II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. KB, keinginan dalam memiliki sejumlah anak, serta nilai anak bagi PUS.

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai penyebab banyaknya jumlah

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. mencitrakan (to describe), menerangkan sifat bumi, serta menganalisa gejalagejala

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. penelitian adalah cara yang dipakai dalam pengumpulan data. Metode penelitian

I. PENDAHULUAN. tinggi dan tidak terkendalikan akan berpengaruh terhadap semakin menurunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

I. PENDAHULUAN. tinggi dan tidak terkendalikan akan berpengaruh terhadap semakin menurunnya

I. PENDAHULUAN. tidak segera mendapatkan pemecahannya. Jumlah penduduk yang besar dapat. menimbulkan dampak terhadap kesejahteraan setiap keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan. Usaha

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB 2 LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB I PENDAHULUAN. adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

METODE PENELITIAN. sekarang, yang dilakukan dengan langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. menempati posisi keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang selalu meningkat di setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. seperti Indonesia, adalah ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk di

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI SOSIAL EKONOMI PUS PENGGUNA MOW DAN MOP DI TANJUNG ANOM

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

Sgmendung2gmail.com

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas maka pemerintah memiliki visi dan misi baru. Visi baru pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

ABSTRACT PENGARUH PENDIDIKAN, PEKERJAAN, USIA KAWIN PERTAMA, PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB I PENDAHULUAN. individual maupun bagi negara. Manfaat-manfaat tersebut antara lain; dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

I. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak


BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara

BAB I PENDAHULUAN. cakupan pelayanan KB yang telah mencapai 60,3% pada tahun (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) dengan kelahiran per tahun. Peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. administrasi kependudukan. Estimasi Jumlah penduduk Indonesia tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN

I. PENDAHULUAN. oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Georgafi dan Keluarga Berencana Dalam penelitian ini, penulis akan membahas mengenai penyebab banyaknya jumlah anak yang dimiliki PUS setiap keluarga petani miskin yaitu tentang usia kawin pertama, lamanya status perkawinan, keikutsertaan PUS dalam program KB, keinginan dalam memiliki sejumlah anak, serta nilai anak bagi PUS. Bintarto (1968 : 17) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara penduduk dengan keadaan alam serta aktifitas dan usaha dalam menyesuaikan dan menguasai keadaan alam demi kemakmuran dan kesejahteraan hidupnya. Geografi sosial adalah studi tentang bentang alam maka bumi oleh adanya interaksi dan interaksi aktivitas dan tata laku manusia dengan lingkungan fisis dan biotis, dalam usaha mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya (Budiyono, 2003 : 17). Secara garis besar geografi dapat diklasifikasikan menjadi tiga cabang, yaitu: Geografi Fisis (Physical Geography), Geografi Manusia (Human Geography), dan Geografi Regional (Regional Geography) (Nursid Sumaatmadja, 1988:52). Geografi tidak hanya menggambarkan keadaan fisis bumi, tetapi juga kehidupan manusia yang berkaitan dengan aktifitasnya.

Dalam penelitian ini akan menekankan pada perilaku manusia dan pertumbuhannya, sehingga akan lebih menekankan pada Geografi Sosial yang merupakan dari Geografi Manusia. Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia kawin, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera dengan memilikidua anak lebih baik (BKKBN, 1992 : 6). 2. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Fertilitas Menurut Ida Bagus Martra (1985 : 167) bahwa faktor -faktor yang berpengaruh terhadap fertilitas adalah (1) unsur demografi, antara lain struktur umur, status perkawinan dan proporsi perkawinan, (2) unsur non demografi, antara lain keadaan ekonomi penduduk, tinggi rendahnya tingkat pendidikan, tingkat pendapatan keluarga, perbaikan status wanita, urbanisasi, penggunaan alat kontrasepsi, serta tingkat pengetahuan tentang KB. Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap fertilitas selain dari unsur demografi yang meliputi struktur umur, status perkawinan dan proporsi perkawinan juga dari unsur non demografi yang meliputi keadaan ekonomi penduduk, tinggi rendahnya tingkat pendidikan, tingkat pendapatan keluarga, perbaikan status wanita, urbanisasi, penggunaan alat kontrasepsi, serta tingkat pengetahuan tentang keluarga berencana. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap fertilitas karena akan memungkinkan bertambahnya jumlah anak dalam keluarga Pasangan Usia Subur (PUS).

