal seperti umur, sikap, pendidikan, pengetahuan dan sebagainya. Adapun faktor dari luar diri individu disebut faktor eksternal seperti fasilitas jamban baik meliputi jenisnya, kebersihannya, kondisinya, ketersediaannya termasuk kecukupan air bersihnya dan pengaruh lingkungan seperti penyuluhan oleh petugas kesehatan termasuk tokoh adat dan agama tentang penggunaan jamban sehat (Depkes RI,2005). Jamban sehat berfungsi untuk membuang kotoran manusia dilengkapi dengan adanya sarana air bersih. Hubungan yang paling mendasar dengan kualitas lingkungan adalah fasilitas dan jenis penampungan tinja yang digunakan. Jenis sarana penampungan yang tidak memadai, akan mencemari lingkungan sekitar sekaligus meningkatkan

7 resiko penularan penyakit terhadap masyarakat (Tarigan, 2008; Shofiyah dan Inayah, 2010: 31). Banyak jenis program dan intervensi telah dicoba untuk meningkatkan akses pada fasilitas sanitasi ini, namun hasil yang dicapai belum secara bermakna dapat menyelesaikan persoalan. Keadaan ini membawa persoalan baru seperti masih tingginya kejadian penyakit berbasis lingkungan seperti diare. Sebagaimana data WHO, penyakit diare membunuh satu anak di dunia ini setiap 15 detik, karena access pada sanitasi masih terlalu rendah. Dampak buruk dari keadaan ini sangat dirasakan bagi kesehatan masyarakat maupun secara ekonomi (Anonimous, 2010: 1). Sampai saat ini masih banyak masyarakat yang terbiasa untuk buang hajat di sembarangan tempat, seperti di kebun, empang, sungai dan bahkan dilahan terbuka disekitar rumah tinggal. Berbagai program telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, namun hasilnya masih belum menunjukan hal yang menggembirakan. Berdasarkan pengalaman tersebut, maka di rasakan adanya kebutuhan komponen lain yang perlu di masukkan dalam program penyediaan jamban yaitu komponen pemberdayaan masyarakat agar sarana yang dibangun dapat dimanfaatkan. Maksudnya adalah masyarakat harus diajak untuk berfikir bahwa bukan masalah membuat cubluknya, tetapi bagaimana masyarakat diajak untuk bisa BAB dijamban melalui pendekatan partisipatif. (Kamal Kar dan Robert Chambers,2008).

8 Pendekatan partisipatif adalah suatu pendekatan yang mengajak masyarakat untuk mengalisa kondisi sanitasi mereka melalui suatu proses pemicuan, sehingga masyarakat dapat berpikir dan mengambil tindakan untuk meninggalkan kebiasaan buang air besar mereka yang masih di tempat terbuka dan sembarang tempat. Melalui pendekatan ini kesadaran akan kondisi yang sangat tidak bersih dan tidak nyaman di timbulkan. Dari pendekatan ini juga ditimbulkan kesadaran bahwa sanitasi (kebisaan BAB di sembarang tempat) adalah masalah bersama karena dapat berimplikasi kepada semua masyarakat sehingga pemecahannya juga harus dilakukan dan dipecahkan secara bersama (Kamal Kar dan Robert Chambers,2008). 1.2. Identifikasi Masalah 1.2.1. Rendahnya penggunaan jamban sendiri sebagai fasilitas buang air besar sebanyak 6,44% 1.2.2. Tingginya rumah tangga yang masih belum memakai fasilitas buang air besar sebanyak 90,30% 1.2.3. Masih banyak masyarakat yang terbiasa untuk buang hajat di sembarangan tempat sebanyak 93,36% 1.2.4. Tingginya kejadian penyakit berbasis lingkungan seperti diare sebanyak 26,81%

9 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dirumuskan masalah Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penggunaan jamban di Desa Modelomo Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango. 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum : Mengetahui faktor predisposisi (pekerjaan, pendidikan, penghasilan, umur, pengetahuan dan sikap serta faktor enabling (kondisi jamban) yang mempengaruhi penggunaan jamban di Desa Modelomo Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango. 1.4.1. Tujuan Khusus : a. Mengetahui faktor predisposisi (pekerjaan, pendidikan, penghasilan, umur, pengetahuan dan sikap) yang mempengaruhi penggunaan jamban di Desa Modelomo Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango. b. Mengetahui faktor enabling (kondisi jamban) yang mempengaruhi penggunaan jamban di Desa Modelomo Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango. 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat Teoritis Sebagai upaya mengembangkan pengetahuan masyarakat tentang beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat terhadap penggunaan jamban di Desa Modelomo Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone

10 Bolango sehingga tumbuh kesadarannya menggunakan jamban dan melakukan advokasi pada pihak pengambil kebijakan guna memperbaiki kinerja Pemerintah untuk membangun fasilitas kesehatan lingkungan yang sangat dibutuhkan masyarakat. 1.5.2. Manfaat Praktis Pendekatan untuk merubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pendekatan partisipatif agar masyarakat di Kabila Bone pada umumnya dan khususnya masyarakat di Desa Modelomo dapat menggunakan jamban sehingga terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh tinja tersebut.