GYMNASTIC EFFECT ON LIFE QUALITY OF THE ELDERLY WITH HYPERTENSION

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

darah. Kerusakan glomerulus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga ditemukan dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Ritz

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

4.10 Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Manajemen Data Analiasis Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. membangun sumber daya manusia berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang albuminuria, yakni: mikroalbuminuria (>30 dan <300 mg/hari) sampai

BAB I PENDAHULUAN. keadaan cukup istirahat maupun dalam keadaan tenang. 2

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

PENGARUH SENAM BUGAR LANJUT USIA (LANSIA) TERHADAP KUALITAS HIDUP PENDERITA HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. diastolik yang di atas normal. Joint National Committee (JNC) 7 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. tingkat stress yang dialami. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

HIPERTENSI OLEH : ANITA AMIR C RIZKI AMALIAH RIFAI C PEMBIMBING : Dr. SRI ASRIYANI, Sp. Rad

Mengetahui Hipertensi secara Umum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. VII, 2003). Diagnosis hipertensi seharusnya didasarkan pada minimal tiga kali pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. penyakit degeneratif dan man made diseases yang merupakan faktor utama masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. menjadi faktor resiko ketiga terbesar penyebab kematian dini (Kartikasari A.N.,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang. sebagaimana juga hal ini terjadi di Indonesia, terutama di daerah Jawa

DIAGNOSIS AND MANAGEMENT OF HYPERTENSION IN THE ELDERLY PATIENT

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

Karakteristik Pasien Hipertensi di Bangsal Rawat Inap SMF Penyakit Dalam RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

1 Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan risiko PKV seperti pembesaran ventrikel kiri, infark

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

Transkripsi:

[ ARTIKEL REVIEW] GYMNASTIC EFFECT ON LIFE QUALITY OF THE ELDERLY WITH HYPERTENSION Ririn Rahayu MS Faculty of Medicine, Lampung University Abstract The increase in social welfare aimed at improving the quality of human life and society, including the elderly, is one of the Indonesian Development goals. It is characterized by the increasing of life expectancy of the population. The increased of life expectancy has resulted in an increasing number of the elderly. The elderly are vulnerable to certain diseases such as diabetes mellitus, heart problems and hypertension. Gymnastics can lower blood pressure by stimulating the peripheral nervous system, especially the parasympathetic which causes vasodilation of blood vessels, and would result in a decrease in both systolic blood pressure and also diastolik. Elderly who performed gymnastic regularly is proven to improve the quality of life of a person physically and mentally. Keywords: elderly, gymnastic, hypertension, quality of life the elderly Abstrak Peningkatan kesejahteraan sosial yang bertujuan pada peningkatan kualitas hidup individu dan masyarakat, termasuk kelompok lanjut usia (lansia) merupakan salah satu sasaran dalam pembangunan di indonesia. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, yang berdampak pada peningkatan jumlah atau pertumbuhan lansia setiap tahunnya. Lansia rentan terkena penyakit tertentu seperti diabetes melitus, gangguan jantung dan hipertensi. Salah satu upaya penanganan hipertensi adalah dengan melakukan senam lansia. Senam lansia dapat menurunkan tekanan darah dengan menstimulasi kerja sistem saraf perifer terutama parasimpatis yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah yang akan mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan darah, baik sistolik maupun diastolik. Senam lansia yang dilakukan secara teratur terbukti dapat meningkatkan kualitas hidup lansia, baik fisik maupun mental. Kata kunci : hipertensi, kualitas hidup lansia, lanjut usia, senam lansia Korespondensi : Ririn Rahayu MS ririnrahayu_ms@yahoo.com Pendahuluan Peningkatan kesejahteraan sosial yang diarahkan pada peningkatan kualitas hidup manusia dan masyarakat, termasuk kelompok lanjut usia (lansia) merupakan salah satu sasaran dalam pembangunan di indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu indikator keberhasilan pembangunan dibidang kesehatan yaitu semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya usia harapan hidup ini berdampak pada peningkatan jumlah atau pertumbuhan lansia setiap tahunnya. 1 Pada tahun 2012 jumlah penduduk lansia sekitar 18,55 juta orang atau 7,78 persen dari total penduduk Indonesia. Persentase penduduk lansia yang telah mencapai angka di atas tujuh persen, menunjukkan bahwa negara Indonesia sudah mulai masuk ke kelompok negara dengan ageing J MAJORITY Volume 3 Nomor 7 Desember 2014 121

