Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KERANGKA TEORI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh arus pengelasan

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

16 Media SainS, Volume 4 Nomor 1, April 2012 ISSN

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH HEAT TREATMENT

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI

Analisa Ketangguhan dan Struktur Mikro pada Daerah Las dan HAZ Hasil Pengelasan Sumerged Arc Welding pada Baja SM 490

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN.

STUDI PENGARUH NORMALISING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA PLAT JIS SM 41B MENGGUNAKAN ELEKTRODA E 7016 DAN E 6013

Available online at Website

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

Peningkatan Kualitas Sambungan Las Baja Karbon Rendah Dengan Metode Taguchi

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

II. TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

BAB IV DATA DAN ANALISA

TEKNIKA VOL.3 NO.2 OKTOBER_2016

Jurnal Teknik Mesin UNISKA Vol. 02 No. 01 November 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

Pengaruh Preheat Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanis Sambungan Las GTAW Material Baja Paduan 12Cr1MoV yang Digunakan pada Superheater Boiler

Ir. Hari Subiyanto, MSc

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

Pengaruh Temperatur Quenching Terhadap Kekerasan Dan Ketangguhan Hasil Pengelasan Baja Keylos 50

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

PENGARUH ARUS PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN LAS SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018

KARAKTERISASI SIFAT FISIS DAN MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA A-287 SEBELUM DAN SESUDAH PWHT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Sidoarjo, Desember Fakultas. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 1

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kebutuhan teknologi maupun kebutuhan rumah. berpengaruh pada penurunan kualitas barang produksi seperti

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

KAJIAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN LAS GMAW BAJA KARBON TINGGI DENGAN VARIASI MASUKAN ARUS LISTRIK

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

STUDI PENGARUH BESARNYA ARUS LISTRIK TERHADAP DISTRIBUSI KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KEKUATAN IMPAK PADA BAJA KARBON RENDAH JENIS SB 46

PERUBAHAN SIFAT MEKANIS DAN BENTUK STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 1040 AKIBAT POLARISASI ARUS PADA PENGELASAN SMAW. Rihat Sebayang 1*

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

Kajian Kekuatan Baja Paduan Rendah Yang Dilas Listrik Elektroda Terbungkus Dengan Kampuh V Dan Elektroda Rd 320 E.6013 Panas yang t erjadi t idak cuku

ANALISA PENGARUH TEBAL PELAT PADA PENGELASAN LISTRIK TERHADAP KEKERASAN DAERAH HAZ BAJA KARBON St-37. By Nurfa Anisa Universitas Soerjo

III. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

KARAKTERISASI SAMBUNGAN SMAW BAJA KARBON RENDAH MENGGUNAKAN 3 JENIS ELEKTRODA Priyo Tri Iswanto 1,a, Mudjijana 1,b, Rela Adi Himarosa 2,a

PENGARUH ARUS PENGELASAN LAS TIG TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS STAINLESS STEEL TYPE 304 ABSTRAK

PENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36

Transkripsi:

