ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TAHUN Disusun oleh: Chatarina Anggri Ayu Yulisningrum AM.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. Konvergensi antar Provinsi di Indonesia adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH TENAGA KERJA, DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. kabupaten induknya yaitu Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi ke

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Disparitas antar Kabupate/kota di Provinsi Sulawesi Selatan :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan hipotesa. Jenis penelitian ini adalah penelitian sebab akibat

KETIMPANGAN PEREKONOMIAN DI PROVINSI BENGKULU

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data).

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH DESENTRSLISASI FISKAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP KETIMPANGAN WILAYAH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN

III. METODE PENELITIAN. dan yang tidak dipublikasikan. Data penelitian bersumber dari laporan keuangan

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL ILMIAH BUSSINESS PROGRESS ISSN April 2015, Volume 3, No. 1, 9-14

BAB III METODE PENELITIAN. dengan kurun waktu , mengenai Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Metode anlisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

BAB V TEMUAN EMPIRIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. sigma-convergence PDRB per kapita di propinsi Sumatera Barat. Sigmaconvergence

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam bab ini adalah dengan menggunakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Industri UKM Terhadap Pertumbuhan Sektor Industri di Kabupaten Bantul Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, JUMLAH PENDUDUK, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SURAKARTA

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI DKI JAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM)

ANALISIS REGRESI PANEL TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN/KOTA D.I.YOGYAKARTA

BAB VIII PENUTUP. Pada bab pendahuluan sebelumnya telah dirumuskan bahwa ada empat

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

BAB III METODE PENELITIAN. minimum sebagai variabel independen (X), dan indeks pembangunan manusia

Pengaruh Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jambi. Oleh: *) Irmanelly **)Dosen Tetap STIE Muhaammadiyah Jambi

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI DI PULAU JAWA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELANJA DAERAH DAN KEMUNGKINAN TERJADINYA FLYPAPER EFFECT DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang digunakan terkait dengan penelitian tentang pengaruh jumlah penduduk

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

ANALISIS PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SURAKARTA TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi provinsi jawa tengah dipilih karena Tingkat kemiskinan

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, INFLASI, PENGANGGURAN, DAN PENDIDIKAN TERHADAP KEMISKINAN PROVINSI DI INDONESIA TAHUN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN SEKTOR PERDAGANGAN DI JAWA TENGAH TAHUN SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perbankan syariah, dan data dana pihak ketiga (DPK) perbankan syariah dari

Pengaruh Investasi Kelapa Sawit dan Tenaga Kerja terhadap PDRB pada Sub Sektor Perkebunan di Kabupaten Kutai Timur

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,

ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH, TENAGA KERJA DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

Salah satu pelayanan yang mendasar bagi pemerintah daerah adalah pelayanan di bidang kesehatan. Untuk meningkatkan pemberian pelayanan kesehatan kepad

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Model Regresi dengan Variabel Dependen PAD. a. Pemilihan Metode Estimasi untuk Variabel Dependen PAD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI PROVINSI SULAWESI SELATANTAHUN Disusun Oleh: Denis Jakson Bimbin

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, TENAGA KERJA, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini data yang digunakan merupakan data sekunder tahunan

BAB III METODE PENELITIAN. wisata, jumlah wisatawan dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1.Objek Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari varabel terikat dan variabel bebas. Dimana

III. METODE PENELITIAN. menjadi dua macam, yaitu: pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif.

EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI ORGANIK (Kasus Desa Kebonagung dan Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul)

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK REKLAME DI KABUPATEN KLATEN TAHUN Noviyanto Indriyawan Ign.

KONVERGENSI PERTUMUHAN EKONOMI ANTAR PROVINSI DI PULAU SUMATERA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time

BAB III METODE PENELITIAN. 2002). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya

BAB III METODE PENELITIAN

Economics Development Analysis Journal

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini dilakukan analisis model Fixed Effect dan pengujian

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan ekonomi Indonesia. Perbankan nasional mengalami krisis

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI INDONESIA TAHUN (Pendekatan Error Correction Model) Erikson Manurung

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Bruto, Indek Pembangunan Manusia, Upah Minimum Provinsi daninflasi

BAB III METODE PENELITIAN. tahun mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur.

