SKRIPSI. PELAKSANAAN PENYIDIKAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN TERHADAP ANAK (Studi Kasus di Polres Pasaman Barat)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi demi perkembangan dan pertumbuhannya. kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh dalam Penulisan

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM MEMBERIKAN PUTUSAN BERSYARAT TERHADAP ANAK PEMAKAI NARKOTIKA DI PENGADILAN NEGERI KELAS 1A PADANG

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bukti yang dibutuhkan dalam hal kepentingan pemeriksaan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan yang berlaku. Salah satu upaya untuk menjamin. dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ).

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. modern. Ini ditandai dengan kemajuan di bidang Ilmu Pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. berada disekitar kita. Pemerkosaan merupakan suatu perbuatan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki hak serta kewajiban yang harus dilindungi dari segala

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai anak, adalah merupakan hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di

BAB II PENAHANAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TERHADAP TERSANGKA ANAK DIBAWAH UMUR. penyelidikan yang merupakan tahapan permulaan mencari ada atau tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan generasi penerus bangsa indonesia, mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap individu, sehingga setiap orang memiliki hak persamaan dihadapan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, tidak

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1. perundang-undangan lain yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP

13 ayat (1) yang menentukan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB II HUBUNGAN KUHP DENGAN UU NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

SKRIPSI PELAKSANAAN TEKNIK PEMBELIAN TERSELUBUNG OLEH PENYELIDIK DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara hukum, hal ini tertuang pada

BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN BAGI PENUNTUT UMUM DALAM MELAKUKAN PENUNTUTAN DILIHAT DARI PERAN KORBAN DALAM TERJADINYA TINDAK PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. cara yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana untuk mencari serta

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atau hukum (constitutional democracy) yang tidak terpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Dengan di undangakannya Undang-Undang No. 3 tahun Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. Acara Pidana (KUHAP) menjunjung tinggi harkat martabat manusia, dimana

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

I. PENDAHULUAN. Kebebasan dasar dan hak dasar itu yang dinamakan Hak Asasi Manusia (HAM), yang

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

PELAKSANAAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KEHUTANAN OLEH PENYIDIK POLRI DI WILAYAH HUKUM POLRES PADANG PARIAMAN. Skripsi

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi. pidana atau tidak yang dilakukan terdakwa.

Peran dan Masalah yang Dihadapi Penyidik Polri dalam Proses Perkara Tindakan Kekerasan dalam Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. demokratis yang menjujung tinggi hak asasi manusia seutuhnya, hukum dan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan yang sudah diuraikan sebelumnya maka penulis. menyimpulkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

PERLUNYA NOTARIS MEMAHAMI PENYIDIK & PENYIDIKAN. Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N. Disampaikan pada Konferda INI Kota Surakarta, Tanggal, 10 Juni 2014

KEKUATAN VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM MENGUNGKAP TERJADINYA TINDAK PIDANA

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal

Kata kunci: Pencabutan keterangan, terdakwa. AKIBAT HUKUM TERHADAP PENCABUTAN KETERANGAN TERDAKWA DI PENGADILAN 1 Oleh: Efraim Theo Marianus 2

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tindak pidana kriminal di samping ada pelaku juga akan

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016/Edisi Khusus

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain. Manusia selalu ingin bergaul bersama manusia lainnya dalam. tersebut manusia dikenal sebagai makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 28, Pasal 28A-J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. sidang pengadilan. Penyidikan dilakukan oleh penyidik Polri untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah suatu permasalahan yang terjadi tidak hanya di dalam suatu

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

PENANGANAN TINDAK PIDANA PASAL 80 ayat (1) UU NOMOR 23 TAHUN 2002 tentang PERLINDUNGAN ANAK (Studi Kasus di Polres Wonosobo)

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab besar demi tercapainya cita-cita bangsa. Anak. dalam kandungan. Penjelasan selanjutnya dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN TINDAK PIDANA PENCABULAN DI KOTA MAKASSAR (STUDI KASUS PADA PENGADILAN NEGERI MAKASSAR TAHUN ) Oleh:

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Upaya yang dilakukan Polisi DIY dalam Penanggulangan Tindak. pidana Kesusilaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam konstitusi Indonesia, yaitu Pasal 28 D Ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. hal ini dapat diartikan bahwa negara yang berhak untuk memberikan sanksi jika terjadi

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni

ABSTRAK. Kata kunci : Penerapan sanksi pidana bagi anak, tindak pidana persetubuhan.

