ABSTRACT. Key Words : Chronic Kidney Disease, Antihypertension Drug, Single Therapy, Combination Therapy ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada pemeriksaan berulang (PERKI, 2015). Hipertensi. menjadi berkurang (Karyadi, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung kongestif (Brashesrs,

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

POLA REGIMENTASI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA MILHA NINDYA SASMITA

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Prosiding Farmasi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN BPJS DI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO

darah. Kerusakan glomerulus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga ditemukan dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Ritz

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

ABSTRAK A STUDY OF ANTIHYPERTENSIVE DRUGS IN DIABETIC TYPE 2 IN THE INPATIENT BLU RSUP PROF.DR.R.D.KANDOU MANADO PERIOD JANUARY-DECEMBER 2010

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

DAFTAR ISI RINGKASAN... SUMMARY... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

STUDI PENGGUNAAN CALCIUM CHANNEL BLOCKER pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr SAIFUL ANWAR MALANG

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN GAGAL GINJAL DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR. Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

GAMBARAN PENGOBATAN DAN ANALISIS BIAYA TERAPI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP

STUDI PENGGUNAAN ANGIOTENSIN RESEPTOR BLOKER (ARB) pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-JUNI 2014

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

Karakteristik Pasien Hipertensi di Bangsal Rawat Inap SMF Penyakit Dalam RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan risiko PKV seperti pembesaran ventrikel kiri, infark

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H.

INTISARI. Endah Dwi Janiarti; Erna Prihandiwati; Anna Apriyanti

POLA PENGOBATAN HIPERTENSI PADA PASIEN LANSIA DI PUSKESMAS WINDUSARI, KABUPATEN MAGELANG KABUPATEN MAGELANG

Tarigan N.S, Tarigan A, Sukohar A, Carolia N Faculty of Medicine Lampung University

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SARIO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

Diajukan oleh RA Oetari

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara progresif dan irreversible 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Chronic Kidney Disease (CKD) adalah gangguan fungsi ginjal yang

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

PERSENTASE KEBERHASILAN OPERASI CIMINO DAN AV-SHUNT CUBITI PADA PASIEN HEMODIALISA DI RSUP PROF KANDOU PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2013

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Eni Indrawati, FK UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tingkat stress yang dialami. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang albuminuria, yakni: mikroalbuminuria (>30 dan <300 mg/hari) sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X PADA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

ANALISIS EFEKTIFITAS BIAYA ANTARA OBAT ANGIOTENSIN CONVERTING ENZYME

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS

INTISARI POLA PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYAPADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN RSUD BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN PERIODE

Pola Komplikasi Kronis Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS. Dr. M. Djamil Padang Januari Desember 2012

Transkripsi:

STUDI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI PERAWATAN DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 2013 - JUNI 2014 Nur Rizkah Muchtar 1), Heedy Tjitrosantoso 1), Widdhi Bodhi 1) 1) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115 ABSTRACT Chronic kidney disease is progessive loss of kidney function that occurs months to years, which characterized with changes in the normal structure of kidney gradually. Hypertension is a trigger factor for acute kidney disease and chronic kidney disease, it can cause damage to blood vessels in kidney and decrease the kidneys ability for blood filtration. This study was aimed to determine the use of antihypertensive drugs for patient with chronic kidney disease that hospitalized at RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado during july 2013-june 2014. This research is study with retrospective data aggregation for three months during October to December 2014 in medical record room at RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado for 53 medical record of patient with chronic kidney disease which use antihypertension drugs. The result showed that antihypertension drugs are often used in single therapy group is Calsium Channel Blocker (CCB) group (58,3%), Diuretic group (33,3%) and Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I) group (8,3%). Antihypertension drugs are often used for combination therapy group is combination between Diuretic and CCB group (27,6%), Diuretik dan ACE-I group (17,2%), and ARB and CCB group (13,8%). Key Words : Chronic Kidney Disease, Antihypertension Drug, Single Therapy, Combination Therapy ABSTRAK Gagal ginjal kronik merupakan kehilangan fungsi ginjal progresif, yang terjadi berbulanbulan sampai bertahun-tahun, yang di karakterisasi dengan perubahan struktur normal ginjal secara bertahap. Hipertensi merupakan faktor pemicu terjadinya penyakit ginjal akut serta penyakit ginjal kronis karena dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dalam ginjal sehingga mengurangi kemampuan ginjal untuk memfiltrasi darah dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan obat antihipertensi bagi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani perawatan di RSUP Prof Dr. R.D Kandou Manado periode juli 2013 juni 2014. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif selama 3 bulan dari Oktober sampai Desember 2014 di ruang rekam medik di RSUP Prof Dr. R.D Kandou Manado. Penelitian ini dilakukan terhadap 53 catatan rekam medik penderita gagal ginjal kronik yang menerima Obat Antihipertensi. Hasil penelitian menujukkan Obat Antihipertensi yang sering digunakan pada kelompok terapi tunggal yaitu golongan Calsium Channel Blocker (CCB) (58,3%), golongan Diuretik (33,3%) dan golongan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I) (8,3%). Obat Antihipertensi yang sering digunakan pada terapi kombinasi yaitu kombinasi golongan Diuretik dan CCB (27,6%), golongan Diuretik dan ACE-I (17,2%), dan golongan ARB dan CCB (13,8%). Kata kunci : Gagal Ginjal Kronik, Obat Antihipertensi, Terapi Tunggal, Terapi Kombinasi 22

