PERAN APBN-P 2014 TERHADAP DISKUSI INDEF 20 MEI 2014

dokumen-dokumen yang mirip
Subsidi BBM pada APBN. Komposisi Subsidi pada APBN 55% 50% 44% 44% 43% 35% 33% 33% APBN APBN LKPP LKPP LKPP APBN. Perkembangan Subsidi BBM ( )

8.1. Keuangan Daerah APBD

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN TAHUN 2013

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. 2009, dimana krisis telah berlalu lebih dari 12 tahun, pertumbuhan ekonomi

Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi

APAKAH SUBSIDI BBM BEBAN BERAT BAGI APBN?

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

Strategi Pembangunan Ekonomi Indonesia Kantor Staf Presiden Republik Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

F A C T S H E E T S B Kebijakan Realokasi Anggaran

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

1. BAB I PENDAHULUAN

Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan

BAB 2. Kecenderungan Lintas Sektoral

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara seperti Indonesia. Belanja Pemerintah tersebut dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

Copyright BPH Migas 2014, All Rights Reserved

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemerintah Provinsi Bali

APBNP 2015 belum ProRakyat. Fadel Muhammad Ketua Komisi XI DPR RI

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

ARAH KEBIJAKAN PENGANGGARAN BELANJA 2012 dan 2013

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

2013, No makro yang disertai dengan perubahan kebijakan fiskal yang berdampak cukup signifikan terhadap besaran APBN Tahun Anggaran 2013 sehingg

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB I PENDAHULUAN. tren yang fluktiasi dengan indikator-indikator yang mempengaruhinya.

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.


BAB I PENDAHULUAN. nominal ini tidak mampu meningkatkan daya beli masyarakat secara signifikan

DATA POKOK APBN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

CATATAN ATAS APBN-P 2015 DAN PROSPEK APBN 2016

PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

Mandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 dan 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan

Versi 27 Februari 2017

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai latar belakang perbedaan antar

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PADA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KABUPATEN KUDUS DAN KABUPATEN JEPARA TAHUN ANGGARAN Oleh : Yusshinta Polita Gabrielle Pariury

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

3. KERANGKA PEMIKIRAN

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Transkripsi:

PERAN APBN-P 2014 TERHADAP PERCEPATAN INFRASTRUKTUR DISKUSI INDEF 20 MEI 2014

Kondisi Infrastruktur di Indonesia (1) Perkembangan Infrastruktur di Indonesia relatif lambat Infrastruktur Indonesia menempati peringkat 61 dari 144 negara, masih di bawah Thailand (47) dan Malaysia (29) (The Global Competitiveness Report 2013-2014) Panjang jalan raya di Indonesia (502 km) tidak sebanding dengan luas daratannya (1.919.443 km²), maka tidak mampu menunjang aktivitas ekonomi secara optimal. Begitu juga dengan infrastruktur udara dan laut. Buruknya infrastruktur juga terlihat pada infrastruktur energi. Pengembangan energi alternatif dan energi non-bbm (gas bumi, panas bumi, dll) belum terlihat sejauh ini karena terbentur masalah infrastruktur.

Kondisi Infrastruktur di Indonesia (2) Realokasi anggaran dari penaikan harga BBM tidak pernah dimanfaatkan untuk mendorong tumbuhnya energi alternatif melalui pembangunan berbagai infrastruktur energi Konsumsi listrik per kapita masih rendah (5 kali lebih rendah dibandingkan Malaysia). Pembangunan infrastruktur yang telah dilakukan sangat tidak merata di berbagai wilayah Pembangunan Infrastruktur lebih banyak dibangun di daerah yang sudah terbukti memberi kontribusi nyata bagi perekonomian, sedangkan yang masih berupa potensi cenderung diabaikan, kalaupun dibangun biaya pemeliharaannya minim sehingga kurang terawat; Akibatnya, wilayah Indonesia yang demikian luas akan terkotakkotak menjadi daerah miskin dan daerah kaya

Perbandingan Luas Wilayah, Penduduk, dan Infrastruktur (%) Sumber: Statistik Indonesia, BPS

Dampak Dari Buruknya Infrastruktur (1) 1. Disparitas Harga Antar Daerah Propinsi Beras Tepung gandum Gula Minyak Goreng Garam Jawa Timur 4,250 3,606 6,000 4,150 1,600 KalBar 4,400 4,000 5,800 4,500 2,450 Kaltim 4,500 4,000 6,500 4,500 2,000 Sulsel 4,400 3,500 6,500 4,500 2,000 NTT 4,200 4,500 5,800 6,300 2,000 Merauke 5,000 7,000 7,000 6,670 3,000 Nabire 6,000 10,000 11,000 11,000 4,000 Paniai 18,000 7,500 8,000 7,000 8,000 Source: Ministry of Trade.