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA ANAK TURUT SERTA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia merupakan Negara Hukum yang sangat

I. PENDAHULUAN. berkaitan satu sama lainnya. Hukum merupakan wadah yang mengatur segala hal

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA PENCABULAN

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kata dasar sidik yang artinya memeriksa dan meneliti. Kata sidik diberi

Transkripsi:

SKRIPSI PELAKSANAAN PENYIDIKAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN TERHADAP ANAK (Studi Kasus di Polres Pasaman Barat) Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Geiar Sarjana Hukum Pada Fakultas hukum Program Reguler Mandiri Universitas Andalas Disusun oleh: MERSESSA PINASALO BP. 05.940.186 Program Kekhususan HUKUM PIDANA FAKULTAS HUKUM PROGRAM REGULAR MANDIRI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 NO. Reg. : 235 / PK IV / X / 2011

PELAKSANAAN PENYIDIKAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN PADA ANAK (Mersessa Pinasalo, Bp. 05.940.186, Fakultas Hukum, Universitas Andalas Program Reguler Mandiri, 95 halaman, Tahun 2011) ABSTRAK Masalah ekonomi dan sosial yang melanda Indonesia berdampak pada peningkatan permasalahan yang dihadapi anak Indonesia yang ditandai dengan makin banyaknya anak yang mengalami perlakuan salah, eksploitasi, tindak kekerasan, anak yang didagangkan, penelantaran, serta anak yang berhadapan dengan hukum dan lainlainnya. Selain itu dampak negatif dari kemajuan media eloktronik juga menempatkan anak-anak rawan terhadap tindakan kekerasan, pelecehan seksual, dan pencabulan terhadap anak. Tindak Pidana Pencabulan terhadap anak adalah suatu perbuatan yang memenuhi unsur pidana dalam hal yang bersinggungan dengan kesopanan dan kesusilaan, dimana korbannya berusia dibawah umur 18 tahun. Tugas dan wewenang kepolisian bukan hanya sekedar menjadi penyidik setelah kasus terjadi akan tetapi juga memiliki peran penting dalam mencegah terjadinya tindak pidana pencabulan terhadap anak, mengingat anak adalah aset bangsa yang begitu berharga, menjadi tumpuan harapan bangsa untuk masa yang akan datang. Berdasarkan latar belakang masalah, dirumuskan yang menjadi permasalahan bagaimana proses penyidikan terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak, bagaimana perlindungan hak terhadap anak sebagai pelaku dan korban dalam tindak pidana pencabulan, dan kendala-kendala yang dihadapi Kepolisian Resor Pasaman Barat dalam menangani kasus tindak pidana pencabulan terhadap anak. Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian secara yuridis deskriptif dengan melakukan pendekatan yuridis sosiologis yang didukung secara empiris. Untuk mendapatkan data primer penulis melakukan wawancara langsung ke bagian unit perempuan dan anak di polres Pasaman Barat yang ada hubungannya dengan pokok permasalahan, untuk mendapatkan data sekunder penulis menggunakan studi kepustakaan, peraturan perundang-undangan dan dokumen hasil penelitian yang berkaitan dengan judul penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan proses penyidikan terhadap tindak pidana pencabulan dengan tersangka anak dibawah umur yang diperiksa di kantor Kepolisian Resor Pasaman Barat telah dilakukan berdasarkan hukum acara di Indonesia yaitu KUHAP, perlindungan hak terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana telah dilakukan berdasarkan KUHAP, dan memperhatikan hak-hak anak yang berhadapan dengan hukum dalam Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002, namun perlindungan hak anak sebagai korban belum sepenuhnya terperhatikan dilihat dari korban dijadikan sebatas saksi, kendala-kendala yang dihadapi penyidik dalam proses penyidikan komunikasi terhadap korban, masalah bahasa sehari-hari, masalah tenaga ahli, tempat kejadian perkara, biaya visum et repertum, kesadaran hukum dari masyarakat, dan waktu proses penyidikan perkara yang singkat.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia adalah Negara yang menjunjung tinggi penegakan hukum dan Hak Asasi Manusia, hal ini dikarenakan hukum dan Hak Asasi Manusia saling berkaitan satu sama lainnya. Hukum merupakan wadah yang mengatur segala hal mengenai perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia. Dewasa ini bangsa Indonesia sedang giat membenahi permasalahan yang sangat penting tentang Hak Asasi Manusia (HAM) pada segala aspek kehidupan, khususnya adalah perlindungan terhadap anak di Indonesia. Masalahnya perlindungan anak baru menjadi perhatian masyarakat Indonesia pada kurun waktu tahun 1990an, setelah secara intensif berbagai bentuk kekerasan terhadap anak di Indonesia diangkat kepermukaan oleh berbagai kalangan. Fenomena serupa muncul pula diberbagai kawasan Asia lainnya, seperti di Thailand, Vietnam dan Philipina, sehingga dengan cepat isu ini menjadi regional bahkan global yang memberikan inspirasi kepada masyarakat dunia tentang pentingnya permasalahan ini. 1 Masalah ekonomi dan sosial yang melanda Indonesia berdampak pada peningkatan skala dan kompleksitas permasalahan yang dihadapi anak Indonesia yang ditandai dengan makin banyaknya anak yang mengalami perlakuan salah, eksploitasi, tindak kekerasan, anak yang didagangkan, penelantaran, disamping anak-anak yang tinggal di daerah rawan konflik, rawan bencana serta anak yang berhadapan dengan hukum dan lain-lainnya. Juni 2011. 1 Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Phedofilia, http://www.skripsigratis.net unggah 4

