Mujiyanto* ), Jastal **)

dokumen-dokumen yang mirip
KONDISI IKLIM DAN MIKROHABITAT FISIK DAERAH ENDEMIS SCHISTOSOMIASIS DI DATARAN TINGGI NAPU KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH

ARTIKEL PENULARAN SCHISTOSOMIASIS DIDESA DODOLO DAN MEKARSARIDATARAN TINGGINAPU SULAWESI TENGAH. Rosmini,* Soeyoko,** Sri Sumarni**

LABORATORIUM PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU KEPALA KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT SCHISTOSOMIASIS DI DESA PUROO KEC. LINDU KAB.

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

KUMPULAN PENELITIAN MALONDA MAKSUD

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN SCHISTOSOMIASIS DI DESA PUROO KECAMATAN LINDU KABUPATEN SIGI TAHUN 2014 ABSTRAK

Situasi Terkini Daerah Fokus Keong Hospes Perantara di Daerah Endemis Schistosomiasis di Sulawesi Tengah

INFECTION RATE HOST PERANTARA DAN PREVALENSI RESERVOIR Schistosoma japonicum DI DATARAN TINGGI BADA SULAWESI TENGAH

Diterima: 27 Januari 2014; Direvisi: 3 Juli 2014; Disetujui: 27 Maret 2015 ABSTRACT

Hubungan Perilaku Anak Sekolah Dasar dengan Kejadian Schistosomiasis di Kecamatan Lindu Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah

Media Litbangkes Vol 23 No. 3, Sept 2013,

Spot survey on rats and schistosomiasis intermediate host snails in endemic area Bada Plateau, Poso District, Central Sulawesi Province

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KUMPULAN PENELITIAN YUSRAN UDIN

THE EFFECTIVENESS OF DUCKS RELEASE AS SNAILS CONTROL IN THE AREA OF SCHISTOSOMIASIS IN NAPU, POSO DISTRICT, CENTRAL SULAWESI PROVINCE

1. BAB I PENDAHULUAN

FAKTOR RISIKO KEJADIAN SCHISTOSOMIASIS DI DATARAN TINGGI BADA KABUPATEN POSO SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Prevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

BEBERAPA FAKTOR RISIKO HOST

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MASYARAKAT TENTANG SKISTOSOMIASIS DI KECAMATAN LINDU KABUPATEN SIGI SULAWESI TENGAH TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Filariasis limfatik merupakan penyakit tular vektor dengan manifestasi

Balai Litbang P2B2 Donggala, Sulawesi Tengah, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN KOTA BEKASI. Dyah Wuri Khairina

KUMPULAN PENELITIAN TRIWIBOWO A. GARJITO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG


BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

Variasi Genus Keong di Daerah Fokus Keong Perantara Schistosomiasis di Dataran Tinggi Lindu, Sulawesi Tengah

Received date: 18/2/2014, Revised date: 22/4/2014, Accepted date: 24/4/2014

III. BAHAN DAN METODE

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Kontribusi Hewan Mamalia Sapi... (Gunawan, Hayani Anastasia, Phetisya Pamela F.S, Risti)

Pemanfaatan Air Sungai dan Infeksi Schistosoma Japonicum di Napu Poso Sulawesi Tengah Tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRACT. Barodji '1, M. Sudomo '1, J. Putrali '1 dan M.A. Joesoef 2, PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

ELIMINASI SCHISTOSOMIASIS DI SULAWESI TENGAH; REVIEW SISTEMATIK DAN FOKUS GROUP DISCUSSION

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

MODIFIKASI LINGKUNGAN UNTUK PENGENDALIAN SCHISTOSOMIASIS DI DAERAH ENDEMIS SULAWESI TENGAH

INFEKSI Schistosoma japonicum PADA HOSPES RESERVOIR TIKUS DI DATARAN TINGGI NAPU, KABUPATEN POSO, SULAWESI TENGAH TAHUN 2012

Hafsah Fakultas Pertanian Universitas Tadulako Jl. Soekarno-Hatta Km 8 Kampus Bumi Tadulako Palu Sulawesi Tengah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN VEGETASI BERDASARKAN NILAI NDVI DAN FAKTOR BIOFISIK LAHAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI SKRIPSI

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang

Pengertian Sistem Informasi Geografis

APLIKASI CITRA LANDSAT UNTUK PEMODELAN PREDIKSI SPASIAL PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN ( STUDI KASUS : KOTA MUNTILAN)