Transkripsi:

ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TAHUN 1992-2012 Disusun oleh: Chatarina Anggri Ayu Yulisningrum AM. Rini Setyastuti Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jalan Babarsari 42 43 Yogyakarta Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis konvergensi pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1992-2012. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi OLS (Ordinary Least Square) untuk mengetahui adanya konvergensi absolut, konvergensi kondisional, dan konvergensi sigma. Analisis konvergensi digunakan untuk melihat apakah kondisi perekonomian di daerah miskin tumbuh lebih cepat daripada daerah kaya, jika tidak terjadi maka hal ini menunjukkan telah terjadi divergensi yaitu daerah miskin belum mampu mengejar daerah yang kaya. Berdasarkan hasil analisis konvergensi dituunjukkan bahwa pada tahun 1992-2012 tidak terjadi konvergensi absolut dan konvergensi kondisional. Pertumbuhan ekonomi di daerah miskin relatif masih lambat dibandingkan daerah kaya. Dari analisis konvergensi sigma ditunjukkan bahwa telah terjadi konvergensi sigma perekonomian di Indonesia, yaitu nilai koefisien variasi yang semakin menurun. Kata kunci : pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, konvergensi absolut, konvergensi kondisional, konvergensi sigma 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Keberhasilan dalam pembangunan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, karena pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur yang digunakan dalam melihat pembangunan ekonomi. 1

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, memiliki wilayah atau daerah yang tersebar luas yang terdiri dari beberapa provinsi, kepulauan, dan sumber daya alam yang melimpah. Perbedaan sumber daya alam, sumber daya manusia, budaya, sosial dan ekonomi merupakan salah satu penyebab dari terjadinya ketimpangan antar daerah. Ketimpangan pembangunan antar wilayah di Indonesia ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju. Menurut hipotesis neo-klasik pada permulaan proses pembangunan suatu negara, ketimpangan pembangunan antar wilayah cenderung meningkat. Proses ini akan terjadi sampai ketimpangan tersebut mencapai titik puncak. Apabila proses pembangunan terus berlanjut, maka berangsur-angsur ketimpangan pembangunan antar wilayah tersebut akan menurun. Konvergensi adalah proses pengejaran ketertinggalan daerah dengan penghasilan rendah terhadap daerah yang mempunyai penghasilan tinggi. Konvergensi merupakan inti dari teori pertumbuhan sejak tahun 1990an yang didasarkan pada hipotesis model neoklasik. Konvergensi dibedakan menjadi dua yaitu konvergensi sigma dan konvergensi beta, dalam konvergensi beta terbagi menjadi dua yaitu konvergensi absolut dan konvergensi kondisional. Konvergensi absolut menjelaskan mengenai bagaimana perekonomian daerah miskin memiliki kecenderungan untuk tumbuh lebih cepat dari daerah yang kaya yaitu dengan melihat pertumbuhan PDRB riil per kapita, sedangkan pada konvergensi kondisional dianalisis dengan menambahkan variabel-variabel penjelas lainnya di luar PDRB riil per kapita. Konvergensi sigma menjelaskan mengenai konvergensi antar provinsi dengan melihat standar deviasi dan koefisien variasi pada setiap tahunnya. (Kuncoro, 2013: 278). Konvergensi antar daerah merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam pembangunan daerah, dengan adanya analisis konvergensi maka penyebaran pendapatan per kapita dapat diketahui semakin merata atau tidak. Konvergensi ekonomi di Indonesia ini akan tercapai apabila terjadi proses konvergensi ekonomi pada provinsi-provinsi di Indonesia yaitu melalui pertumbuhan pendapatan per kapita yang meningkat. Untuk mendorong terciptanya konvergensi tersebut, maka diperlukan investasi pada sektor-sektor yang tepat dan kemungkinan adanya faktor lain yang perlu diidentifikasi untuk mempercepat proses tersebut. 1.2. Masalah Penelitian 1. Apakah terjadi konvergensi absolut di Indonesia tahun 1992-2012? 2. Apakah terjadi konvergensi kondisional di Indonesia tahun 1992-2012? 3. Apakah terjadi konvergensi sigma di Indonesia tahun 1992-2012? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apakah terjadi konvergensi absolut di Indonesia tahun 1992-2012. 2. Untuk mengetahui apakah terjadi konvergensi kondisional di Indonesia tahun 1992-2012. 3. Untuk mengetahui apakah terjadi konvergensi sigma di Indonesia tahun 1992-2012. 1.4 Hipotesis Penelitian 2