Perekonomian dan krisis moneter adalah meningkatnya jumlah anak di Panti Sosial Asuhan Anak milik masyarakat, lebih diperberat lagi dengan kondisi masyarakat dewasa yang mengalami tekanan dari beban kehidupan yang menghimpit mereka saat ini, sehingga menjadikan anak sebagai korban dari kekerasan dan pelampiasan semua permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Dampak negatif dari kemajuan revolusi media elektronik juga mengakibatkan melemahnya jaringan kekerabatan keluarga besar dan masyarakat yang di manisfestasikan dalam bentuk-bentuk fenomena baru seperti timbulnya kelompokkelompok rawan atau marjinal. Misalnya eksploitasi anak di bawah umur 18 tahun sebagai pekerja seks di Indonesia, jumlah anak yang bekerja sebagai pekerja seks komersil di bawah umur 18 tahun saat ini sangat banyak di Indonesia. Anak-anak yang terjerat pada oknum yang memanfaatkan eksploitasi anak sebagai pekerja seks komersil terus meningkat. 2 Kondisi ini menempatkan anak-anak rawan terhadap tindakan kekerasan, seperti penganiayaan, pelecehan bahkan yang paling menakutkan adalah tindakan pemerkosaan terhadap anak. Hal ini tentu saja menjadi sulit dikarenakan dapat merusak jiwa dan mental sang anak tersebut. Lumrah saat ini kita mendengar terjadinya Tindak Pidana Pencabulan terhadap Anak. Pengertian Pencabulan sendiri menurut kamus hukum mengandung makna suatu proses atau perbuatan keji dan kotor, tidak senonoh karena melanggar kesopanan dan kesusilaan. Ini secara umum diatur didalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Pasal 281 serta 282. Dari hal yang dikemukan diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa Tindak Pidana Pencabulan Terhadap Anak itu adalah suatu perbuatan yang memenuhi 2 Ibid.

