BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N

H a l I LATARBELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Bintan Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 3 TAHUN : 2006

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 1 Tahun 2009 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB 3 METODE PENELITIAN

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Impelementasi juga

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang I - 1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 BAB 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diambil adalah Kabupaten/ Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bekasi Tahun Revisi BAB I PENDAHULUAN

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. RPJPD Kabupaten Lamandau I - 1

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

fpafpasa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

AMRI CAHYADI, ST WAKIL KETUA DPRD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERAN DPRD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATACARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 1A TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Muhammad Ichwan, FE UI, 2009

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN

PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Badan Pengelola Keuangan Daerah Provinsi DKI Jakarta. Dalam penelitian ini penulis memilih Provinsi DKI Jakarta dengan alasan penulis berdomisili di Jakarta sehingga memudahkan penulis dalam pengumpulan data. Selain itu juga Provinsi DKI Jakarta sebagai salah satu Provinsi yang dipandang baik dalam melakukan otonomi daerah. Waktu yang dilakukan untuk penelitian yaitu bulan April Juli 2011. Gmbaran umum wilayah penelitian : 1. Sejarah Jakarta Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional. Pada tanggal 22 Juni 1527 kota ini diserang oleh pemuda bernama Fatahillah, dan mengubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Tanggal itulah yang sampai saat ini dikenal sebagai hari lahir Kota Jakarta. Orang-orang Belanda datang dan menguasai Jayakarta, maka nama jayakarta diganti menjadi Batavia. Selama masa pendudukan Jepang (1942-1945) nama Batavia diubah lagi menjadi Jakarta. Kedaulatan Indonesia 23

secara resmi diakui pada tahun 1949, pada saat itu juga Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada tahun 1966 Jakarta memperoleh nama resmi Ibukota Republik Indonesia. 2. Visi dan Misi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta VISI : Jakarta yang nyaman dan sejahtera untuk semua Penjelasan makna atas pernyataan visi dimaksud adalah : a. Jakarta yang nyaman, bermakna tercapainya rasa aman, tertib, tentram dan damai. b. Jakarta yang sejahtera, bermakna terwujudnya derajat kehidupan penduduk Jakarta yang sehat, layak dan manusiawi. Jakarta adalah sebuah kota yang bisa menjanjikan kehidupan yang nyaman dan sejahtera untuk semua, jika Pemerintah dan masyarakat sepakat untuk secara optimal menjawab tantangan, menyelesaikan permasalahan, serta memanfaatkan potensi dan peluang yang ada. Kebersamaan adalah sebuah sebuah kata kunci. Kepemimpinan adalah jawaban terhadap setiap tantangan. Tata kelola pemerintahan yang baik adalah titik tolak untuk menyelesaikan berbagai permasalahan. Dengan modal kebersamaan, kepemimpinan dan tata kelola yang baik itu, Insya Allah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan masyarakat Jakarta 24

kelak akan lebih mampu memanfaatkan segala potensi dan peluang yang tersedia. Jakarta yang nyaman dan sejahtera untuk semua adalah visi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta periode 2007-2012. MISI : Dalam mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka formulasi misi yang digagaskan adalah : a. Membangun tata pemerintahan yang baik dengan menerapkan kaidahkaidah Good Governance. b. Melayani masyarakat dengan prinsip pelayanan prima. c. Memberdayakan masyarakat dengan prinsip pemberian otoritas pada masyarakat untuk mengenali permasalahan yang dihadapi dan mengupayakan pemecahan yang terbaik pada tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian pembangunan. d. Membangun sarana dan prasarana kota yang menjamin kenyamanan, dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan. e. Menciptakan lingkungan kehiduppan kota yang dinamis dalam mendorong pertumbuhan dan kesejahteraan. 3. Program Kerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta RPJMD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Pada dasarnya proses perencanaan pembangunan mencakup pendekatan : 25

a. Politik, pendekatan ini memandang bahwa Pilkada adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan para Calon Kepala Daerah. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan para Calon Kepala Daerah saat kampanye kedalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. b. Teknokratik, pendekatan ini dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berfikir ilmiah oleh lembaga yang secara fungsional bertugas untuk itu. c. Partisipatif, pendekatan ini dilaksanakan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Perlibatan ini adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. d. Atas bawah (top down) dan bawah atas (bottom up), pendekatan ini dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Proses yang dilaksanakan dalam penyusunan RPJMD Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut : a. Penyusunan rancangan awal oleh Bappeda dengan menjabarkan visi, misi dan program Gubernur dan memperhatikan RPJM Nasional 2004-2009. b. Pembahasan rancangan awal oleh Kepala SKPD yang dipimpin oleh Asisten Sekda sesuai bidangnya. 26

c. Konsultasi hasil pembahasan rancangan awal oleh komunitas keahlian/ profesional. d. Musrenbang RPJMD dengan melibatkan seluruh stakeholders. e. Perumusan rancangan akhir RPJMD. f. Konsultasi rancangan akhir ke Kementerian Dalam Negeri. g. Penyampaian rancangan akhir RPJMD ke DPRD. h. Penetapan Perda RPJMD. 4. Keadaan Geografis Provinsi DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah Kota Administrasi dan satu Kabupaten Administratif, yakni : Kota Administratif Jakarta Pusat dengan luas 47,90 km², Jakarta Utara dengan luas 142,20 km², Jakarta Barat dengan luas 126,15 km², Jakarta Selatan dengan luas 145,73 km², dan Kota Administrasi Jakarta Timur dengan luas 187,73 km², serta Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dengan luas 11,81 km². Disebelah utara membentang pantai sepanjang 35 km, yang menjadi tempat bermuaranya 13 buah sungai dan 2 buah kanal. Disebelah selatan dan timur berbatasan dengan Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi, sebelah barat dengan Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang. Disebelah utara dengan Laut Jawa (sumber : website Pemerintah Provinsi DKI Jakarta). 27