PENGARUH MASUKAN PANAS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KETANGGUHAN PADA PENGELASAN SHIELD METAL ARC WELDING (SMAW) DARI PIPA BAJA DIAMETER 2,5 INCHI Susri Mizhar, Ivan Hamonangan Pandiangan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Medan Jl.Gedung Arca No 52 Telp. (061) 7363771 Fax. (061) 7347954 Medan 20271 Sumatra Utara email : itm@itm.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi arus pengelasan terhadap ketangguhan, kekerasan dan struktur mikro las pada pengelasan SMAW dengan elektroda E7016. Bahan pipa baja karbon rendah dengan diameter 2,5 inchi dan ketebalan 12 mm dilas dengan variasi arus 100 Amper,110A dan 120 Amper dengan menggunakan las SMAW DC polaritas terbalik dengan elektroda E7016 diameter 3,2 mm dan menggunakan kampuh V tunggal dengan sudut 60 0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketangguhan impak tertinggi diperoleh pada arus 120 Amper dengan nilai 1,6 Joule/mm 2. Hal ini karena masukan panas yang tinggi, maka laju pendinginan setelah pengelasan akan menjadi lebih lambat, sehingga struktur ferrite acicular yang terbentuk akan lebih banyak. Kata Kunci : Pengelasan SMAW, ketangguhan, struktur mikro 1. Pendahuluan Pengelasan adalah dimana bahan dengan jenis yang sama atau berbeda digabungkan menjadi satu sehingga dihasilkan suatu sambungan dari pemakaian panas dengan atau tanpa tekanan [4]. American Welding Society (AWS) memberikan definisi bahwa pengelasan merupakan suatu proses penyambungan material menggunakan panas dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi (filler metal). Pada pengelasan baja, kandungan C pada logam las biasanya dibuat rendah yaitu 0,1 % massa, dengan tujuan untuk mempertahankan sifat mampu las atau weldability [2]. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidikan pengaruh variasi masukan panas terhadap ketangguhan dan struktur mikro pada pipa baja karbon rendah melalui proses pengelasan Shielded Metal Arc Welding (SMAW). 2. Dasar Teori Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Norman) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain, las merupakan sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. Mengelas adalah suatu aktifitas menyambung dua bagian benda atau lebih dengan cara memanaskan atau menekan atau gabungan dari keduanya sedemikian rupa sehingga menyatu seperti benda utuh. Ada pun yang termasuk dalam las busur listrik adalah Las Elektroda Terbungkus (SMAW), Las Wolfram Gas Mulia (TIG), Las Logam Gas Mulia (MIG) dan Las Busur Rendam. 16

2.1. Las Busur Elektroda Terbungkus (Shielded Metal Arc Welding /SMAW) SMAW adalah suatu proses pengelasan busur listrik yang mana penggabungan atau perpaduan pengelasan logam yang dihasilkan oleh panas dari busur listrik yang dikeluarkan diantara ujung elektroda terbungkus dan permukaan logam dasar yang dilas [3]. Hampir setiap proses penyambungan dan perbaikan logam menggunakan pengelasan busur SMAW (Shield Metal Arc Welding) ini dalam produksinya. Proses pemindahan logam elektroda terjadi pada saat ujung eletroda mencair dan membentuk butir-butir yang terbawa oleh arus busur listrik yang terjadi. Selama proses pengelasan bahan fluks yang digunakan untuk membungkus elektroda mencair dan membentuk terak yang kemudian menutupi logam cair yang terkumpul ditempat sambungan dan bekerja sebagai oksidasi. Didalam pengelasan ini hal yang paling penting adalah bahan fluks dan jenis listrik yang digunakan. yaitu arus las, tegangan las dan kecepatan pengelasan. Hubungan antara ketiga parameter itu menghasilkan energi pengelasan yang sering disebut heat input. Persamaan dari heat input hasil dari penggabungan ketiga parameter dapat dituliskan sebagai berikut: H =P/v = EI/v Dimana: P : Tenaga input ( Watt ) v : Kecepatan pengelasan ( mm/s ) E : Potensial listrik ( volt ) I : Arus listrik ( Amper ) 2.3. Daerah logam las Daerah logam las adalah bagian dari logam yang pada waktu pengelasan mencair dan kemudian membeku. Komposisi logam las terdiri dari komponen logam induk dan bahan tambah dari elektroda. Struktur mikro di logam las dicirikan dengan adanya struktur berbutir panjang (columnar grains). Struktur ini berawal dari logam induk dan tumbuh ke arah tengah daerah logam las [5]. Gambar 2. Arah pembekuan dari logam las Gambar 1. las busur elektroda terbungkus (SMAW) 2.2. Masukan Panas ( Heat Input ) Pada pengelasan busur listrik, sumber energi berasal dari listrik yang diubah menjadi energi panas. Energi panas ini sebenarnya hasil kolaborasi dari arus las, tegangan las dan kecepatan pengelasan. Kualitas hasil pengelasan dipengaruhi oleh energi panas yang berarti dipengaruhi tiga parameter Struktur mikro yang mungkin terbentuk dari pengelasan adalah: 1. Proeutectoid Ferrrite, terdiri dari grain boundary Ferrite dan intragranular polygonal Ferrite pada suhu 1000-650 0 C. 2. Widmanstatten Ferrrite atau Ferrite with aligned second phase pada suhu 750-650 0 C. 3. Accicular Ferrite, tumbuh di dalam butir Austenite pada suhu 650 0 C. 4. Bainite, terbentuk pada suhu 400-500 0 C. 5. Martensite, terjadi jika pendinginan berlangsung sangat cepat. 17