2.1 Usia Kawin Pertama Usia kawin pertama wanita PUS adalah usia dari wanita PUS tersebut pada waktu menikah dengan seorang laki-laki yang syah sebagai suaminya. Peristiwa kelahiran tidak terlepas dari mana subur yang dimiliki seorang wanita. Hal ini berarti bahwa kesuburan seorang wanita merupakan kemampuan-kemampuan untuk bereproduksi, sehingga akan berpengaruh pada kemampuan melahirkan. Wanita yang melangsungkan perkawinannya pada usia muda, maka reproduksinya juga dapat dipastikan lebih panjang, sehingga anak yang akan dilahirkan akan lebih banyak dari pada usia dewasa maka reproduksinya relatif pendek sehingga cenderung melahirkan anak relatif sedikit. Daldjoeni (1980 : 176) mengemukakan : ia dapat melahirkan 7,6 anak. Apabila usia kawin ditingkatkan ke usia 22 tahun, maka jarak menjadi 7,5 anak, yang tidak banyak berbeda dengan usia 17 tahun. Perbedaan jumlah anak baru nampak menyolok apabila usia kawin ditingkatkan 1980:176). Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 bahwa seseorang diperbolehkan menikah apabila seorang wanita tersebut berusia 16 tahun dan seorang pria telah mencapai umur 19 tahun. Berdasarkan pendapat tersebut, maka usia kawin pertama dapat ditentukan sebagai berikut: 1. Umur < 16 tahun tergolong perkawinan muda

2. Umur 22 tahun tergolong perkawinan dewasa 3. Umur > 27 tahun tergolong perkawinan lanjut 2.2 Lamanya Status Perkawinan Peristiwa perkawinan merupakan jenjang awal hubungan suami istri dalam membentuk rumah tangga yang akhirnya akan mempengaruhi masalah atkan diri dalam masalah kependudukan, disamping kematian dan migrasi, khususnya dalam segi kelahiran Lamanya status perkawinan dalam suatu keluarga sebagai ikatan suami istri maka dapat mempengaruhi fertilitas yang berarti akan dipengaruhi banyaknya jumlah anak yang dimiliki. Menurut Sans, Hutabarat (1982:56) bahwa : tan seksual yang stabil pada masa reproduksi besar pengaruhnya terhadap fertilitas total. Tetapi pengaruh ikatan seksual (hidup bersama) yang sifatnya sementara pada umumnya kecil. Dalam kebanyakan masyarakat, hampir semua kelahiran terjadi dalam suatu Berdasarkan pendapat di atas bahwa status perkawinan akan mempengaruhi jumlah anak yang dilahirkan. Lamanya status perkawinan adalah jumlah waktu yang ditempuh pasangan usia subur dari tahun pertama kali menikah sampai saat penelitian. Lamanya status perkawinan dapat dilihat dari usia kawin pertama.

Berdasarkan hasil penelitian Rahmatul Hasanah TS dalam skripsinya yang berjudul Faktor-faktor penyebab tidak terwujudnya norma keluarga kecil pada PUS pembuat ikan asin di Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur Tahun 2008, lama status perkawinan dikelompokkan sesuai dengan komposisi umur, yaitu : a. Lama perkawinan 0 9 tahun tergolong perkawinan nuda b. Lama perkawinan antara 10 19 tahun tergolong perkawinan sedang c. Lama perkawinan lebih dari 19 tahun tergolong perkawinan dewasa 2.3 Keikutsertaan PUS dalam program KB Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, peningkatan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera dengan memiliki dua anak lebih baik (BKKBN, 2003 : 24). Keluarga Berkualitas adalah keluarga yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak ideal, bertanggung jawab, harmonis, dan berwawasan ke depan. Sesuai dengan Perpres Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009, arah kebijaksanaan pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas dalam program keluarga berencana antara lain untuk mengendalikan tingkat kelahiran melalui upaya memaksimalkan akses dan kualitas pelayanan KB terutama bagi keluarga miskin dan rentan serta daerah terpencil, meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi remaja dalam rangka menyiapkan kehidupan berkeluarga yang lebih baik, serta pendewasaan