unsur pidana dalam hal yang bersinggungan dengan kesopanan dan kesusilaan, dimana korbannya berusia dibawah umur 18 tahun. 3 Istilah Pencabulan sendiri tidak dapat ditemukan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia. Kejahatan pencabulan yang saat ini memiliki arti yakni kejahatan terhadap norma kesopanan dan kesusilaan atau lebih rinci kejahatan seksual, baik pelecehan seksual dan pemerkosaan banyak ditemukan pengaturannya dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan untuk anak khususnya Undang-undang yang mengaturnya adalah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. 4 Mengenai upaya perlindungan khusus kepada anak-anak, tercatat bahwa dewasa ini banyak anak-anak di Indonesia mendapat perlakuan yang sangat tidak layak, mulai dari masalah anak jalanan, pekerja anak yang dieksploitasikan mencapai jutaan orang, sampai kepada permasalahan perkawinan dini, serta anak-anak yang terjerat penyalahgunaan seksual (eksploitasi seksual komersil) yang menempatkan anak-anak itu beresiko tinggi mengalami kekerasan dan tindakan yang mengarah kepada perbuatan pidana. Dalam analisis situasi yang telah disiapkan untuk UNICEF, diperkirakan bahwa setidaknya ada sekitar 30% dari total eksploitasi anak sebagai pekerja seks di Indonesia dilacurkan ke luar negeri. 5 Berbagai informasi yang valid atau akurat menyangkut perdagangan anak untuk tujuan seksual komersil, dimana selain diperdagangkan dari daerah satu ke daerah lain dalam wilayah hukum Negara Indonesia. Begitu pula terdapat berbagai macam indikator mengenai penggunaan anak untuk produksi bahan-bahan pornografi, dan para 3 Sudarsono, Kamus Hukum, PT Rineka Citra, Jakarta Hal 64. 4 Supanto, Kebijakan Hukum Pidana Mengenai Pelecehan Seksual, Pusat penelitian Kependudukan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Hal 14. 5 http://www.unicef.org/ di akses pada tanggal 20 Juli 2011, pukul 13.00 WIB

korban dari eksploitasi seksual komersil di Pasaman Barat pada umumnya rata-rata berusia 16 tahun dimana bukan hanya anak-anak perempuan yang menjadi korban eksploitasi tetapi juga anak laki-laki yang menjadi korban eksploitasi seksual tersebut. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, telah memberikan batasan ukuran umur bagi anak yakni orang yang masih berusia 18 tahun kebawah, jikalau terjadi tindak pidana terhadap mereka maka Undang-undang tersebutlah yang menjadi pedoman para penegak hukum untuk melakukan penyelidikan dan memberikan sanksi kepada pelakunya. Salah satu institusi yang paling penting peranannya dalam penanganan masalah tindak pidana pencabulan terhadap anak ini adalah Kepolisian Republik Indonesia, dimana institusi ini berada pada posisi paling terdepan dalam penanganan dan pengungkapan kasus yang terjadi ditengah masyarakat. Hal ini ditegaskan dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal 1 butir 1 yang menyatakan Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan. Menurut KUHAP Pasal 1 butir 2 Penyidikan adalah serangkaian tindakan dari Penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Pasal 1 Butir 4 KUHAP menegaskan Penyelidik adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penyelidikan. Pasal 1 Butir 5 KUHAP mencantumkan Penyelidikan adalah serangkaian tindakan untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga kuat sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara

yang diatur dalam undang-undang. Dari beberapa uraian yang dijelaskan diatas sudah dapat dipastikan bahwa institusi Kepolisian Republik Indonesia merupakan pemegang peranan yang paling penting dalam usaha pengungkapan sebuah kasus Tindak Pidana Pencabulan atau pelecehan terhadap anak sebagai korban. Polisi dalam tugasnya sebagai penyidik dalam kasus pencabulan terhadap anak selain kepada KUH Pidana juga berpedoman kepada undang-undang khusus tentang anak yakni Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Perlindungan terhadap anak menurut undang-undang tersebut diatas menjadi tanggungjawab semua pihak orang tua, masyarakat dan pemerintah. Tugas dan wewenang kepolisian bukan hanya sekedar menjadi penyidik setelah kasus terjadi akan tetapi juga memiliki peran penting dalam mencegah terjadinya Tindak Pidana Pencabulan terhadap anak, mengingat anak adalah aset bangsa yang begitu berharga, menjadi tumpuan harapan bangsa untuk dimasa yang akan datang. Misalnya pada kasus Tindak Pidana Pelecehan Seksual terhadap WIKI ANDIANI berumur 14 Tahun yang terjadi pada tanggal 30 Oktober tahun 2010 di Pasaman Barat. 6 Dengan latar belakang permasalahan yang sangat menarik bagi penulis untuk meneliti masalah ini maka penulis berkeinginan untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam skripsi dengan judul : Pelaksanaan Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencabulan Terhadap Anak Studi Kasus Polres Pasaman Barat. 6 Polres Kabupaten Pasaman Barat