Dampak Dari Buruknya Infrastruktur (2) 2. Tingginya Biaya Transportasi Mahalnya harga barang Daya saing rendah Dalam keseharian kita kerap melihat ini Source: http://www.portalkbr.com/berita/nasional/2461624_4202.html Source: http://herliyanaindah.wordpress.com/2011/05/25/jeruk-lokal-versus-jeruk-cina Mana yang lebih murah???

Mengapabisabegini? Survei Bank Dunia(pra-regulasi impor holtikultura) Prices were measured in a supermarket in Jakarta JerukMedan Rp20.000 per kg JerukChina Rp17.000 per kg Observasi terbaru di 2 supermarket (Basri, 2014:2)

Jeruk Medan diangkut truk, berhari-hari di jalan, tanpa pengatur suhu, beragam rintangan

Jeruk Mandarin diangkut kapal berpengatur suhu, kapasitas ribuan kali lipat truk, bebas hambatan Source: R.J. Lino s presentatatiom, March 2011.

Dampak Dari Buruknya Infrastruktur (3) 3. Ketimpangan Kesejaahteraan Ketidakmerataan infrastruktur menimbulkan ketimpangan kesejahteraan ekonomi di berbagai daerah (perbedaan distribusi PDRB sangat mencolok di antar daerah) Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan(%) Sumber : Badan Pusat Statistik

Mengapa pembangunan infrastruktur di Indonesia lambat??? Kemana APBN???

Komposisi Belanja Pemerintah Pusat 2009-2013 0,1% 8% 2% Belanja Pegawai 20% Belanja Barang 30% Belanja Modal Pembayaran Bunga Utang 15% Subsidi 10% Sumber: Kementerian Keuangan 15% Belanja Hibah Bantuan Sosial Belanja Lain-lain Selama lima tahun, 30 persen APBN habis untuk anggaran Subsidi. Parahnya, subsidi tersebut paling besar dihabiskan untuk BBM. Belanja modal hanya 15 persen.

AlokasisubsidipadaAPBN, 2009-2013 2013 Nilai(Trill Rp) Persen Jenis subsidi 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 BBM, LPG,BBN 45.04 82.35 165.16 211.90 193.80 32.62 42.73 55.92 61.18 57.63 Listrik 49.55 57.60 90.45 94.58 100.0 35.88 29.89 30.62 27.31 29.74 Pangan 12.99 15.15 16.54 19.12 17.20 9.41 7.86 5.60 5.52 4.08 Pupuk 18.33 18.41 16.34 13.96 16.23 13.27 9.55 5.53 4.03 4.83 Benih 1.60 2.18 0.10 0.06 1.45 1.16 1.13 0.03 0.02 0.43 PSO 1.34 1.37 1.83 1.93 1.52 0.97 0.71 0.62 0.56 0.45 Kredit program 1.07 0.82 1.52 1.11 1.25 0.77 0.42 0.51 0.32 0.37 Pajak 8.17 14.82 3.41 3.71 4.82 5.92 7.69 1.15 1.07 1.43 Total 138.08 192.71 295.36 346.36 336.27 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Sumber: Kementerian Keuangan

Perkembangan Belanja Modal, 2008-2013 Sumber: Kementerian Keuangan Jumlah belanja modal terus meningkat namun dengan postur yang nyaris tidak berubah. Seharusnya, porsi untuk anggaran jalan,irigasidanjaringan semakin besar dan meningkat signifikan.

Perkembangan Belanja Barang, 2008-2013 Realisasi anggaran belanja barang secara nominal mengalami pertumbuhan 29,8% per tahun (2008-2013), lebih besar dari pertumbuhan belanja modal yang hanya tumbuh 21,5% (2008-2013). Artinya, alokasi belanja yang kurang produktif (kurang memberikan multiplier effect thd ekonomi) justru meningkat lebih besar daripada belanja produktif

Anggaran Infrastruktur 2009-2014 (Rp Trilyun) Sumber: Kementerian Keuangan

Anggaran Infrastruktur Belanja infrastruktur memang mengalami peningkatan, namun rasio belanja infrastruktur terhadap PDB masih dibawah 3% dan jauh dari level ideal (5%), China pernah mencapai 14% thd PDB Koefisien Elatisitas belanja infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi baru mencapai 0,17 lebih rendah dari China (0,33) dan India (0,21) kurang efisien mengindikasikan adanya kebocoran

Rekomendasi Pembahasan APBN-P 2014 jangan hanya menyangkut penyesuaian subsidi BBM dan asumsi-asumsi makro saja, karena tidak akan membantu memecahkan persoalan yang ada. Pembahasan APBNP harus disesuaikan dengan persoalan krusial yang sedang menyelimuti bangsa, salah satunya adalah permasalahan infrastruktur. Selain harus meningkatkan porsi belanja infrastruktur, efisiensi dalam penggunaan anggaran infrastruktur harus ditingkatkan. Dana Transfer Daerah khususnya DAK dapat digunakan untuk mengoptimalisasi pembangunan infrastruktur di daerah