usia perkawinan melalui upaya peningkatan pemahaman kesehatan reproduksi remaja (http://www.bkkbn.go.id/webs/index.php/rubrik/detail/380. Tanggal 26 September 2011 at 10.09 am.htm). Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Nasional dikelola oleh BKKBN yang bertujuan ganda, yaitu selain meningkatkan kesehatan ibu dan anak, dan memiliki dua anak lebih baik, sebagai dasar untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, dengan melakukan pengendalian kelahiran setiap keluarga pasangan usia subur. Sehubungan dengan hal tersebut, bahwa secara langsung program KB ditujukan sebagai upaya menurunkan tingkat kelahiran melalui KB, dengan menggunakan alat kontrasepsi secara berlanjut. Hal ini berarti mengajak para pasangan usia subur menjadi peserta KB aktif dan lestari sehingga memberikan dampak langsung terhadap penurunan tingkat kelahiran. Tujuan program kependudukan bahwa KB diharapkan mampu untuk mewujudkan keluarga kecil yaitu dua anak lebih baik, agar setiap keluarga dapat hidup bahagia dan sejahtera, yang mampu menjadi sumberdaya manusia yang maju dan modern dengan mengendalikan kelahiran anak dalam setiap keluarga dalam menjamin terkendalinya peningkatan pertumbuhan penduduk di Indonesia. KB mempunyai beberapa manfaat yaitu : a. Bagi Ibu 1. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan 2. Mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu 3. Menjaga kesehatan ibu 4. Merencanakan kehamilan lebih terprogram

b. Bagi Anak 1. Mengurangi risiko kematian bayi 2. Meningkatkan kesehatan bayi 3. Mencegah bayi kekurangan gizi 4. Tumbuh kembang bayi lebih terjamin 5. Kebutuhan ASI eksklusif selama 6 bulan relatif dapat terpenuhi 6. Mendapatkan kualitas kasih sayang yang lebih maksimal c. Bagi Keluarga 1. Meningkatkan kesejahteraan keluarga 2. Harmonisasi keluarga lebih terjaga Menurut Francis Place yang merupakan pelopor pertama didalam gerakan KB, mengemukakan bahwa pemakaian alat kontrasepsi adalah jawaban terhadap masalah pertambahan penduduk, alat-alat kontrasepsi ini tidak menurunkan martabat harga, tidak merusak kesehatan tetapi manjur untuk mencegah kehamilan (Masri Singarimbun 1969 : 11). Di bawah ini adalah alat-alat kontrasepsi yang biasa dipakai oleh pasangan usia subur : 1. IUD atau spiral 2. Pil KB 3. Suntikan KB 4. Susuk KB atau implant 5. Tubektomi (sterilisasi pada wanita)

Keikutsertaan PUS dalam program KB dalam penelitian ini dimaksudkan adalah ikut atau tidaknya PUS dalam program KB yang menggunakan salah satu jenis alat kontrasepsi. 2.4 Keinginan Dalam Memiliki Sejumlah Anak Setiap penduduk memiliki nilai budaya yang berbeda-beda, khususnya nilai budaya yang berkaitan dengan kehadiran sejumlah anak dari ikatan perkawinannya. Keinginan dalam memiliki sejumlah anak pada PUS setiap keluarga petani miskin adalah hasrat dalam diri Pasangan Usia Subur untuk memiliki sejumlah anak dengan tidak memandang jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. 2.5 Nilai Anak Dalam Keluarga Kehadiran anak dalam keluarga sangatlah didambakan, karena anak adalah harapan keluarga. Anak mempunyai banyak arti dan fungsi bagi keluarga. Anak sangat didambakan baik dalam keluarga orang desa maupun orang kota. Jumlah anak yang dimiliki PUS adalah banyaknya anak yang dilahirkan hidup oleh wanita PUS dari hasil perkawinan yang syah. Jumlah anak yang dimiliki setiap keluarga atau PUS berbeda-beda jumlahnya dan jumlah yang dimilki PUS dapat kita golongkan menjadi dua, yaitu keluarga kecil dan keluarga besar.