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disusun suatu hipotesis sebagai berikut: Terjadi konvergensi absolut dan kondisional di Indonesia yang ditunjukkan dengan pengaruh negatif pendapatan per kapita periode tahun 1992 terhadap rata-rata pertumbuhan ekonomi tahun 1992-2012. 2. LANDASAN TEORI 2.1. Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan suatu negara dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. 2.2. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Gross Domestic Bruto (GDP) tanpa memandang apakah kenaikan itu besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan, atau apakah pertumbuhan struktur ekonomi terjadi atau tidak. 2.3. Konsep Konvergensi Konsep konvergensi terbagi menjadi dua yaitu beta convergen dan sigma convergen. Beta convergen digunakan untuk mengetahui pengaruh dari faktor-faktor yang diperkirakan dalam menentukan tingkat konvergensi. Beta convergen dibagi menjadi dua yaitu konvergensi absolut dan konvergensi kondisional. Konvergensi absolut terjadi jika daerah yang miskin tumbuh lebih cepat dari pada daerah yang kaya sehingga hasilnya adalah tingkat PDRB per kapita daerah miskin akan sama dengan daerah yang kaya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengestimasi model ekonometrika di mana pendapatan awal periode sebagai satu satunya variabel penjelas bagi pertumbuhan pendapatan. Pada daerah yang miskin akan memiliki PDRB per kapita yang tinggi. Konvergensi sigma mengukur tingkat dispersi dari pendapatan. Jika dispersi pendapatan mengalami penurunan, maka dapat dikatakan bahwa ketimpangan antar daerah cenderung mengecil atau telah terjadi konvergensi pendapatan. 3. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis, Sumber Data, dan Metode Analisis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), meliputi data PDRB per kapita, IPM, TPAK, Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama periode 1992-2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi OLS (Ordinary Least Square). Alat analisis yang digunakan untuk melihat konvergensi yaitu konvergensi absolut dan konvergensi kondisional, dan konvergensi sigma. g i,t,t-1 = α log y i,t-1 + ε i,t (1) g i,t,t-1 = α logy i,t-1 + ß + ß + ε i,t..(2) 3