population. Provinsi Lampung memiliki jumlah Lansia sebanyak 7,22%. 1 Data dari Komisi Nasional Lansia pada tahun 2006 diketahui bahwa penyakit terbanyak yang diderita lansia adalah penyakit yang bersifat kronis, seperti: penyakit radang sendi (52,3%), hipertensi (38,8%), anemia (30,7%) dan katarak (23%). 2 Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. 3 Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST), dan pada umumnya merupakan hipertensi primer. 4 Berdasarkan JNC VII seorang dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik >140 dan diastolik >90. 5 Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis, yaitu pengobatan non-obat (nonfarmakologi) dan pengobatan dengan obat-obatan (farmakologi). Pengobatan nonfarmakologi diantaranya adalah mengatasi obesitas atau menurunkan kelebihan berat badan, mengurangi asupan garam dalam tubuh, menciptakan keadaan rileks dan melakukan aktivitas fisik yang teratur. Senam lansia merupakan salah satu aktivitas fisik yang dapat dilakukan untuk mengurangi peningkatan tekanan darah yang terjadi pada penderita hipertensi. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur terbukti dapat meningkatkan kualitas hidup secara fisik dan mental seseorang. 5 Mengingat tingginya jumlah lansia di Indonesia, terutama di provinsi Lampung, maka perlu dibuat jurnal review mengenai pentingnya senam lansia untuk mengatasi masalah yang sering timbul terutama hipertensi. DISKUSI Pengertian lanjut usia dan masalah khusus pada lanjut usia Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. 6 Berdasarkan bertambahnya usia, lansia kerap mengalami beberapa masalah, seperti gangguan fisik, kehilangan dalam bidang sosial ekonomi, seks dan gangguan psikiatri. Adapun penyakit-penyakit yang sering dialami oleh lansia, yaitu radang sendi, penyakit jantung koroner, diabetes melitus, stroke dan hipertensi. 3 Hipertensi pada lansia Hipertensi merupakan suatu kelainan yang sangat sering terjadi pada manusia. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi dimana tekanan darah sitolik sama dengan atau lebih tinggi dari 140 dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90. 5 Prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 25,8%. Angka tertinggi didapatkan di provinsi Bangka Belitung (30,0%) sedangkan terendah di Papua (18,5%). Di Provinsi Lampung jumlah J MAJORITY Volume 3 Nomor 7 Desember 2014 122

penderita hipertensi sebanyak 35,2%. 7 Berdasarkan penyebabnya dikenal dua jenis hipertensi: (1) Hipertensi primer atau esensial; dan (2) Hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. 8 WHO mengklasifikasikan hipertensi sebagai berikut : Tabel 1. Klasifikasi hipertensi berdasarkan WHO : Klasifikasi Sistolik Diastolik Normotensi <140 <90 Hipertensi ringan 140-180 90-105 Hipertensi perbatasan 140-160 90-95 Hipertensi >180 >105 sedang dan berat Hipertensi >140 <90 sistolik terisolasi Hipertensi sistolik perbatasan 140-160 <90 Sumber: Heart Foundation, 2010. 9 Hipertensi yang sering terjadi pada lansia adalah hipertensi sistolik terisolasi. Hipertensi sistolik terisolasi yaitu suatu keadaan dimana tekanan sistolik mencapai 140 atau lebih sedangkan tekanan diastolik kurang dari 90. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun derastis. Hipertensi sistolik terisolasi merupakan jenis hipertensi yang sering terjadi pada lansia. 4 Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, karena sifat tekanan darah yang senantiasa berubah-ubah. Tanda dan gejala hipertensi secara umum, yaitu sakit kepala atau pusing, perubahan penglihatan seperti pandangan kabur, perdarahan hidung, kelelahan, dan gelisah. Tetapi gejala ini bisa saja terjadi pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah normal. 10 Penatalaksanaan hipertensi pada lanjut usia Banyak penelitian menunjukkan bahwa pentingnya terapi hipertensi pada lanjut usia. Tujuan terapi hipertensi adalah untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler. Sebelum diberikan pengobatan, pemeriksaan tekanan darah pada lanjut usia hendaknya dengan perhatian khusus. 4 Penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi, hendaknya mempertimbangkan aliran darah ke otak, jantung dan ginjal. Sasaran yang dianjurkan pada JNC VII dimana pengendalian tekanan darah (TDS<140 dan TDD<90) tampaknya terlalu ketat untuk penderita lanjut usia. Sys-Eur trial merekomendasikan penurunan TDS < 160 sebagai sasaran intermediate tekanan darah, atau penurunan sebanyak 20 dari tekanan darah awal. 4 Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologi dan terapi farmakologi. 10 J MAJORITY Volume 3 Nomor 7 Desember 2014 123