Proses pendinginan hasil pengelasan pada umumnya berlangsung secara cepat sehingga untuk menganalisa struktur mikro hasil pengelasan tidak dapat digunakan diagram fasa. Diagram fasa hanya dapat dipergunakan untuk kondisi dimana laju pendinginan sangat lambat dan proses difusi atom berlangsung. Karena itu untuk menganalisa struktur mikro hasil pengelasan dapat digunakan diagram Continuous Cooling Transformation (CCT). Pengelasan pada penelitian ini menggunakan las SMAW. Untuk pipa dengan diameter 2,5 inchi ketebalan 13 mm menggunakan arus 100 Amper dan 120 Amper, dengan elektroda E7016 diameter 3,2 mm dan menggunakan kampuh V tunggal sudut 60 0. Gambar 4. Kampuh V (ukuran dalam milimeter) 3.4. Pengujian Untuk mengetahui ketangguhan material diadakan pengujian impak dengan bentuk dan ukuran spesimen sesuai dengan standar ASTM. Pengujian impak charpy dengan replikasi 2 buah. Pengujian lain untuk mendukung analisa adalah uji kekerasan dan pengamatan struktur mikro. Gambar 3. Continius Cooling Transformation (CCT) 3. Prosedur Penelitian 3.1. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah pipa baja diameter 2,5 Inchi dan ketebalan 13 mm. 3.2. Peralatan Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Mesin las SMAW. 2. Mesin gergaji beserta kelengkapanya. 3. Jangka sorong. 4. Mesin bubut. 5. Mesin uji impak. 6. Mesin polishing. 7. Mikroskop optik. 3.3. Prosedur Penelasan Gambar 5. Spesimen uji Impak ASTM B23-96 Pengujian kekerasan pada spesimen variasi arus 100 Amper dan 120 Amper dilakukan dengan metode vikers untuk mengetahui distribusi kekerasan dari logam induk (base metal) menuju logam las (weld metal). Seperti yang terlihat pada gambar 6. 18