Persamaan 1 menunjukkan konvergensi absolut, sedangkan persamaan 2 menunjukkan konvergensi kondisional dimana g i,t,t-1 adalah tingkat pertumbuhan tahunan antara t-1 dan t, log y i,t-1 adalah output per pekerja (atau pendapatan per kapita) pada t -1, α = constant term antara unit ekonomi, ε i,t error term atau istilah ß kesalahan menangkap semua faktor dihilangkan lainnya. adalah Indeks Pembangunan Manusia, ß adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja. Kondisi di atas menunjukkan bahwa ketika suatu wilayah miskin cenderung untuk tumbuh lebih cepat daripada wilayah kaya. Jika nilai koefisien regresi kurang dari 0 atau negatif, maka menunjukkan telah terjadi konvergensi. Untuk mengukur konvergensi sigma maka dilakukan dengan cara menghitung dispersi atau konvergensi antar provinsi (Kuncoro, 2013: 287). CV = ȳ CV adalah koefisien variasi, Y i adalah PDRB per kapita provinsi atas dasar harga konstan, ȳ adalah rata rata dari PDRB per kapita provinsi atas dasar harga konstan n adalah jumlah dari provinsi di Indonesia. 3.2. Definisi Operasional 1. Produk Domestik Bruto Regional per kapita merupakan nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian suatu daerah selama kurun waktu tertentu. Data diperoleh dari BPS dalam buku yang berjudul Statistika Indonesia. 2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) digunakan untuk mengukur pencapaian hasil pembangunan dari suatu daerah/wilayah dalam tiga dimensi dasar pembangunan yaitu: lamanya hidup, pengetahuan/tingkat pendidikan dan standar hidup layak (Badan Pusat Statistik). 3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)adalah persentase jumlah angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja (Badan Pusat Statistik). 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Estimasi Persamaan Regresi Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan metode regresi linear sederhana, maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Analisis Konvergensi Absolut Variabel Dependen: Rata-rata pertumbuhan ekonomi 1992-2012 4

Variabel Koefisien Standar t-statistik Prob. t-statistik error Konstanta 1.041989 0.333800 3.121598 0.0046 LPDRB 0.863350 0.050110 17.22925 0.0000 R-squared 0.925198 Durbin-Watson Stat 1.790760 Adj. R-Squared 0.922081 F Statistik 296.8472 Prob. F Statistik 0.000000 Sumber : Lampiran 1, Hal: 54 Tabel 4.2 Hasil Analisis Konvergensi Kondisional Variabel Dependen : Rata-rata pertumbuhan ekonomi 1992-2012 Variabel Koefisien Standar t-statistik Prob. t-statistik error Konstanta 1.239195 0.534453 2.318624 0.0301 LPDRB 0.853429 0.060598 14.08334 0.0000 IPM -0.000895 0.003581-0.250058 0.8049 TPAK -0.001597 0.003462-0.461159 0.6492 R-squared 0.926046 Durbin-Watson Stat 1.744509 Adj. R-Squared 0.915961 F Statistik 91.82755 Prob. F Statistik 0.000000 Sumber : Lampiran 4, Hal: 57 4.2.Hasil Pengujian Asumsi Klasik Uji Autokorelasi digunakan untuk melihat ada atau tidak hubungan antara residual satu dengan residual yang lainnya. Berdasarkan hasil uji autokorelasi pada hasil estimasi konvergensi absolut menunjukkan bahwa nilai probabilitas Obs*R- Squared sebesar 0,6612 lebih besar dari α (0,05) maka menunjukkan tidak terdapat autokorelasi. Hasil uji autokorelasi pada hasil estimasi persamaan konvergensi kondisional menunjukkan bahwa nilai probabilitas Obs*R-Squared 0,9670 lebih besar dari α (0,05) maka tidak terdapat autokorelasi. Uji Heterokedastisitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji white berdasarkan hasil uji deteksi heterokedastisitas dengan menggunakan uji white pada analisis konvergensi absolut menunjukkan nilai probabilitas Obs*R-squared yang dihasilkan 0,8796 lebih besar dari tingkat signifikansi α (0.05) sehingga model yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat heterokedastisitas. Hasil uji heterokedastisitas dengan menggunakan uji White pada analisis konvergensi kondisional menunjukkan bahwa nilai probabilitas Obs* R squared (0,9188) lebih besar daripada tingkat signifikansi α (0.05) dengan demikian model yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat heterokedastisitas. 5