a. Terapi nonfarmakologi Terapi ini dilakukan dengan mengubah pola hidup penderita. Beberapa hal yang harus diperbaiki adalah : menurunkan berat badan pada kegemukan, mengurangi minum alkohol, meningkatkan aktivitas fisik, mengurangi asupan garam, mempertahankan asupan kalium, kalsium dan magnesium yang adekuat, menghentikan merokok, dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol. 4 b. Terapi farmakologi Keputusan untuk memberikan pengobatan farmakologi pada penderita hipertensi mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu derajat kenaikan tekanan darah, adanya kerusakan organ target, dan adanya penyakit kardiovaskuler. 8 Terdapat beberapa jenis obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII, yaitu obat diuretika terutama jenis Thiazide atau aldosteron antagonist, beta blocker, calcium channel blocker atau calcium antagonist (CCB), angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI), angiotensin II receptor blocker (ARB). Masingmasing obat antihipertensi memiliki efektivitas dan keamanan dalam pengobatan hipertensi. 10 Terapi farmakologi dimulai secara bertahap dan target tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efek 24 jam dengan sekali pemberian. Terdapat enam golongan utama obat untuk hipertensi, baik untuk pengobatan awal maupun pemeliharaan yang dapat di lihat pada Tabel 2. 10 Penggunaan obat hipertensi dapat menggunakan satu jenis obat atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah dan kemudian tekanan darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut, atau berpindah ke antihipertensi lain dengan dengan dosis rendah. Efek samping umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal mapun kombinasi. Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien adalah diuretik dan ACEI atau ARB, CCB dan beta bloker, CCB dan ACEI atau ARB. 10 Kualitas hidup lansia penderita hipertensi Kualitas hidup adalah sebagai respon emosi dari penderita terhadap aktivitas sosial, emosional, pekerjaan dan hubungan antar keluarga, rasa senang atau bahagia, adanya kesesuaian antara harapan dan kenyataan yang ada, adanya kepuasan dalam melakukan fungsi fisik, sosial dan emosional serta kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orang lain. 11 Kualitas hidup lansia dapat mengalami penurunan, apabila terkena penyakit kronis seperti hipertensi, karena dapat membatasi aktivitas dari lansia sehingga akan menyebabkan penurunan quality of life (QOL) lansia. 11 J MAJORITY Volume 3 Nomor 7 Desember 2014 124

Tabel 2. Petunjuk pemilihan obat untuk pengobatan hipertensi Kelas obat Indikasi Kontraindikasi Mutlak Tidak mutlak Diuretik (Thiazide) Gagal jantung kongestif, usia lanjut, isolated systolic Gout Kehamilan Calcium Antagonist (dihydropiri dine) Beta blocker ACE Inhibitor Angiotensin II receptor antagonist Alfa blocker hypertension Usia lanjut, isolated systolic hypertension, angina pektoris, penyakit pembuluh darah perifer, kehamilan Angina pektoris, pasca infark miokardium,gagal jantung kongestif, kehamilan, takiaritmia. Gagal jantung kongestif, disfungsi ventrikel kiri, pasca infark miokardium, non-diabetik nefropati, nefropati DM tipe 1, proeinuria. Nefropati DM tipe 2, mikroalbuminuria diabetik, proteinuria, hipertrofi ventrikel kiri. Hiperplasia prostat, hiperlipidemia Sumber: Buku ajar ilmu penyakit dalam, 2004. 10 Asma, penyakit paru obstruktif mnahun, A-V block (derajat 2 atau 3) Kehamilan, hiperkalemia, stenosis arteri renalis bilateral Kehamilan, hiperkalemia, stenosis arteri renalis bilateral Hipotensi ortostatis - Takiaritmia, gagal jantung kongestif Penyakit pembuluh darah perifer, ntoleransi glukosa, atlit atau pasien yang aktif secara fisik. - - Gagal jantung kongestif Pengukuran kualitas hidup dapat menggunakan instrumen Sickness Impact Profile (SIP), the Medical Outcome Study (MOS) 36-item shortform and Health Survey (SF-36). The MOS (SF-36) merupakan salah satu contoh instrumen pengukuran kualitas hidup yang dipakai secara luas untuk berbagai macam penyakit. Hasil yang didapatkan dari kuesioner SF-36 merupakan nilai skor kualitas hidup. Dengan rincian sebagai berikut, skor kualitas hidup rata-rata adalah 60, dibawah skor tersebut kualitas hidup dinilai kurang baik dan nilai skor 100 merupakan tingkat kualitas hidup yang sangat baik. 11 Pengaruh senam lansia terhadap kualitas hidup Senam bugar lansia dapat mencegah atau memperlambat kehilangan fungsional organ. Bahkan J MAJORITY Volume 3 Nomor 7 Desember 2014 125