Analisa Pantauan dan Klasifikasi Citra Digital Remote Sensing dengan Data Satelit Landsat TM Melalui Teknik Supervised Classification

Analisis Perubahan Lahan Tambak Di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Filariasis Limfatik atau penyakit Kaki Gajah merupakan salah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra

3 BAHAN DAN METODE. Kecamatan Batulayar

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

POTENSI HEWAN RESERVOAR DALAM PENULARAN SCHISTOSOMIASIS PADA MANUSIA DI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BIONOMIK SCHISTOSOMA TAPONICUM PADAMENCIT(Musmusculus)DILABORATORIUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TATALAKSANA SKISTOSOMIASIS. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi parasit pada saluran cerna dapat disebabkan oleh protozoa usus dan

PEMBERANTASAN SCHISTOSOMIASIS DI INDONESIA SCHISTOSOMIASIS CONTROL IN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

Transkripsi:

PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM IDENTIFIKASI FOKUS BARU SCHISTOSOMIASIS DI DATARAN TINGGI BADA KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH Mujiyanto* ), Jastal **) *) Balai Penelitian dan Pengembangan Penyakit Bersumber Binatang Donggala, **) Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI e-mail: mujiyanto@gmail.com Abstract Schistosmiasis is a water borne parasitic disease caused by Shistosoma spp infection that endemic in subtropical and tropical areas. Schistosomiasis in Indonesia is limited to two very isolated areas, the Napu and Lindu Plateau, in the province of Central Sulawesi until middle of 2008. Remote sensing and geographical information system have been applied to strengthening early warning system especially in water borne diseases, such as Schistosomiasis. The objective of this reserach was to identify the new environment and landscape distribution of Oncomelania hupensis lindoensis snails foci using application of remote sensing, geographic information system and fieldtrip data. In this research, we used remote sensing data from Landsat ETM + and Quickbir to identify the specific feature of the snails foci. In this research, snail foci were predicted by integrating the fields survey and sattelite images of different spatial resolution The result of this research was found potensial areas of schistosomiasis and 21 new foci of schistosomiasis in five villages in Bada Plateu, Poso District, Central Sulawesi. Key Words: Schistosomiasis, Remote Sensing, Snails Foci, Sulawesi Tengah Abstrak Schistosomiasis merupakan penyakit parasitik air yang disebabkan oleh infeksi Schistosoma spp yang endemis di daerah subptropis dan tropis. Schistosomiasis di Indonesia terbatas di dua wilayah yang terisolasi yaitu dataran tinggi Lindu dan Napu, Sulawesi Tengah sampai dengan pertengahan 2008. Penginderaan jauh dan sistem informasi geografis memiliki peranan dalam penguatan deteksi dini khususnya penyakit tular melalui air, seperti schistosomiasis. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi lingkungan dan bentanglahan baru dari distribusi fokus keong Oncomelania hupensis lindoensis dengan menggunakan penginderaan jauh, sistem informasi geografis, dan data survei lapangan. Penelitian ini menggunakan data citra Landsat ETM+, dan Quickbird untuk mengidentifikasi kenampakan khusus dari fokus keong. Fokus keong diprediksi dengan menggabungkan survei lapangan dan citra satelit berbeda resolusi spasial. Hasil penelitian menemukan daerah potensial fokus dan 21 fokus baru schistosomiasis di lima desa di dataran tinggi Bada, Poso, Sulawesi Tengah. Kata Kunci: Schistosomiasis, Penginderaan Jauh, Fokus Keong, Sulawesi Tengah 1. Pendahuluan Schistosomiasis merupakan salah satu penyakit parasit terpenting dalam kesehatan masyarakat. Bahkan menurut WHO, schistosomiasis dianggap suatu penyakit kemiskinan yang mengarah ke gangguan kesehatan kronis. Infeksi diperoleh ketika manusia kontak dengan air tawar yang terdapat serkaria dari cacing parasit darah, yang dikenal sebagai schistosoma. Schistosomiasis sendiri telah mempengaruhi kurang lebih 240 juta penduduk dunia, dan ada sekitar 700 juta penduduk tinggal di daerah endemis. Infeksi ini sering terjadi di daerah tropis dan sub-tropis, dimana masih banyak ditemukan masyarakat yang tidak memiliki air minum dan sanitasi yang memadai. Schistosomiasis dibagi menjadi urogenital disebabkan oleh Schistosoma haematobium dan schistosomiasis intestinal yang disebabkan oleh salah satu organisme S. guineensis, S. intercalatum, S.mansoni, S. japonicum, dan S. Mekongi (WHO,2014). Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 732