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan proses penyidikan terhadap tindak pidana pencabulan dengan tersangka anak dibawah umur yang diperiksa di kantor Kepolisian Resor Pasaman Barat telah dilakukan berdasarkan hukum acara di Indonesia yaitu KUHAP, hal ini terlihat dari telah dilakukannya prosedur-prosedur tindakan penyidik dalam melakukan proses penyidikan. Dan proses penyidikan berdasarkan ketentuan Pasal 82 UU No.23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, dan KUHAP sebagai pelengkap apa yang diatur dalam Undang-undang Perlindungan Anak dan dalam UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak tersebut. 2. Hak-hak tersangka anak dalam Undang-undang Pengadilan Anak diatur dalam pasal 45 ayat (4), Pasal 51 ayat (1) dan ayat (3) dan juga diatur dalam Pasal 50 sampai dengan 68 KUHAP kecuali Pasal 64 KUHAP. Dalam pemenuhan hakhak tersangka anak dibawah umur dalam proses penyidikan dengan tersangka anak di bawah umur di Kepolisian Resor Pasaman barat telah dilaksanakan secara baik dan lancar. Namun penerapan hak-hak anak sebagai korban tindak pidana sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 64 ayat (1) UUPA belum sepenuhnya dilaksanakan oleh penyidik yang merupakan bagian dari kepolisian sebagai wakil dari pemerintah sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 64 tersebut. Hal ini terlihat dalam penyidikan di Kepolisian Resor Pasaman Barat korban seakan hanya sebagai saksi dan tidak diperhatikan mengenai keadaan

mentalnya yang trauma setelah memberikan keterangan mengenai kejadian dihadapan penyidik. 3. Kendala-kendala yang dihadapi Kepolisian Resor Pasaman Barat sebagai tim penyidik dalam menangani kasus Tindak Pidana Pencabulan terhadap anak di bawah umur adalah komunikasi terhadap korban, masalah bahasa sehari-hari yang digunakan tersangka, korban, dan saksi-saksi, masalah tenaga ahli / psikiater di Pasaman Barat belum ada untuk korban kasus tindak pidana pencabulan anak di bawah umur yang keterbelakangan mental, tempat kejadian perkara (TKP) yang sangat jauh dari Polres Pasaman barat, biaya visum et repertum yang dirasakan sangat mahal, kurangnya kesadaran hukum dari masyarakat, dan penyidikan terhadap kasus-kasus anak waktunya waktu yang diberikan sangat sedikit padahal pemberkasan kasus harus diserahkan secepatnya sedangkan jumlah penyidik khusus nya penyidik anak sangat sedikit untuk melayani masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku Chazawi, Adami, 2005, Pelajaran Hukum Pidana.Jakarta : Raja Grafindo Persada. Hamzah, Andi, 2005, Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika. Harahap, M, Yahya, 2000, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan Penyidikan Dan Penuntutan Edisi Kedua, Jakarta, Sinar Grafika. Lamintang, 1997, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung. Citra Aditya. Prinst, Darwin, 2003, Hukum Anak Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti. Sudarsono, 2007, Kamus Hukum, Jakarta, Rineka Cipta. Rosadi, Otong, 2004, Hak Anak bagian dari HAM, Padang, Akademika. Sudarto, 1990, Hukum Dan Hukum Pidana. Jakarta. Alumni. Sughandi, R. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Dan Penjelasannya. Surabaya, Usaha Nasional. Sunggono, Bambang. 1997, Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta : PT Raja Grafindo. Supanto, Kebijakan Hukum Pidana Mengenai Pelecehan Seksual, Yogyakarta, Pusat penelitian Kependudukan Universitas Gajah Mada. Supramono, Gatot, 2000, Hukum Acara Pengadilan Anak, Jakarta, Djambatan. Waluyo, Bambang, 2004, Pidana Dan Pemidanaan, Jakarta, Sinar Grafika. Perundang-undangan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Website http://www.skripsigratis.net diakses pada tanggal 4 Juni 2011, pukul 19.00 WIB. http://tax-center.pajak.go.id/tkb/kup/19/kup-144 diakses pada tanggal 22 Agustus 2011, pukul 02.00 WIB. http://eprints.undip.ac.id/8276/ diakses pada tanggal 22 Agustus 2011, pukul 02.00 WIB. http://www.unicef.org/ di akses pada tanggal 20 Juli 2011, pukul 13.00 WIB.