BAB 6 K E S I M P U L A N. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis sebagaimana dipaparkan di

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat. ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan

Apa itu migrasi? Apakah Migrasi Tenaga Kerja? Migrasi adalah tindakan berpindah ke tempat lain baik di dalam satu negara maupun ke negara lain.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ±278 juta orang) Mencerminkan sumber tenaga kerja yang juga besar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PELAKSANAAN PENELITIAN. Konsep (variabel) penelitian yang tergolong sentral dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penghasil devisa negara karena setiap bulan mereka mendapatkan

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

6.1. Strategi yang telah dilakukan AXIS

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 64 SERI E

PENGAWASAN ORANG ASING (POA) DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR SEJAUH MANA EFEKTIFITAS KEBIJAKAN PENGAWASAN ORANG ASING DI KALIMANTAN TIMUR?

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III PERCERAIAN DI KALANGAN EKS TKI DI DESA GENUK WATU KECAMATAN NGORO KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia modern dan globalisasi saat ini membuat kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. 1. tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam hubungan kerja (during employment),

Pedoman Wawancara dan Transkip Hasil Wawancara. A. Pertanyaan untuk Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi

BAB I PENDAHULUAN. manusia sehingga setiap orang membutuhkan pekerjaan, pekerjaan dapat dimaknai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu sumber tenaga kerja yang terbesar di dunia. Salah

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dibawah undang undang ini tidak sekedar memindahkan

KERENTANAN BURUH MIGRAN PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alternatif kesempatan kerja bagi daerah-daerah yang kekurangan

b. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

PERDAGANGAN ORANG (TRAFFICKING) TERUTAMA PEREMPUAN & ANAK DI KALIMANTAN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENELITIAN ANALISIS DAMPAK PENERAPAN ONE STOP SERVICE (OSS) TERHADAP PENINGKATAN INVESTASI DI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar penduduk di negara-negara sedang berkembang berada di bawah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. menjadi pemicu berbagai masalah, baik masalah dibidang ekonomi maupun

BAB I PENDAHULUAN. PT Asuransi Jiwa Central Asia Raya atau dikenal dengan CAR Life

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dunia meningkat sangat pesat, ditandai dengan

Asesmen Gender Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada. kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Karimun berubah

RechtsVinding Online. manusiawi selama masa penampungan;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR KECAMATAN KERUAK DESA TANJUNG LUAR

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Seiring tingginya laju pertumbuhan penduduk di Indonesia

PUSANEV_BPHN KEBIJAKAN ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia banyak industri

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dari masing-masing karyawan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh

-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat (3) Khusus bagi kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri, pelaksanaan pengawasan terhada

PENGGUNAAN METODE E-LEARNING DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH PADA MATA PELAJARAN TIK TINGKAT SMP

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA

2015 DAMPAK IBU BEKERJA SEBAGAI TENAGA KERJA WANITA (TKW) DI LUAR NEGERI TERHADAP BERUBAHNYA FUNGSI DAN PERAN ANGGOTA KELUARGA

Analisis Sistem Pengendalian Intern atas Pemberian Kredit Pemilikan Rumah. (Studi Kasus pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung) Oleh:

BAB VI PENUTUP. kesimpulan dan saran sebagai berikut: Tenaga Kerja Wanita (TKW) ke luar Negeri akan. tinggalkan cenderung tidak terurus dengan baik.

Daftar Isi. Motto...III. Kata Pengantar...3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

(Diferentiated Marketing)

Lembaran Fakta MIGRASI, REMITANSI DAN PEKERJA MIGRAN PEREMPUAN

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Semakin ketatnya persaingan membuat para pelaku usaha semakin

PENDAHULUAN Latar Belakang

Prasyarat Penerima Hibah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bernegara. Penyelenggaraan Pemerintahan di Indonesia diarahkan untuk mencapai

BAB V PENUTUP. bantuan. Bantuan tersebut diwujudkan melalui bantuan tunai bersyarat yang diberik an

BAB I PENDAHULUAN. nafkah, sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri (migran).

