I. PENDAHULUAN. pelayanannya dilakukan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya,

dokumen-dokumen yang mirip
Eksistensi Apoteker di Era JKN dan Program PP IAI

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

TENTANG PEMANFAATAN DANA NON KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA PUSKESMAS KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu prinsip dasar pembangunan kesehatan yaitu setiap orang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 19 SERI F NOMOR 315 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 18 TAHUN 2014

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. setempat dan juga kearifan lokal yang berlaku pada daerah tersebut.

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROSEDUR DAN TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan program Indonesia Case Based Groups (INA-CBG) sejak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi jaminan kesehatan nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Pada era JKN

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan mutu pelayanan, rumah sakit harus memberikan mutu pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

PENDAHULUAN. unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 6 TAHUN 2015 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati

I. PENDAHULUAN. semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1 A TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

I. PENDAHULUAN. maupun tenaga kesehatan yang ada di tempat-tempat tersebut belum memadai

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan Jaminan Sosial dalam mengembangkan Universal Health

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan utama bagi setiap penduduk yang hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. administrasi, juga dokter untuk melaksanakan tugasnya. 4 Tenaga Kesehatan yang

PENCEGAHAN FRAUD DALAM PELAKSANAAN JKN KOMISI VIII

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui. jaminan kesehatan. Permenkes No. 71 tahun 2013 tentang Pelayanan

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 22

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

vii DAFTAR WAWANCARA

I. PENDAHULUAN. rohani. Kebutuhan manusia tidak terbatas, faktor yang menyebabkan kebutuhan

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang awalnya bertujuan sosial untuk memberikan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan rekam medis dalam memberikan. penerimaan pasien, yang diteruskan dengan kegiatan pengeluaran berkas

I. PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. 1 Secara umum, setiap orang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wajib menjamin kesehatan bagi warganya. Peran aktif serta pemerintah

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang harus diperhatikan setiap

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

I. PENDAHULUAN. juga berarti investasi bagi pembangunan negara. Karena itu setiap upaya

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu program

BAB III TINJAUAN TEORITIS

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG JASA PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa pada uraian dari Bab I (satu) sampai dengan Bab IV. merupakan cangkupan dari bahasan sebelumnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. besarnya biaya yang dibutuhkan maka kebanyakan orang tidak mampu

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

Peran PERSI dalam upaya menyikapi Permenkes 64/2016 agar Rumah sakit tidak bangkrut. Kompartemen Jamkes PERSI Pusat Surabaya, 22 Desember 2016

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PROPOSAL TESIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN SEBAGAI KONSUMEN JASA DI BIDANG PELAYANAN MEDIS (SUATU TINJAUAN DARI SUDUT HUKUM PERDATA)

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan berkembang sangat pesat

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu institusi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan, yang sehari-hari melakukan kontak dengan pasien. Rumah sakit sebagai penyelenggara kesehatan dilakukan oleh jasa profesional yang pelayanannya dilakukan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya, yang mempunyai tanggung jawab masing-masing. Tenaga kesehatan yang telah dipekerjakan oleh rumah sakit, harus sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh peraturan yang ada. Pengaturan tentang Tenaga Kesehatan secara spesifik diatur dalam Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. Pasal 1 Undang- Undang tersebut dijelaskan pengertian tentang tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterlampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Dokter sebagai salah satu tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit, memiliki tanggung jawab besar yang harus diselesaikan. Dokter berkewajiban untuk menangani bidangnya yaitu sebagai tenaga medis. Tak dipungkiri pula, jika ada

2 tugas atau perintah dari negara, seyogyanya seorang dokter harus melaksanakannya, karena hal itu merupakan kewajibannya kepada negara sebagai tenaga medis. Berdasarkan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, negara telah menjamin kesehatan masyarakat dengan memberikan pelayanan kesehatan yang dijaminkan melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). JKN diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). BPJS ditinjau dari pendirinya, didirikan oleh negara atau pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS. Kemudian ditinjau dari lingkup kerjanya, BPJS megatur hubungan negara dengan warga negara di bidang pelayanan umum, yang dalam hal ini adalah menyelenggarakan program jaminan sosial demi tercapainya kesejahteraan sosial. Sejak diberlakukannya Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BP JS) oleh Pemerintah, rumah sakit bekerja sama dengan BPJS dalam melayani pelayanan kesehatan pasien. Berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, disebutkan bahwa jaminan kesehatan diberikan pada fasilitas kesehatan milik Pemerintah atau swasta yang menjalin kerjasama dengan BPJS. Fasilitas kesehatan meliputi rumah sakit, dokter praktik, klinik, laboratorium, apotek, dan fasilitas kesehatan lainnya. Jalinan kerjasama antara BPJS dengan fasilitas kesehatan dilakukan dengan basis kontrak, yaitu perjanjian tertulis antara BPJS kesehatan dengan fasilitas kesehatan