Schistosomiasis yang terdapat di Indonesia pada awalnya hanya terdapat di area yang terisolir yaitu di Dataran Tinggi Lindu dan Napu, Sulawesi Tengah. Kasus schistosomiasis pertama kali ditemukan di Indonesai pada tahun 1927 oleh Muller dan Tesch di daerah Kecamatan Lindu. Penyebab dari penyakit ini adalah cacing Shistosoma japonicum, sedangkan perantara penularan penyakit ini adalah keong yang sangat kecil yaitu Oncomelania hupensis lindoensis. Kegiatan survei yang dilakukan selanjutnya pada tahun 1971 baru menemukan hospes perantara Oncomelania hupensis lindoensis (Barodji et al., 1983). Kondisi geografis daerah endemis schistosomiasis di Indonesia, baik di Lindu Kabupaten Sigi dan Napu Kabupaten Poso Sulawesi Tengah, memiliki karakteristik yang hampir sama. Kedua tempat ini memiliki ketinggian kurang lebih 1000 m di atas permukaan air laut, berada di kawasan hutan lindung dengan akses transportasi yang sulit. Sedangkan dataran tinggi Bada yang berada di Kabupaten Poso berada di sebelah selatan Napu dan terhubung oleh Sungai Lariang. Pengendalian schistosomiasis telah dilakukan bertahun tahun sejak ditemukannya kasus ini. Pemberantasan seringkali terhambat dengan keberadaan fokus keong O.h lindoensis. Fokus keong penular schistosomiasis ini merupakan habitat atau tempat tinggal keong dengan kondisi yang lembab dan basah, artinya kondisi lingkungan habitat yang tidak kering dan juga bukan genangan air (Sudomo dan Sasono, 2007). Hal lain yang membuat fokus keong ini susah diberantas adalah distribusinya yang berada pada topografi pegunungan dan berada di kawasan hutan lindung. Data penginderaan jauh memungkinkan deteksi habitat keong O.h. lindoensis. Berbagai faktor pendukung kehidupan keong ini dapat dideteksi dengan data citra satelit (Gomes et al., 2012). Ketinggian tempat (elevasi), alur alur sungai atau aliran permukaan merupakan faktor yang dapat dideteksi dengan citra satelit ini. Data citra satelit dapat merekam semua permukaan bumi yang nampak seperti penggunaan lahan, permukiman penduduk, sawah, kebun. Informasi kondisi keadaan permukaan atau penutup lahan khususnya kondisi habitat atau fokus keong sangat diperlukan dalam rangka pengendalian schistosomiasis. Citra satelit ini dapat dipakai oleh sektor lain, misalnya pertanian untuk membantu melakukan eliminasi fokus keong dengan merubah habitat keong menjadi lahan pertanian. Karena telah terbukti bahwa sawah yang digarap terus menerus atau perkebunan (kopi, coklat) dapat menghilangkan fokus keong. Daerah dengan potensi endemis schistosomiasis dapat diidentifikasi dengan melihat atau mengetahui potensi adanya fokus keong penular schistosomiasis. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi lingkungan yang potensi sebagai fokus baru keong Oncomelania hupensis lindoensis di wilayah dataran tinggi Bada, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. 2. Metodologi Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi dengan rancangan studi cross sectional dengan memanfaatkan data penginderaan jauh dan juga survei lapangan. Penelitian ini mengambil lokasi wilayah dataran tinggi Bada, yang meliputi wilayah Kecamatan Lore Selatan dan Lore Barat, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Lokasi penelitian berada kurang lebih Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 733

