BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres merupakan pemecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Cengkareng. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres dibentuk dalam rangka reorganisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 55/PMK.01/2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak dan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-86/PJ/2007 tanggal 11 Juni 2007 tentang Penerapan Organisasi Tata Kerja dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta selain Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Pusat. Saat mulai beroperasinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres adalah sejak tanggal 2 Oktober 2007. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres merupakan instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak 23
Jakarta Barat. Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres meliputi kecamatan Kalideres yang terdiri dari 5 (lima) kelurahan yaitu: a. Kelurahan Semanan b. Kelurahan Kalideres c. Kelurahan Pegadungan d. Kelurahan Tegal Alur e. Kelurahan Kamal Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres beralamat di jalan Duri Kosambi, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat. 2. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas, Kantor Pelayanan Pajak Pratama menyelenggarakan fungsi: a. pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan; b. penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan; b. penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan; 24
c. pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya; d. penyuluhan perpajakan; e. pelaksanaan registrasi Wajib Pajak; f. pelaksanaan ekstensifikasi; g. penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak; h. pelaksanaan pemeriksaan pajak; i. pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak; j. pelaksanaan konsultasi perpajakan; k. pelaksanaan intensifikasi; l. pembetulan ketetapan pajak; m. pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan; n. pelaksanaan administrasi kantor. Kantor Pelayanan Pajak Pratama dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang mempunyai tugas mengkoordinasikan pelayanan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. 25
Gambar 3.1 Bagan Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres Sub Bagian Umum PDI Pelayanan Penagihan Pemeriksaan Ekstensifikasi Waskon I Waskon II Waskon III Waskon IV Kelompok Jabatan Fungsional a. Sub Bagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan rumah tangga. b. Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-spt dan e-filing, pelaksanaan i-sismiop dan SIG, serta penyiapan laporan kinerja. 26
c. Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan. d. Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan. e. Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya. f. Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi. g. Pengawasan dan Konsultasi I, Pengawasan dan Konsultasi II, Pengawasan dan Konsultasi III, serta Pengawasan dan Konsultasi IV, masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan 27
pajak, usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan dan melakukan evaluasi hasil banding. h. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala Kantor. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan seksi pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan seksi ekstensifikasi. 3. Penagihan Penagihan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres dipimpin oleh seorang kepala seksi dibantu oleh 5 orang pelaksana, 3 orang diantaranya adalah Juru Sita Pajak (JSP) yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 562/KMK.04/2000, dan telah disumpah oleh pejabat yang berwenang, dalam hal ini adalah Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres. ini mengemban tugas penagihan yang bersifat administratif dan operasional. Tugas administratif meliputi penatausahaan piutang pajak, permohonan penundaan dan angsuran, usulan penghapusan, pembuatan laporan perkembangan tunggakan pajak, menjawab konfirmasi data tunggakan pajak, membuat Surat Tagihan Pajak (STP) Bunga Penagihan, dan membuat nota penghitungan pembayaran kelebihan pajak atas Surat Keputusan Keberatan dan Banding. Sedangkan tugas operasional meliputi melaksanakan penagihan aktif dari mulai penerbitan Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan 28
Penyitaan, sampai pengumuman dan pelaksanaan lelang, yang kemudian diikuti dengan pembuatan laporan pelaksanaan penagihan, seperti laporan pelaksanaan Surat Paksa, dan laporan hasil pelaksanaan lelang. Petugas pelaksana operasional penagihan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres adalah 3 orang Juru Sita Pajak (JSP). B. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan atau mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai pelaksanaan tindakan penagihan pajak aktif dalam rangka pencairan tunggakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres. C. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel merupakan penjelasan dari pengertian teoritis variabel sehingga dapat diamati dan di ukur. Variabel yang dimaksud adalah: Penagihan pajak aktif adalah penagihan pajak dengan surat paksa sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000. 29
D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Yaitu penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data sekunder. Data tersebut diperoleh dengan cara membaca literatur, seperti buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, membaca modul-modul dan catatan kuliah yang berhubungan dengan penagihan pajak serta undangundang tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan peraturan pelaksanaannya. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Dari penelitian lapangan penulis memperoleh data primer dan data sekunder. Data primer berupa observasi yaitu suatu teknik pengumpulan data dimana penulis mengadakan pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian. Penulis juga melakukan wawancara dengan petugas yang terlibat langsung dalam pelaksanaan penagihan pajak aktif, yaitu Juru Sita Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres. Data sekunder yang diperoleh penulis merupakan data yang telah diolah lebih lanjut dan telah disajikan oleh pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres berupa laporan-laporan rutin yang dilaporkan kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Barat. Laporanlaporan tersebut antara lain: a. Laporan perkembangan tunggakan pajak; 30
b. Laporan rincian penambahan dan pembayaran tunggakan pajak; c. Laporan kegiatan penagihan pajak; d. Laporan penerimaan pajak tahun 2008; e. Laporan Tahunan 2008 yang memuat profil singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres. E. Metode Analisis Data Dalam menganalisis data yang diperoleh, penulis menggunakan metode sebagai berikut: 1. Metode Deskriptif Kuantitatif Dalam menganalisis data yang diperoleh menggunakan analisa deskriptif kuantitatif dengan mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan tindakan penagihan pajak aktif dalam rangka pencairan tunggakan pajak. Data ini berbentuk angka-angka atau lebih kepada data-data perhitungan. Dalam metode ini penulis melakukan perbandingan angkaangka antara realisasi dengan rencana yang telah ditetapkan. 2. Metode Deskriptif Kualitatif Metode analisa data ini berkaitan dengan data instansi yang berupa data non angka. Data tersebut didasarkan pada pernyataan keadaan dan ukuran kualitas. Dalam hal ini peneliti menganalisa kesesuaian antara pelaksanaan tindakan penagihan pajak aktif dengan ketentuan perundangundangan perpajakan dan peraturan pelaksanaannya. 31