Nilai anak bagi orang tua dalam kehidupan sehari-hari dapat diketahui dari adanya kenyataan bahwa anak menjadi tempat orang tua mencurahkan kasih sayang. Anak sebagai tanda ikatan keberhasilan perkawinan, anak sering dijadikan pertimbangan oleh pasangan suami istri untuk membatalkan keinginan bercerai, kepada anak nilai-nilai dalam keluarga dapat disosialisasikan dan harta kekayaan keluarga diwariskan (http:www.//library.usu.ac.id/pengaruh-nilai-dan-jumlahanak-oada-keluarga-terhadap-nkkbs. Tanggal 26 September 2011 at 10.12 am.htm). Menurut Budiyono (1994 : 3) dalam laporan penelitian tahun 2010, banyaknya jumlah anak biasanya dilandasi oleh masih kuatnya ikatan sosial budaya terkait dengan nilai anak bagi keluarga yang kini masih menjadi pedoman dan tradisi kehidupannya. Seperti masih adanya pandangan anak sebagai karunia Tuhan yang tidak bisa ditolak, jaminan hari tua, ikatan perkawinan, anak sebagai pelanjut keturunan, penerus sejarah keluarga, pewaris nama, kepuasan batin, anak sebagai tanda keberhasilan perkawinan, yang semua ini merupakan warisan nilai-nilai budaya leluhurnya yang kini tetap dipedomani dalam kehidupannya sehari-hari. B. Kerangka Pikir Gerakan keluarga berencana merupakan upaya untuk menciptakan keluarga kecil dan mengendalikan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat serta guna menciptakan keluarga bahagia sejahtera yang menjadi program pemerintah untuk seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali sehingga terwujud norma keluarga kecil (NKK) dengan dua anak lebih baik.

Dalam pelaksanaan gerakan keluarga berencana, ternyata belum sepenuhnya mampu menciptakan keluarga kecil dan bahagia sejahtera khususnya pada setiap keluarga petani miskin. Hal ini dimungkinkan masih adanya pandanganpandangan yang berkaitan dengan pentingnya kelahiran anak bagi keluarga. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, menjadi daya tarik peneliti untuk Jumlah Anak Yang Dimiliki PUS Setiap Keluarga Petani Miskin di Desa Bangunrejo Kecamatan Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar kerangka pikir seperti dibawah ini : Usia Kawin pertama PUS Lamanya status perkawinan Keikutsertaan PUS dalam program KB Keinginan dalam memiliki sejumlah anak Nilai anak dalam keluarga PUS Banyaknya jumlah anak

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Faktor-Faktor Penyebab Banyaknya Jumlah Anak Yang Dimiliki PUS Setiap Keluarga Pertani Miskin di Desa Bangunrejo Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011. Berdasarkan bagan diatas, dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya banyaknya jumlah anak pada keluarga petani miskin di Desa Bangunrejo Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah adalah usia kawin pertama, lamanya status perkawinan, keikutsertaan PUS dalam program KB, keinginan dalam memiliki sejumlah anak, serta nilai anak dalam keluarga PUS. C. Hipotesis Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 71), hipotesis merupakan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Dalam rencana penelitian ini, penulis mengajukan beberapa hipotesis yaitu sebagai berikut : 1. Usia kawin pertama yang menjadi penyebab banyaknya jumlah anak yang dimiliki PUS setiap keluarga petani miskin di Desa Bangunrejo Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011. 2. Lamanya status perkawinan yang menjadi penyebab banyaknya jumlah anak yang dimiliki PUS setiap keluarga petani miskin di Desa Bangunrejo Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011.

3. Keikutsertaan PUS dalam program KB yang menjadi penyebab banyaknya jumlah anak yang dimiliki PUS setiap keluarga petani miskin di Desa Bangunrejo Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011. 4. Sejumlah anak yang diinginkan pada PUS menjadi penyebab banyaknya jumlah anak yang dimiliki PUS setiap keluarga petani miskin di Desa Bangunrejo Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011. 5. Nilai anak dalam keluarga yang menjadi penyebab banyaknya jumlah anak yang dimiliki PUS setiap keluarga petani miskin di Desa Bangunrejo Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011.