Keadaan Kota Jakarta umumnya beriklim panas dengan suhu udara maksimum berkisar 32,7ºC - 34ºC pada siang hari. Suhu udara minimum berkisar 23,8ºC 25,4ºC pada malam hari (sumber : Perda Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2007-2010). 5. Keadaan Demografis Provinsi DKI Jakarta Laju pertumbuhan penduduk pada periode tahun 1980-1990 sebesar 2,42 persen per tahun, menurun pada periode 1990-2000 dengan laju 0,16 persen. Pada periode 2000-2005 laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,06 persen per tahun. Sepanjang periode 2002-2006 angka kematian bayi turun secara signifikan, yaitu dari 19,0 per 1000 kelahiran hidup tahun 2001 menjadi 13,7 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2006. Dengan penurunan angka kelahiran total 1,56 pada tahun 2000 menjadi 1,53 pada tahun 2006, maka terlihat faktor dominan yang mempengaruhi pertambahan jumlah penduduk adalah turunnya angka kematian bayi. Disamping angka kematian bayi, faktor yang mempengaruhi pertambahan penduduk adalah migrasi dalam jumlah yang cukup besar karena pengaruh daya tarik Kota Jakarta sebagai pusat administrasi pemerintahan, ekonomi, keuangan dan bisnis (sumber : Perda Nomor 1 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2007-2012). 28

6. Sumber Kekayaan Alam Jakarta Jakarta dengan kondisi geografis lautan yang lebih luas dari daratan memiliki potensi sumber daya laut yang cukup besar, yakni berupa sumber daya alam mineral dan hasil laut. Sumber daya mineral yang dihasilkan, tepatnya di Pulau Pabelokan, Kepulauan Seribu, berupa minyak bumi dan gas mulai dieksploitasi sejak tahun 2000 dengan rata-rata kapasitas produksi sekitar 4 juta barel per tahun. Kekayaan laut yang dapat dieksploitasi berupa ikan konsumsi dan ikan hias. Selama lima tahun terakhir, tiap tahunnya rata-rata produksi ikan konsumsi mencapai 123 ribu ton dan produksi ikan hias mencapai 59,86 juta ekor. B. Desain Penelitian Desain penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini : untuk membuat deskriptif / gambaran, melukiskan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselediki. Penelitian ini berusaha untuk mendapatkan gambaran tentang perkembangan kemampuan keuangan daerah di Provinsi DKI Jakarta dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah. 29

C. Definisi Operasional Variabel Variabel dalam penelitian ini yaitu Pendapatan Asli Daerah, Rasio Efektivitas dan Rasio Tingkat Kemandirian yang diukur dari realisasi anggaran daerah. Pendapatan Asli Daerah adalah hasil daerah yang berasal dari pajak dan retribusi daerah. Rasio Efektivitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil. Rasio Tingkat Kemandirian adalah rasio yang menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah, hasil rasio ini menggambarkan berapa prosentase ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat. D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi : Cara pengumpulan data melalui dokumentasi tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku Akuntansi Sektor Publik, teori, hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan, PAD dan kinerja keuangan daerah dalam rangka otonomi daerah. 30

E. Jenis Data Data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung dan melalui perantara / diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data keuangan APBD dan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2008-2010. APBD tersebut diperoleh dari beberapa instansi pemerintah terkait, dalam hal ini diperoleh dari Badan Pengelola Keuangan Daerah Provinsi DKI Jakarta. F. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini ada dua metode analisis data yaitu deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Jenis data yang didapat yaitu data Pendapatan Asli Daerah dan Total Penerimaan Daerah yang diperoleh Provinsi DKI Jakarta selama Tahun Anggaran 2008 sampai dengan tahun anggaran 2010. Data deskriptif kualitatif yaitu data Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah dan Target Penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh Provinsi DKI Jakarta selama Tahun Anggaran 2008 sampai dengan Tahun Anggaran 2010. Untuk menganalisis kinerja keuangan pemerintah daerah tersebut, digunakan analisis rasio keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Data deskriptif kuantitatif dalam penelitian ini penulis menggunakan dua cara yaitu : 1. Menghitung rasio efektivitas dengan rumus : 31

Rasio Efektivitas = Realisasi Penerimaan PAD Taerget penerimaan PAD yg ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah Langkah-langkah untuk melakukan penghitungan Rasio Efektivitas : a Membuat tabel target dan realisasi penerimaan PAD Tahun Anggaran 2008 sampai dengan Tahun Anggaran 2010. b Mengidentifikasi target penerimaan PAD dan realisasi penerimaan PAD untuk masing-masing tahun anggaran. c Membandingkan antara realisasi dan target yang ditetapkan untuk masing-masing tahun anggaran. d Menentukan tingkat efektivitas. 2. Menghitung tingkat kemandirian dengan rumus : Tingkat Kemandirian = Langkah-langkahnya adalah : Pendapatan Asli Daerah Total Penerimaan Daerah a Membuat tabel perkembangan APBD Tahun Anggaran 2008 sampai dengan Tahun Anggaran 2010. b Mengidentifikasi PAD dan total Penerimaan untuk masing- masing tahun Anggaran. c d Membandingkan antara PAD dengan Total Penerimaan. Menarik kesimpulan dari hasil perbandingan tersebut. 32