BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU KOMPRES DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. sama, tergantung nilai ambang kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. tubuh) terhadap penyakit (Biddulph, 1999). Salah satu penyakit. yang umumnya diderita oleh bayi dan balita adalah jenis

BAB I PENDAHULUAN. bahwa sistem imunitas anak berfungsi dengan baik (Nurdiansyah, 2011).

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 1. Incidence Rate dan Case Fatality Rate Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. jamur, atau parasit (Djuwariyah, Sodikin, Yulistiani M; 2013).

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

Ike Ate Yuviska(¹), Devi Kurniasari( 1 ), Oktiana (2) ABSTRAK

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir, biasanya terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare.

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun menunjukkan adanya penurunan Angka Kematian Balita (AKABA) dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Sudah

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, kemampuan, dan kepribadiannya. Lebih lanjut, seorang anak adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan anak merupakan suatu hal yang penting karena. mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan anugerah Tuhan yang Maha Kuasa. Sudah semestinya

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu

ASUHAN KEBIDANAN PADA By U USIA 3 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernafasan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB 1 PENDAHULUAN. (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan kematian (0,64-0,74%). pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara bulan.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum TK Purwanida I

sangat berlebihan dan juga tidak realistik, seperti selalu memanggil petugas kesehatan walaupun demamnya tidak tinggi (Youssef et al, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan gambaran klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. ini sering dihadapi oleh tenaga kesehatan. Secara tradisional, demm diartikan

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut,

BAB I PENDAHULUAN. dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu yang dimaksud adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB II KONSEP DASAR. normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Padukuhan Geblagan, Tamantirto,

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Ketepatan Ibu Menangani Demam Pada Anak

BAB I PENDAHULUAN. berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat

PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis seperti kebutuhan nutrisi dan cairan, aktivitas dan eliminasi, istirahat tidur dan lain-lain, anak juga individu yang membutuhkan kebutuhan psikologis social dan spiritual (Alimul, 2008). Anak balita atau anak dibawah lima tahun adalah anak yang menginjak usia diatas satu tahun dan dibawah usia lima tahun (12-59 bulan) (Muaris, 2006). Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak usia 1 3 tahun (12-36 bulan) (batita) dan anak usia prasekolah (37-59 bulan). Pada masa usia prasekolah ini disebut sebagai masa yang sangat aktif seiring dengan perkembangan otot yang sedang tumbuh dan peningkatan aktivitas bermainnya. Para ahli menggolongkan usia balita pada usia prasekolah (36-59 bulan) sebagai tahapan perkembangan anak yang cukup rentan terhadap berbagai serangan penyakit dan penyakit yang seringkali di jumpai adalah penyakit infeksi (Uripi, 2004). Infeksi adalah keadaan masuknya organisme kedalam tubuh. Mikroorganisme tersebut dapat berupa virus, bakteri, dan jamur. Penyakit infeksi seperti batuk, pilek, radang tenggorokan, infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dan pneumonia. Adapun manifestasi awal dari penyakit infeksi adalah demam (Wong, 2008). 1

2 Demam secara patofisiologi adalah peningkatan thermoregulatory set poin dari pusat hipotalamus yang diperantarai oleh interleukin-1 (IL-1). Sedangkan secara klinis demam adalah peningkatan suhu tubuh 1 0 C atau lebih besar diatas nilai rerata suhu normal. Suhu normal pada anak dimana jaringan dan sel tubuh akan berfungsi secara optimal berkisar dari 35,5 37,5 0 C suhu oral 34,7 37,3 0 C suhu aksila dan 36,6 37,9 0 C suhu rektal. Ketika terjadi perubahan suhu tubuh, seperti suhu tubuh menurun kurang dari 1 0 C dibawah suhu normal disebut dengan hipotermia ataupun naik lebih dari 1 0 C dari suhu normal disebut dengan hipertermi atau demam (Potter & Perry, 2009). Demam merupakan gejala bukan suatu penyakit. Demam adalah respon tubuh terhadap adanya infeksi. Demam tidak semua harus segera diturunkan karena demam pada dasarnya adalah mekanisme pertahanan tubuh. Contohnya demam yang disebabkan oleh paparan panas yang berlebih(overhating), dehidrasi atau kekurangan cairan, alergi, pertumbuhan gigi maupun dikarenakan gangguan sistem imun (Lubis, 2009). Sebagian besar anak-anak mengalami demam sebagai respon terhadap infeksi virus yang bersifat self limited dan berlangsung tidak lebih dari 3 hari atau infeksi bakteri yang tidak memerlukan perawatan dirumah sakit. Akan tetapi sebagian kecil demam tersebut merupakan tanda infeksi yang serius dan mengancam jiwa seperti pneumonia, meningitis, artritis septik dan sepsis. Demam yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri dapat menyebabkan demam tinggi dan dapat menjadi faktor penyebab dari