PENDAHULUAN Berdasakan survei dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) Indonesia merupakan negara dengan prevalensi penyakit gagal ginjal kronik yang cukup tinggi, yaitu sekitar 30,7 juta penduduk (Kartika, 2013). Angka kejadian penyakit gagal ginjal tahun 2013-2014 di Manado Sulawesi Utara sebanyak 989 kasus (Dinkes, 2015). Gagal ginjal kronis (chronic renal failure) didefinisikan sebagai nilai laju filtrasi glomerulus (LFG) yang berada dibawah batas normal selama > 3 bulan (Dawey,2005). Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan (parenkim) atau arteri renal. Pada pasienpasien dengan penyakit ginjal kronis, tujuan terapeutiknya adalah untuk memperlambat deteriorasi fungsi ginjal dan mencegah penyakit kardiovaskular (Yelena et al, 2013). Pengendalian tekanan darah adalah aspek penting dalam pentalaksanaan semua bentuk penyakit ginjal. Jika hipertensi tidak di obati, pemunduran fungsi ginjal tidak dapat di cegah, dan dapat berakibat kompilakasi vaskular lain (Tambayong, 2002). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui penggunaan obat Antihipertensi pada pasien dengan Penyakit Gagal Ginjal Kronik yang dilaksanakan di RSUP Prof Dr. R.D. Kandou Manado. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian di lakukan di RSUP Prof Dr. R.D. Kandou Manado pada bulan oktober-desember 2014. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survei dekskriptif yang dilakukan secara retrospektif terhadap rekam medik pasien gagal ginjal kronik RSUP Prof Dr. R.D. Kandou Manado. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive dari data rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi yaitu yaitu pasien dengan diagnosa utama Gagal Ginjal Kronik dengan komplikasi hipertensi dan pasien Gagal Ginjal Kronik yang menerima terapi Obat Antihipertensi. Kriteria ekslusi yaitu pasien dengan diagnosa utama Gagal Ginjal Kronik tanpa komplikasi hipertensi dan Gagal Ginjal Kronik yang tidak menerima terapi Obat Antihipertensi. Data yang diperoleh, kemudian disajikan dan dilaporkan dalam bentuk presentase. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Karakteristik umur pasien Gagal Ginjal Kronik di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado menurut (Depkes RI 2009) Rentang Umur Persentase 17 25 5 9,4 26 35 2 3,8 36 45 7 13,2 46 55 14 26,4 56 65 15 28,3 > 65 10 18,9 Tabel 2. Karakteristik Jenis Kelamin pasien Gagal Ginjal Kronik di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado Jenis Kelamin Laki-Laki 28 52,8 Perempuan 25 47,2 23