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. mengambil kesimpulan sebagai berikut: telah diatur dalam Konvensi ILO No. 188 Tahun 2007 tentang Work In

PROSEDUR PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TKI DI LUAR NEGERI DR. AGUSMIDAH, SH., M.HUM DOSEN FH USU MEDAN

PENGANGKATAN ANAK SECARA LANGSUNG (Peraturan Menteri Sosial RI Nomor : 110 Tahun 2009 tentang Persyaratan Pengangkatan Anak)

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. Dari analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Obyek Studi Profil PT. MelOn Indonesia

Bab 5. KESIMPULAN dan SARAN

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI

White Paper. BPHTB Payment Online System. Abstrak

DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PERDAGANGAN ORANG TERUTAMA PEREMPUAN DAN ANAK. BAB I KETENTUAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, bisnis jasa Tenaga Kerja Indonesia (TKI) semakin sulit. Hal

Akses Buruh Migran Terhadap Keadilan di Negara Asal: Studi Kasus Indonesia

RISALAH KEBIJAKAN PENYUSUN: ENY ROFI ATUL NGAZIZAH

TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK (TNDE) Oleh : Dra. ANY INDRI HASTUTI, MM ASISTEN PEMERINTAHAN

Manfaat Teknologi Nirkabel bagi Masyarakat. Oleh : Harjoni Desky, S.Sos.I., M.Si Senin, 25 Oktober :26

HALAMAN PERSETUJUAN. : Ilmu Administrasi Bisnis. : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik PEMBIMBING. Drs. Nurhadi, M.Si. NIP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok. Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM MEMILIH PRODUK PT. ASURANSI JIWA CENTRAL ASIA RAYA CABANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nova Windasari

FACT SHEET BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. suatu saluran transmisi, yang disebut orang sebagai support iklan itu. 1

Dunia internasional pun ikut berpartisipasi dalam memerangi issue kejahatan non-tradisional ini, human trafficking dan tindak kekerasan kepada buruh m

Nusron Wahid, Kepala BNP2TKI REFORMASI TATA KELOLA PERLINDUNGAN BURUH MIGRAN INDONESIA

LAPORAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN. keinginan dan kebutuhan konsumen. nilai lebih tinggi dibanding pesaing kepada konsumen, seperti harga yang

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : TENTANG PENYELENGGARAAN JASA TITIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB 6 K E S I M P U L A N 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis sebagaimana dipaparkan di dalam Bab 4, dan pembahasan hasil penelitian dalam Bab 5, maka dalam Bab 6 ini ada 2 (dua) hal pokok yang dapat disimpulkan. Pertama, adalah kesimpulan umum yang merupakan temuan empirik sebagai hasil pengujian hipotesis untuk menjawab pertanyaan penelitian; sedangkan hal kedua, merupakan saran-saran untuk tindak lanjut. Sesuai dengan permasalahan, teori yang membingkai penelitian ini, hipotesis, dan hasil pembahaan yang telah diuraikan dalam Bab sebelumnya, maka simpulan yang dapat ditarik dari temuan empirik di lapangan adalah sebagai berikut : 1. Bahwa faktor pendidikan individu TKW, ternyata berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bermigrasi secara legal, tetapi hal ini tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bermigrasi bagi TKW kategori ilegal (karena dibantu sepenuhnya oleh Calo TKI). 228

229 2. Faktor luas pemilikan lahan pertanian di desa asalnya, ternyata tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bermigrasi, dan hal ini berlaku baik bagi TKW kategori legal maupun TKW kategori ilegal. 3. Faktor pendapatan rendah keluarga di desa asalnya, ternyata berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bermigrasi, dan kenyataan ini terbukti berlaku baik untuk TKW kategori legal maupun TKW kategori ilegal. 4. Faktor perolehan pekerjaan di desa asal, ternyata tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bermigrasi untuk TKW kategori legal, tetapi kenyataan ini terbukti berpengaruh untuk TKW kategori ilegal. 5. Bahwa, faktor dorongan keluarga, terbukti berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bermigrasi, dan kenyataan ini berlaku baik untuk TKW kategori legal maupun TKW kategori ilegal. 6. Faktor lingkungan TKW, yakni sukses migram lama di luar negeri, terbukti berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bermigrasi, dan kenyataan ini berlaku baik untuk TKW kategori legal maupun TKW kategori ilegal. 7. Faktor peran jaringan migrasi juga terbukti berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bermigrasi, dan kenyataan ini hanya belaku untuk TKW kategori legal, sedangkan untuk TKW kategori ilegal, faktor ini tidak terbukti berpengaruh.