Untuk mengetahui apakah ada hubungan linear yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi maka dilakukan uji multikolinearitas. Berdasarkan hasil regresi Auxiliary di atas jika dilihat dari nilai F-statistik sebesar 4,093507, 3,781641 dibandingkan dengan nilai F-tabel dengan nilai signifikan α (5%) dan numerator degree of freedom (ndf) sebesar (k-1) yaitu sebesar 3, denominator degree of freedom (ddf) sebesar (n-k) yaitu sebesar 22 sehingga nilai F-tabel yang diperoleh sebesar 3,05 maka nilai F-hitung dari hasil regresi Auxiliary seluruhnya lebih besar dari nilai F-tabel (3,05) yang berarti bahwa terdapat multikolinearitas. Untuk hasil auxiliary ke dua nilai F-hitung sebesar 1,013158 yang lebih kecil daripada F-tabel (3,05) dengan demikian tidak terdapat multikolinearitas. Hasil uji multikolinearitas dengan hasil regresi Auxiliary jika dilihat dari Klien s Rule of Thumb, nilai koefisien determinasi (R 2 ) model Auxiliary yang dihasilkan sebesar 0,262514, 0,080967, 0,247463 lebih kecil dari nilai koefisen determinasi (R-squared) pada regresi awal sebesar (0,926046) sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat multikolinearitas. Berdasarkan hasil analisis F-hitung Auxiliary model tersebut mengandung multikolinearitas, namun setelah dilakukan uji Klien s Rule of Thumb maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat multikolinearitas. 4.3. Pengujian Statistik Setelah melalui uji penyimpangan klasik dan tidak terdapat penyimpangan maka persamaan hasil estimasi akan dianalisis dengan uji statistik yang meliputi uji F, uji t, dan koefisien determinasi (R2) adalah sebagai berikut: Berdasarkan hasil analisis konvergensi absolut yang ditunjukkan pada Tabel 4.1 diperoleh nilai probabilitas F-statistik sebesar 0,000000 lebih kecil dari tingkat signifikansi α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel PDRB per kapita tahun 1992 (dalam log) berpengaruh terhadap rata-rata pertumbuhan ekonomi tahun 1992-2012. Hasil estimasi konvergensi kondisional pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai probabilitas F-statistik sebesar 0,000000 lebih kecil daripada α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini secara bersama-sama variabel independen (PDRB per kapita tahun 1992 (dalam log), Indeks Pembangunan Manusia, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) berpengaruh terhadap rata-rata pertumbuhan ekonomi tahun 1992-2012. Berdasarkan hasil Tabel 4.1 diperoleh nilai t-hitung untuk variabel PDRB per kapita (dalam log) sebesar 17,23 lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 1,71, maka secara individu variabel PDRB per kapita (dalam log) berpengaruh positif terhadap rata-rata pertumbuhan ekonomi tahun 1992-2012. Oleh karena itu dari hasil estimasi konvergensi absolut dengan melihat hasil koefisien regresinya bernilai positif dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi konvergensi, tetapi terjadi divergensi di Indonesia artinya terjadi ketertinggalan dan ketimpangan. 2. Berdasarkan Tabel 4.2 untuk variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan TPAK diperoleh nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel sebesar 1,71, maka secara individu variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan TPAK tidak berpengaruh positif terhadap rata-rata pertumbuhan ekonomi tahun 1992-2012. Berdasarkan hasil analisis konvergensi kondisional dengan melihat nilai koefisien regresinya menunjukkan bahwa belum 6