Tabel 3. Karakteristik Derajat Penyakit Gagal Ginjal Kronik di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado Gagal Ginjal Kronik Derajat I 21 39,6 Derajat II 0 0 Derajat III 1 1,9 Derajat IV 5 9,4 Derajat V 26 49,1 Tabel 4. Golongan Obat Antihipertensi pada Kelompok Terapi Tunggal Golongan Obat Diuretik 8 33,3 ACE-I 2 8,3 CCB 14 58,3 Total 12 100 Tabel 5. Golongan Obat Antihipertensi pada Kelompok Terapi Kombinasi Golongan Obat Diuretik dan CCB 8 27,6 Diuretik dan ACE-I 5 17,2 Diuretik dan β blocker 1 3,4 ARB dan CCB 4 13,8 ACE-I dan CCB 4 13,8 ACE-I dan ARB 1 3,4 Diuretik, ACE-I, CCB Diuretik, β blocker, ARB, ACE-I Diuretik, β blocker, ARB, ACE-I Diuretik, β blocker, ACE-I, CCB 2 6,9 1 3,4 2 6,9 1 3,4 Total 29 100 Tabel 5. Dosis Obat Antihipertensi yang di gunakan Gagal Ginjal Kronik di Prof. DR. R. D. Kandou Manado Jenis Obat / Terapi Tunggal jumlah pasien presentase Furosemid (40 mg) 8 15,1 Captopril (12,5-25mg) 2 3,8 Amlodipin (5-10 mg) 14 26,4 Terapi Kombinasi Furosemid (40 mg), Amlodipin (5-10 mg) 8 15,1 Furosemid (40 mg), Captopril (6,25-12,5-25 mg) 5 9,4 (5 mg) 1 1,9 Valsartan (80 mg), Amlodipin (5 mg) 4 7,5 Captopril (25 mg), Amlodipin (5 mg) 2 3,8 Captopril (12,5 mg), Nifedipin (5 mg) 1 1,9 Captopril (12,5 mg), Amlodipin (5 mg) 1 1,9 Captopril (6,25 mg), Valsartan (80 mg) 1 1,9 Furosemid (40 mg), Captopril (12,5 mg), Amlodipin (10 mg) 2 3,8 (2,5 mg), Valsartan (80 mg), Captopril (6,25 mg) 1 1,9 (5 mg), Valsartan (80 mg), Amlodipin (10 mg) 2 3,8 (5 mg), Captopril (12,5 mg), Amlodipin (10 mg) 1 1,9 24

Tabel 6. Lama pengobatan Gagal Lama Pengobatan (hari) Ginjal Kronik di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado 2 hari 2 3,8 3 hari 5 9,4 4 hari 2 3,8 5 hari 4 7,5 6 hari 14 26,4 7 hari 3 5,7 8 hari 4 7,5 9 hari 4 7,5 10 hari 4 7,5 11 hari 2 3,8 12 hari 6 11,3 13 hari 1 1,9 14 hari 1 1,9 17 hari 1 1,9 Karakteristik pasien Gagal Ginjal Kronik berdasarkan kelompok umur di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado adalah kelompok terbanyak umur 56-65 tahun 15 pasien (28,3%). Semakin bertambah usia, semakin berkurang fungsi ginjal karena disebabkan terjadinya penurunan kecepatan ekskresi glomerulus dan penurunan fungsi tubulus pada ginjal. Pada usia lanjut, fungsi ginjal dan aliran darah ke ginjal berkurang sehingga terjadi penurunan kecepatan filtrasi glomerulus sekitar 30% dibandingkan pada orang yang lebih muda (Supadmi, 2011). Karakteristik Jenis Kelamin pasien Gagal Ginjal Kronik di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado terdiri dari penderita laki-laki sebanyak 28 pasien (52,8%) dan penderita perempuan sebanyak 25 pasien (47,2%). Salah satu perilaku yang memiliki risiko serius terhadap kesehatan adalah merokok, menyatakan bahwa perilaku merokok menyebabkan seseorang berisiko menderita gagal ginjal kronik 2 kali lebih tinggi dibandingkan individu yang tidak merokok (Benedict, dkk, 2003). Laki-laki banyak mempunyai kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan seperti merokok, minum kopi, alkohol, dan minuman suplemen yang dapat memicu terjadinya penyakit sistemik yang dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal dan berdampak terhadap kualitas hidupnya (Septiwi, 2011). Karakteristik Gagal Ginjal Kronik dengan Hipertensi Di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado di peroleh hasil terbanyak pada penderita Gagal Ginjal Kronik Derajat V sebanyak 26 pasien (49,1%). Gagal Ginjal Kronik stage 5 adalah akhir tahap gagal ginjal atau akhir insufisiensi ginjal kronik (NKC, 2011). Pada stadium akhir gagal ginjal kronik, kurang dari 90% massa nefron telah hancur, bahkan kurang dari jumlah tersebut, penderita tidak sanggup mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit di dalam tubuh, penderita menjadi oliguri (pengeluaran kemih kurang dari 500ml/hari karena kegagalan glomerulus). Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita harus mendapatkan pengobatan dalam bentuk transpalantasi ginjal atau dialisis (Muhammad, 2012). Berdasarkan penggunaan obat Antihipertensi pada pasien Gagal Ginjal Kronik, Pada kelompok terapi tunggal, golongan antihipertensi terbanyak di gunakan ialah golongan Calsium Channel Blocker (CCB) sebanyak 14 pasien (58,3%), golongan Diuretik sebanyak 8 pasien (33,3%) dan golongan ACE-I sebanyak 2 pasien (8,3%). Terapi tunggal untuk obat golongan CCB berperan dalam bekerja dengan menghambat masuknya 25

