BAB 5 KESIMPULAN STUDI DAN ARAHAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 ANALISIS IDENTIFIKASI TUNDAAN DI WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK TUNDAAN DI RUAS JALAN SUKAJADI, KOTA BANDUNG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu pergerakan barang dan orang dari suatu tempat ke tempat lain. Transportasi digunakan

BAB I PENDAHULUAN. luar datang ke Yogyakarta untuk sekedar berwisata maupun menetap untuk melanjutkan

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java

c. Pada tahun 2014 (5 tahun setelah Paragon City beroperasi), baik saat akhir pekan maupun hari kerja, terutama pada saat jam-jam puncak, simpang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang mengakibatkan kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini berdampak

rata-rata 19 km/jam ; Jalan Kolektor dengan kecepatan rata-rata 21 km/jam ; Jalan Lokal dengan kecepatan rata-rata 22 km/jam

I. PENDAHULUAN. Berbagai aktivitas perkotaan terutama di kota-kota besar dimana mobilitas. lintas dan pergerakan manusia didaerah tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tugas Akhir Evaluasi Fungsi Halte Sebagai Tempat Henti Angkutan Umum BAB V PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA A. Buku Teks B. Disertasi/Tesis/Tugas Akhir

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro Utama 3 Jalan Bintaro Utama 3A Jalan Pondok Betung Raya Jalan Wr

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

sementara (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996).

BAB 4 ANALISIS SISTEM TRANSPORTASI JALAN CIHAMPELAS

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

EVALUASI PENENTUAN WAKTU SINYAL DI BERSINYAL GENDENGAN SAMPAI SIMPANG NOVOTEL (Studi Kasus Jalan Slamet Riyadi, Surakarta)

ANALISA PENGARUH AKTIVITAS KAMPUS DAN SEKOLAHAN TERHADAP KAPASITAS SERTA TINGKAT PELAYANAN JALAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. Kesimpulan Evaluasi dibuat berdasarkan pada tujuan Evaluasi, pertanyaan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu menuju daerah lainnya. Dalam ketentuan yang diberlakukan dalam UU 22 tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH AKTIVITAS PERDAGANGAN DAN JASA TERHADAP VOLUME LALU LINTAS DI RUAS JALAN HERTASNING KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Sleman DIY. Simpang ini menghubungkan kota Jogjakarta dengan kota-kota lain di

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melewati suatu ruas jalan berhenti dalam waktu yang singkat maupun lama. Kemacetan

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR SINGOSARI KABUPATEN MALANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Kata kunci: Bangkitan Pergerakan, Kinerja Ruas Jalan, Derajat Kejenuhan.

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan yang memenuhi persyaratan kelayakan. Lalu lintas memiliki

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan satu dengan kendaraan lainnya ataupun dengan pejalan kaki.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEDESTRIAN MALL DI JALAN IMAM BONJOL

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street Parking Menjadi Offstreet. (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI SUATU WILAYAH (STUDI KASUS DI JALAN LENTENG AGUNG)

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan transportasi. Akibatnya terjadilah peningkatan pengguna jaringan. hambatan bila tidak ditangani secara teknis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Struktur organisasi BIDANG ANGKUTAN SARANA DAN PRASARANA TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN DALAM KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

BAB I PENDAHULUAN. transportasi yang sekarang selalu dihadapi kota-kota besar di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Pejalan kaki yang tertabrak kendaraan pada kecepatan 60 km/jam hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau mencapai

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. simpang merupakan faktor penting dalam menentukan penanganan yang paling tepat

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan ABSTRAK

Transkripsi:

BAB 5 KESIMPULAN STUDI DAN ARAHAN REKOMENDASI Rumusan akhir dalam studi karakteristik tundaan disajikan dalam dua bagian yang saling terkait dan melengkapi sebagai jawaban terhadap pertanyaan penelitian dalam rangka pencapaian maksud dan tujuan studi. Rumusan akhir tersebut adalah sebagai berikut : Kesimpulan, yaitu bagian yang menjelaskan beberapa bagian yang berkaitan dengan studi tundaan dan mencakup penjelasan tentang hasil identifikasi arus lalu-lintas, tingkat pelayanan jalan, dan tundaan empiris. Arahan, yaitu bagian yang memberi masukan yang bersifat melengkapi dan menyempurnakan kesimpulan studi tundaan dengan solusi dan alternatif pemecahan masalah. 5.1 Kesimpulan Studi Berdasarkan analisis dan kajian studi tundaan karena kepadatan arus lalulintas pada wilayah studi, maka dapat disimpulkan beberapa karakteristik berupa kinerja ruas jalan dengan pengelompokkan sebagai berikut : Waktu tunda kepadatan lalu-lintas pada jalan perkotaan merupakan informasi yang menginterpretasikan penurunan tingkat pelayanan jalan, dimana aspek arus lalu-lintas, tingkat pelayanan jalan, kajian antarjenis moda angkutan, dan perilaku pemakai jalan (berkendaraan dan pejalan kaki) sangat penting dalam mempertegas fenomena lalu-lintas dan penyebabnya sebelum diprioritaskan solusi. Tundaan yang terjadi berupa waktu tunda keseluruhan kepadatan lalu-lintas di sepanjang ruas Jalan Sukajadi (berdasarkan perhitungan dengan variabel jarak antara dan kecepatan gerak rata-rata) pada hari kerja berkisar antara 56,93 56,95 detik pada hari libur berkisar antara 56,96-56,97 detik. Kedua waktu tunda ini tergolong realtif sama atau tidak berbeda secara signifikan. Dari perhitungan waktu tunda tersebut dapat juga berarti bahwa telah terjadi waktu

94 tunda yang melampaui batas standar bagi jalan perkotaan yaitu sebesar 12-33 detik dan berpotensi sebagai penyebab terjadi kemacetan. Kecepatan rata-rata kendaraan dan kecepatan pergerakan nyata berkisar ratarata antara 11,1 22 km/jam pada hari kerja dan hari libur. Artinya telah terjadi penurunan dari standar kecepatan rencana untuk Jalan Kolektor sebesar 50-60 km/jam, sehingga jarak yang ditempuh relatif kecil per jam dan akan berpengaruh pada tundaan serta tingkat pelayanan jalan. Berikut ini adalah kesimpulan hasil perhitungan rata-rata waktu tunda dan persentase waktu tunda yang diakibatkan oleh masing-masing faktor penyebab tundaan selama pengamatan TABEL V.1 Rata-rata Waktu Tunda dan Persentase Waktu Tunda Tiap Penyebab Tundaan No Penyebab Tundaan Rata-rata Waktu Tunda (detik) Persentase Waktu Tunda 1 Lampu lalu-lintas 78 41,6 % 2 Kendaraan yang keluar masuk jalan lingkungan sekitar 3 Kendaraan yang keluar masuk guna lahan sekitar 6 3,15% 12 6,3% 4 Arus kendaraan yang padat 47 24,7 % 5 Pasar, toko, dan PKL 7 3,68% 6 Kendaraan yang parkir di badan jalan 10 5,26 % 7 Kendaraan yang bergerak lamban 5 2,63 % 8 Angkutan umum yang menaikkan dan menurunkan penumpang 10 5,26 % 9 Penyeberang jalan 7 3,68 % 10 Faktor lainnya kendaraan mogok, kendaraan yang berbalik arah Sumber : Hasil Perhitungan, 2008 8 4,21 %