Alat dan bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah citra Landsat ETM+ path/row 114/061 perekaman tahun 2001 dan juga citra Quickbird perekaman Agustus 2004 untuk menampilkan kondisi lingkungan. Kegiatan lapangan menggunakan sepatu boot, sarung tangan, dan pinset, serta Global Positioning Systems (GPS) merk Garmin seri GPSMap 76CSx. Data citra Landsat ETM dilakukan pembuatan komposit saluran Red Green Blue dengan komposit saluran 451. Interpretasi visual digital dilakukan untuk identifikasi daerah basah pada citra Landsat. Interpretasi visual juga dilakukan pada citra Quickbird yang memiliki resolusi tinggi sehingga kenampakan penggunaan lahan dapat dilihat secara jelas dibandingkan dengan kenampakan di Landsat ETM. Pengolahan citra ini menggunakan seperangkat komputer termasuk dalam pembuatan peta. Survei lapangan berupa identifikasi fokus yang terdapat keong O.h lindoensis dilakukan dengan menggunakan metode ring methode, yaitu menggunakan ring gelang besi dengan ukuran 1/70 m 2 yang dilemparkan di fokus sehingga kepadatan persegi dapat dihitung. Kegiatan lapangan ini dilakukan dengan melihat kenampakan yang ada di citra satelit yang telah dizonasi daerah potensi fokus atau habitat keong penular schistosomiasis. Daerah yang positif ditemukan keong O.h lindoensis ditandai dan dipetakan dengan GPS sehingga dapat diketahui distribusi dari fokus keong penular schistosomiasis. 3. Hasil dan Pembahasan Gambar 2-1. Lokasi Penelitian dan Daerah Endemis Schistosomiasis Daerah penelitian yang merupakan Dataran Tinggi Bada memiliki elevasi kurang lebih 700 1200 m di atas permukaan air laut. Hasil komposit 451 Citra Landsat ETM + menunjukkan potensi habitat keong O h lindoensis ditampilkan dengan warna biru muda sampai biru tua yang menunjukan daerah tersebut mengandung tubuh air. (Gambar 3-1) Hasil survei lapangan dan penentuan posisi dengan menggunakan GPS dilakukan pada daerah yang berpotensi tersebut didapatkan 21 titik fokus yang positif keong O.h lindoensis. Semua fokus tersebut Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 734

merupakan fokus baru keong O h lindoensis yang berada di wilayah Kecamatan Lore Barat yang meliputi Desa Kageroa, Tomihipi, dan Lengkeka. Dengan adanya penemuan lokasi baru fokus keong penular schistosomiasis dapat memunculkan berbagai alasan, terlebiha seandainya karakter fokus tersebut berbeda dengan daerah fokus keong pada daerah endemis yang biasa ditemukan (Leonardo, et al.,2013). Tabel 3-1. Tabel Lokasi dan Jumlah Fokus Positif Keong O h lindoensis No. Desa Fokus aktif 1. Kageroa 15 2. Tomihipi 2 3. Lengkeka 4 Total 21 Sedangkan pada citra resolusi yang lebih tinggi yaitu Quickbird, didapatkan informasi penggunaan lahan di daerah fokus berada di daerah pinggir persawahan, pinggir sungai dan ketika dilakukan survei lapangan berupa mata air. Pada mata air ini ditemukan keong penular schistosomiasis yang positif mengandung serkaria. Pemanfaatan mata air ini oleh masyarakat digunakan untuk keperluan sehari hari seperti mandi dan mencuci sehingga potensi penularan di daerah ini sangat tinggi. Daerah yang terdapat mata air tersebut di wilayah Desa Tomihipi. Sedangkan persebaran fokus keong di Desa Kageroa kebanyakan berupa di area persawahan dan juga di daerah rembesan air dari mata air pada bagian break of slope perbukitan yang menuju ke selokan kecil. Penelitian yang dilakukan oleh Seto (2001), menjelaskan bahwa jaringan selokan berpengaruh terhadap distribusi keong, sehingga jaringan selokan yang ada dilakukan pemetaan dengan menggunakan GPS. Distribusi fokus ini juga sangat dekat dengan area permukiman penduduk sehingga sangat membahayakan kaitannya dengan transmisi cacing Schistosoma. Hal yang sama juga ditemukan di wilayah Desa Lengkeka, fokus keong O h. Lindoensis ditemukan juga tidak jauh dari permukiman masyarakat. Penggunaan lahan di Desa Lengkeka yang terdapat fokus keong berupa kebun yang tidak terolah dan kondisi tanah yang basah dan lembab. Keberadaan fokus fokus baru yang ditemukan mengindikasikan bahwa daerah endemis baru schistosomiasis telah bertambah. Namun harus dibuktikan pula dengan pemeriksaan pada manusia. Manajemen pengendalian schistosomiasis berbasis lingkungan adalah dengan mengontrol distribusi dari keong penular schistosomiasis. Fokus keong sebagai habitat keong harus dikondisikan sedemikian rupa agar tidak menjadi tempat fokus. Menurut Sudomo dan Sanono (2007), salah satu cara adalah mengubah habitat keong agar keong tersebut tidak sampai hidup disana, diantaranya menjadi lahan terbangun seperti di China dijadikan tempat wisata. Selain itu pemanfaatan lahan menjadi lahan yang rutin dikelola dan tidak dibiarkan dalam waktu lama akan mengurangi keong O h lindoensis untuk tinggal. Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 735