Gambar 6. Daerah titik pengujian kekerasan Pengujian kekerasan yang dilakukan dengan beban 1 kg. Untuk titik pengujian distribusi kekerasan dilakukan dengan jarak 2 mm dan kedalaman 2 mm yang dimulai dari logam induk (base metal) menuju logam las (weld metal). No Unsur Kadar % 1 Karbon (C) 0,2940 2 Silikon (Si) 0,2689 3 Sulfur (S) 0,0171 4 Posfor (P) 0,0106 5 Mangan (Mn) 0,5505 6 Nikel (Ni) 0,1137 7 Cromium (Cr) 0,9155 8 Molibdenum (Mo) 0,2097 9 Vanadium (V) 0,0093 10 Tembaga (Cu) 0,1148 11 Stanum (Sn) 0,0068 12 Aluminium (Al) 0,0366 13 Besi (Fe) 97,452 4.2. Hasil Foto Struktur Mikro A. Struktur Mikro Base Metal 4. Hasil Dan Analisa Data 4.1. Hasil Pengujian kompoisis kimia Adapun unsur-unsur kimia yang diperoleh dari hasil pengujian tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 1. Komposisi Kimia Base Metal No Unsur Kadar % 1 Karbon (C) 0,1114 2 Silikon (Si) 0,4043 3 Sulfur (S) 0,0031 4 Posfor (P) 0,0063 5 Mangan (Mn) 1,0661 6 Nikel (Ni) 0,0354 7 Cromium (Cr) 0,1737 8 Molibdenum (Mo) 0,0306 9 Vanadium (V) 0,0094 10 Tembaga (Cu) 0,0577 11 Stanum (Sn) 0,049 12 Aluminium (Al) 0,0104 13 Besi (Fe) 98,086 Dari hasil pengujian komposisi logam induk (base metal) diperoleh unsur karbon (C) sebesar 0,1114 %. Hal ini menunjukan bahwa logam induk (base metal) termasuk dalam baja karbon rendah (low carbon stell) karena komposisi karbon masih dibawah nilai 0,30 % [6]. Gambar 5. Foto struktur mikro base metal perbesaran 200x B. Struktur Mikro Welding Metal Gambar 6. Foto struktur mikro welding metal arus 100 Ampere perbesaran 400x Tabel 2. Komposisi Kimia Weld Metal 19

Gambar 7. Foto struktur mikro welding metal arus 110 Amper perbesaran 400x Gambar 8. Foto struktur mikro welding metal arus 120 Amper perbesaran 400x C. Struktur Mikro HAZ Gambar 9. Foto struktur mikro HAZ arus 100 Amper perbesaran 200x Gambar 10. Foto struktur mikro HAZ arus 120 Amper perbesaran 200x Keterangan: AF : Acicular Ferrite B : Bainite GF : Grain boundary Ferrite (ferit batas butir) F : Ferrite P : Pearlite WF : Widmanstaten Ferrite 4.3. Analisa Struktur Mikro A. Base Metal Struktur mikro yang ada pada base metal didominasi butir-butir perit yang berwarna gelap, sedangkan fasa ferrit lebih sedikit berwarna putih (terang). Butir ferrit cenderung lebih halus sedangkan butir perlit lebih kasar. Butir perlit cenderung keras karena mengandung karbon mempunyai sifat yang keras dan kurang ulet, sedangkan butir ferit mempunyai kekuatan dan keuletan yang cukup. B. Weld Metal Pada pengelasan arus 100 Amper struktur mikro dapat dilihat bahwa Acicular Ferrite yang terbentuk berupa bilah-bilah yang menyilang terlihat lebih sedikit dibanding Acicular Ferrite yang ada pada pengelasan arus 120 Amper. Terbentuknya struktur seperti ini disebabkan oleh pendinginan yang relatif cepat. C. HAZ Pada pengelasan arus 120 Amper struktur mikro pada daerah 20