95 Berdasarkan tabel V.1 di atas yang diiperoleh dari hasil pengamatan dan perhitungan secara empiris di lapangan, maka berdasarkan jenis penyebab tundaan dapat disimpulkan bahwa lampu lalu-lintas sebagai jenis tundaan tetap menyebabkan waktu tunda tertinggi yaitu rata-rata sebesar 76 detik yang terfokus pada perempatan Jalan Sukajadi dengan Jalan Sirnagalih dan Jalan Bunga Tanjung. Sedangkan arus kendaraan yang padat sebagai jenis tundaan operasional menyumbangkan waktu tunda tertinggi yaitu dapat mencapai rata-rata sebesar 57 detik dimana umumnya terjadi pada sore hari. Dari tabel di atas juga dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan total ratarata waktu tunda akibat sepuluh faktor penyebab tundaan tersebut, lampu lalulintas menduduki peringkat teratas sebagai penyebab tundaan terbesar dengan persentase waktu tunda sebesar 41,6 % yang disusul kemudian oleh faktor arus kendaraan yang padat sebesar 24,7 %. Sedangkan peringkat persentase waktu tunda terkecil diakibatkan oleh kendaraan yang bergerak lamban (5 %) dan juga termasuk oleh faktor lainnya seperti kendaraan yang mogok atau kendaraan yang berbalik arah (8%) karena lebih bersifat insidental. Faktor keberadaan guna lahan komersial seperti mall, pertokoan, hotel, restoran yang mendominasi mulai dari persimpangan Jalan Sukawangi hingga persimpangan dengan Jalan Eyckman mengakibatkan dampak yang berkelanjutan yaitu dengan munculnya penyebab tundaan lain seperti arus kendaraan yang keluar masuk guna lahan tersebut, aktivitas parkir badan jalan, arus kendaraan dari jalan lingkungan sekitar hingga menimbulkan arus moda pada ruas jalan tersebut semakin padat. Hasil kajian dalam tingkat toleransi standar tersebut perlu untuk mempertimbangkan tingkat optimalisasi pemanfaatan fasilitas lingkungan jalan seperti halte dan shelter; sistem rambu-rambu lalu-lintas; jalur pejalan kaki; kontrol kapasitas jalan; dan kecepatan rencana. Keadaan dan kondisi di atas terjadi akibat kecepatan rata-rata dan waktu tunda per ruas pengamatan yang bervariasi dan berpengaruh pada kecepatan perjalanan yang relatif rendah serta waktu antara kendaraan yang menurun terhadap potensi dan kondisi rencana.

96 Perhitungan dengan standar Indonesian High Capacity Manual 1997 dengan hasil empiris mengidentifikasi bahwa telah terjadi fenomena tundaan dengan indikasi penurunan kecepatan rata-rata dan nyata pada keadaan waktu antara kendaraan yang menurun akibat kepadatan lalu-lintas. Faktor utama yang teridentifikasi dan dianggap berpengaruh terhadap karakteristik tundaan diantaranya yang dominan adalah arus kendaraan yang padat dimana dipengaruhi oleh kendaraan yang keluar masuk guna lahan maupun jalan lingkungan sekitar, kendaraan yang parkir maupun akitivitas perdagangan yang aktif di badan jalan serta perilaku dari para pengguna kendaraan pribadi maupun angkutan umum yang dengan sembarangan memberhentikan kendaraan atau menaikkan/menurunkan penumpang di sembarang tempat yang tentunya berpotensi menimbulkan tundaan, selain juga akibat perilaku pejalan kaki yang menyeberang di sembarang tempat. Waktu tunda yang diakibatkan oleh masing-masing penyebab tundaan pada kondisi nyatanya saling berakumulasi menyebabkan waktu tundaan secara keseluruhan di ruas Jalan Sukajadi tersebut. Jadi tidak dapat diartikan bahwa waktu tundaan tersebut hanya dapat dilihat dan diukur dari satu penyebab tundaan dan waktu tunda yang ditimbulkan. Adapun identifikasi beberapa faktor penyebab karakteristik tundaan pada wilayah studi diamati pada keadaan jam puncak lalu-lintas selama tujuh hari pengamatan. 5.2 Arahan Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan studi tundaan pada wilayah studi, maka dirumuskan beberapa arahan untuk melengkapi dan memberikan alternatif pemecahannya sebagai berikut : Dengan banyaknya aktivitas daerah komersial seperti mall, restoran dan pertokoan di ruas Jalan Sukajadi ini, sehingga para pengelola dan pengembang beserta pemerintah daerah harus dapat memberikan alternatif untuk keberadaan lahan parkir off street yang mencukupi dengan arus kendaraan

