PENERAPAN SUPLEMEN BAHAN AJAR (IPA TERINTEGRASI BAHASA INDONESIA) KURIKULUM 2013 BERBASIS KARAKTER

dokumen-dokumen yang mirip
PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI GURU SD DI KOTA SEMARANG

PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN INTEGRATED APPROACH IPA. Henry Januar Saputra Abstrak

Pembelajaran IPA Terpadu Melalui Keterampilan Kerja Ilmiah Untuk Mengembangkan Nilai Karakter. Henry Januar Saputra

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN LABORATORIUM TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA PESERTA DIDIK SMPN 3 PALAKKA KABUPATEN BONE

USING PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO INCREASE CRITICAL THINKING SKILL AT HEAT CONCEPT

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER POSITIF SISWA SD

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR TEMATIK SISWA JURNAL. Oleh

EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN Vol. 8. No.2 Juli 2016 Hal

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

Abstrak. : Desi Hartinah, Dr. Insih Wilujeng, dan Purwanti Widhy H, M. Pd, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan capaian pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

E-journal Prodi Edisi 1

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUESTION STUDENT HAVE (QSH) PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 5 TASIKMALAYA JURNAL

Unnes Physics Education Journal

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

RASIONAL KURIKULUM 2013

Leo Ferdinandus Manalu*, Asmadi M. Noer**, dan Rasmiwetti*** Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Riau

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Education For All Global Monitoring Report 2012 yang dikeluarkan oleh

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE CONNECTED DALAM RANGKA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK SMP NEGERI 29 SATAP MALAKA KAB.

PENERAPAN MEDIA E-BOOK BEREKSTENSI EPUB UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATA PELAJARAN IPA

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR PLH MAHASISWA S-1 PGSD BOJONEGORO ABSTRAK

Chemistry in Education

Penerapan modul pembelajaran learning cycle pada materi momentum dan impuls

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lastri Rahayu, 2013

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA

OPTIMALISASI PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA KURIKULUM 2013 MENGGUNAKAN STRATEGI 3M DI SEKOLAH DASAR

Nur Indah Sari* STKIP Pembangunan Indonesia, Makassar. Received 15 th May 2016 / Accepted 11 th July 2016 ABSTRAK

Pembelajaran Matematika SD

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 3, pp September 2013

BAB I PENDAHULUAN. Rafika Warma, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Keywords: Enquiring minds, learning result, and automotive motor

Keywords : Learning Strategy FIRE-UP, Learning Achievement, and Hidrolysis of Salt

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

Cici Wijayanti*) Purwati Kuswarini Suprapto*) Faculty of Educational Science and Teacher s Training Siliwangi University ABSTRACT

Imam Mahadi Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru ABSTRACT

KEEFEKTIFAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR TEMATIK INTEGRATIF PESERTA DIDIK KELAS IV MII

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

PERBANDINGAN PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DENGAN METODE PRAKTIKUM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Automotive Science and Education Journal

JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh RANTI EFRIZAL NPM

Arif Widiyatmoko Jurusan IPA Terpadu, FMIPA Universitas Negeri Semarang

PELATIHAN TANGGUNG JAWAB DAN DISIPLIN SISWA DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) MATERI SISTEM KOLOID

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen) yang berbunyi Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN

Unnes Physics Education Journal

Unesa Journal of Chemistry Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 3 No. 3 ISSN Kata Kunci : Guided Inquiry dengan Teknik Think Pair Share, Hasil Belajar [1]

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO ANIMASI TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS II SD

Oleh: Endang Dwi Purwani SDN 2 Margomulyo Kecamatan Watulimo Trenggalek

A.Y. Soegeng Ysh, Mudzanatun, David Indrianto* FIP IKIP PGRI SEMARANG

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

PENGARUH PEMBELAJARAN IPA BERBASIS SCIENTIFIC INQUIRY AND SCIENCE ISSUES PADA KETERCAPAIAN 3 RANAH HASIL BELAJAR SISWA SMP ARTIKEL SKRIPSI

PENINGKATAN PERILAKU PEDULI LINGKUNGAN DAN TANGGUNG JAWAB SISWA MELALUI MODEL EJAS DENGAN PENDEKATAN SCIENCE EDUTAINMENT ABSTRAK