3 kejang demam terutama pada anak di bawah 5 tahun. Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal 38 0 C) yang disebabkan oleh proses ekstra cranial (Nugroho, 2011). Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam. Kejang demam cendrung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu sakit dengan demam atau pada waktu demam tinggi. Komplikasi kejang demam yang paling banyak terjadi adalah kejang demam berulang. Sehingga sangat diperlukan pemahaman mengenai manajemen penanganan demam pada anak yang baik sedini mungkin agar tidak terjadinya kejang demam berulang. Manajemen penanganan demam oleh ibu menjadi sesuatu yang penting untuk dipahami dalam mengatasi kejadian demam pada anak. Manajemen penanganan demam yang dapat dilakukan ibu dirumah yaitu dengan self manajemen atau terapi fisik. Penanganan secara self manajemen merupakan penanganan demam yang dilakukan sendiri oleh ibu tanpa menggunakan jasa tenaga kesehatan. Penanganan self manajemen dapat dilakukan dengan terapi fisik, terapi obat, maupun kombinasi keduanya (Plipat, 2002). Bentuk dari terapi fisik yang dapat diterapkan oleh ibu adalah Pemberian cairan yang lebih banyak dari kebutuhan anak yang disesuaikan dengan jumlah kebutuhan cairan menurut umur anak, untuk mencegah dehidrasi saat evaporasi terjadi, mengusahakan anak tidur atau beristirahat yang cukup supaya metabolismenya menurun, tidak memberikan anak pakaian panas yang berlebihan pada saat menggigil. Lepaskan pakaian dan

4 selimut yang terlalu berlebihan. Memakai satu lapis pakaian yang menyerap keringat dan satu lapis selimut sudah dapat memberikan rasa nyaman kepada anak, memberi aliran udara yang baik atau pertahankan sirkulasi ruangan yang baik dan memberikan kompres hangat (tepidsponging) pada anak (IDAI, 2014). Penggunaan kompres air hangat di lipat ketiak dan lipat selangkangan (inguinal) selama 10-15 menit dengan temperatur air 30-32 0 C, akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui proses penguapan. Terapi obat dengan menggunakan obat penurun panas atau antipiretik (parasetamol atau ibuprofen) pemberian antipiretik tersebut harus sesuai dosis dan umur anak, indikasi utama pemberian obat penurun panas adalah membuat anak merasa nyaman pemberian obat penurun panas diindikasikan untuk anak demam dengan suhu 38 o C (pengukuran dari lipat aksila). Studi terdahulu memperlihatkan adanya beberapa jenis pengetahuan orang tua/ibu mengenai demam pada anak. Penelitian yang dilakukan oleh Dawood dkk (2010) di Malaysia, memperlihatkan bahwa pengetahuan orang tua meliputi pengetahuan mengenai obat demam, efek samping obat, dan bentuk sediaan obat yang bekerja baik untuk anak dengan demam. Hasil penelitian didapatkan 80,7% bahwa orang tua telah mengetahui obat yang tepat untuk menurunkan demam yaitu dengan antipiretik. Hasil penelitian Riandita, di RSUP Dr Kariadi Semarang (2012), terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang demam dengan penanganan demam pada anak. Ibu dengan tingkat pengetahuan rendah

5 tentang demam memiliki risiko 7 kali lebih besar untuk melakukan penanganan demam anak yang buruk daripada ibu dengan tingkat pengetahuan yang tinggi. Dapat diartikan semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu tentang demam maka penangan demam pada anak akan semakin baik. Penelitian yang dilakukan Dwijaya, (2011) dari 100 koresponden yang melakukan tindakan self manajemen terhadap demam pada anak adalah sebanyak (82%). Hasil penelitian Nathalie,et al (2013) di Prancis mengatakan 89% ibu mengetahui metode pengukuran suhu, 61% dapat menyebutkan definisi demam, 15% penanganan demam menggunakan terapi fisik, 23% menggunakan terapi obat. Dari berbagai penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang demam di tiap negara sangat bervariasi. Pengetahuan ibu yang berbeda ini akan mengakibatkan penanganan demam pada anak yang berbeda pula. Menurut penelitian Riandita semakin tinggi pengetahuan ibu tentang demam maka penanganan demam pada anak akan semakin baik pula dan kejadian kejang demam pada anak dapat dicegah secara dini World Health Organization (WHO), memperkirakan pada tahun 2005 terdapat lebih dari 21,65 juta penderita kejang demam dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal. Selain itu di Kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan- 13 tahun dengan riwayat kejang, yang mengalami kejang demam sekitar 77% (WHO, 2005).