kalsium kedalam otot polos pembuluh darah sehingga mengurangi tahanan perifer (Gormer, dkk, 2008). Terapi pemberian diuretik hanya berdasarkan indikasi yaitu hipertensi, kelebihan cairan (dekompensasi jantung, edema yang berat), pencegahan berkurangnya fungsi ginjal setelah pemberian kontras radiografi, pada saat anastomosis dilakukan dalam transplantasi ginjal (Dipiro et al, 2008). Untuk penggunaan obat golongan ACE-I, jenis obat penghambat ACE-I juga menurunkan proteinuria, obat-obatan penghambat ACE-I menurunkan tekanan intraglomerulus dan menghambat perkembangan gagal ginjal kronis (Price dan Wilson, 2005). Pada kelompok terapi kombinasi, golongan Antihipertensi yang sering digunakan yaitu kombinasi antara Diuretik dan CCB sebanyak 8 pasien (27,6%), golongan Diuretik dan ACE-I sebanyak 5 pasien (17,2%), golongan ARB dan CCB serta golongan ACE-I dan CCB masingmasing sebanyak 4 pasien (13,8%). Penggunaan kombinasi obat bertujuan untuk mempertahankan tekanan darah menggunakan dua antihipertensi yang memiliki tempat aksi dan golongan yang berbeda dan untuk meningkatkan kepatuhan pasien dengan menggunakan satu tablet yang diminum dua atau tiga kali sehari (Skolnik, 2000). ACEI dan ARB mempunyai efek melindungi ginjal (renoprotektif) dalam penyakit ginjal diabetes dan non-diabetes. Salah satu dari kedua obat ini harus digunakan sebagai terapi lini pertama untuk mengontrol tekanan darah dan memelihara fungsi ginjal pada pasien-pasien dengan penyakit ginjal kronis (Depkes, 2006). Untuk terapi kombinasi diuretik berupa diuretik kuat dengan cara kerja menghambat terhadap kontraseptor Na +, K + dan Cl - digunakan untuk pengobatan pada edema (Gunawan, ddk, 2009). Untuk penggunaan β blocker kardioselektif seperti Bisoprolol pada pasien gagal ginjal disamping untuk mengontrol tekanan darah adalah untuk mengurangi terjadinya resiko infark, jantung koroner, mengurangi kebutuhan O 2 dari jantung, serta untuk menstabilkan kontraktilitas miokard (Supadmi, 2011). untuk kombinasi dengan golongan CCB menghambat influks kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard digunakan untuk mengobati angina (Gunawan, ddk, 2009). Penggunaan obat antihipertensi berdasarkan dosis, untuk terapi tunggal penggunaan obat Amlodipin (5-10 mg) sebanyak 14 pasien (26,4%), penggunaan obat Furosemid (40 mg), penggunaan obat Captopril (12,5-25 mg) sebanyak 2 pasien (3,8%). Untuk terapi kombinasi penggunaan obat Furosemid (40 mg) dan Amlodipin (5-10 mg) masing-masing sebanyak 8 pasien (15,1%), kemudian penggunaan obat Furosemid (40 mg) dan Captopril (6,25-12,5-25 mg) sebanyak 5 pasien (9,4%). Pemberian obat pada masing-masing pasien memiliki dosis yang berbeda-beda. Di mana penyesuaian dosis didasarkan kepada tingkat keparahan gangguan ginjal (Aslam, 2003). Serta efek terapi setiap obat akan berbeda-beda pada setiap individu terkait dengan fisiologis individu dan proses kinetika obat. Efek terapi yang optimal diperoleh dengan mempertimbangkan respon klinis pasien dengan menggunakan dosis minimal terapi (Lucida, dkk, 2011). Ditinjau dari lama pengobatan pasien Gagal Ginjal Kronik di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado 6 hari dengan jumlah penderita sebanyak 14 penderita 26