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 02 Tahun 2014, ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang Dasar RI Tahun 1945, sedangkan perbedaannya terletak pada penekanan

Penerapan Model Pembelajaran Aktif Tipe Guided Teaching

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, karena melalui

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Terhadap Penguasaan Konsep Mahasiswa Pada Perkuliahan Listrik Magnet Topik Muatan Listrik Dan Hukum Coulomb

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, ISSN:

Penggunaan Inquiry Lab dalam Pembelajaran IPA Berbasis Inquiry Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

PENGGUNAAN MEDIA PETA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEJARAH

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Wan Syafi i, Evi Suryawati dan Ardiyas Robi Saputra Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru ABSTRACT

PENGARUH PENERAPAN SERVICE LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SD

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN LINGKUNGAN DITINJAU DARI SIKAP PEDULI LINGKUNGAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA SMP ARTIKEL E-JOURNAL

MODEL PENGEMBANGAN RASA TANGGUNG JAWAB PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS XI DAN XII MAN 2 SOLOK SELATAN

PENGARUH PEMBELAJARAN IPA BERBASIS SCIENCE TECHNOLOGY SOCIETY AND METHODS PADA KETERCAPAIAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

Lectura Volume 03, Nomor 02, Agustus 2012

PENGARUH PENGGUNAAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA. (Artikel) Oleh Wana Ginandi Putra

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

Abstrak. Kata-Kata Kunci : Inkuiri, Self-Efficacy, Laju Reaksi. Abstract

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KARAKTER SISWA SMP UNTUK MATA PELAJARAN IPA FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

ALSA MIFTAHUL HUDA. Program Studi Pendidikan Matematika. Unversitas PGRI Yogyakarta ABSTRACT

ANALISIS KESALAHAN DAN KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 PADANG

PENGARUH MODEL PENCOCOKAN KARTU INDEKS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN

PENGARUH PEMBELAJARAN IPA BERBASIS SCIENCE PROCESS AND ENVIRONMENT TERHADAP KETERCAPAIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERAMPILAN ILMIAH SISWA SMP

Kemampuan berpikir analitis mahasiswa dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri bebas

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

Transkripsi:

PENERAPAN SUPLEMEN BAHAN AJAR (IPA TERINTEGRASI BAHASA INDONESIA) KURIKULUM 2013 BERBASIS KARAKTER Djariyo 3, Mudzanatun 2, Henry Januar Saputra 1 Universitas PGRI Semarang h3nry.chow@gmail.com Abstrak Hasil penelitian menggunakan suplemen bahan ajar kurikulum 2013 berbasis karakter dilaksanakan di hasil belajar kognitif siswa yang dilakukan di SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang dan SD IT Permata Bunda di Demak dilihat dari hasil belajar kognitif siswa menggunakan n-gain adalah SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang 46 % berkriteria sedang, 54% berkriteria rendah sedangkan SD IT Permata Bunda Demak 38% kriteria tinggi, 38% kriteria sedang dan 25% kriteria rendah. Penilaian hasil karakter siswa di peroleh SD IT Permata Bunda Demak nilai karakter siswa yang sering muncul yaitu karakter rasa ingin tahu 85,29% dan SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang nilai karakter yang muncul tanggung jawab 63,38%. Kata Kunci :kognitif siswa, nilai karakter The results using the supplement curriculum resources implemented in 2013 based on the character of cognitive learning outcomes of students who performed in SD Hj Isriati Baiturrahman 1in Semarang and SD IT Permata Bunda in Demak seen from the results of students' cognitive learning using n -gain is SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang 46 % berkriteria moderate, 54 % lower while the SD berkriteria IT Permata Bunda high criteria Demak 38 %, 38 % and 25 % criteria were low criteria. Assessment results obtained elementary student character IT Permata Bunda Demak character values students who often appears that the character curiosity 85.29 % and the SD Hj.Isriati Baiturrahman 1 in Semarang value of the characters that appear responsibilities 63.38 % Key words: student cognitive, character value PENDAHULUAN Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 menjelaskan pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak. Dari undang-undang tersebut di jelaskan bahwa nantinya dalam implementasi mengajar di sekolah peserta didik mempunyai nilai-nilai karakter selain mendapatkan ilmu dari pelajaran. Nilai karakter harus berakar dari budaya bangsa yang banyak melahirkan nilai atau kearifan. Menurut penelitian hedon dalam jurnal international science teaching for best practices to teach at secondary level, menyatakan bahwa kemampuan kognitif siswa adalah salah satu hal yang memberikan kontribusi terhadap munculnya nilai karakter Nilai karakter yang telah berkembang dan di dapat siswa