dari berbagai penelitian menunjukan bahwa latihan atau olahraga seperti senam lansia dapat mengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner, kecemasan, stres, dan menurunkan tingkat depresi. Penurunan tersebut akan menstimulasi kerja sistem saraf perifer terutama parasimpatis yang menyebabkan vasodilatasi penampang pembuluh darah yang akan mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik. 12 Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur terbukti dapat meningkatkan kualitas hidup secara fisik dan mental seseorang. Peningkatan kualitas hidup secara fisik antara lain peningkatan metabolisme glukosa, penguatan tulang dan otot, serta mengurangi kadar kolesterol dalam darah. Peningkatan kualitas hidup secara mental yang diperoleh melalui aktivitas fisik ialah mengurangi stres, meningkatkan rasa antusias dan rasa percaya diri, serta mengurangi kecemasan dan depresi seseorang terkait dengan penyakit yang dialaminya. 13 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan mengenai pengaruh senam lansia terhadap kualitas hidup penderita hipertensi yang diukur dengan kuesioner SF-36, didapatkan bahwa nilai rata-rata skor kuesioner sebelum diberi perlakuan senam sebesar 66,38 ±11,97 dan setelah diberi perlakuan senam selama 3 minggu menurun menjadi 75,65 ±8,14. Hasil ini menunjukan peningkatan yang sangat baik terhadap kualitas hidup penderita hipertensi. 13 Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Acree dan Longfors yaitu melakukan pengukuran kualitas hidup dengan SF-36 pada kelompok yang melakukan aktivitas tinggi dan kelompok yang melakukan aktivitas rendah, hasilnya kelompok yang melakukan aktivitas tinggi memliki skor kuesioner lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang melakukan aktivitas rendah. 14 SIMPULAN Hipertensi merupakan penyakit yang sering dialami oleh lansia. Salah satu penanganan hipertensi yang dapat dilakukan adalah senam lansia. Senam lansia selain dapat menurunkan tekanan darah juga terbukti dapat meningkatkan kualitas hidup lansia dengan hipertensi. DAFTAR PUSTAKA 1. BPS. Statistik penduduk lanjut usia. Jakarta: Biro Pusat Statistik;2012. 2. Zulfitri R. Konsep Diri dan Gaya Hidup Lansia yang Werdha (PSTW) Khusnul Khotimah Pekanbaru. Jurnal Ners Indonesia. 2011; 2(1): 21-30. 3. Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Maj Kedokt Indon. 2009; 12(59): 580-7. 4. Kuswardhani T. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia. Jurnal Penyakit Dalam. 2006; 7(2): 135-40. 5. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL, et al. The seventh report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: The JNC 7 Report. U.S: Department of health and Human Services. NIH Publication; 2004. J MAJORITY Volume 3 Nomor 7 Desember 2014 126

6. WHO. A Global Brief On Hypertension: Silent Killer, Global Public Health Crisis. Switzerland: World Health Organization; 2013. 7. RISKESDAS. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013. 8. Budisetio M. Pencegahan dan pengobatan hipertensi pada penderita usia dewasa. Jurnal Kedokteran Trisakti. 2001; 2(20): 101-7. 9. National Heart Foundation. Guide to managementof hypertension. Australia: National Heart Foundation; 2008. 10. Yogiantoro M. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Riau; 2004. 11. Silitonga R. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup penderita penyakit parkinson di poliklinik saraf RS dr. Kariadi [tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2007. 12. Moniaga V, Pangemanan DHC, Rampengan JJV. Pengaruh Senam Bugar Lansia Terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi Di BPLU Senja Cerah Paniki Bawah. Junal e-biomedik. 2013; 1(2):785-9. 13. Setiawan G, Wungouw HIS, Pangemanan DH. Pengaruh Senam Bugar Lansia Terhadap Kualitas Hidup Penderita Hipertensi. Jurnal e- biomedik. 2013; 1(2):760-4. 14. Acree L, Longfors J. Physical activity is related to quality of life in elder adults. 2006; 4(37):1-6. J MAJORITY Volume 3 Nomor 7 Desember 2014 127