97 yang datang. Salah satunya dapat menggunakan beberapa lahan kosong yang tidak terfungsikan di beberapa ruas jalan Sukajadi ini seperti lahan di seberang depan Minimarket Circle K dan juga lahan di sebelah SDN 3 Sukajadi. Relokasi keberadaan pasar dan pedagang kaki lima yang berada hingga simpang tiga lampu lalu-lintas Jalan Sukajadi agar tidak menyesaki badan maupun trotoar jalan sehingga para pejalan kaki dapat berjalan pada posisi daerah trotoar yang tepat tanpa harus berjalan hingga sampai menggunakan badan jalan. Timbulnya aktivitas penyeberang jalan di lokasi-lokasi yang padat kendaraan (sebagai dampak dari aktivitas perdagangan dan jasa) telah menyebabkan waktu tundaan yang cukup berpengaruh sebesar 8 hingga 10 detik. Sehingga pembangunan jembatan penyeberang jalan pada lokasi sekitar Paris Van Java maupun mendekati ke arah selatan (daerah pertokoan) dapat menjadi perhatian khusus dari aparat terkait. Kecepatan rata-rata dan pergerakan nyata yang rendah akan berpengaruh pada penurunan waktu antara kendaraan, sehingga diperlukan peningkatan kapasitas optimal jaringan jalan dengan pengaturan keseimbangan antar jalan (lingkungan) sehingga tetap pada batas kecepatan standar (85% kecepatan normal/pergerakan bebas) Guna menanggulangi terjadinya tundaan akibat arus lalu-lintas yang mendekati kapasitas, maka dapat dikelola dengan tindakan atau pemberlakuan sistem aliran per waktu padat lalu-lintas (siang dan sore hari) pada setiap lajur dari arah berlawanan kedua jalur. Diperlukan adanya tindakan yang konkret dari aparat Pemerintah Daerah dan Dishub serta aparat lainnya untuk menyusun peraturan dalam proses pengaturan rute atau trayek angkutan kota agar tidak terakumulasi (berkumpul) pada titik-titik dimana angkutan umum dapat menaikkan dan menurunkan penumpang di wilayah studi (pola tersebar) sebagai perimbangan penerapan Kawasan Tertib Lalu-lintas yang telah diberlakukan. Salah satunya dengan proses pembangunan halte tambahan pada titik-titik yang memiliki

98 arus kepadatann penumpang yang tinggi seperti di titik setelah perempatan Jalan Sukajadi. Manajemen lalu-lintas dalam mengatasi fenomena tundaan diharap dapat diprioritaskan pelaksanaannya pada waktu-waktu puncak (peak hour), terutama pada arah lalu-lintas dari selatan ke utara kota, karena merupakan lokasi yang rawan tundaan akibat kepadatandan faktor-faktor lainnya. Adapun penanganan penyebab tundaan itu sendiri harus dilihat sebagai suatu pendekatan penanganan dengan sudut pandang dengan secara menyeluruh melihat terhadap seluruh faktor penyebab tundaan yang telah dijabarkan pada bagian analisis. Adanya rekomendasi kepada aparat yang terkait seperti di dalamnya termasuk Pemerintah Daerah atau Dinas Perhubungan sebagai aktor penyusun Peraturan Pemerintah maupun Undang-undang yang mengatur tentang klasifikasi hierarki/kelas jalan. Dimana dalam kasus ini standar berdasarkan IHCM untuk kecepatan kenderaan untuk jalan kolektor primer sebesar 50-60 km/jam, dan berdasarkan PP no.34 tahun 2006 standar kecepatan jalan kolektor sebesar 40 km/jam. Sedangkan realitas yang ditemukan berdasarkan observasi dan perhitungan, bahwa kecepatan rata-rata kendaraan di ruas Jalan Sukajadi ini hanya berkisar 11-22 km/jam. Sehingga diperlukan adanya arahan rekomendasi untuk mengkaji ulang peraturan untuk standar kecepatan jalan kolektor atau arahan untuk menurunkan hierarki/kelas Jalan Sukajadi. Perilaku berlalu-lintas bagi pengendara dan pejalan kaki merupakan faktor yang berpotensi utama sebagai penyebab tundaan dan kemacetan lalu-lintas. Penerapan kedisplinan berupa proses sosialisasi etika berlalu-lintas akan bermanfaat bagi usaha penurunan waktu tunda kecepatan kendaraan dan peningkatan tingkat pelayanan jalan. Diperlukan adanya proses studi lanjut tentang tundaan lalu-lintas dalam tinjauan perbandingan pada kondisi atau perlakuan yang berbeda, dimana seyogyanya dapat mempertimbangkan aspek satuan kapasitas dasar antar pendekatan yang berbeda; perilaku pengendara; kesan visual lingkungan; serta ukuran kota.