melalui penyimpulan pesan yang di berikan guru dengan apa yang mereka dengar, lihat dan kemudian di wujudkan dalam tindakan yang baik (David,2011). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. (Kemendiknas, 2010). Dengan adanya pendidikan untuk memperbaiki karakter maka di perlukan bahan ajar dalam mengajar yang di dalamnya mengajarkan nilai-nilai karakter dengan demikian selain materi yang di dapat maka nilai karakter dalam mendapatkan dapat di implementasikan dengan baik. Dalam implementasikan kurikulum 2013 merupakan strategi pengembangan dari capaian pendidikan. Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Pengembangan Kurikulum 2013 adalah, pertama, tantangan masa depan diantaranya meliputi arus globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, dan ekonomi berbasis pengetahuan. Kedua, kompetensi masa depan yang antaranya meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang efektif, dan kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda. Ketiga, fenomena sosial yang mengemuka seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak sosial (social unrest). Yang keempat adalah persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitik beratkan pada aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter. (http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id). Penentu dan ujung tombak dalam kegiatan pembelajaran yang di lakukan terletak pada guru sebagai faktor utama. Guru yang profesional harus menguasai keahlian dalam kemampuan materi keilmuan dan ketrampilan metodologi. Guru juga harus memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi atas pekerjaannya baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan negara, lembaga dan organisasi profesi (Surya, 2003). Selain itu dalam kurikulum 2013 di buat tematik atau terpadu yaitu memadukan antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa karena hubungan antara belajar, memori dan pengetahuan itu sangat erat dan tak mungkin dipisahkan (Syah, 2006). Pembelajaran tersebut diciptakan melalui suatu jembatan untuk menghubungkan unsur-unsur yang akan dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran. Jembatan tersebut dapat berupa tema sentral sebagai focus dari berbagai konsep yang akan

ditanamkan, target perilaku atau keterampilan tertentu yang dibutuhkan bukan hanya oleh satu disiplin ilmu, ataupun berupa suatu kegiatan yang melibatkan sebagai konsep, metode, keterampilan. Keragaman unsur yang terlibat akan dapat memperkaya pengalaman belajar siswa. Kegiatan belajar menjadi lebih dinamis dan menarik dan dapat meningkatkan motivasi belajar. Bagi guru, memadukan beberapa unsur dalam satu paket kegiatan belajar akan meningkatkan kreativitas mengajar serta dapat lebih menghemat waktu (Rustaman, N.Y dan Ahmad Y., 2004). METODE Penelitian ini menggunakan metode eksperimen desain Pretest-posttest group design dengan membandingkan dua sekolah. Desain ini sebelum pelajaran diberikan pretest dan selanjutnya diberikan perlakuan diberikan posttest di setiap sekolah (Sugiyono, 2012). Sampel penelitian ini di pilih di laksanakan di dua sekolah yaitu di SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang dan SD IT Permata Bunda di Demak tahun ajaran 2014/2015. Instrumen dalam penelitian ini di gunakan hasil kognitif siswa, nilai karakter, dan respon siswa. Langkah-langkah dalam analisis data dari pretest dan posttest kognitif siswa dengan menentukan skor nilai pretest-posttest, setelah itu di uji peningkatan menggunakan rumus gain yang dinormalisasikan yang di kembangkan oleh (hake, 1999) sebagai berikut: Spost Spre g = 100 % Spre Keterangan S = Skor post test (skor angket yang diberikan sebelum pembelajaran) post S = Skor pre test (skor angket yang diberikan setelah pembelajaran) pre Besarnya faktor g dikategorikan sebagai berikut Tinggi : g > 0,71 atau dinyatakan dalam persen g > 71 Sedang : 0,31 < g < 0,7 atau dinyatakan dalam persen 31 < g < 70 Rendah : g < 0,3 atau dinyatakan dalam persen g < 30 Untuk pengambilan data nilai karakter menggunakan deskripsi persentase. Untuk mengetahui peningkatan dari masing-masing sekolah di lihat dari gain ternormalisasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di di SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang dan SD IT Permata Bunda di Demak untuk hasil belajar kognitif siswa melalui n-gain dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Hasil Gain Ternormalisasi Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Gain SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang SD IT PERMATA BUNDA Interval kriteria f % f % 0,7 < g Tinggi 0 0 12 38 0,3 < g < 0,7 Sedang 12 46 12 38 g < 0,3 Rendah 14 54 8 25