Pembukaan lahan yang tidak terkontrol diyakini juga menjadi penyebab pemberantasan fokus keong selalu gagal. Pembukaan lahan yang dilakukan oleh penduduk pendatang menyebabkan terjadi penularan schistosomiasis karena mereka tidak terdaftar oleh aparat desa setempat dan sering berpindah pindah tempat juga (Nurwidayati, 2008). Sebenarnya adanya perubahan lahan karena pembukaan lahan dapat dideteksi juga dengan menggunakan data penginderaan jauh, sehingga perubahan fokus keong dapat dengan cepat dimonitoring dan dikendalikan dengan cepat. Gambar 3-1. Citra Landsat ETM+ komposit 451 dan persebaran titik fokus keong O.h lindoensis Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 736

Gambar 3-2. Quickbird persebaran titik fokus keong O.h lindoensis Desa Tomihipi Gambar 3-3. Quickbird persebaran titik fokus keong O.h lindoensis Desa Kageroa Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 737

Gambar 3-4. Quickbird persebaran titik fokus keong O.h lindoensis Desa Lengkeka 4. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa pemanfaatan data penginderaan jauh dapat digunakan untuk mengidentifikasi potensi habitat atau fokus keong O.h lindoensis sebagai vektor penular schistosomiasis. Survei lapangan tahun 2008 baru mendapatkan 21 titik fokus yang terdapat di Desa Lengkeka, Tomihipi, dan Kageroa, sehingga perlu dilanjutkan survei lanjutan untuk mendapatkan fokus baru yang lain dengan menggunakan data potensi habitat hasil ekstraksi dari data penginderaan jauh baik Landsat maupun citra resolusi tinggi seperti Quickbird terlebih dengan data perekaman yang terbaru. 5. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Kepala Balai Litbang P2B2 Donggala dan semua staf, staf Laboratorium Schistosomiasis Wuasa Napu, Puskesmas Gintu di Lore Selatan, Penanggung jawab schistosomiasis Dinas Kesehatan Kabupaten Poso, dan semua pihak yang membantu terlaksananya kegiatan ini dengan baik. 6. Daftar Rujukan Barodji, Sudomo, M, et al. 1983. Percobaan Pemberantasan Hospes Perantara Schistosomiasis (Oncomelania hupensis lindoensis) dengan Bayluscide dan Kombinasi Pengeringan dengan Bayluscide di Dataran Lindu, Sulawesi Tengah. Buletin Penelitian Kesehatan 11 (2) : 27-30 Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 738

Gomes, ECS, Leal-Neto, OB, et al. 2012. Schistosomiasis Transmission and Environmental Change: a Spatio-Temporal Analysis in Porto de Galinhas, Pernambuco Brazil. International Journal of Health Geographics 11 : 51 Leonardo,L, Rivera,P, et al. 2013. New Endemic Foci of Schistosomiasis Infections in The Philippines. Acta Tropica Nurwidayati, A. 2008. Kajian Hubungan Antara Daerah Perindukan Keong Perantara Schistosomiasis terhadap Kejadian Schistosomiasis di Napu, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Jurnal Vektor Penyakit. 2 (1) : 31-37. Seto, E., Liang, S.et al. 2001. A Protocol f or Geographically Randomized Snail Surveys in Schistosomiasis Fieldwork Using The Global Positioning System. American Journal Tropical Medicine and Hygiene 64 (1,2): 98 99. Sudomo, M dan Sanono, P.2007. Pemberantasan Schistosomiasis di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan. 35 (1) : 36-45. [WHO] World Health Organization. 2014. Schistosomiasis. Available at: http://www.who.int/schistosomiasis/en/ [Accessed March 15, 2014]. Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 739