3 yang terlibat. 1 Salah satu yang harus dirumuskan secara jelas dalam kontrak adalah pokok transaksi, seperti pelayanan yang telah diberikan oleh fasilitas kesehatan untuk peserta program jaminan kesehatan, hak dan kewajiban dari masing-masing pihak, tata cara pelaksanaan hak dan kewajiban, masa berlakunya kontrak dan perpanjangannya, serta wanprestasi dan klausul lain yang umum terdapat dalam suatu kontrak. Dengan demikian, kontrak BPJS Kesehatan dengan fasilitas kesehatan harus dibuat dengan baik, agar saling menguntungkan bagi para pihak. Pasien, dokter, dan rumah sakit adalah pelaku utama dalam bidang pelayanan di rumah sakit, yang memiliki hak dan kewajibannya sendiri. Pengaturan hak dan kewajiban tersebut terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Rumah sakit dalam menangani kesehatan pasien dilakukan oleh dokter. Hubungan pelayanan kesehatan antara pasien sebagai penerima pertolongan medis dan dokter sebagai pemberi pertolongan medis, merupakan subyek hukum. Artinya terhadap dokter berlaku juga ketentuan-ketentuan hukum umum sebagai dasar pertanggung jawaban hukum dalam menjalankan profesinya. 2 Mekanisme pembayaran klaim dalam Program BPJS Kesehatan terhadap fasilitas kesehatan terdapat dua mekanisme yaitu kapitasi bagi fasilitas kesehatan di tingkat pertama seperti klinik, dokter keluarga, dan Puskesmas, dan Indonesia 1 Martabat, Kerja Sama BPJS Kesehatan dengan Fasiitas Kesehatan Berbasis Kontrak, http://www.jamsosindonesia.com/cetak/printout/258, diakses pada 28 Februari 2015, pukul 23.37 2 Veronika Komalawati, 1989, Hukum Kesehatan dan Etika Dalam Praktik Dokter, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, hlm 15

4 Case Base Groups (Ina CBG s) untuk fasilitas kesehatan tingkat lanjut seperti Rumah Sakit 3. Ina CBG s adalah sistem pembayaran perawatan pasien berdasarkan diagnosis-diagnosis atau kasus-kasus yang relatif sama. Rumah sakit akan mendapatkan pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang dihabiskan oleh suatu kelompok diagnosis. Pada sistem Ina CBG s, tarif fasilitas kesehatan disesuaikan dengan diagnosis penyakit dan tipe rumah sakit. Semakin tinggi tipe rumah sakit, maka semakin besar tarif yang dikeluarkan sesuai dengan diagnosis penyakit. Sehingga pemasukan dokter tergantung pada rumah sakit yang bersangkutan. Pembayaran dokter dalam Program BPJS tidak lagi menggunakan mekanisme fee for service, melainkan renumerasi. Sistem Renumerasi merupakan kesepakatan antara dokter dengan manajemen rumah sakit maupun pemerintah, yang dibayar dengan harga paket yang ada dalam Ina CBG s, termasuk penggunaan obat dan fasilitas lainnya. Renumerasi juga merupakan gaji bulanan berbasis pada kinerja, seperti gaji bulanan dan di terima dalam jumlah tetap. Namun, yang menjadi kendala pada sistem renumerasi adalah untuk mendapatkan nilai yang adil sesuai dengan beban kerja dokter yang bersangkutan. Tenaga medis dalam menangani pasien di rumah sakit dalam program BPJS, perlu mendapatkan jaminan perlindungan hukum dalam rangka memberikan kepastian dalam melakukan upaya kesehatan kepada pasien. Peraturan perundang-undangan yang memberikan dasar perlindungan hukum bagi dokter antara lain sebagai berikut: Pertama, Pasal 50 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang 3 Iman Haryana, BPJS dan Jasa Medik Dokter, http://dokter-medis.blogspot.com/2014/01/bpjsdan-jasa-medik-dokter.html?m=1, diakses pada 28 Februari 2015, pukul 23.45

5 Praktik Kedokteran yaitu dokter memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional. Kedua, Pasal 27 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yaitu bahwa tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya. Ketiga, Pasal 46 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yaitu rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit. Keempat, Pasal 57 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan yaitu perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan profesi, dan standar prosedur operasional. Dengan demikian, apakah peraturan perundang-undangan tersebut, sudah cukup melindungi tenaga medis dalam melayani pelayanan kesehatan di rumah sakit dalam Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian mengenai Perlindungan Hukum Terhadap Dokter Dalam Program Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Tinjau dari Undang -Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 (Studi di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Husada Bandar Lampung).

6 B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaturan dan hubungan hukum para pihak dalam Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)? 2. Bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)? 3. Bagaimana akibat hukum yang timbul dalam Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Husada yang Berimplikasi Terhadap Dokter? C. Ruang Lingkup Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup bidang hukum keperdataan khususnya hukum kesehatan. Adapun lingkup permasalahannya adalah: 1. Ruang lingkup keilmuan. Ruang lingkup kajian materi penelitian ini adalah pengaturan dan hubungan hukum para pihak dalam Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), hak dan kewajiban para pihak dalam Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), serta a kibat hukum yang timbul dalam Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Husada yang berimplikasi Terhadap Dokter. 2. Ruang lingkup objek kajian. Ruang lingkup objek kajian adalah mengkaji tentang bagaimana pengaturan dan hubungan hukum para pihak dalam Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

7 (BPJS), hak dan kewajiban para pihak dalam Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), serta a kibat hukum yang timbul dalam Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Husada yang berimplikasi Terhadap Dokter. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis mengenai pengaturan dan hubungan hukum para pihak dalam Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). 2. Untuk menganalisis mengenai mengenai hak dan kewajiban para pihak dalam Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). 3. Untuk menganalisis mengenai akibat hukum yang timbul dalam Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Husada yang berimplikasi Terhadap Dokter. E. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis Sebagai bahan untuk memperluas cakrawala pengetahuan mengenai pengaturan dan hubungan hukum para pihak dalam Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), hak dan kewajiban para p ihak dalam Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), serta a kibat hukum yang timbul dalam Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Husada yang berimplikasi Terhadap Dokter.

8 2. Kegunaan Praktis a. Menambah pengetahuan penulis dalam bidang ilmu hukum, khususnya hukum kesehatan; b. Menambah bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan referensi yang dapat digunakan untuk penelitian lanjutan yang berkaitan dengan permasalahan dan pokok bahasan hukum kesehatan; c. Sebagai salah satu syarat penulis untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Hukum di Universitas Lampung.