Jumlah 26 100 32 100 Dari hasil belajar kognitif siswa yang di dapat menggunakan n-gain adalah SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang 46 % berkriteria sedang, 54% berkriteria rendah sedangkan SD IT Permata Bunda Demak 38% kriteria tinggi, 38% kriteria sedang dan 25% kriteria rendah. Untuk hasil penilaian hasil karakter siswa menggunakan lembar observasi yang dilihat dari lima aspek karakter yang di ambil yaitu tanggung jawab, jujur, rasa ingin tahu, disiplin, menghargai. Setiap aspek yang diamati diberi skor oleh pengamat, skor yang diberikan setiap aspek dibagi dalam empat kategori yaitu 1= kurang, 2= cukup, 3= baik, 4= baik sekali. Terdapat 5 aspek dimana masing-masing aspek mempunyai bobot yang sama yaitu 4, berarti skor maksimum untuk pendidikan karakter adalah 20, dan skor minimum adalah 5. Hasil observasi yang dilakukan di SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang dan SD IT Permata Bunda di Demak dapat di lihat sebagai berikut: 100 80 60 40 20 0 67.47 5.8 26.47 Tanggung jawab 61.76 38.2 Jujur 0 85.29 70.58 70.58 29.41 20.58 14.7 0 0 0 Rasa Ingin tahu Disiplin Menghargai Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4 Gambar 1 Observasi Karakter SD IT Permata Bunda kabupaten demak 70 60 50 40 30 20 10 0 30.76 3.84 63.38 Tanggung jawab 46.13 37.69 26.92 23.07 23.07 19.23 Jujur Rasa Ingin tahu 38.46 34.61 26.92 Disiplin 37.69 23.07 19.23 Menghargai Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4 Gambar 1 Observasi Karakter SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang Dari hasil yang di dapat dalam penelitian ini menggunakan penerapan suplemen bahan ajar (IPA terintegrasi Bahasa Indonesia) kurikulum 2013 berbasis karakter yang dilakukan di SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang dan SD IT Permata Bunda di Demak

dilihat dari hasil belajar kognitif siswa menggunakan n-gain adalah SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang 46 % berkriteria sedang, 54% berkriteria rendah sedangkan SD IT Permata Bunda Demak 38% kriteria tinggi, 38% kriteria sedang dan 25% kriteria rendah. Hal tersebut dapat di simpulkan bahwa SD IT Permata Bunda Demak lebih baik dari SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang, namun kedua sekolah dasar tersebut mengalami peningkatan yang di lakukan dengan pretest dan posttest. Dari data tersebut semua hasil kognitif siswa mengalami peningkatan, hal tersebut tidak lepas dari kreativitas guru dalam mengelola pembelajaran. Hasil belajar dari suatu proses pembelajaran adalah memperoleh ilmu atau kepandaian dan perubahan tingkah laku dari siswa. Hasil belajar akan baik dan optimal apabila didukung oleh proses pembelajaran yang baik pula, salah satunya dengan suplemen bahan ajar kurikulum 2013 di sekolah dasar. Menurut Slameto (2010) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pengintegrasian antara IPA dengan bahasa Indonesia berdampak pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa karena hubungan antara belajar, memori dan pengetahuan itu sangat erat dan tak mungkin dipisahkan (Syah, 2006). Unsur pembelajaran yang dipadukan dapat berupa konsep dengan proses, konsep dari satu mata pelajaran dengan konsep mata pelajaran lain. Pemaduan dilakukan dengan menekankan pada prinsip keterkaitan antar satu unsur dengan unsur lain, sehingga diharapkan terjadi peningkatan pemahaman yang lebih bermakna dan peningkatan wawasan karena satu pembelajaran melibatkan lebih dari satu cara pandang (Rustaman, N.Y dkk., 2004). Dalam suplemen bahan ajar tersebut dapat menumbuhkan nilai karakter. Penilaian hasil karakter siswa menggunakan lembar observasi yang dilihat dari lima aspek karakter yang di ambil yaitu tanggung jawab, jujur, rasa ingin tahu, disiplin, menghargai. Dari hasil penelitian di dapat SD IT Permata Bunda Demak nilai karakter