230 8. Faktor hambatan migrasi terbukti tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bermigrasi untuk TKW kategori legal, sedangkan untuk TKW kategori ilegal, faktor ini terbukti berpengaruh. 9. Bahwa, keputusan TKW untuk bermigrasi ke luar negeri baik secara legal maupun ilegal terbukti berpengaruh terhadap peningkatan ekonomi keluarga migran di daerah asal. Selanjutnya, ada perbedaan resionalitas antara TKW yang memilih bermigrasi secara legal dengan TKW yang memilih bermigrasi secara ilegal. Ada dua faktor yang mendasari rasionalitas TKW bermigrasi secara legal ke luar negeri. Rasionalitas yang mendasari TKW memilih cara bermigrasi legal ke luar negeri, dapat dibedakan menjadi internal dan eksternal. Faktor internal itu antara lain ; TKW yang memiliki ciri-ciri usia lebih muda, lebih terdidik, belum menikah dan relatif lebih kaya, akhirnya memutuskan bermigrasi sementara ke luar negeri secara legal (untuk meningkatkan pendapatan keluarganya). Dasar rasionalitas yang ke dua adalah bahwa, meraka tidak ingin mendapat masalah di negara tujuan karena melawan hukum. Konsekuensi dari pilihan migrasi legal seperti itu adalah, bahwa ia harus memenuhi persyaratan kerja di luar negeri dan mengikuti semua proses, prosedur dan aturan hukum keemigrasian, memiliki visa kerja, mengikuti pelatihan keterampilan kerja, serta membayar biaya migrasi. Sementara itu, dorongan keluarga, peran jaringan migrasi internasional,

231 serta keinginan yang kuat untuk mengatasi kemiskinannya telah ikut mempengaruhi keputusannya untuk memilih cara migrasi legal ke luar negeri. Sebaliknya, TKW yang memiliki cirri-ciri; usia lebih tua, kurang terdidik, sudah menikah dan relatif lebih miskin, dan tidak memiliki penghasilan, telah memilih cara bermigrasi ilegal ke luar negeri untuk meraih tujuannya. Pemilihan cara migrasi ilegal ini didasari oleh rasionalitas bahwa, tidak mungkin mereka bisa memenuhi syarat minimal pendidikan (SLTP) yang ditentukan oleh Depnakertrans RI dalam waktu singkat, juga karena tidak mampu membayar biaya pelatihan, biaya migrasi, dan memiliki skill, tetapi keinginan kuat untuk merubah nasib telah didukung oleh kondisi yang bersifat situasional seperti; gencarnya promosi dan rayuan para Teikong, atau calo TKI dan atau saudara yang membawanya ke luar negeri serta pengaruh sukses TKW yang mudik dari luar negeri. Peran pihak kedua ini ternyata amat besar dalam membantu TKW hingga yang bersangkutan dapat berangkat dan bekerja di luar negeri, tetapi dengan cara ilegal. Dengan demikian dapat dinyatakan, bahwa secara empirik pertanyaan pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini telah dapat dijawab.