terjadi konvergensi di Indonesia tahun 1992-2012, maka dapat disimpulkan bahwa masih terjadi divergensi. Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar variasi dependen yang mampu dijelaskan oleh variabel independen dalam model. Dari hasil analisis estimasi pada konvergensi absolut terlihat pada Tabel 4.1 nilai dari Adjusted R2 sebesar 0,92 berarti variasi variabel dependen rata- rata pertumbuhan ekonomi tahun 1992-2012 yang mampu dijelaskan oleh variabel independen PDRB per kapita tahun 1992 (dalam log) sebesar 92% dan sisanya (8%) dapat dijelaskan oleh variabel independen lain di luar model. Hasil analisis estimasi pada konvergensi kondisional Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai dari Adjusted R2 sebesar 0,91 artinya bahwa variasi perubahan variabel dependen rata-rata pertumbuhan ekonomi tahun 1992-2012 yang dapat dijelaskan oleh PDRB per kapita tahun 1992 (dalam log), IPM, TPAK sebesar 91% dan sisanya sebesar (9%) dapat dijelaskan oleh variabel independen lain di luar model. Tabel 4.10 Rata-rata, Standar Deviasi, dan Koefisien Variasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2000 (juta rupiah) Menurut Provinsi, Tahun 1992-2012 Tahun Rata-rata (Rp) Standar Deviasi (Rp) Koefisien Variasi (%) 1992 6.239.651,54 6575821,94 1,0539 1993 6.391.148,38 6733782,20 1,0536 1994 6.690.332,00 7044888,43 1,0530 1995 7.004.370,54 7167062,01 1,0232 1996 7.396.198,62 7496202,71 1,0135 1997 7.586.518,77 7660654,16 1,0098 1998 6.948.812,65 7005703,40 1,0082 1999 7.106.533,46 7659966,22 1,0779 2000 7.262.784,19 7652978,95 1,0537 2001 7.373.969,35 7821644,58 1,0607 2002 7.767.031,69 7860667,31 1,0121 2003 7.448.196,54 7717988,97 1,0362 2004 7.915.017,54 7721757,24 0,9756 2005 9.115.211,54 8651899,91 0,9492 2006 9.244.211,54 8583206,94 0,9285 2007 9.495.019,23 8800411,67 0,9268 2008 9.765.711,54 8896564,10 0,9110 2009 10.043.192,31 8967333,95 0,8929 2010 10.413.211,54 9202990,02 0,8838 2011 10.877.250,00 9519733,43 0,8752 2012 11.328.923,08 9805940,00 0,8565 7

Sumber : Data diolah (2014) Berdasarkan hasil analisis konvergensi sigma menunjukkan bahwa pada setiap tahun nilai koefisien variasi selalu lebih kecil dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Semakin kecil nilai koefisien variasi pada setiap tahunnya maka menunjukkan bahwa telah terjadi konvergensi sigma menurut provinsi di Indonesia. 5. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian dan pembahasan terhadap Konvergensi antar Provinsi di Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil regresi pada analisis konvergensi absolut menunjukkan bahwa tidak terjadi konvergensi antar provinsi di Indonesia pada tahun 1992-2012. 2. Hasil analisis konvergensi kondisional dengan menggunakan variabel penjelas selain PDRB per kapita yaitu indeks pembangunan manusia dan tingkat partisipasi angkatan kerja dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi konvergensi. 3. Berdasakan analisis konvergensi sigma dapat dikatakan bahwa telah terjadi konvergensi sigma antar provinsi di Indonesia pada tahun 1992-2012, hal tersebut terlihat dari hasil nilai koefisien variasi pada setiap tahunnya mengalami penurunan. 5.2. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas selanjutnya dapat dirumuskan beberapa saran berikut ini: 1. Untuk mengatasi terjadinya ketimpangan diperlukan kerjasama dan koordinasi antar daerah dan provinsi di Indonesia untuk mengejar ketertinggalan pembangunan antarwilayah. Kebijakan yang berkesinambungan sangat dibutuhkan dalam upaya mengatasi daerah tertinggal dan pemerataan pertumbuhan. 2. Dari hasil penelitian ini diharapkan Indonesia dapat lebih mengembangkan semua potensinya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di setiap daerah maupun provinsi dan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan setiap masyarakatnya baik di daerah maupun provinsi. DAFTAR PUSTAKA a. Jurnal/majalah ilmiah Abramovitz, M., (1986), Catching Up, Forging Ahead, and Falling Behind, Journal of Economic History,Vol. 46, No. 2, pp. 385-406. Ayuk Pebriani, K., dan Wayan Sukadana, I., (2013), Konvergensi Pendapatan Per kapita: Studi Kasus Antar Kabupaten di Indonesia Pada Era Otonomi Daerah, Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udanaya, Vol. 2, No. 3, hal. 152-163. 8