HAZ jumlah struktur ferrite Acicular terlihat lebih banyak dari arus 100 Amper. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya masukan panas maka laju pendinginan setelah pengelasan akan menjadi lebih lambat, sehingga struktur ferrite Acicular yang terbentuk akan lebih banyak sesuai dengan diagram CCT. 4.3. Hasil Uji Kekerasan Pengujian kekerasan pada spesimen variasi arus 100 Amper, 110 Amper dan 120 Amper dilakukan dengan metode vikers untuk mengetahui distribusi kekerasan dari logam induk (base metal) menuju logam las (weld metal). Nilai kekerasan dapat dilihat pada tabel 3 dibawah: Tabel 3. Hasil pengujian Kekerasan Pada Gambar 11. Pengujian kekerasan yang dilakukan dengan pembebanpan 1 kg. Untuk titik pengujian distribusi kekerasan mendapat jarak 2 mm dan kedalaman 2 mm yang dimulai dari logam induk (base metal) menuju logam las (weld metal). Dari pembebanan tersebut akan didapatkan nilai kekerasan untuk masing-masing titik yang diuji. Gambar 11 Diagram nilai kekerasan Dari gambar 11 di atas merupakan nilai kekerasan hasil pengelasan dengan variasi arus 100 Amper, 110 Amper dan 120 Amper. Nilai kekerasan daerah logam las (weld metal) untuk variasi arus 100 Amper adalah 191,12 VHN. Kekerasan daerah logam las (weld metal) untuk variasi arus 110 Amper dan 120 Amper mengalami penurunan. Nilai kekerasan daerah logam las (weld metal) untuk variasi arus 110 Amper sebesar 176,25 VHN, ini berarti mengalami penurunan sebesar 7,78 % menjadi 14,87 VHN dari variasi arus 100 Amper dan mengalami kenaikan terhadap variasi arus 120 Amper sebesar 0,77 % menjadi 1,37 VHN. Nilai Kekerasan daerah logam las (weld metal) untuk variasi arus 120 Amper mengalami penurunan sebesar 7,06 % menjadi 13,5 VHN dari variasi arus 100 Amper. 4.4. Analisa Ketangguhan Pengujian impak bertujuan untuk mengetahui ketangguhan daerah las. Pengujian ketangguhan dilakukan pada variasi arus 100 Amper, 110 Amper dan 120 Amper. Pengujian impak menunjukkan bahwa besarnya masukan panas mempengaruhi ketangguhan lasan. Hasil uji ketangguhan impak pada daerah las terlihat bahwa variasi arus sangat mempengaruhi nilai ketangguhan dari sambungan las. 21

Hasil pengujian menunjukkan bahwa masukan panas tinggi menyebabkan laju pendinginan setelah pengelasan akan menjadi lebih lambat, sehingga struktur Acicular Ferrite yang terbentuk akan lebih banyak sesuai dengan diagram CCT dan sebagai interlocking structure yang mampu menghambat laju perambatan retak yang terjadi. Ini berbanding lurus dengan pernyataan Lancaster (1996), bahwa semakin lembut Acicular Ferrite mempunyai ketangguhan yang semakin tinggi. Metal pada pengelasan arus 100 Amper. 3. Pada daerah HAZ dengan pengelasan arus 120 Amper memiliki jumlah Acicular Ferrite yang lebih banyak dibandingkan pengelasan arus 100 Amper. 4. Struktur mikro pada daerah Base Metal tidak dipengaruhi oleh variasi parameter pengelasan sehingga bentuk dan ukuran butiran relatif sama. 5. Ketangguhan impak tertinggi sebesar 1,6 Joule /mm 2 diperoleh pada pengelasan arus 120 Amper. Daftar Pustaka [1] ASTM Standart, Meta Test and Anaytical Procedures Volume 03.01.Edisi 3, West Conshohocken, 2001. Gambar 12. Grafik ketangguhan Impak Tabel 4. Hasil pengujian impak 5. Kesimpulan Dari penelitian dan analisa data yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara umum masukan panas mempengaruhi nilai ketangguhan dan struktur mikro daerah Weld Metal dan HAZ. 2. Ukuran butiran Weld Metal pada pengelasan arus 120 Amper lebih besar dibandingkan ukuran Weld [2] Easterling, K.E.,1993, Introduction to the Phisical Metallurgy of Welding, Sutterworths, pp. 115-123. [3] Kou, S., 1987, Welding Metallurgy, Jhon wiley & Sons. [4] Messler, Robert.W., 1999, Principles of Welding Processes, Physics, Chemistry, and Metallurgy, JhonWilley & Sons, New York. [5] Sonawan, H., Suratman, R., 2004, Penghatar Untuk Memahami Pengelasan Logam, Alfa Beta, Bandung. [6] Wiryosumarto. Harsono. Prof. Dr. Ir dan Prof. Dr. Toshie Okumura. 1994. Teknologi Pengelasan Logam. PT. Pradnya Paramitha. 22