232 Dari uraian panjang sebagaimana di paparkan di dalam butir 6.1 di atas, secara ringkas sebenarnya ada 5 (lima) implikasi penting yang dapat ditarik dari analisis penelitian dan kesimpulan di atas. Pertama, dorongan keluarga atau kerabat migran sebagai sub sistem sosial ditingkat lokal, ternyata memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan migrasi bagi wanita pedesaan - ke luar negeri. Kedua, jaringan migrasi internasional memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan migrasi wanita secara legal ke luar negeri. Sebaliknya, Teikong dan Calo TKI tidak resmi memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan migrasi ilegal di pedesaan. Ketiga, basis ekonomi wanita migran cenderung mengubah posisi tawarnya di dalam pengambilan keputusan-keputusan penting keluarganya. Semakin besar penghasilan wanita migran, semakin diperhitungkan ia dalam proses pengambilan keputusan penting keluarganya. Keempat, dampak penting dari migrasi wanita ke luar negeri adalah melemahnya otoritas suami dalam keluarga. Kekuatan otoritas suami berbanding terbalik dengan bargaining position istri dalam keluarga migran. Bahwa sudah ada kecenderungan di antara wanita migran untuk berani mengambil inisiatif bercerai dengan suaminya. Kenyataan

233 yang disebutkan dalam butir tiga dan empat di atas dikonsepsikan sebagai Otoritas lokal yang terbeli Kelima, pergeseran struktur hubungan kekuasaan antara laki-laki dan wanita di pedesaan, akibat migrasi internasional -- tidak lagi merupakan sebuah kemungkinan, akan tetapi sudah merupakan konsekuensi logis dari perubahan peran wanita sebagai pencari nafkah utama di luar lingkup domestiknya. 6.2. Saran-Saran. Menyadari bahwa, studi yang dilaksanakan ini tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan, maka dalam kesempatan ini disarankan kepada pihak yang berkompeten, untuk mengkaji lebih seksama beberapa pokok persoalan yang ternyata luput dari kerangka pemikiran studi ini. Beberapa keterbatasan itu antara lain; (1) perubahan pola konsumsi keluarga migran (internasional) hubungannya dengan mobilitas vertikal. Gaya hidup keluarga migran yang berubah seketika, dan cenderung konsumtif. Setelah uang habis, dapat dipastikan para TKW ini akan kembali lagi ke luar negeri. (2) rekonstruksi sosial tentang status wanita migran ke luar negeri hubungannya dengan perubahan nilai kodrat wanita dan peran domestiknya dalam keluarga petani di pedesaan; dan (3) kesadaran hukum wanita akan kewajibannya sebagai tenaga kerja asing di luar negeri. TKW

234 ilegal cenderung menganggap bahwa bekerja di negara lain sama saja dengan bekerja di negara sendiri. Oleh karena itu, mereka cenderung menganggap remeh, dan mengabaikan kewajibannya untuk memenuhi segala persyaratan sebagai tenaga kerja asing di luar negeri. Kondisi ini telah diperburuk lagi oleh rayuan gencar para Calo tenaga kerja yang menawarkan kesempatan kerja, keberangkatan dan mendapatkan pekerjaan serba instant, di luar negeri; tetapi melanggar ketentuan hukum di negara tujuan. Jika terjadi masalah, para Calo lebih banyak yang lempar batu-sembunyi tangan Oleh karena itu, untuk menekan terulangnya kasus yang memilukan dan merugikan calon TKI (seperti kasus penipuan TKI oleh Nyonya Lamretta Situmeang, SH di Surabaya, lihat : Jawa Pos, 7 Oktober 2006) juga di luar negeri, maka studi ini merekomendasikan sebagai berikut : (1) Pemerintah dalam hal ini Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dirjen PPTKLN), perlu segera menciptakan sistem informasi audio visual, bagi para calon TKW di pedesaan. Sistem informasi audio visual ini dapat dikemas ke dalam keping VCD yang memuat segala hal (life) tentang proses dan prosedur yang benar dan wajib diikuti, jika ingin menjadi tenaga kerja asing di luar negeri. Informasi ini juga harus memuat; (a) rekaman lengkap tentang kondisi dan situasi kerja di luar negeri (negara tujuan), (b) juga