6 Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan- 5 tahun. Kejadian kejang demam di Amerika serikat, Amerika Selatan, dan Eropa barat diperkirakan 2-4% dari seluruh kelainan neurologis pada anak. Dalam 25 tahun terakhir. Terjadinya kejang demam lebih sering terjadi pada saat anak berusia kurang lebih 2 tahun (17-23 bulan) (Kadafi 2013 dalam Irawan 2013). Angka kejadian demam di Asia dilaporkan lebih tinggi dan sekitar 80 90% dari seluruh kejang demam sederhana tahun 2010. Hasil rekam medis Rumah sakit Anak dan Bunda Harapan kita Jakarta tahun 2008 2010, terdapat 86 pasien dengan kejang, 41 pasien (47,7% ) diantaranya mengalami kejang demam berulang (Dewanti dkk, 2012 dalam Irawan 2013). Menurut hasil penelitian Gustianto,(2007 ), Angka kejadian kejang demam di Rumah sakit umum dr. M. Yunus Provinsi Bengkulu, pada tahun 2007 yaitu berjumlah 25 orang pada anak balita di bangsal anak RSU.Dr.M Yunus Bengkulu. Untuk angka kejadian kejang demam di RSUD Mukomuko yaitu sebanyak 30 orang di tahun 2015 ini (Medical record rawat inap anak RSUD Mukomuko, 2015 ) Puskesmas penarik Mukomuko merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kabupaten Mukomuko. Kabupaten Mukomuko adalah kabupaten yang terbentang disepanjang pesisir pantai barat Sumatera termasuk dalam wilayah Provinsi Bengkulu. Kecamatan Penarik memiliki kondisi daerah perbukitan yang sebagian besar merupakan daerah perkebunan sawit, dan

7 ini memungkinkan banyaknya nyamuk yang bersarang. Kejadian kejang demam di wilayah kerja Puskesmas Penarik Mukomuko ini 5% dari jumlah balita yang ada. Dalam 6 bulan terakhir, Ini merupakan angka kejadian terbanyak yang terjadi, dari 14 Puskesmas yang ada di Mukomuko (P2P DINKES Kab. Mukomuko dan Register Puskesmas Penarik Kab. Mukomuko). Puskesmas Mukomuko pada akhir bulannya yaitu setiap hari senin minggu keempat sampai dengan sabtu, melakukan kegiatan posyandu di setiap kecamatan-kecamatan yang ada diwilayah Puskesmas Mukomuko, selain pemberian imunisasi, para petugas juga melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu diposyandu yaitu penyuluhan tentang penyakit yang sering menyerang balita dan gejala-gejalanya dan penyuluhan bagaimana cara menangani demam pada anak balita di rumah. Penyuluhan ini dilakukan karena perawat dan dokter menyadari bahwa setiap gejala awal anak yang sakit adalah demam, apalagi setelah balita mendapatkan imunisasi DPT karena biasanya anak yang mendapatkan imunisasi tersebut akan mengalami demam, ini disebabkan respon tubuh dalam menerima vaksin tersebut. Tingkat pengetahuan ibu tentang demam dan manajemen penanganan demam oleh ibu dikabupaten Mukomuko Bengkulu, khususnya didalam lingkungan Puskesmas Penarik Mukomuko juga sangat bervariasi, ini dibuktikan oleh survey awal yang dilakukan peneliti. Hasil wawancara peneliti dengan 10 orang ibu di Puskesmas Penarik yang membawa anaknya didapatkan, 8 dari 10 ibu mengatakan apabila

8 anaknya demam ibu tidak pernah menganjurkan anaknya untuk lebih banyak minum air putih karena menurut mereka tidak ada manfaat atau gunanya dan ibu juga mengatakan tidak pernah membuka baju atau mengganti baju yang tipis sewaktu anaknya demam karena menurut mereka seharusnya anak yang demam harus dipakaikan baju yang tebal atau selimut agar keringat pada anak banyak keluar sehingga demamnya akan turun dengan sendirinya. Ibu juga mengatakan sewaktu anak demam tidak boleh diletakkan pada ruang yang berangin karena akan memperparah demam pada anak. Ibu juga mengatakan pada waktu anak demam tidak pernah memberikan kompres hangat pada anaknya karena ibu masih mempercayai bahwa kompres air es lah yang lebih cepat menurunkan panas tubuh anak yang demam. Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran prilaku ibu tentang manajemen penanganan demam pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Penarik Mukomuko tahun 2016. B. Rumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian adalah bagaimana perilaku ibu dalam manajemen penanganan demam pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Penarik Mukomuko tahun 2016?.

9 C. Tujuan Penelitian. 1. Tujuan Umum. Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan ibu tentang manajemen penanganan demam pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Penarik Mukomuko pada tahun 2016. 2. Tujuan khusus. a. Diketahui gambaran pengetahuan ibu tentang manajemen penanganan demam pada anak balita yang menderita demam di rumah. b. Diketahui gambaran sikap ibu tentang manajemen penanganan demam pada anak balita yang menderita demam. c. Diketahui gambaran tindakan ibu tentang manajemen penanganan demam pada anak balita yang menderita demam. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

10 Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis dan buat pembacanya, mengenai keperawatan pada pasien demam dan cara mengatasi demam. 2. Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan,sumbangan pikiran, sebagai data tentang perilaku ibu dalam penanganan demam terhadap anak balita yang demam dirumah dan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi institusi dalam menentukan rencana kerja selanjutnya. 3. Bagi Ibu Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi ibu agar dapat mengetahui bagaimana cara menurunkan/mengontrol suhu tubuh dan mengetahui tentang demam. 4. Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan kususnya ilmu keperawatan untuk dapat diteliti lebih lanjut.