(26,42 %). Penderita gagal ginjal kronik mengalami gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan kalium sehingga membutuhkan perawatan yang lebih lama (Suwitra, 2006). KESIMPULAN Pola terapi Antihipertensi pada pasien Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Prof. DR. R. D. Kandou Manado terdiri dari terapi tunggal (45,3%) dan terapi kombinasi (54,7%). Obat Antihipertensi yang sering digunakan pada kelompok terapi tunggal yaitu golongan Calsium Channel Blocker (CCB) (58,3%), golongan Diuretik (33,3%) dan golongan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I) (8,3%). Obat Antihipertensi yang sering digunakan pada terapi kombinasi yaitu kombinasi golongan Diuretik dan CCB (27,6%), golongan Diuretik dan ACE-I (17,2%), dan golongan ARB dan CCB (13,8%). DAFTAR PUSTAKA Aslam, Mohammed., Tan, Chik Kaw., Prayitno, Adji. 2003. Farmasi Klinis. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Benedict, S., Tarver-Carr, M.E., Powe, N.R., Eberhardtm M.S., Brancati, F.L., 2003. Lifestyle Factors, Obesity and the Risk of Chronic Kidney Disease, Epidemiology, Vol 14. No 4, July 2003 Depkes. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan. Dipiro et al., 2008. Pharmacotherapy Patophysiologic Approach (Seventh Edition), United State : McGraw Hill Companies, Inc Gormer, Beth, 2007, terj. Diana Lyrawati, 2008.Farmakologi Hipertensi lyrawati.files.wordpress.com Gunawan, Sulistia, Gan, Setiabudy, Nafrialdi. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Universitas Indonesia Lucida, dkk. 2011. Analisi Aspek Farmakokinetika Klinik Gagal Ginjal Pada Irna Penyakit Dalam RSUP DR. M. Djamil. Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 16, No.2, 2011, halaman 144-155. kartika,uvoniana. 2013. Rajin Pantau Tensi Turut Sehatkan Ginjal. Kompas. http://health.kompas.com/read/2013 /03/06 Muhammad, As adi. 2012. Serba-serbi gagal ginjal. Yogyakarta : Diva press. NKC, 2015. Chronic Kidney Disease Stage 5 End-stage renal failure (or late chronic renal insufficiency). http://www.nationalkidneycenter.or g/chronic-kidneydisease/stages/stage-5/ Price, Sylvia A dan Wilson, Lorrain M, 2005, Patofisiologi Konsep Klinis Prosesproses Penyakit, edisi 6, Jakarta: EGC. Sudoyo, Aru W. dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V. Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Jakarta 27

Suwitra, K., Aru, W. S., Bambang, S., Idrus, A., Marcellus, S. K., Siti, S. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 edisi 4: Penyakit Gagal Ginjal Kronis Dalam, Jakarta: Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam. Supadmi, woro. 2011. Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Gagal Ginjal Kronik yang menjalani hemodialisis. Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 1, No. 1, 2011 : 67-80 Septiwi, cahyu. 2011. Hubungan Antara Adekuasi Hemodialisis Dengan Kualitas Hidup Hemodialisis Di Unit Hemodialisis RS PROF. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Universitas Indonesia Tamboyang, Jan. 2002. Farmakologi untuk keperawatan. Jakarta : Widya Medika Yelena R. Drexler and Andrew S. Bomback. Definition, identification and treatment of resistant hypertension in chronic kidney disease patients. Department of Medicine, Division of Nephrology, Columbia University College of Physicians and Surgeons, New York, NY, USA. Advance Access publication (2013) 29: 1327 1335 28