235 daftar nama PJTKI atau Agen resmi yang memiliki SIUP PPTKLN yang dapat diakses, dan (c) Daftar nama Bank penyedia dana yang dapat diakses berikut mekanismenya (d) kewajiban mengikuti asuransi jiwa dan asuransi kesehatan. Semua informasi ini dapat di tayangkan secara life melalui bantuan perangkat DVD player dan TV monitor yang dimiliki keluarga calon TKW atau tetangga TKW di rumahnya. Tujuannya agar dapat ditonton berulang-ulang oleh calon TKI dalam kelompok keluarga di pedesaan. Dengan bantuan audio visual dan Pendampingan dari PL, diharapkan pemahaman dan kesadaran hukum calon TKI akan semakin baik. (2) Sejalan dengan kian meningkatnya pemahaman dan kesadaran hukum calon TKI, pihak Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi kabupaten / kota seyogyanya mengambil peran proaktif sebagai Instutional Supporting System bagi para calon TKI, dan PJTKI yang sah, dengan mekanisme one gate service. Sebagai Institutional Supporting System, pihak Disnakertrans dan DPRD di kabupaten /kota perlu segera menerapkan Perda wajib daftar Perusahaan bagi PJTKI untuk keperluan penyusunan base line data (Computerized) yang lengkap. Di dalam base-line data itu, harus terdapat sekurangkurangnya informasi, baik yang berhubungan dengan informasi jenis pekerjaan di luar negeri, kondisi dan syarat-syarat kerja, (kualitas

236 dan kuantitas) yang diperlukan, akses pelatihan keterampilan, pengurusan dokumen, informasi PJTKI yang sah, pasar kerja di luar negeri, asuransi jiwa dan kesehatan -- maupun akses biaya migrasi, seperti informasi yang dimuat dalam system audio visual di atas. Dengan posisi seperti ini, pihak Dinas Tenaga Kerja setempat akan memiliki base line data yang lengkap dan memiliki kemudahan di dalam melakukan monitoring, evaluasi dan PENGAWASAN terhadap kinerja PJTKI jika terjadi masalah yang menyangkut TKI di daerahnya. Hal yang tidak kalah penting untuk dibenahi kedepan adalah, masalah SDM baik Dinas maupun calon TKI. Di tingkat pelaksana Dinas, prinsip the right man on the right place harus segera diterapkan dengan program (misalnya) lelang jabatan yang transparan dan akuntabel. Sementara di kalangan calon TKI dan ulah Calo TKI, perlu pengawasan ekstra ketat menyangkut kualitas SDM yang dikirim ke luar negeri. Di luar negeri, untuk menghindari benturan dengan Konvensi Genewa soal praktek hukum negara asing, maka Pemerintah (c.q Dirjen PPTKLN) perlu menempatkan agen-agennya untuk melindungi TKI dari perlakuan tidak adil atau tindakan pelanggaran hukum dan HAM lainnya di luar negeri lewat MoU Government to Government. Akan lebih baik lagi jika pihak Disnakertrans Pusat dan di kabupaten/kota menjalin kerjasama dengan pihak PT. Telkom untuk menerapkan sistem central point atau

237 informasi on-line yang terprogram, seperti yang dilakukan oleh Operator telephon seluler kepada para pelanggannya melalui nomor 888. Usulan ini diajukan mengingat teknologi (hardware dan software) nya tersedia dan terjangkau. Dengan mekanisme semacam ini, kasus-kasus permasalahan TKI yang terjadi selama ini, diharapkan akan dapat direduksi, atau diminimalkan, bahkan mungkin dihapus sama sekali. Untuk semuanya itu, tentu tidak hanya dibutuhkan perangkat lunak dan piranti keras semata, akan tetapi yang lebih penting adalah, perbaikan sistem kinerja, pembenahan SDM, komitmen, kerjasama, KOORDINASI dan insentif yang baik dan layak serta niat baik (good will) semua pihak yang kompeten atau terlibat langsung dalam program ini. Meskipun tidak mudah untuk melaksanakan semua usulan ini, akan tetapi mutlak harus dimulai, jika tidak ingin harkat dan harga diri Pahlawan Devisa ini tertindas oleh bangsanya sendiri maupun oleh bangsa asing di luar negeri. * * *