siswa yang sering muncul yaitu karakter rasa ingin tahu 85,29%. Rasa ingin tahu tersebut terlihat pada saat aktivitas peserta didik memperhatikan materi yang di sampaikan guru, peserta didik memperhatikan materi dengan mencatat, peserta didik bertanya ketika materi kurang jelas, peserta didik aktif mencari referensi saat berdiskusi. Hal tersebut juga terlihat dari peningkatan nilai kognitif siswa hasil peningkatan gain ternormalisasi di dapat 38% dengan kriteria tinggi. Rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Sedangkan untuk SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang nilai karakter yang muncul tanggung jawab 63,38%. Nilai karakter tanggung jawab terlihat pada saat siswa aktif dalam mengerjakan tugas, aktif menyelesaikan tugas, aktif dalam diskusi kelas. Nilai karakter tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan YME. Untuk mengembangkan nilai karakter, hal tersebut dalam mengimplementasikan pembelajaran, guru tidak hanya menyampaikan secara teori, namun juga dapat mentransferkan nilai-nilai apa yang diambil dari kegiatan pembelajaran melalui pendidikan karakter. Pembentukan karakter muncul ketika guru mengkaitkan materi pembelajaran dengan lingkungan kehidupan sehari-hari siswa, dengan demikian keterlibatan aktif dalam mereka belajar akan memunculkan nilai-nilai yang di tanamkan melalui pengalaman hidup dan rasa empati terhadap lingkungan. (Preswich,2001). KESIMPULAN Penerapan bahan ajar suplemen kurikulum 2013 tersebut telah dapat dilaksanakan dalam kegiatan penelitian ini. Dari hasil pengambilan data meliputi hasil belajar kognitif siswa yang dilakukan di SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang dan SD IT Permata Bunda di Demak dilihat dari hasil belajar kognitif siswa menggunakan n-gain adalah SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang 46 % berkriteria sedang, 54% berkriteria rendah sedangkan SD IT Permata Bunda Demak 38% kriteria tinggi, 38% kriteria sedang dan 25% kriteria rendah. Penilaian hasil karakter siswa di peroleh SD IT Permata Bunda Demak nilai karakter siswa yang sering muncul yaitu karakter rasa ingin tahu 85,29% dan SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang nilai karakter yang muncul tanggung jawab 63,38%. DAFTAR PUSTAKA David, M. 2011. Journal Exploring MEdia & MEaning in Middle School character. United States, 29(4): 14-16 Hake, R.R. 1999. Analyzing Change / Gain Scores.online. http://r.r,hakewordpess.com/1999/10/23/ Analyzing Change/Gain Scores Di unduh:5 September 2010 http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id/main/pengantar Kemendiknas. 2010. Desain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta Prestwich, D.L.2001. Character Education in America s Schools. The School Community Journal. Rustaman, N.Y, Ahmad Y. 2004. Strategi Belajar Mengajar Biologi.Bandung: JurusanPendidikan Biologi FPMIPA UPI

Slameto.2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Syah Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada Surya, Muhammad. 2003. Percikan Perjuangan Guru. Semarang: Aneka Ilmu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Fokus Media