Badan Pusat Statistik Nasional. Data Pertumbuhan Ekonomi, PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) setiap Provinsi di Indonesia, diakses dari http://www.bps.go.id pada tanggal 4 juni 2014. Barro, Robert, (1991), Economic Growth in a Cross Section of Countries, The Quarterly Journal of Economics, Vol. 106, No. 2, pp. 407-443. Barro, Robert J., Sala-i-Martin, Xavier., (1992), Convergence, Journal of Political Economy, Vol. 100, No.2, pp. 223-251. Fawaid, Muhammad, (2012), Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan PDRB Per Kapita Provinsi-provinsi di Indonesia tahun 1993-2008, Tesis, Magister Sains UGM, Yogyakarta. Heriqbaldi, Unggul, (2009), Konvergensi Tingkat Pendapatan Studi Kasus 3 Provinsi di Pulau Jawa, Journal of Indonesian Applied Economics, Vol. 3 No. 1, hal. 77-88. Masfufah, (2013), Konvergensi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disparitas Wilayah Kabupaten/Kota di Indonesia, Sosiohumaniora, Vol. 15, No. 2, Juli, hal. 194-202. Sodik, Jamzani, (2006), Pertumbuhan Ekonomi Regional: Studi Kasus Analisis Konvergensi Antar Provinsi di Indonesia, Jurnal Ekonomi pembangunan, Vol. 11 No. 1, hal. 21-32. Suryadimulyo, Arif, (2008), Analisis Ketimpangan dan Konvergensi Produk Domestik Bruto 33 Provinsi di Indonesia, 1993-2006, Thesis, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tajerin, (2007), Peranan Teknologi Dalam Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi Antar Daerah Pesisir di Kawasan Timur Indonesia, Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 12, No. 3, hal. 179-194. Wibisono, Y., (2003), Konvergensi di Indonesia : Beberapa Temuan Awal dan Implikasinya, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia. Vol. 51, pp.53-82. Yunita, (2012), Uji Konvergensi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Indonesia, 2000-2012, Tesis, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. b. Buku Acemoglu, Daron, (2008), Introducing to Modern Economic Growth, Princeton University Press, United States of America. Arsyad, Lincolin, (1999), Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, Edisi Pertama, Balai Penerbit Fakultas Ekonomi, UGM, Yogyakarta. Arsyad, Lincolin, (2010), Ekonomi Pembangunan, Edisi Kelima, Penerbit STIM YKPN, Yogyakarta. Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia, berbagai edisi Barro, Sala-i-Martin, (2004), Economic Growth, Second Edition, The MIT Press Cambridge, Massachusetts London, England. Gujarati, Damodar N., (2006), Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta. Kuncoro, Mudrajad, (2004), Otonomi dan Pembangunan Daerah, Jakarta : Penerbit Erlangga, Jakarta. 9

Kuncoro, Mudrajad, (2013), Mudah Memahami dan Menganalisis Indikator Ekonomi, Cetakan Pertama, UPP STIM YKPN, Yogyakarta. Mankiw, Gregory, (2003), Teori Makroekonomi, Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta. Sjafrizal, (1997)., Pertumbuhan Ekonomi Dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat, Prisma. Sjafrizal, (2012), Ekonomi Wilayah dan Perkotaan, Cetakan Pertama, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Suryana, (2000), Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekatan, Cetakan Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Tambunan. T.TH., (2012), Perekonomian Indonesia Kajian Teoretis dan Analisis Empiris, Cetakan Kedua, Ghalia Indonesia, Bogor. Tarigan, R., (2006), Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi, Bumi Aksara, Jakarta. Widarjono, Agus, (2013), Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai Panduan Eviews, Edisi Empat, UPP STIM YKPN, Yogyakarta. 10